Anda di halaman 1dari 44

Daftar Isi

EDITORIAL
TOPIK UTAMA
Situasi Penyakit Kanker

TULISAN TERKAIT TOPIK


Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
dan Kanker Payudara di Indonesia
Oleh: Mugi Wahidin, SKM, M.Epid

Peranan Deteksi Dini Kanker


untuk Menurunkan Penyakit Kanker
“Stadium Lanjut”
Oleh: dr. Hardina Sabrida, MARS

Mewaspadai Gejala Kanker pada Anak


Oleh: dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA

Mengenal Lebih Dekat


Komunitas Taufan
Oleh: Andriana dan Dini Wiradinata
Salam Redaksi

Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan YME, akhirnya Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan Edisi Semester I Tahun 2015 ini bisa hadir di hadapan kita semua. Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan kali ini mengangkat topik tentang Kanker.
Setiap tahunnya, Hari Kanker Sedunia diperingati pada tanggal 4 Februari, dan Hari
Kanker Anak Internasional pada tanggal 15 Februari. Momen ini lebih dari sekedar
peringatan karena merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran mengenai
pentingnya pengenalan penyakit kanker. Pengenalan penyakit kanker menjadi penting
karena untuk menurunkan kasus baru kanker diperlukan upaya pencegahan dan deteksi
dini yang akan lebih mudah dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah dikenali.
Pada buletin ini juga terdapat artikel-artikel terkait topik utama di atas di antaranya Peranan
Deteksi Dini Kanker untuk Menurunkan Penyakit Kanker “Stadium Lanjut”, Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara di Indonesia 2007-2014, Mewaspadai Gejala
Kanker pada Anak, dan Mengenal Lebih Dekat Komunitas Taufan.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buletin ini. Semoga buletin ini bermanfaat
bagi kita agar bisa menerapkan pola hidup sehat dan mencegah kanker sedini mungkin.

Selamat membaca …..!


Redaksi
Tim Redaksi
Pelindung
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Pengarah
Oscar Primadi

Penanggung Jawab
Didik Budijanto

Redaktur
Nuning Kurniasih

Penyunting
Ratri Aprianda Istiqomah

Desainer Grafis/ Lay Outer


Hira Ahmad Habibi Ismail

Kesekretariatan
Ellysa Khairani

Mitra Bestari
Mugi Wahidin Hardina Sabrida
Edi Setiawan Tehuteru Andriana
Dini Wiradinata

Alamat Redaksi
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav, 4-9 Jakarta
Telp : 021-5221432, 021-5277167-68
Fax : 021-5203874, 021-5277167-68
Sekapur Sirih
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada
tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data
GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada
tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di
seluruh dunia. Penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya antara lain
disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara.
Berdasarkan wawancara Riskesdas tahun 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker
pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4%, dengan prevalensi kanker tertinggi
berada pada Provinsi DI Yogyakarta, yaitu sebesar 4,1%. Tingginya prevalensi kanker di
Indonesia perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini yang telah
dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan.
Dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia tahun 2015, Union for International Cancer Control (UICC) mengangkat tema
“Not Beyond Us” yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan mengenai penyakit kanker, serta
menggerakkan pemerintah dan individu di seluruh dunia untuk melakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
terhadap penyakit kanker. Pengenalan penyakit kanker merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena untuk menurunkan
kasus baru kanker diperlukan tindakan pencegahan dan deteksi dini. Tindakan pencegahan dan deteksi dini tersebut akan lebih
mudah dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah dikenali.
Pada Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2015, Menteri Kesehatan telah mencanangkan Komitmen Penanggulangan
Kanker di Indonesia. Berkaitan dengan komitmen tersebut, Menteri Kesehatan mengimbau kepada jajaran kesehatan,
masyarakat, dan pemangku kebijakan lainnya untuk mendukung penguatan Komitmen Kegiatan Penanggulangan Kanker di
Indonesia. Pengendalian penyakit kanker di Indonesia ditentukan oleh keberhasilan penerapan strategi penanganan yang
komprehensif, terorganisir, terkoordinasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran Pemerintah bersama
segenap lapisan masyarakat, termasuk organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, kalangan swasta dan dunia usaha,
serta seluruh individu dalam masyarakat.
Dipilihnya topik “Kanker” pada edisi Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan kali ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan informasi mengenai situasi dan kondisi, permasalahan dan tata laksana kanker. Semoga informasi yang kami
sajikan kali ini dapat bermanfaat, dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan ini.

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Jakarta, Juni 2015


Kepala Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI

drg. Oscar Primadi, MPH


TOPIK UTAMA

SITUASI
PENYAKIT KANKER
Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI

Pendahuluan
Setiap tahunnya, Hari Kanker Sedunia diperingati pada
tanggal 4 Februari, dan Hari Kanker Anak Internasional
pada tanggal 15 Februari. Momen ini lebih dari sekedar
peringatan karena merupakan momentum untuk
meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya
pengenalan penyakit kanker. Memperingati Hari Kanker
Sedunia tahun 2015, Union for International Cancer
Control (UICC) mengangkat tema “Not Beyond Us”
yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan
pengetahuan mengenai penyakit kanker, serta
menggerakkan pemerintah dan individu di seluruh dunia
untuk melakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan terhadap penyakit kanker.

Pengenalan penyakit kanker menjadi penting karena


untuk menurunkan kasus baru kanker diperlukan upaya
pencegahan dan deteksi dini yang akan lebih mudah
dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah
dikenali. Selain itu, pada momen tersebut juga diadakan
berbagai acara untuk memberikan semangat dan motivasi pasien kanker. Diagnosis kanker merupakan momok menakutkan
bagi pasien dan dapat mempengaruhi kondisi psikologis pasien. Oleh karena itu, dengan memberikan perhatian dan dukungan
psikososial kepada pasien kanker diharapkan dapat mengatasi tekanan psikologis pasien, serta dapat mempertahankan
kualitas hidupnya.

Komitmen Pencegahan Kanker


Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) merupakan Komite yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 02.02/MENKES/389/2014 pada 17 Oktober 2014. KPKN bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat kanker di Indonesia dengan mewujudkan penanggulangan kanker
yang terintegrasi, melibatkan semua unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Bertepatan dengan Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2015, Menteri Kesehatan mencanangkan Komitmen
Penanggulangan Kanker di Indonesia. Penandatangan komitmen dilakukan bersama-sama dengan Ketua Komite

1 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015


TOPIK UTAMA

Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) dan perwakilan dari organisasi profesi, yaitu Wakil Ketua Umum Yayasan Kanker
Indonesia (YKI). Pencanangan komitmen ini bertujuan untuk:
1. Menjadikan kanker sebagai salah satu prioritas masalah kesehatan nasional;
2. Bersatu dan bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kanker, baik oleh pemerintah,
organisasi profesi, dan masyarakat;
3. Meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat tentang kanker dan pola hidup sehat sebagai upaya
pencegahan;
4. Merencanakan dan mengimplementasikan program kerja secara paripurna dan berkesinambungan yang
mencakup deteksi dini, tatalaksana, rehabilitatif, dan paliatif;
5. Mendorong terbentuknya regulasi publik yang mendukung hidup sehat hindari kanker.

Berkaitan dengan komitmen tersebut, Menteri Kesehatan mengimbau kepada jajaran kesehatan, masyarakat, dan para
pemangku kebijakan lainnya untuk mendukung penguatan Komitmen Kegiatan Penanggulangan Kanker di Indonesia, dengan
memberikan perhatian khusus pada:
1. Peningkatan upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker;
2. Pengembangan upaya deteksi dini dalam rangka menurunkan angka kematian akibat kanker;
3. Pengobatan kanker yang sesuai standar, serta diperlukan pengawasan dan evaluasi tentang efektifitas
pengobatan alternatif yang banyak ditawarkan melalui media massa maupun elektronik;
4. Peningkatan kualitas hidup pasien kanker melalui upaya paliatif yang efektif;
5. Dukungan semua elemen masyarakat dalam mengendalikan kanker secara komprehensif dan
berkesinambungan.

Upaya untuk mencegah kanker didukung pula oleh Ibu Negara, Iriana Joko Widodo, beserta Organisasi Aksi Solidaritas Era
Kabinet Kerja (OASE-KK), yang terdiri dari para pendamping menteri dan unsur eksekutif lain, yang bersifat nonprofit dan
berbadan hukum. Organisasi ini mewadahi serangkaian program untuk mendukung tercapainya nawacita Presiden Jokowi yang
terkait upaya revolusi mental dan pemberdayaan masyarakat yang melibatkan berbagai kementerian/institusi/lembaga terkait
yang sudah ada sejak lama, secara profesional di masyarakat dengan bersinergi sehingga dapat mendukung tercapainya visi,
misi dan tujuan OASE-Kabinet Kerja. Komitmen pencegahan kanker diwujudkan dengan pencanangan program nasional peran
serta masyarakat dalam pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia untuk periode 2015-2019.

Program nasional "Percepatan Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan
Indonesia" untuk periode 2015-2019 dipusatkan di Puskesmas Nanggulan di Kabupaten Kulon Progo dan 10 kota lain di
Indonesia. Program tersebut melibatkan ibu-ibu yang tergabung dalam Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (TP PKK) dalam rangka sosialisasi program nasional gerakan pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan
Indonesia. Pada daerah dengan dokter dan tenaga medis terbatas, TP PKK diharapkan dapat mengidentifikasi dan
berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan yang akan akan mewujudkan inovasi pelayanan dengan cara "flying health
care", yang merupakan salah satu upaya peningkatan akses dan mutu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

Situasi Global Penyakit Kanker


Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi
penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar
kematian akibat kanker setiap tahunnya.

