Pokok-Pokok Materi
1. Cara Pengolahan Pangan yang Baik ( Good Manufacturing Practice )
2. Standar Prosedur Operasi Sanitasi ( Sanitation Standard Operating Procedure)
3. Analisis Titik Kritis Pengendalian Bahaya ( Hazard Analysis Critical Control Point)
Uraian Materi
Pengelolaan makanan pada jasaboga harus menerapkan prinsip higiene
sanitasimakanan mulai dari pemilihan bahan makanan sampai dengan penyajian
makanan.Khusus untuk pengolahan makanan harus memperhatikan kaidah cara
pengolahanmakanan yang baik (Permenkes RI No. 1096 Tahun 2011 Higiene sanitasi
jasa boga) dapat diunduh di:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
ved=0ahUKEwiUz9zJvs7aAhWLKY8KHVDSCmEQFggqMAA&url=http%3A%2F%2Fj
dih.pom.go.id%2Fshowpdf.php%3Fu%3D%252FeEhdLEZt4PPcLAIaaf%252BQtIfa
pCyf3NuoAc%252BvZapIG4%253D&usg=AOvVaw2ngTQRJojol8_rYgo5YYat
Selama rantai pengolahan makanan tersebut, sangat memungkinkan terjadinya
kontaminasi bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik yang berasal dari bahan dasar
pembuatan makanan, bahan pembantu, peralatan pengolahan, dan penjamah
makanan. Untuk mendapatkan produk makanan yang sehat, bersih, higiene aman
untuk dikonsumsi, maka memerlukan pengendalian keamanan pangan selama proses
pengolahan, mulai dari penerimaan bahan baku sampai pendistribusian.
Menurut Nuraida et al., (2011), Food and Agricultural Organization (FAO)
melalui Codex Alimentarius Commision (CAC) telah memberikan pedoman sistem
jaminan mutu melalui keamanan pangan dengan menerapkan Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP). Sebelum dapat menerapkan HACCP, suatu perusahaan harus
telah melaksanakan Pre-requisite Program yaitu Good Manufacturing Practice (GMP)
dan Sanitation Standart Operating Procedure (SSOP). Untuk memperkaya
pengetahuan Anda tentang GMP dan SSOP dapat dilihat pada laman:
http://titisfahreza.lecture.ub.ac.id/files/2013/03/1.-GOOD-
MANUFACTURING-PRACTICE.pdf
Jasa Boga dan Restoran adalah termasuk salah satu perusahaan yang
memproduksi makanan. Jasa Boga dan restoran mempunyai ciri khas yang berbeda
dengan produksi industri pangan secara umum. Industri Jasa Boga dan restoran
mengolah makanan yang siap dikonsumsi dalam waktu pendek. Bahan–bahan yang
digunakan cenderung kompleks, sehingga sangat susah untuk dimonitor dan
dikendalikan. Dengan demikian penerapan GMP, Good Hygiene Practice (GHP),
Standard Operating Procedure (SOP), SSOP dan HACCP dalam industri jasa boga dan
restoran memiliki kekhasan, tetapi dengan tujuan yang sama dengan industri pangan
umumnya adalah untuk mencegah terjadinya foodborn illness, atau menyajikan
makanan yang sehat, aman untuk dikonsumsi dengan mengendalikan dan
menghilangkan cemaran dalam seluruh rantai pengelolaan makanan from farm to
table. GMP atau dikenal dengan cara pengolahan pangan yang baik dan SSOP atau
Standar Prosedur Operasi Sanitasi, untuk jasa boga dan restoran telah diatur di dalam
Permenkes RI nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga. Kemanan
pangan kaitannya dengan GMP, GHP, SSOP, dan HACCP pada Industri Jasa Boga
dapat dipelajari di laman:
http://seafast.ipb.ac.id/publication/presentation/sistem-manajemen-
keamanan-pangan-industri-jasa-boga.pdf
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ca
d=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiR1prcv8vaAhXHL48KHbJMDVQQFggnMAA&url
=http%3A%2F%2Fwww.pipimm.or.id%2Fadmin%2Ffile%2Frubrik%2FPrese
ntasi%2520CPPOB_Dirjen%2520Agro%2520(Faiz%2520Ahmad).ppt&usg=A
OvVaw2h4iLjdS1AspVopTSIh7m
Prinsip Higiene Sanitasi makanan menurut Permenkes RI No. 1096 Tahun 2011
Higiene sanitasi jasa boga yang harus diterapkan di dalam pengelolaan makanan
adalah meliputi pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan,
pengolahan makanan, penyimpanan makanan jadi/masak, dan pengangkutan
makanan.
