Sebagai seorang muslim kita harus ingat bahwa tujuan hidup kita adalah surga,
bukan dunia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ًٍَ َىر ُك ْى يَ ْى َو ْان ِقيَب َي ِت ۖ فَ ح ُ َىفَّ ْىٌَ أ ُ ُج ِ ُك ُّم ََ ْف ٍس ذَائِقَتُ ْان ًَ ْى
ث ۗ َو ِإََّ ًَب
ُفَقَ ْد فَبزَ ۗ َو َيب ْان َحيَبة ُ اندُّ َْيَب ِإ ََّّل َيخَبع َبر َوأ ُ ْد ِخ َم ْان َجَُّت
ِ َُُّز ْح ِس َح َع ٍِ ان
ِ ْانغُ ُر
﴾ٔ٨٢﴿ ور
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali-Imran[3]: 185)
Allah sebutkan empat poin dalam ayat ini. Yaitu:
بث أ َ ْو
َ س ُم ۚ أَفَإٌِ َّي ُّ ج ِيٍ قَ ْب ِه ِه
ُ انر ْ َسى ٌل قَ ْد َخه ُ َو َيب ُي َح ًَّدٌ ِإ ََّّل َر
ض َّرُ َع ِقبَ ْي ِه فَهٍَ ي َ ْعهَ ٰى أ َ ْعقَب ِب ُك ْى ۚ َو َيٍ يَُقَ ِهب
َ عهَ ٰى َ قُ ِخ َم اَقَهَ ْبخ ُ ْى
﴾ٔ١١﴿ ٍَشب ِك ِري َّ سيَ ْج ِسي انهَّـهُ ان َ ش ْيئًب ۗ َو َ َانهَّـه
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia
tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imron[3]: 144)
Para sahabat menangis karena benar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
telah meninggal.
Seseorang akan diberikan ganjaran secara sempurna nanti pada hari kiamat. Ketika
orang berbuat baik di dunia maka akan dibalas 10 sampai 700 kali lipat. Namun
sempurnanya ganjaran akan diberikan ketika nanti hari kiamat. Orang yang
melakukan keburukan akan dibalas di dunia. Tapi sempurnanya balasan akan
diberikan nanti ketika di akhirat.
Dalam ayat ini Allah juga menyebutkan barang siapa yang dijauhkan dari api neraka
dan dimasukkan ke surga maka dialah orang yang sukses. Hendaknya seorang
muslim mengingat ayat ini. Bahwa orang yang sukses menurut Al-Qur‟an, orang
yang menang, orang yang berhasil adalah orang yang dimasukkan oleh Allah
kedalam surga dan dijauhkan dari api neraka.
Ukuran dunia bukan ukuran sukses. Orang mendapatkan gelar, mendapatkan
kedudukan, mendapatkan jabatan, mempunyai rumah yang besar, mempunyai mobil
yang banyak, mempunyai perusahaan yang banyak, itu bukan sukses. Sukses yang
hakiki, sukses yang abadi, menurut Allah di dalam Al-Quran adalah ketika orang
dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Inilah orang yang
dikatakan sebagai orang sukses.
Orang yang pertama kali sukses adalah para sahabat, para Nabi dan Rasul. Semua
Nabi-Nabi, semua Rasul adalah orang yang sukses.
Berbeda dengan kita yang mengukur kesuksesan dengan dunia. Ketika seseorang
memiliki harta yang banyak, memiliki kedudukan, memiliki jabatan, menjadi walikota,
menjadi menteri, kita akan mengatakan mereka adalah orang yang sukses. Padahal
tidak demikian. Karena itu justru menjadi fitnah yang besar untuk mereka. Itulah
yang dinamakan fitnah syahwat. Dan banyak orang yang tertipu dengan dunia.
Ketika berusaha siang dan malam melaksanakan syariat Islam tujuannya adalah
untuk masuk surga bukan dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan bahwa dunia ini lebih jelek dari bangkai kambing. Dunia
tidak ada harganya meskipun hanya seberat sayap nyamuk. Sampai
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
سقَى َكبفِرا ً ِي ُْ َهب َ نَ ْى َكبََج اندُّ َْيَب ح َ ْع ِد ُل ِع ُْدَ هللا َجَُب َح بَعُى
َ َيب، ض ٍت
ٍش َْربَتَ َيبء
“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya
Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR.
Tirmidzi)