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 2


7
TOPIK UTAMA
7

Gambar 1. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian Akibat Kanker pada Penduduk di Dunia
Tahun 2012

Sumber: GLOBOCAN 2012 (IARC). Section of Cancer Surveillance.

Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012
terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Gambar 1 menunjukkan bahwa
kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol
dengan umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, 30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara merupakan
penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi akibat kanker.

Dilihat pada Gambar 2 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa kanker paru ditemukan pada penduduk laki-laki, yaitu sebesar
34,2%, sedangkan kematian akibat kanker paru pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk perempuan, kanker
payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9%.

Gambar 2. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian Akibat Kanker pada Penduduk Laki-laki dan Perempuan
di Dunia Tahun 2012

Sumber: GLOBOCAN 2012 (IARC). Section of Cancer Surveillance

7
3 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
7
TOPIK UTAMA
7

Faktor Risiko Kanker


Tingginya kasus baru kanker dan sekitar 40% dari kematian akibat kanker berkaitan erat dengan faktor risiko kanker yang
seharusnya dapat dicegah. Faktor risiko kanker yang terdiri dari faktor risiko perilaku dan pola makan, di antaranya adalah:
 Indeks massa tubuh tinggi;
 Kurang konsumsi buah dan sayur;
 Kurang aktivitas fisik;
 Penggunaan rokok;
 Konsumsi alkohol berlebihan;

Faktor risiko kanker lainnya, adalah akibat paparan:


 Karsinogen fisik, seperti ultraviolet (UV) dan radiasi ion;
 Karsinogen kimiawi, seperti benzo(a)pyrene, formalin dan aflatoksin (kontaminan makanan), dan serat contohnya
asbes;
 Karsinogen biologis, seperti infeksi virus, bakteri dan parasit.

Intervensi terhadap faktor risiko kanker tidak hanya bertujuan untuk menurunkan kasus baru kanker, namun juga menurunkan
kemungkinan penyakit lainnya yang disebabkan faktor risiko tersebut. Di antara faktor risiko penting penyakit kanker yang dapat
dimodifikasi (Ezzati et al., 2004, Danaei et al., 2005, Driscoll et a., 2005 dalam WHO, 2007) adalah:
 Merokok, yang menyebabkan terjadinya sekitar 1,5 juta kematian akibat kanker setiap tahunnya (60% kematian
terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah);
 Kelebihan berat badan, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik, yang menyebabkan 274.000 kematian akibat
kanker setiap tahunnya;
 Konsumsi alkohol berlebihan, yang menyebabkan sekitar 351.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya;
 Penularan human papilloma virus (HPV) melalui hubungan seksual, yang menyebabkan sekitar 235.000 kematian
akibat kanker setiap tahunnya;
 Polusi udara (di luar maupun di dalam ruangan), yang menyebabkan sekitar 71.000 kematian akibat kanker setiap
tahunnya;
 Karsinogen di lingkungan kerja, yang menyebabkan setidaknya 152.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya.

Faktor risiko terbanyak yang menyebabkan kematian akibat kanker berbeda pada negara-negara di dunia. Berdasarkan Gambar
3 dapat dilihat bahwa faktor risiko penyebab kematian akibat kanker berbeda pada penduduk di negara berpenghasilan rendah-
menengah dan negara berpenghasilan tinggi. Merokok merupakan faktor risiko terbesar penyebab kematian akibat kanker di
dunia, negara berpenghasilan rendah-menengah, maupun negara berpenghasilan tinggi. Pada penduduk di negara
berpenghasilan rendah-menengah, konsumsi alkohol, rendahnya konsumsi buah dan sayur, serta infeksi virus human papilloma
(HPV) menyebabkan lebih banyak kematian akibat kanker dibandingkan pada penduduk di negara berpenghasilan tinggi. Namun,
merokok serta kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko yang lebih dominan pada penduduk di negara
berpenghasilan tinggi.

7
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 45
TOPIK UTAMA

Gambar 3. Kontribusi Faktor Risiko terhadap Kematian Akibat Kanker di Dunia, Negara Berpenghasilan Rendah-
Menengah, dan Negara Berpenghasilan Tinggi

Sumber: Berdasarkan Data Danaei et al., 2005.

Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa proporsi faktor risiko kanker yang berbeda jauh antara penduduk laki-laki dan
perempuan adalah merokok dan obesitas sentral. Penduduk laki-laki yang merokok sebesar 56,7%, sedangkan perempuan
yang merokok sebesar 1,9%. Namun, penduduk perempuan lebih banyak yang obesitas dibandingkan dengan penduduk laki-
laki, yaitu sebesar 42,1%.

Gambar 4. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Jenis Kelamin,
Tahun 2013

Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Sementara itu, jika dilihat pada Gambar 5, faktor risiko tertinggi pada penduduk semua kelompok umur secara umum adalah
kurangnya konsumsi sayur dan buah. Proporsi tertinggi penduduk yang merokok, obesitas, dan sering mengonsumsi makanan
berlemak terdapat pada kelompok umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun. Sedangkan kebiasaan mengonsumsi
makanan dibakar/dipanggang dan mengonsumsi makanan hewani berpengawet cenderung lebih tinggi pada kelompok umur
yang lebih muda. Oleh karena itu, karena terdapat perbedaan perilaku dan pola makan pada tiap kelompok umur, maka
diperlukan upaya pencegahan dan promosi kesehatan yang tepat.

5 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015


TOPIK UTAMA

Gambar 5. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Kelompok Umur,
Tahun 2013

Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Jika dilihat berdasarkan tingkat sosio ekonomi penduduk melalui pengukuran kuintil indeks kepemilikan (Gambar 6), proporsi
konsumsi makanan hewani berpengawet, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas pada kelompok kuintil indeks kepemilikan
terendah sampai dengan kelompok teratas cenderung meningkat. Sedangkan perilaku merokok serta konsumsi buah dan sayur
cenderung menurun.

Gambar 6. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Kuintil Indeks
Kepemilikan, Tahun 2013

Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Situasi Penyakit Kanker di Indonesia


Pada kuesioner Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, salah satu pertanyaan adalah apakah penduduk pernah didiagnosis oleh dokter.
Berdasarkan wawancara tersebut, didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar
1,4‰. Prevalensi kanker tertinggi berada pada Provinsi DI Yogyakarta, yaitu sebesar 4,1‰, jauh lebih tinggi dibandingkan

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 6


TOPIK UTAMA

dengan angka nasional. Prevalensi tertinggi berikutnya berada pada Provinsi Jawa Tengah dan Bali, yaitu sebesar 2,1‰ dan
2,0‰. Informasi mengenai prevalensi kanker di Indonesia tahun 2013 menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah
ini.

Gambar 7. Prevalensi Kanker pada Penduduk Semua Umur di Indonesia, Tahun 2013

Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini yang telah dilakukan
oleh penyedia layanan kesehatan. Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini serta mendapat pengobatan yang cepat
dan tepat akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup lebih lama. Oleh karena itu, penting dilakukan pemeriksaan rutin
secara berkala sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini kanker.
Berdasarkan data rutin Subdit Kanker Direktorat Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, sampai dengan tahun 2013, program deteksi dini kanker serviks dan
kanker payudara baru diselenggarakan pada 717 Puskesmas dari total 9.422 Puskesmas di 32 provinsi. Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa Puskesmas yang memiliki program deteksi dini masih sangat sedikit atau sekitar 7,6%.
Estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan Tabel 1, diketahui
bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker
payudara terbesar, sementara itu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat memiliki estimasi jumlah penderita terkecil dari seluruh
provinsi.
Tingginya jumlah penderita kanker serviks dan payudara di Indonesia idealnya diimbangi dengan tingginya jumlah provider
(pelaksana program, yang terdiri dari dokter umum dan bidan) dan skrining di Puskesmas. Sampai dengan tahun 2013, terdapat
1.682 provider deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia dengan estimasi jumlah kanker serviks sebanyak

7 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015


TOPIK UTAMA

98.692 kasus dan kanker payudara sebanyak 61.682 kasus. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa provider deteksi dini
terbanyak berada pada provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Bali, sedangkan di beberapa provinsi lainnya seperti Kalimantan
Selatan dan Sulawesi Utara belum ada provider deteksi dini sementara jumlah penderita kanker di provinsi tersebut cukup
tinggi.
Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan
menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-
orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan. Skrining kanker payudara di Puskesmas
Penyelenggara Deteksi Dini dilakukan dengan Clinical Breast Examination (CBE) dan skrining kanker serviks dilakukan dengan
tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Jumlah skrining kanker payudara dan kanker serviks terbanyak terdapat pada Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada Provinsi Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Gorontalo, Maluku, dan
Maluku Utara belum terdapat skrining, sedangkan estimasi jumlah penderita kanker payudara dan kanker serviks pada provinsi-
provinsi tersebut cukup banyak.
Sampai dengan tahun 2013, terdapat 405 trainer yang bertugas untuk memberikan pelatihan kepada provider deteksi dini di
masing-masing provinsi di Indonesia. Trainer tersebut terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter spesialis bedah
onkologi, dokter spesialis bedah onkologi, dokter umum, dan bidan. Dari seluruh provinsi di Indonesia, hanya Provinsi Aceh
yang belum memiliki trainer deteksi dini, sementara provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki trainer terbanyak, yaitu 36 orang.
Diharapkan jumlah trainer akan semakin bertambah sehingga jumlah provider dan skrining akan semakin meningkat pula.