1. Pemilihan bahan makanan
a. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu pengolahan
sebelum dihidangkan seperti : 1) daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan
sayuran harus dalam keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk,
warna dan rasa, serta sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi. 2)
jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak berubah warna,
tidak bernoda dan tidak berjamur. 3) makanan fermentasi yaitu makanan yang
diolah dengan bantuan mikroba seperti ragi atau cendawan, harus dalam
keadaan baik, tercium aroma fermentasi, tidak berubah warna, aroma, rasa
serta tidak bernoda dan tidak berjamur.
b. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi persyaratan
sesuai peraturan yang berlaku.
c. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan tetapi
digunakan untuk proses pengolahan makanan lebih lanjut yaitu:
1) Makanan dikemas: a) Mempunyai label dan merk, b) Terdaftar dan
mempunyai nomor daftar, c). Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung,
d).Belum kadaluwarsa, e). Kemasan digunakan hanya untuk satu kali
penggunaan
2) Makanan tidak dikemas: a) Baru dan segar, b) Tidak basi, busuk, rusak atau
berjamur, c). Tidak mengandung bahan berbahaya.
2. Penyimpanan bahan makanan
4 Tepung dan biji 25oC atau suhu 25oC atau suhu 25oC atau suhu
ruang ruang ruang
Makanan disajikan
4 5 oC – 10oC <10oC
dingin
Permenkes RI No. 1096 Tahun 2011 Higiene sanitasi jasa boga
5. Pengangkutan makanan
a. Pengangkutan bahan makanan
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan yang higienis.
3) Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki.
4) Bahan makanan yang selama pengangkutan harus selalu dalam keadaan
dingin, diangkut dengan menggunakan alat pendingin sehingga bahan
makanan tidak rusak seperti daging, susu cair dan sebagainya.
b. Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan
harus selalu higienis.
3) Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan bertutup.
4) Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan jumlah
makanan yang akan ditempatkan.
5) Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang mencair
(kondensasi).
6) Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar
makanan tetap panas pada suhu 60 oC atau tetap dingin pada suhu minus
4 oC.
6. Penyajian makanan
a. Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik dan
uji biologis dan uji laboratorium dilakukan bila ada kecurigaan.
(1) Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan
menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat
(penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma),
mendengar (bunyi misal telur), menjilat (rasa). Apabila secara
organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.
(2) Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan
apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda–tanda kesakitan,
makanan tersebut dinyatakan aman.
(3) Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan
baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel
makanan yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan
hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah baku.
b. Tempat penyajian
Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan
ke tempat penyajian serta hambatan yang mungkin terjadi selama
pengangkutan karena akan mempengaruhi kondisi penyajian. Hambatan di luar
dugaan sangat mempengaruhi keterlambatan penyajian.
c. Cara penyajian
Penyajian makanan jadi/siap santap banyak ragam tergantung dari
pesanan konsumen yaitu :
1) Penyajian meja (table service) yaitu penyajian di meja secara bersama,
umumnya untuk acara keluarga atau pertemuan kelompok dengan
jumlah terbatas 10 sampai 20 orang.
2) Prasmanan (buffet) yaitu penyajian terpusat untuk semua jenis makanan
yang dihidangkan dan makanan dapat dilih sendiri untuk dibawa ke
tempat masing-masing.
3) Saung (ala carte) yaitu penyajian terpisah untuk setiap jenis makanan
dan setiap orang dapat mengambil makanan sesuai dengan
kesukaannya.
4) Dus (box) yaitu penyajian dengan kotak kertas atau kotak plastik yang
sudah berisi menu makanan lengkap termasuk air minum dan buah yang
biasanya untuk acara makan siang.
5) Nasi bungkus (pack/wrap) yaitu penyajian makanan dalam satu
campuran menu (mix) yang dibungkus dan siap santap.
6) Layanan cepat (fast food) yaitu penyajian makanan dalam satu rak
makanan (food counter) di rumah makan dengan cara mengambil sendiri
makanan yang dikehendaki dan membayar sebelum makanan tersebut
dimakan.
7) Lesehan yaitu penyajian makanan dengan cara hidangan di lantai atau
meja rendah dengan duduk di lantai dengan menu lengkap.
d. Prinsip penyajian
1) Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah,
tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat memperpanjang
masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
2) Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi (makanan
berkuah) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk
mencegah makanan cepat rusak dan basi.
3) Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama
seperti dus atau rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan agar
tidak saling campur aduk.
4) Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap
dalam keadaan panas dengan memperhatikan suhu makanan, sebelum
ditempatkan dalam alat saji panas (food warmer/bean merry) makanan
harus berada pada suhu > 60 oC.
5) Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak
cacat atau rusak.
6) Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak
kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
7) Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat
dimakan, bahan yang tidak dapat dimakan harus disingkirkan.
8) Tepat penyajian yaitu pelaksanaan penyajian makanan harus tepat
sesuai dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata
hidang dan tepat volume (sesuai jumlah).
e. Sampel atau contoh
1) Setiap menu makanan harus ada satu porsi sampel (contoh) makanan
yang disimpan sebagai bank sampel untuk konfirmasi bila terjadi
gangguan atau tuntutan konsumen.
2) Penempatan sampel untuk setiap jenis makanan dengan menggunakan
kantong plasti steril dan sampel disimpan dalam suhu 100C selama 1 x
24 jam.
3) Sampel yang sudah tidak diperlukan lagi tidak boleh dimakan tetapi
harus dibuang.
4) Jumlah makanan yang diambil untuk sampel sebagai berikut :
(a) makanan kering/gorengan dan kue: 1 potong
(b) makanan berkuah: 1 potong + kuah 1 sendok sayur
(c) makanan penyedap/sambal: 2 sendok makan
(d) makanan cair: 1 sendok sayur
(e) nasi: 100 gram
(f) minuman: 100 cc
Usaha jasa boga masih banyak yang berupa usaha kecil menengah,
sehingga penerapan GMP pada usahanya masih berbenturan dengan urusan
finansial. Penerapan GMP pada jasa boga dapat disederhanakan dengan
langkah seperti dipaparkan pada laman berikut ini:
http://igk471.weblog.esaunggul.ac.id/wp-
content/uploads/sites/289/2015/02/4.-HACCP-Jasa-Boga.pdf
https://www.youtube.com/watch?v=6OR00oC9bWA
1. Sanitasi Air
Air memiliki peranan yang sangat penting. Air merupakan pelarut universal. Air
dapat digunakan untuk pengolahan dan pencucian bahan, alat dan sarana prasarana
produksi. Air untuk keperluan minum dan sanitasi higien harus bebas dari pencemar
biologis, kimia, dan fisik. Air untuk keperluan air minum harus bebas dari
mikroorganisme pathogen disamping persyaratan lainnya seperti air untuk keperluan
sanitasi hygiene jasa boga. Air untuk keperluan sanitasi jasa boga masih dimungkinkan
mengandung mikroorganisme pathogen, yang dapat diinaktivkan dengan pengolahan
di atas 70oC. Teknologi pengolahan air minum dapat dilihat pada laman:
https://environmentalsanitation.wordpress.com/2012/12/19/teknologi-
pengolahan-air-minum/.
Untuk pengolahan air sadah supaya turun tingkat kesadahannya dapat dibaca
di laman:
https://www.researchgate.net/publication/287583207_Teknologi_
Pengolahan_Air_Sadah
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB9SADAH.pdf.
Metode pengolahan air sadah dengan resin penukar ion dapat dibaca di:
http://studilingkungan.blogspot.co.id/2011/03/metode-pengolahan-
kesadahan-hardness.html
https://www.tneutron.net/pangan/metode-pencucian-bahan/
https://www.youtube.com/watch?v=ULuaf7mWgyI
3. Sanitasi Peralatan dan Ruang
Sanitasi peralatan dan ruang dapat dilakukan melalu pencucian dan
pemeliharaan peralatan dan pemeliharaan semua ruang yang terlibat dalam
penyelenggaraan makanan. Peralatan yang dimaksud mulai dari alat persiapan,
pengolahan, penyajian, pengemasan, dan pendistribusian. Sanitasi ruangan meliputi
sanitasi ruangan penyimpanan, persiapan, pengolahan, penyajian, pengemasan dan
ruang penyimpanan bahan makanan jadi. Pencucian dan sanitasi peralatan dapat
dilihat di:
https://www.tneutron.net/pangan/pencucian-dan-sanitasi-peralatan/
https://www.tneutron.net/pangan/sanitasi-ruang-produksi/
Pekerja pada jasa boga atau disebut penjamah makanan, dapat menjadi sumber
kontaminan bagi produk jasa boga dan restoran yang dihasilkan.Banyak
mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh pekerja, seperti
Staphilococcus aureus. Dengan demikian kebersihan dari semua pekerja harus dijaga