Tabel 1. Estimasi Jumlah Kasus, Jumlah Provider, Jumlah Trainer, dan Skrining
Kanker Serviks dan Payudara berdasarkan Provinsi, Tahun 2013

Estimasi Jumlah Kasus


No Provinsi Jumlah provider Skrining Jumlah trainer
Kanker Kanker
Serviks Payudara
1 Aceh 1.401 1.869 0 0 0
2 Sumatera Utara 4.694 2.682 53 70.268 6
3 Sumatera Barat 2.285 2.285 40 507 6
4 Riau 894 894 34 0 12
5 Jambi 1.792 977 18 0 18
6 Sumatera Selatan 1.544 772 20 0 6
7 Bengkulu 705 705 20 498 15
8 Lampung 765 1.148 20 151 6
9 Kep. Bangka Belitung 323 194 0 0 18
10 Kep. Riau 1.416 378 17 685 12
11 DKI Jakarta 5.919 3.946 249 82.615 10
12 Jawa Barat 15.635 6.701 86 129.538 6
13 Jawa Tengah 19.734 11.511 243 101.107 21
14 DI Yogyakarta 2,703 4.325 90 9.280 6
15 Jawa Timur 21.313 9.688 118 92.345 6
16 Banten 2.252 2.252 35 600 5
17 Bali 1.438 1.233 169 78.359 7
18 Nusa Tenggara Barat 958 479 83 3.059 36
19 Nusa Tenggara Timur 1.002 1.252 31 322 18
20 Kalimantan Barat 882 441 91 2.655 24

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 8


TOPIK UTAMA

Tabel 1. (Lanjutan)

Estimasi Jumlah Kasus


No Provinsi Jumlah provider Skrining Jumlah trainer
Kanker Kanker
Serviks Payudara
21 Kalimantan Tengah 335 112 21 1.119 23
22 Kalimantan Selatan 2.087 1.328 0 38.213 15
23 Kalimantan Timur 752 1.879 51 486 6
24 Sulawesi Utara 1.615 346 0 21.833 6
25 Sulawesi Tengah 680 408 20 3.052 6
26 Sulawesi Selatan 3.400 2.975 83 8.469 6
27 Sulawesi Tenggara 354 590 70 51 16
28 Gorontalo 0 111 0 0 9
29 Sulawesi Barat 625 188 0 73 11
30 Maluku 824 165 0 0 23
31 Maluku Utara 819 218 0 0 19
32 Papua Barat 40 80 20 46 15
34 Papua 2.018 466 0 105 12
INDONESIA 98.692 61.682 1.682 645.436 405
Sumber : Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dan Data Rutin
Subdit Pengendalian Penyakit Kanker Dit. Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian
Kesehatan RI.

Kanker pada Anak


Terminologi “Kanker Anak” biasanya digunakan pada diagnosis kanker yang terjadi pada anak sampai usia 18 tahun. Menurut
data Union for International Cancer Control (UICC), setiap tahun terdapat sekitar 176.000 anak yang didiagnosis kanker, yang
mayoritas berasal dari negara berpenghasilan rendah dan menengah. Meskipun kejadian kanker pada anak di seluruh dunia
masih cukup jarang, namun kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian 90.000 anak setiap tahunnya. Di negara
berpenghasilan tinggi, kanker merupakan penyebab kedua terbesar kematian anak umur 5-14 tahun, setelah cedera dan
kecelakaan. Sementara itu, di Indonesia terdapat sekitar 11.000 kasus kanker anak setiap tahunnya, dan terdapat sekitar 650
kasus kanker anak di Jakarta.
Jenis penyakit kanker anak cenderung berbeda dengan kanker pada dewasa. Secara umum, sepertiga dari kanker anak adalah
leukemia. Penyakit kanker terbanyak lainnya adalah limfoma dan tumor pada sistem saraf pusat. Beberapa jenis tumor yang
terjadi hanya pada anak-anak yaitu neuroblastoma, nephroblastoma, medulloblastoma dan retinoblastoma.
Hingga kini, hanya beberapa faktor risiko kanker anak yang dapat diidentifikasi, di antaranya adalah radiasi, faktor genetik,
karsinogen kimiawi, dan virus. Sejumlah kanker pada anak juga terkait dengan konstitusi genetik. Hal ini diperkirakan karena
adanya perbedaan kasus baru kanker anak pada etnis berbeda. Kerentanan individu yang diakibatkan oleh faktor genetik juga
merupakan salah satu penyebab kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa virus seperti Epstein-Barr, Hepatitis B,
Human Herpes dan HIV dapat berkontribusi pula terhadap peningkatan risiko kanker anak.
Sebagian besar kanker anak muncul tanpa tanda dan gejala yang spesifik, sehingga dapat menyebabkan lambatnya kanker
tersebut terdeteksi. Di negara berpenghasilan rendah terdapat hambatan untuk melaksanakan deteksi dini yang disebabkan
karena kurangnya akses ke pelayanan kesehatan dan fasilitas diagnostik yang masih kurang memadai. Di negara
berpenghasilan tinggi, sekitar 80% anak yang menderita kanker bertahan hidup lima tahun atau lebih setelah didiagnosis

9 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015


TOPIK UTAMA

kanker. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, prognosis pada anak yang didiagnosis kanker jauh lebih rendah.
Lambatnya diagnosis kanker, kurang memadainya peralatan dan obat-obatan di rumah sakit, terjadinya komplikasi penyakit
lainnya yang mungkin diderita oleh anak tersebut, serta kurangnya pengetahuan terkait kanker pada penyedia layanan
kesehatan primer dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan kanker.

Gambar 8. Jumlah Kasus Baru dan Jumlah Kematian Akibat Penyakit Kanker pada Anak di RS Kanker Dharmais,
Tahun 2010-2013

Sumber: Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan RS Kanker Dharmais, 2010-2013.

Berdasarkan Gambar 8 di atas dapat dilihat bahwa selama tahun 2010-2013, leukemia merupakan penyakit dengan jumlah
kasus baru dan jumlah kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais. Kasus baru dan kematian akibat leukemia cenderung
meningkat setiap tahunnya. Limfoma, Wilm’s tumor, dan retinoblastoma juga turut berkontribusi terhadap tingginya jumlah
kematian akibat kanker pada anak. Dari semua jenis kanker pada anak, hanya retinoblastoma yang dapat dideteksi sejak dini.
Semakin awal kasus retinoblastoma dideteksi, maka semakin baik upaya penanganan yang dapat diberikan, sehingga jumlah
kematian akibat retinoblastoma dapat ditekan.

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 10


TOPIK UTAMA

Dukungan terhadap Pasien Kanker


Hasil penelitian Janet M. de Groot menunjukkan bahwa kanker berpengaruh terhadap kondisi psikologis pasien yang
mengalami kondisi tertekan atau distress. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi psikologis pasien-pasien
kanker dengan kondisi distress yang senantiasa memperoleh dukungan sosial ternyata berhubungan positif terhadap
berkurangnya depresi (de Groot, 2002).
Besarnya pengaruh dukungan sosial terhadap pasien kanker mencetuskan lahirnya kelompok atau organisasi pendukung
pasien kanker yang bertujuan untuk memberikan dukungan psikologis, informasi seputar kanker, dan sekaligus menjadi wadah
untuk sharing pengalaman antara sesama pasien. Salah satu di antaranya adalah Yayasan Komunitas Taufan yang merupakan
salah satu kelompok yang menggerakkan para relawan untuk memberikan dukungan bagi para penderita kanker terutama
anak-anak yang menderita kanker. Diharapkan dengan memberikan dukungan terhadap pasien kanker anak tersebut akan
menambah semangat pasien dalam menjalani masa perawatannya.

Referensi
Danaei, G et al. (2005). Causes of cancer in the world: comparative risk assessment of nine behavioural and environmental risk
factors. Lancet, 366:1784-93.
de Groot, Janet M. (2002). The complexity of the role of social support in relation to the psychological distress associated with
cancer. Journal of Psychosomatic Research, 52, 277 – 278.
International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. (2012). GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality,
and prevalence worldwide in 2012. Diakses melalui http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_population.aspx pada
tanggal 16 April 2015.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Litbang Kemenkes RI.
World Health Organization. (2007). Prevention. cancer control: knowledge into action: WHO guide for effective programmes:
module 2). Geneva: World Health Organization.