dengan cara menjaga kebersihan badan, pakaian, dan memakai baju perlengkapan
yang lengkap. Contoh penerapan sanitasi higien pekerja F&B:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ca
d=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjJ84DZo8_aAhWIKo8KHcX7A-
QQFgg4MAI&url=https%3A%2F%2Fjom.unri.ac.id%2Findex.php%2FJOMFSIP
%2Farticle%2Fdownload%2F11580%2F11228&usg=AOvVaw2l88FjCI-
My7Kbgfb0m0Oj
https://www.youtube.com/watch?v=KusIuq8wu_0
https://www.youtube.com/watch?v=Ux_DsOjQIRc
https://www.youtube.com/watch?v=gz0CVbFXtJg
Hasil penelitian penilaian GMP dan SSOP pada pengolahan makanan di catering
X, dapat dilihat dan dipelajari pada:
https://media.neliti.com/media/publications/3881-ID-penilaian-gmp-
dan-ssop-pada-bagian-pengolahan-makanan-di-katering-x-surabaya-
den.pdf
1. Sejarah HACCP
Konsep HACCP pertama kali dikembangkan ketika perusahaan Pillsbury di
Amerika Serikat bersama-sama dengan US Army Nautics Research and Development
Laboratories, The National Aeronautics and Space Administration serta US Air Force
Space Laboratory Project Group pada tahun 1959 diminta untuk mengembangkan
makanan untuk dikonsumsi astronot pada gravitasi nol. Untuk itu dikembangkan
makanan berukuran kecil (bite size) yang dilapisi dengan pelapis edibleyang
menghindarkannya dari hancur dan kontaminasi udara. Misi terpenting dalam
pembuatan produk tersebut adalah menjamin keamanan produk agar para astronot
tidak jatuh sakit. Dengan demikian perlu dikembangkan pendekatan yang dapat
memberi jaminan mendekati 100% aman.
Tim tersebut akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa, cara terbaik untuk
mendapatkan jaminan tertinggi adalah dengan sistem pencegahan. Konsep HACCP
jika diterapkan dengan tepat dapat mengendalikan titik-titik atau daerah-daerah yang
mungkin menyebabkan bahaya. Masalah bahaya ini didekati dengan cara mengamati
satu per satu bahan baku proses dari sejak di lapangan sampai dengan
pengolahannya. Bahaya yang dipertimbangkan adalah bahaya patogen, logam berat,
toksin, bahaya fisik, dan kimia serta perlakuan yang mungkin dapat mengurangi
cemaran tersebut. Di dalam HACCP dilakukan juga analisis terhadap proses
pengolahan, fasilitas dan pekerja yang terlibat pada produksi pangan tersebut.
Pada tahun 1971, untuk pertama kalinya sistem HACCP ini diperkenalkan
kepada masyarakat di negara Amerika Serikat di dalam suatu Konferensi Nasional
Keamanan Pangan. Pada tahun berikutnya Pillsbury mendapat kontrak untuk
memberikan pelatihan HACCP kepada badan Food and Drug Adminstration (FDA).
Dokumen lengkap HACCP pertama kali diterbitkan oleh Pillsbury pada tahun 1973 dan
disambut baik oleh FDA dan secara sukses diterapkan pada makanan kaleng berasam
rendah.
Pada tahun 1985, The National Academy of Scienses (NAS) merekomendasikan
penerapan HACCP dalam publikasinya yang berjudul An Evaluation of The Role of
Microbiological Criteria for Foods and Food Ingredients . Komite yang dibentuk oleh
NAS kemudian menyimpulkan bahwa sistem pencegahan seperti HACCP ini lebih dapat
memberikan jaminan kemanan pangan jika dibandingkan dengan sistem pengawasan
produk akhir.
Selain NAS, lembaga internasional seperti International Commission on
Microbiological Spesification for Foods (ICMSF) juga menerima konsep HACCP dan
memperkenalkannya ke luar Amerika Serikat. Ketika NAS membentuk The National
Advisory Commitee on Microbiological Criteria for Foods (NACMCF), maka konsep
HACCP dikembangkan dengan disusunnya 7 prinsip HACCP yang dikenal sampai saat
ini. Konsep HACCP kemudian diadopsi oleh berbagai badan internasional seperti Codex
Alimentarius Commission (CAC) yang kemudian diadopsi oleh berbagai negara di dunia
termasuk Indonesia.
Prinsip dan penerapan HACCP dalam industri jasa boga dapat dipelajari di
laman:
http://igk471.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/289/2015/02/4.-
HACCP-Jasa-Boga.pdf