11 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015


TULISAN TERKAIT TOPIK

Deteksi Dini Kanker Leher Rahim


dan Kanker Payudara
di Indonesia 2007-2014
Mugi Wahidin, SKM, M.Epid
Sub Direktorat Pengendalian Penyakit Kanker,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Abstrak
Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker tertinggi di Indonesia.
Dalam rangka pengendalian kedua kanker tersebut, Kementerian Kesehatan (Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Subdit Pengendalian Penyakit Kanker) bekerja
sama dengan lintas program terkait, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), organisasi profesi, Female Cancer Program (FCP), Solidaritas Istri Kabinet
Indonesia Bersatu (SIKIB), dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK),
serta PKK dalam mengembangkan program deteksi dini. Program tersebut dikembangkan
sejak tahun 2007, dengan didahului pengembangan pada 6 lokasi pilot project, kemudian
dikembangkan ke daerah lain di seluruh Indonesia.
Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan menggunakan metode Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat (IVA) dan tindakan krioterapi untuk IVA positif (lesi pra kanker leher rahim
positif), sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode Pemeriksaan
Payudara Klinis (SADANIS) atau Clinicial Breast Examination (CBE). Program deteksi dini kanker leher rahim dan kanker
payudara ini dicanangkan oleh Ibu Negara.
Target program adalah 50% perempuan berusia 30-50 tahun yang dicapai dalam 5 tahun. Kegiatan deteksi dini dilaksanakan di
Puskesmas dengan rujukan ke rumah sakit kabupaten/kota dan rumah sakit tingkat provinsi. Kegiatan pokoknya adalah
advokasi dan sosialisasi, pelatihan pelatih (training of trainers), pelatihan provider di kabupaten/kota, pelatihan kader di
Puskesmas, promosi, pelaksanaan skrining, pencatatan dan pelaporan (surveilans), serta monitoring dan evaluasi. Data hasil
skrining dilaporkan menggunakan formulir baku sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 796 Tahun 2010 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim serta menggunakan aplikasi Sistem Informasi
Surveilans Penyakit Tidak Menular.
Sampai dengan tahun 2014, program telah berjalan pada 1.986 Puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di
Indonesia. Cakupan hasil kegiatan dari 2007 sampai 2014, yaitu telah dilakukan skrining terhadap 904.099 orang (2,45%), hasil
IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%), suspek kanker leher rahim sebanyak 1.056 orang (1,2 per 1.000 orang), dan tumor
payudara sebanyak 2.368 orang (2,6 per 1.000 orang).
Kegiatan deteksi dini tidak hanya perlu terus diperkuat di daerah yang sudah mengembangkan, namun juga diperluas ke daerah
lain yang belum mengembangkan untuk mencapai target dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan.

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 12


7
TULISAN TERKAIT TOPIK
7

Gambar 1. Infografis Situasi Kanker

Latar Belakang
Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang
meninggal akibat kanker, dan lebih dari 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang (WHO dan World Bank,2005).
Jenis kanker tertinggi pada perempuan di dunia adalah kanker payudara (38 per 100.000 perempuan) dan kanker leher rahim
(16 per 100.000 perempuan) (Globocan/IARC 2012).
Di Indonesia, prevalensi kanker adalah sebesar 1,4 per 1.000 penduduk (Riskesdas 2013), serta merupakan penyebab
kematian nomor 7 (5,7%) dari seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi insidens kanker payudara di Indonesia
sebesar 40 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan (Globocan/IARC 2012). Angka ini
meningkat dari tahun 2002, dengan insidens kanker payudara 26 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahim 16 per
100.000 perempuan (Globocan/IARC 2012). Jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia
tahun 2010 adalah kanker payudara (28,7%), disusul kanker leher rahim (12,8%). Estimasi tahun 1985, hanya 5% perempuan di
negara sedang berkembang yang mendapat pelayanan penapisan, dibandingkan dengan 40% perempuan di negara maju
(PATH, 2000).
7
7
13 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
7
TULISAN TERKAIT TOPIK
7

Untuk itu Kementerian Kesehatan, melalui Subdit Pengendalian Penyakit Kanker, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, bekerja sama dengan lintas program terkait, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi
profesi, Female Cancer Program (FCP), Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), dan Organisasi Aksi Solidaritas Era
Kabinet Kerja (OASE-KK), serta PKK dalam mengembangkan program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara. Tahun
2007 telah dikembangkan pilot proyek deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara di 6 daerah, yaitu Deli Serdang
(Sumatera Utara), Gresik (Jawa Timur), Kebumen (Jawa Tengah), Gunung Kidul (D.I. Yogyakarta), Karawang (Jawa Barat), dan
Gowa (Sulawesi Selatan). Dalam pengembangan pilot proyek tersebut, Kementerian Kesehatan dibantu secara teknis oleh
JHPIEGO, suatu LSM dalam kesehatan perempuan yang berafiliasi dengan John Hopkins University, Amerika Serikat, dan
bekerja sama dengan Female Cancer Program (FCP). Program Nasional Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara
dicanangkan oleh Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono pada tanggal 21 April 2008, dilanjutkan dengan Pencanangan Program
Nasional Peran serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia 2015-2019 oleh Ibu
Negara Iriana Jokowi. Program ini terus diperkuat dan dikembangkan ke daerah-daerah lain di Indonesia.

Metodologi
Kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dilakukan dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan
pengobatan segera dengan krioterapi untuk IVA positif (lesi pra kanker leher rahim positif). Sedangkan deteksi dini kanker
payudara menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) atau Clinical Breast Examination (CBE) dan
dengan mengajarkan Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Pemeriksaan IVA bertujuan untuk menemukan lesi pra kanker leher
rahim, sebelum menjadi kanker, sedangkan SADANIS dan SADARI bertujuan untuk menemukan benjolan pada payudara
sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secara dini.
Penggunaan metode IVA dan CBE karena metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
1) Program IVA dan CBE merupakan pemeriksaan yang sederhana, mudah, cepat, dan hasil dapat diketahui langsung,
2) Tidak memerlukan sarana laboratorium dan hasilnya segera dapat langsung didapatkan,
3) Dapat dilaksanakan di Puskesmas bahkan mobil keliling, yang dilakukan oleh dokter umum dan bidan,
4) Jika dilakukan dengan kunjungan tunggal (single visit approach), IVA dan krioterapi akan meminimalisasi klien yang
hilang (loss) sehingga menjadi lebih efektif,
5) Cakupan deteksi dini dengan IVA minimal 80% selama lima tahun akan menurunkan insidens kanker leher rahim
secara signifikan (WHO, 2006),
6) Sensitifitas IVA sebesar 77% (range antara 56-94%) dan spesifisitas 86% (antara 74-94%) (WHO, 2006),
7) Skrining kanker leher rahim dengan frekuensi 5 tahun sekali dapat menurunkan kasus kanker leher rahim 83,6%
(IARC, 1986), dan
8) Deteksi dini kanker payudara dengan CBE dapat menemukan stadium I dan II (downstaging) sebesar 68% (Regional
Workshop NCCP, India 2010 )

Target program adalah 50% perempuan berusia 30-50 tahun yang dicapai pada tahun 2019. Kegiatan deteksi dini dilaksanakan
di Puskesmas dengan rujukan ke rumah sakit kabupaten/kota dan rumah sakit tingkat provinsi. Kegiatan pokoknya adalah
advokasi dan sosialisasi, pelatihan pelatih (training of trainers), pelatihan provider di kabupaten/kota, pelatihan kader di
Puskesmas, promosi, pelaksanaan skrining, pencatatan dan pelaporan (surveilans), serta monitoring dan evaluasi.
Pencatatan dan pelaporan data dilakukan dengan menggunakan formulir baku sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
796 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Data dimasukkan ke
dalam buku register kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi Sistem Informasi Surveilans Penyakit Tidak Menular. Data diolah
dan dianalisis secara otomatis oleh sistem informasi dan dapat diakses secara berjenjang mulai dari Puskesmas, dinas
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian Kesehatan (Direktorat Penanggungan Penyakit Tidak
Menular).

7
7
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 14
TULISAN TERKAIT TOPIK

Hasil
Sampai tahun 2014, program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah berjalan pada 1.986 Puskesmas di 304
kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Pelatih (trainer) deteksi dini berjumlah 430 orang terdiri dari dokter
spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis onkologi, dokter bedah, dokter umum dan bidan. Sedangkan pelaksana (provider)
deteksi dini di Puskesmas berjumlah 4.127 orang, yang terdiri dari 2.671 bidan dan 1.456 dokter umum. Sedangkan untuk
cakupan dan hasil, skrining telah dilakukan terhadap 904.099 orang (2,45%), hasil IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%),
suspek kanker leher rahim sebanyak 1.056 orang (1,2 per 1.000 orang), tumor payudara sebanyak 2.368 orang (2,6 per 1.000
orang).

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
 Cakupan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara masih rendah, yaitu sebesar 2,45%, sehingga memerlukan
upaya lebih kuat untuk mencapai target. yaitu deteksi dini terhadap 50% perempuan usia 30-50 tahun selama 5
tahun.
 Program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara telah berjalan dengan baik untuk mendeteksi lesi pra
kanker leher rahim dan benjolan pada payudara.
 Program deteksi dini menggunakan metode IVA dan SADANIS sudah sesuai dengan kemampuan sumber daya di
daerah.

Saran
 Monitoring lebih intensif ke daerah yang sudah mengembangkan kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan
kanker payudara.
 Advokasi dan sosialisasi ke daerah agar mengembangkan kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara.
 Peningkatan sumber daya manusia.
 Pengawasan kualitas pelayanan deteksi dini dan tindak lanjutnya di setiap jenjang agar program dapat mencapai
tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker leher rahim dan payudara.
 Evaluasi tahunan nasional kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara.

15 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015


TULISAN TERKAIT TOPIK

Peranan Deteksi Dini Kanker


untuk Menurunkan
Penyakit Kanker “STADIUM LANJUT”
dr. Hardina Sabrida, MARS
Kepala Unit Deteksi Dini RS Kanker Dharmais, Jakarta

Pendahuluan
Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan tumbuh tidak terkendali
serta membelah lebih cepat dibandingkan dengan sel normal. Sel kanker tidak mati setelah
usianya cukup, melainkan tumbuh terus dan bersifat invasif sehingga sel normal tubuh
dapat terdesak atau malah mati.
Di Indonesia, kanker perlahan mulai menggeser posisi serangan jantung sebagai
penyebab utama kematian. Data dari Departemen Kesehatan tahun 2007 menunjukkan
kanker berada pada posisi keempat penyebab kematian akibat penyakit non-infeksi,
setelah serangan jantung, stroke, dan diabetes mellitus. Naiknya posisi kanker sebagai
penyebab kematian adalah akibat tingginya jumlah kasus baru kanker yang datang pada
stadium lanjut.
Dianggap sebagai penyakit yang mengerikan, kanker sebenarnya dapat didiagnosis
secara dini. Deteksi dini kanker tidak hanya dapat menurunkan angka kematian akibat kanker, tetapi juga meningkatkan kualitas
hidup penderitanya.
RS Kanker Dharmais sebagai pusat rujukan kanker nasional memiliki komitmen besar terhadap deteksi dini kanker yang
diwujudkan dengan dibentuknya Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) pada tahun 1999 yang
mengusung konsep “Penanggulangan kanker terpadu paripurna”. Instalasi Deteksi Dini & PKRS memberikan pelayanan
komprehensif di dalam gedung maupun di luar gedung untuk satu tujuan utama, yaitu meningkatkan “persentase kasus kanker
yang didiagnosis secara dini”.
Klinik Deteksi Dini Kanker melayani pemeriksaan deteksi dini kanker payudara, kanker leher rahim (serviks), kanker kolorektal,
kanker hati, kanker prostat dan kanker paru, serta program imunisasi Human Papilloma Virus dan Hepatitis B. Paket deteksi dini
ini termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang yang berkaitan (pencitraan dan penanda tumor). Dengan fasilitas laboratorium
dan peralatan radiologis yang lengkap, semua pemeriksaan dapat dilakukan di satu atap. Konsep “one-stop shopping services”
ini diharapkan dapat memberikan kenyamanan lebih bagi pasien. Semua hasil pemeriksaan akan dijelaskan oleh dokter yang
bertugas setiap hari kerja di klinik deteksi dini kanker dan bila hasil pemeriksaan mencurigakan ke arah kanker, pasien akan
dikonsultasikan ke dokter spesialis yang sesuai.
Semua layanan yang ada tidak serta merta menjamin banyak orang datang untuk memeriksakan diri. Dari berbagai survei
diketahui bahwa salah satu faktor penyebab tingginya jumlah kasus kanker stadium lanjut adalah keengganan memeriksakan
diri ke dokter karena takut didiagnosis kanker. Orang awam seringkali hanya mendengar bahwa kanker penyakit kutukan atau
kanker tidak ada obatnya, tanpa pernah memperoleh informasi yang benar tentang kanker.
Untuk menjawab tantangan ini, Instalasi Deteksi Dini & PKRS RS Kanker Dharmais telah melakukan kegiatan preventif dan juga
promotif yaitu seperti pembuatan media berupa leaflet, poster, banner dan lain sebagainya. Selain itu, dilakukan pula

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 16


TULISAN TERKAIT TOPIK

penyebaran informasi melalui penyuluhan tentang kanker baik di dalam maupun di luar gedung, seperti instansi pemerintah/
swasta, yayasan, organisasi masyarakat/agama, sekolah dan universitas serta melalui media cetak dan elektronik. Dari
kegiatan-kegiatan tersebut di atas diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk mau melakukan pemeriksaan kesehatan
secara dini agar bisa ditemukan penyakit kanker sedini mungkin. Deteksi dini dapat menurunkan angka penyakit kanker
“stadium lanjut” sehingga angka kesembuhan penyakit kanker menjadi meningkat. Kementerian Kesehatan menargetkan pada
tahun 2030 angka kesakitan penyakit kanker stadium lanjut tidak ditemukan lagi.

Faktor Penghambat Deteksi Dini


1. Dari sisi pasien: 7
a. Bisa menutupi kelainan dengan pakaian;
b. Kurangnya biaya;
c. Kurangnya pengetahuan;
d. Takut didiagnosis kanker.

2. Dari sisi dokter:


a. Belum ”cancer minded”;
b. Enggan merujuk.

3. Dari sisi rumah sakit:


a. Kurang sarana diagnostik, terapi, dan tenaga ahli;
b. Rumah sakit selalu penuh.

4. Adanya kesalahan informasi tentang kanker di media, di antaranya yaitu:


a. Banyaknya pengobatan alternatif yang diiklankan lewat media cetak (koran, majalah, dan sebagainya);
b. Kesalahan informasi tentang kanker di internet;
c. Penyiaran berbagai acara pengobatan alternatif di televisi.

Alasan pentingnya Deteksi Dini Kanker adalah:


1. Insidens dan prevalensi cukup tinggi di masyarakat;
2. Perkembangan penyakit cukup lama;
3. Ada teknik pemeriksaan yang sensitif dan spesifik;
4. Ada cara pengobatan yang efektif;
5. Pemeriksaan tidak invasif.

Penyakit Kanker yang Dapat Dideteksi Dini


1. Kanker Payudara;
2. Kanker Leher Rahim (Serviks);
3. Kanker Usus Besar (Kolorektal);
4. Kanker Prostat;
5. Kanker Hati;
6. Kanker Paru.

Gejala Kanker Secara Umum

W A S P A D A
17 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
TULISAN TERKAIT TOPIK

1. Waktu buang air besar (BAB) / buang air kecil (BAK) ada perubahan.
2. Alat pencernaan terganggu.
3. Suara serak/batuk tidak sembuh.
4. Payudara/di tempat lain ada benjolan.
5. Andeng-andeng berubah sifat.
6. Darah/lendir abnormal.
7. Ada koreng yang tidak sembuh.

Faktor-faktor Risiko Kanker


Tabel 1. Faktor-faktor Risiko Kanker

Kanker Payudara Kanker Leher Rahim (Serviks)


 Usia haid pertama di bawah 12 tahun.  Menikah atau memulai aktifitas seksual pada usia
muda (kurang dari 18 tahun).

 Wanita tidak menikah.  Berganti-ganti pasangan seks.


 Wanita menikah tidak mempunyai anak.  Sering menderita infeksi di daerah kelamin.

 Melahirkan anak pertama pada usia di atas 30  Wanita yang melahirkan banyak anak.
tahun.
 Tidak menyusui.  Wanita yang merokok.
 Menggunakan kontrasepsi hormonal dan atau
mendapat terapi hormonal dalam waktu yang cukup
lama.

 Usia menopause lebih dari 55 tahun.

 Pernah operasi tumor jinak payudara.

 Riwayat kanker dalam keluarga.

 Wanita yang mengalami stres berat.


 Konsumsi lemak berlebihan, konsumsi alkohol ber-
lebihan.

 Perokok aktif & pasif.

Kanker Usus Kanker Prostat


 Usia 50 tahun ke atas.  Umur  meningkat di usia lebih dari 50 tahun.
 Riwayat menderita polip di usus.  Faktor keturunan  Pria dengan riwayat kanker
prostat dalam keluarga berisiko 2-3 kali lebih
besar.

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 18


TULISAN TERKAIT TOPIK

(Lanjutan)
Faktor-faktor Risiko Kanker
Kanker Usus Kanker Prostat
 Riwayat menderita infeksi usus besar (colitis ulcera-  Kebiasaan makan  Diet tinggi lemak telah
tive atau penyakit Chron). dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker
prostat.
 Riwayat polip ataupun kanker usus besar dalam  Agen kimia  Paparan terhadap bahan kimia
keluarga. seperti cadmium telah terlibat dalam perkem-
bangan kanker prostat.

 Faktor genetik.
 Ras dan etnis.

 Konsumsi berlebih daging merah dan daging olahan

 Kurang aktivitas fisik

 Obesitas

 Konsumsi alkohol yang tinggi

Kanker Hati Kanker Paru


 Riwayat Infeksi virus hepatitis B dan hepatitis C.  Usia 50 tahun ke atas.

 Konsumsi alkohol yang berlebihan.  Usia 20 tahun ke atas dengan riwayat merokok
atau perokok pasif.

 Penggunaan jarum suntik bergantian pada  Berhenti merokok setelah ≤ 15 tahun.


pengguna narkoba dapat meningkatkan risi-
ko paparan infeksi virus hepatitis B dan hepatitis C.

 Paparan racun jamur (aflatoksin) yaitu jamur yang  Riwayat kanker paru dalam keluarga
ditemukan dalam kacang tanah.

 Penyakit perlemakan hati non-alkoholik.

 Obesitas.

 Penggunaan steroid anabolic dalam jangka waktu


yang lama.

 Riwayat kanker hati dalam keluarga.

 Pria mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk ter-


kena kanker hati. Perbandingan pria : wanita = 3 : 1.

19 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015


TULISAN TERKAIT TOPIK

Data Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais

Gambar 1. Kunjungan Pasien Baru dan Lama di Poliklinik Deteksi Dini Kanker,
Tahun 2010-2014

Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais

Dari data di atas terlihat kunjungan pasien ke poliklinik deteksi dini tahun 2012-2013 mengalami kenaikan sebesar 3,32%,
sedangkan tahun 2013-2014 mengalami penurunan sebesar 6,57%. Hal ini disebabkan karena Poliklinik Deteksi Dini sudah
tidak menerima pasien-pasien rujukan dari Puskesmas binaan dikarenakan sudah memakai sistem BPJS yang mengikuti sistem
alur rujukan.

Gambar 2. Jumlah Tindakan Layanan Deteksi Dini di Poliklinik Deteksi Dini Kanker,
Tahun 2010-2014

Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais

Meskipun kunjungan pasien mengalami penurunan dari tahun 2013-2014, tetapi terjadi kenaikan data tindakan yang dapat
dilihat pada Gambar 2 di atas.
Dari data di atas, terlihat kenaikan jumlah tindakan layanan poliklinik deteksi dini di RSK Dharmais tahun 2012-2013 sebesar
2,20% dan tahun 2013-2014 sebesar 15,77%. Hal ini menunjukkan bahwa sudah mulai terlihat kesadaran dari masyarakat

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 20


7
TULISAN TERKAIT TOPIK
7

untuk melakukan deteksi dini lebih dari satu macam penyakit kanker. Sejak tahun 2013 beberapa pemeriksaan sudah tidak
dipakai lagi, seperti uji kesehatan Lengkap Wanita (LW) + treadmill, uji kesehatan LW standar, uji kesehatan tanpa
kolonoskopi, uji kesehatan Lengkap Pria (LP) + treadmill, uji kesehatan LP tanpa kolonoskopi, dan treadmill karena mengacu
ke visi RS Kanker Dharmais.

Tabel 2. Jenis Tindakan Deteksi Dini di Poliklinik Deteksi Dini Kanker Tahun 2010-2014

No Jenis Tindakan 2010 2011 2012 2013 2014


1. Deteksi Dini Kanker Payudara 1 1342 1525 1366 1517 1526
2. Deteksi Dini Kanker Payudara 2 0 0 0 4 98
3. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (dokter) 1 173 386 250 266 244
4. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (bidan) 1 363 109 293 109 128
5. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (dokter) 2 0 0 0 84 33
6. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (bidan) 2 0 0 0 0 5
7. Deteksi Dini Kanker Prostat 3 36 13 54 31
8. Deteksi Dini Kanker Hati 4 8 14 17 16
9. Deteksi Dini Kanker Kolorektal 8 5 6 56 33
10. Deteksi Dini Kanker Paru 0 0 0 7 4
11. Uji Kesehatan Standar 5 9 6 0 -
12. Uji Kesehatan Lengkap Wanita 1 6 22 14 43 41
13. Uji Kesehatan Lengkap Wanita 2 0 0 0 4 3
14. Uji Kesehatan LW + Treadmill 6 6 2 0 0
15. Uji Kesehatan LW Tanpa Kolonoskopi 16 40 51 15 0
16. Uji Kesehatan Lengkap Pria 9 7 11 0 20
17. Uji Kesehatan LP + Treadmill 4 2 3 25 0
18. Uji Kesehatan LP Tanpa Kolonoskopi 11 3 18 6 0
19. Treadmill 7 9 3 0 0
20. Mobile Mammografi 388 135 405 317 801
21. Pap's Smear Mobile 92 0 113 86 130
22. Konsul Imunisasi 73 56 63 79 61
Jumlah tindakan 2510 2358 2631 2689 3113
Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais

Jumlah kegiatan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah sakit) yang dilakukan di luar RS mengalami penurunan. Sejak tahun 2012,
kegiatan PKRS tidak lagi dilaksanakan di Puskesmas binaan dan sekolah/universitas secara rutin setiap bulannya, melainkan
dilaksanakan hanya bila ada permintaan dari lembaga pemerintah/swasta, sosial dan agama dikarenakan terbitnya peraturan
sistem kesehatan nasional melalui BPJS yang harus memakai sistem rujukan.
16 Sebaliknya, kegiatan PKRS di dalam RS mengalami kenaikan yang disebabkan karena sejak tahun 2014 telah dibuka Unit 16
7
7
21 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
7
TULISAN TERKAIT TOPIK
7

PKRS. Unit ini berfungsi memberikan penyuluhan dan edukasi kepada pasien, keluarga, pengunjung dan masyarakat rumah
sakit agar sadar betapa pentingnya melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker dan pola hidup sehat.

Gambar 3. Kegiatan Penyuluhan di Luar dan di Dalam RS Kanker Dharmais Tahun 2010 - 2014

Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais

Insiden kanker serviks dan payudara masih berada pada urutan pertama dan kedua jenis penyakit kanker terbanyak yang
ditemukan di Poliklinik Deteksi Dini Kanker RSK Dharmais, sesuai dengan jumlah angka kunjungan terbanyak yang
menggunakan fasilitas pemeriksaan pada Tabel 2. Gambar 4. menunjukkan bahwa insiden suspek kanker payudara dan
kanker serviks terbanyak pada tahun 2011.

Gambar 4. Insiden Suspek Kanker Payudara dan Kanker Serviks berdasarkan Diagnostik di Poliklinik
Deteksi Dini RSK Dharmais Tahun 2010-2014

Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais

7
7
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 22
TULISAN TERKAIT TOPIK

Tabel 3. Insiden Kanker Lainnya berdasarkan Diagnostik Poliklinik Deteksi Dini RSK Dharmais Tahun 2010 - 2014

Tahun
Jenis Kanker
2010 2011 2012 2013 2014
Kanker Hati 0 0 1 1 0
Kanker Prostat 0 1 0 0 2
Kanker Usus 0 0 0 0 0
Kanker Paru 0 0 0 0 1
Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais

Dari Tabel 3. di atas dapat dilihat bahwa insiden kanker lainnya belum signifikan karena walau terlihat ada sedikit peningkatan,
namun kunjungan pasien kanker lainnya ke Poliklinik Deteksi Dini dari tahun ke tahun masih rendah.
Bila dilihat dari data penyakit kanker di Indonesia, kelompok penyakit di atas termasuk 10 besar penyakit kanker. Namun dari
tabel dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker tersebut masih sangat rendah.

Jenis Pelayanan di Poliklinik Deteksi Dini Kanker


Gambar 5. Jenis Pelayanan di Poliklinik Deteksi Dini RSK Dharmais

1. Paket DDK Leher Rahim 1 & 2

 DETEKSI DINI KANKER ( DDK ) 2. Paket DDK Payudara 1 & 2


3. Paket DDK Hati.
4. Paket DDK Usus Besar.
5. Paket DDK Prostat.
6. Paket Deteksi Dini Kanker Paru

7. Uji Kesehatan Lengkap Wanita 1 & 2


 UJI KESEHATAN (UK)
8. Uji Kesehatan Lengkap Pria.

• Imunisasi Hepatitis B.
 IMUNISASI DEWASA
• Imunisasi HPV (Human Papiloma Virus)

 MAMMOGRAFI / USG MOBILE & PAP’S SMEAR MOBILE


 PELATIHAN DAN PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT KANKER, DI DALAM MAUPUN
DI LUAR RUMAH SAKIT

Pada tahun 2014, unit mobile mammografi yang dilaksanakan oleh Poliklinik Deteksi Dini RS Kanker Dharmais bekerjasama
dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) telah melakukan pemeriksaan mammografi pada 733 orang di 22 lokasi,

23 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015


TULISAN TERKAIT TOPIK

yang terdiri dari perusahaan, sekolah, dan instansi pemerintah. Dari pemeriksaan mammografi tersebut ditemukan sekitar 17
orang yang diduga (suspek) kanker payudara.

Kesimpulan
1. Terlihat dari hasil kegiatan Poliklinik Deteksi Dini RS Kanker Dharmais dari tahun 2010-2014 terlihat bahwa minat
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan deteksi dini kanker dari tahun ke tahun terlihat meningkat
terutama untuk pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dan serviks, namun untuk jenis deteksi dini kanker yang lain
terlihat masih rendah.
2. Adapun beberapa kemungkinan alasan melakukan deteksi dini kanker adalah:
a. Masyarakat sudah mulai terbuka dan mau mencari informasi tentang penyakit kanker melalui media cetak/
elektronik ataupun pergi ke fasilitas kesehatan.
b. Masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya Deteksi Dini kanker terutama kanker payudara dan serviks.
c. Semakin berkembangnya media informasi kesehatan saat ini,terutama penyakit kanker yang sudah semakin
berkembang dan selalu up-to-date.
d. Tarif paket pemeriksaan deteksi dini kanker terjangkau masyarakat, walau kunjungan ke poliklinik tidak begitu
signifikan peningkatannya.

Saran
1. Menyebarluaskan informasi tentang deteksi dini kanker yang benar dan faktor-faktor resikonya melalui media
elektronik/cetak.
2. Perlu pemerataan informasi dan edukasi kedepan tentang penyakit kanker lain terhadap semua kelompok usia dan
jenis kelamin.
3. Meningkatkan kerja sama dengan instansi terkait untuk bersama sama melakukan penyuluhan kesehatan khususnya
deteksi dini kanker kepada masyarakat luas yang secara rutin dan berkesinambungan.
4. Peningkatan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada petugas kesehatan (dokter umum, bidan dan perawat) untuk
mampu melakukan deteksi dini kanker dengan mengikuti pelatihan CBE (clinical breast examination) dan pelatihan
IVA test dan Pap Smear test.
5. Peran serta pemerintah untuk kedepannya membuat program nasional untuk melakukan pemeriksaan mammografi
dan Pap Smear gratis wajib bagi perempuan usia 40 tahun keatas.
6. Membuat program kerja di setiap layanan kesehatan tingkat primer tentang sosialisasi dan edukasi pentingnya deteksi
dini kanker kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
7. Mengusulkan program deteksi dini kanker dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran bagi anak sekolah tingkat SMP
dan SMA oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
8. Pemerataan tenaga SDM dan fasilitas kesehatan yang mendukung untuk deteksi dini kanker di seluruh Indonesia.

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 24


TULISAN TERKAIT TOPIK

Mewaspadai Gejala Kanker pada Anak


dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA

Kanker tidak mengenal usia. Anak-anak dan orang dewasa dapat terkena kanker. Salah
satu perbedaan antara kanker pada anak dan orang dewasa adalah bahwa kanker pada
anak tidak dapat dicegah seperti halnya kanker pada orang dewasa. Jadi tidak ada istilah
pencegahan kanker pada anak, melainkan mewaspadai gejala kanker pada anak.
Mengacu pada pernyataan di atas, sebagian orang tua tentu bertanya-tanya tentang
apakah masih ada gunanya mengajarkan pola hidup sehat kepada anak-anak. Pola hidup
sehat tetap harus diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin. Tujuannya memang bukan
untuk mencegah kanker pada anak, namun untuk mencegah kanker yang sekiranya dapat
timbul saat anak ini telah dewasa. Sebab, seperti telah ditulis sebelumnya di atas, kanker
pada orang dewasa dapat dicegah.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun ada 4.100 kasus baru kanker pada anak. Menurut
data yang diperoleh dari Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2006, lebih kurang
50% pasien yang datang sudah dalam keadaan stadium lanjut. Berdasarkan penelitian, hal ini disebabkan salah satunya oleh
karena orang tua pasien kurang mendapat informasi tentang kanker pada anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk
mengetahui gejala-gejala apa saja yang harus diwaspadai pada anak yang dicurigai terkena kanker. Apabila anak menunjukkan
gejala kanker, maka segera bawa ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya, untuk mengonfirmasi apakah
benar gejala-gejala yang dijumpai itu suatu kanker. Jika ternyata itu bukan kanker, tentunya kita patut mensyukurinya. Namun,
jika ternyata itu benar kanker, tetap kita harus mensyukurinya karena artinya kanker tersebut ditemukan pada stadium awal.
Kanker yang dijumpai pada stadium awal tentunya mempunyai kemungkinan untuk sembuh lebih besar dibanding kanker yang
dijumpai pada stadium lanjut.

Gambar 1. Distribusi Kanker Anak di Rumah Sakit Kanker Dharmais Tahun 2006-2014

Sumber : Register Kanker Anak, Departemen Kanker Anak RSK Dharmais

25 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015


TULISAN TERKAIT TOPIK

Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2014, kasus kanker anak di RSK Dharmais
cenderung meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2011, yaitu dari 63 kasus pada tahun 2010 menjadi 122 kasus
pada tahun 2011. Selama 9 tahun terakhir, leukemia merupakan jenis kanker anak terbanyak di RSK Dharmais. Distribusi
kanker anak di RSK Dharmais menurut jenis kanker tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Distribusi Kanker Anak di Rumah Sakit Kanker Dharmais


menurut Jenis Kanker Tahun 2014

No Jenis Kanker Jumlah Kasus


1 Leukemia 46
2 Lymphoma 19
3 Rhabdomyosarcoma 13
4 Brain Tumor 13
5 KNF 10
6 Osteosarcoma 9
7 Retinoblastoma 7
8 Neuroblastoma 5
9 Wilm’s Tumor 7
10 Yolk Sack Tumor 4
11 Ewing Sarcoma 3
12 Others 27
Sumber : Register Kanker Anak, Departemen Kanker Anak RSK Dharmais

Pada beberapa literatur, kanker disebut juga sebagai keganasan. Jika diperhatikan dari karakteristiknya, memang benar sel
kanker sangat ganas. Bagaimana tidak, sel-sel tersebut ternyata mempunyai kemampuan untuk menyebar ke organ-organ
tubuh lain di luar dari organ primernya melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Secara logika, kalau itu kanker mata,
seharusnya sel kanker tersebut adanya di mata saja dan tidak menyebar kemana-mana. Namun yang terjadi adalah dari hasil
pemeriksaan CT-scan otak, sel-sel kanker yang seharusnya berada di mata saja ternyata sudah mencapai otak. Jika
keadaannya sudah seperti ini, kanker yang terjadi dinyatakan sebagai kanker stadium lanjut.
Secara garis besar, kanker pada anak dibagi atas dua bagian, yaitu kanker darah atau lebih dikenal dengan istilah leukemia,
dan tumor padat. Gejala yang harus diwaspadai bila mencurigai seorang anak terkena leukemia adalah anak terlihat pucat,
sering mengalami demam, dan perdarahan, baik itu di kulit, gusi, atau hidung. Gejala-gejala ini terjadi karena kadar sel darah
merah, sel darah putih, dan keping darah yang rendah akibat produksinya ditekan oleh sel-sel leukemia. Sel-sel leukemia ini
tidak puas hanya beredar di sumsum tulang. Sel-sel ini dapat menyebar keluar dari sumsum tulang menuju hati, limpa, otak,
atau tulang. Secara fisik, perut anak akan terlihat membuncit akibat hati dan limpa yang membesar. Selain itu, anak biasanya
juga akan mengeluh sakit saat berjalan karena sel-sel leukemia yang menyebar ke tulang. Bila sel-sel leukemia sudah
menyebar ke otak, anak dapat mengalami kejang. Waspadai gejala-gejala tersebut di atas dan segera bawa ke puskesmas,
rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya untuk dikonfirmasi.
Mengenai tumor padat, hal ini dapat dijumpai pada hampir semua organ tubuh seorang anak, mulai dari kepala sampai ujung
kaki. Orang tua biasanya meraba tumor atau benjolan pada tubuh seorang anak saat mereka memandikannya. Seperti prinsip
yang telah disebutkan sebelumnya di atas, segera bawa anak ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya
untuk mengonfirmasi apakah benar benjolan yang teraba di tubuh anak itu benar kanker atau bukan.

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 26


TULISAN TERKAIT TOPIK

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diwaspadai orangtua bila melihat atau meraba benjolan pada mata, leher, paru, perut, alat
kelamin, tangan atau kaki, dan otak.

A. Mata
Curiga bila mata anak terlihat seperti mata kucing, matanya merah, terjadi gangguan penglihatan, atau juling. Khusus tentang
mata merah, biasanya orang tua akan memberi obat tetes mata yang dijual secara bebas di pasaran. Orang tua boleh saja
melakukan tindakan tersebut, namun bila dalam tiga hari tidak ada perbaikan, bawa anak ke Puskesmas, rumah sakit, atau
fasilitas kesehatan lainnya. Bisa saja itu bukan suatu penyakit mata biasa melainkan gejala awal dari kanker mata.

B. Leher
Waspadalah bila benjolan yang dijumpai di leher anak bertambah besar dalam waktu yang singkat. Biasanya anak tidak
mengeluh kesakitan bila benjolan ditekan atau dipegang. Berbeda dengan benjolan yang timbul akibat infeksi, yang biasanya
akan terasa sakit bila ditekan atau dipegang dan teraba panas bila diraba. Infeksi pada gigi dan telinga dapat menyebabkan
benjolan dengan karakteristik tersebut. Konfirmasi perlu dilakukan mengingat penanganan berbeda untuk kedua benjolan
tersebut di atas.

C. Paru
Bila pada seorang anak dijumpai sesak napas dan setelah dilakukan foto dada ternyata dijumpai sel kanker di parunya, jangan
berpikiran bahwa anak ini terkena kanker paru. Tidak ada kanker paru pada anak. Keadaan ini biasanya merupakan akibat dari
penyebaran suatu jenis kanker tertentu ke paru-paru. Salah satu jenis kanker pada anak yang dapat menyebar hingga ke paru-
paru adalah kanker tulang.

D. Perut
Banyak organ yang dapat dijumpai di dalam perut, antara lain hati, ginjal, indung telur, dan lain-lain. Semua organ tersebut
dapat terkena kanker. Secara fisik, perut anak akan terlihat membuncit dan bila ditekan akan terasa suatu benjolan. Periksakan
segera anak ini ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya. Hal lain yang perlu diperhatikan orangtua adalah
jangan terlalu sering menekan perut anak yang makin lama makin membesar karena dapat mempermudah penyebaran kanker.

E. Alat kelamin
Alat kelamin yang dimaksud adalah alat kelamin pria. Secara fisik gejala dapat dilihat ketika testis kanan dan kiri terlihat tidak
sama besar, konsistensi testis yang terkena biasanya keras, dan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi. Kanker pada organ testis,
sama seperti halnya paru-paru, dapat merupakan akibat penyebaran dari suatu jenis kanker tertentu ke testis. Jenis kanker
yang dimaksud dapat menyebar ke testis adalah leukemia.

F. Tangan atau kaki


Waspadalah bila terlihat ada bengkak pada tangan atau kaki anak. Pembengkakan ini biasanya dapat disertai dengan demam
atau rasa nyeri.

G. Otak
Benjolan pada otak memang tidak dapat dilihat maupun diraba. Walaupun demikian, orangtua tetap dapat mewaspadai gejala
kanker otak dengan melihat dampak yang ditimbulkan akibat adanya suatu benjolan di otak. Gejala-gejala tersebut antara lain
adalah pusing, muntah yang menyemprot, lumpuh, dan gangguan keseimbangan.

Deteksi Dini Retinoblastoma


Deteksi dini kanker retinoblastoma pada anak dapat dilakukan dengan pemeriksaan refleks merah mata. Gambar berikut ini
memperlihatkan refleks merah yang tidak sama atau tidak ada, yang dapat terjadi pada beberapa keadaan mata, di antaranya
yang terpenting adalah retinoblastoma. Pemeriksaan refleks mata penting setelah lahir, pada pemeriksaan rutin perkembangan
bayi mulai usia 6 minggu, dan pada tiap konsultasi saat seorang anak diperiksa karena orangtuanya mengeluh atas penglihatan
atau penampakan mata anaknya.

27 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015


TULISAN TERKAIT TOPIK

Lihat Merah
Teknik pemeriksaan :
Anak duduk di pangkuan orangtua; gunakan oftalmoskop
dengan cahaya halogen yang baik yang diatur pada
angka nol dan difokuskan pada wajah anak; arahkan
anak untuk melihat ke sumber cahaya. Jika tidak jelas
apakah refleks tersebut normal atau tidak, maka dilatasi
pupil menggunakan tetes mata seperti tropicamid 1%
akan membantu. Pemeriksaan mata orang tua akan
membantu menentukan refleks merah mata yang normal
pada anak dengan kelompok etnik yang berbeda. Pada
saat yang bersamaan refleks kornea dapat diperiksa.

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 28


TULISAN TERKAIT TOPIK

Kanker pada dasarnya dapat diobati dan dapat disembuhkan bila dijumpai pada stadium awal. Itulah pentingnya orang tua
harus mengerti dan waspada terhadap gejala-gejala kanker pada anak. Tidak cukup berhenti sampai di situ, jika orang tua
mencurigai anaknya terkena kanker, segera bawa ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatannya lainnya untuk
mendapatkan konfirmasi dan penanganan selanjutnya. Sebagai contoh, seorang anak yang terkena kanker mata yang dibawa
orang tuanya ke rumah sakit pada stadium awal dan mendapatkan penanganan yang baik dan benar, ternyata memiliki angka
harapan hidup bebas tumor dua tahun, yaitu sebesar 80%. Sebaliknya bila dijumpai pada stadium lanjut, angka harapan hidup
bebas tumor dua tahun turun hingga menjadi 25%.
Pada akhir tulisan ini, perkenankan Penulis mengutip sebuah kalimat bijak dari seseorang yang bernama Niccolo Machiavelli,
yang berbunyi: “Awal penyakit sukar diketahui, mudah diobati. Penyakit yang sudah lanjut mudah diketahui, sukar 7
diobati”.

29 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015


TULISAN TERKAIT TOPIK

Mengenal Lebih Dekat Komunitas Taufan


Andriana dan Dini Wiradinata

Matahari bersinar terik di pagi hari yang cerah. Yeni Dewi Mulyaningsih bergegas
menyiapkan keperluan ketiga anak lelakinya sebelum berangkat menuju rumah sakit.
Anak bungsunya, Ibrahim, masih sempat bermanja-manja di pelukan Ibunya meminta
disuapkan. Berbekal buku catatan tebal yang sudah dimilikinya bertahun-tahun,
perempuan kelahiran Bandung, 5 Maret 1977 ini menaiki bus Patas 9BT yang
membawanya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Salemba. Dibukanya
lagi buku catatan untuk mengingat pasien-pasien yang akan ditemuinya nanti.
Jam masih menunjukkan pukul 10.30 ketika Ibu Yeni menginjakkan kaki di sebuah
lorong ruang tunggu rumah sakit berarsitektur kuno itu. Empat orang relawan lain
yang sudah datang sebelumnya melambaikan tangan menyambutnya. Nampak dus-
dus besar di samping mereka. “Ini boneka, diapers, mainan dan buku-buku bacaan
buat pasien di bangsal,” jelas Irine Dita, salah seorang relawan. Desi Rutvikasari,
relawan lainnya memegang sebuah wayang kulit yang dipersiapkannya dari rumah,
oleh-oleh yang dibawanya dari liburan untuk seorang pasien yang memang menyukai
wayang. Dua relawan lain sedang sibuk mempersiapkan kertas origami dan boneka
tangan untuk dipakai sebagai ‘icebreaker’ saat berinteraksi dengan pasien yang
sedang murung.
Hari menjelang siang ketika satu per satu pasien yang sudah dihubungi Ibu Yeni
datang menghampiri ruang tunggu. Sementara para relawan bermain dengan anak-
anak, Ibu Yeni berbincang dengan orang tua mereka, mendengarkan keluh-kesah dan
cerita pasien. Setelah berbagi pengalaman dan memberikan semangat, Ibu Yeni
memberikan donasi-donasi yang sudah disiapkannya, antara lain DVD player untuk
seorang pasien yang terus merajuk tidak mau berobat karena bosan berada di rumah
sakit, stroller layak pakai dari seorang donatur yang dihibahkan untuk seorang pasien
cilik, dan juga santunan dana transportasi untuk pasien yang jadwal pengobatannya padat dan menempuh perjalanan jauh.

Tak Lagi Merasa Paling Menderita


Almira menatap dengan waspada ketika relawan Komunitas Taufan mengunjunginya. Sesekali dia tutupi wajahnya dengan
bantal, namun rasa ingin tahu mengalahkan kecurigaan pada orang baru yang datang mengunjunginya. Walau dengan
bayangan hitam di bawah mata, dan seberkas ‘noda’ merah di bola matanya, tatapan Almira tetap hidup, tatapan khas seorang
bocah. Bunda Almira menjelaskan dengan bangga, bagaimana gadis kecilnya yang lincah selalu dipilih berperan dalam
berbagai kegiatan di sekolah. Bocah lima tahun ini juga sudah mulai mahir membaca. “Itu buat baca-baca kalau lagi bosan,
lumayan lah walau masih ngeja bacanya” tunjuk Bunda Almira pada setumpuk buku di atas tempat tidur Almira, di Bangsal Anak
RSCM. Secara fisik, Almira memang tampak sangat sehat, ukuran badannya bahkan di atas rata-rata kebanyakan anak umur 5
tahun.
Nada suara Bunda Almira menjadi lirih saat mulai menceritakan awal mula sakit yang diderita Almira. Tanpa ada sebab yang
jelas, pada tubuh Almira sering muncul lebam, ditambah dengan pusing dan lesu sehingga menyebabkan orang tua Almira
mulai khawatir. Setelah memeriksakan anaknya ke rumah sakit di kota asalnya, Karawang, Almira tak kunjung membaik. Bunda
Almira tak kunjung mendapat kejelasan, penyakit apa sebenarnya yang diidap putrinya. Hingga pada akhirnya pihak RS
memberi surat pengantar agar Almira diperiksa di rumah sakit besar dengan fasilitas yang jauh lebih memadai, yaitu di RSCM
Jakarta. Tak terkira gundah yang dirasakan Bunda Almira saat itu. “Waktu itu saya sering nangis, sedih sekali, kenapa nasib

BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 30


7
TULISAN TERKAIT TOPIK
7

saya dan anak saya begini”, tutur Bunda Almira. Setelah


mempunyai cukup ongkos, Almira dan kedua orang tuanya
berangkat ke Jakarta.
Setelah seminggu berlalu, Almira masih harus menjalani
serangkaian tes untuk memastikan penyakit apa yang
sebenarnya dideritanya. Dalam kebingungannya, Bunda
Almira perlahan mempelajari situasi. Tak mudah memahami,
apa saja yang harus dilakukan, apa saja yang mungkin
dihadapi nanti. “Saya masih bingung mesti gimana-gimana,
jadi ngobrol saja dengan Ibu-Ibu di sini”, ujar Bunda Almira.
Bunda Almira nampak tercekat ketika ditanya apa saja
kesulitan yang ia rasakan. Di Jakarta, ia benar-benar
sendirian, menanggung sendiri beban secara fisik dan
mental, karena suaminya harus tetap bekerja di Karawang
agar tidak kehilangan penghasilan. Bunda Almira masih
bersyukur, karena saat akhir pekan, suaminya masih bisa
datang mengunjungi Almira di RSCM. Walaupun ia sendiri
tak yakin, sampai kapan bisa begitu, mengingat ongkos
yang dikeluarkan tidaklah sedikit bagi mereka.
Di sisi lain, Almira sudah sering mengeluh bosan dan minta
cepat pulang. Untungnya, hobi membaca Almira bisa sedikit
menghIbur dan mengalihkan pikirannya dari rasa rindu akan
rumahnya yang nyaman di Karawang. Di tengah cobaan
Relawan Mengajak Pasien Mewarnai Saat Kegiatan #SupportVisit yang sedang dihadapi, Bunda Almira tetap tak lupa
bersyukur, “Waktu di rumah, saya merasa paling sedih di dunia, tapi setelah mengobrol dan bertukar pikiran dengan keluarga
pasien di sini, mata saya terbuka. Ada banyak teman, malah banyak yang lebih parah, jadi saya harus lebih semangat.”

Mengusir Lelah dengan Berteman


“Sekarang sudah selesai kemoterapi tiga protokol, tinggal tunggu konsultasi dengan dokter bedah, kalau Tuhan mengizinkan
selanjutnya bisa dioperasi”, ujar Bunda Fadli sambil tersenyum lebar, saat menceritakan keadaan anaknya saat ini.
Sebelumnya, di tengah riuh family room RSCM, Bunda Fadli mengisahkan awal mula Fadli, anak semata wayangnya, bisa
‘membawanya’ pergi merantau, jauh dari kampung halaman di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sejak kondisi kesehatannya
menurun, kedua orang tua Fadli memeriksakannya ke rumah sakit di Kota Kupang. Seperti pada banyak pasien dari daerah lain
yang berkumpul di RSCM, kisah yang sama pun terjadi pada mereka. Rumah sakit daerah setempat tidak mampu menangani
karena kekurangan fasilitas atau tenaga ahli. Saat itu, bulan Desember 2012, kesehatan Fadli berada pada titik terburuk.
Hemoglobinnya terus menurun, wajahnya semakin pucat, bahkan berat badannya turun 8 kg dari berat sebelumnya, dan
benjolan pun mulai terlihat. Pihak rumah sakit membuat rekomendasi agar Fadli segera dibawa ke RSCM.
Berkat bantuan dana dari sanak keluarga dan tetangga mereka, Fadli dan kedua orang tuanya dapat berangkat ke Jakarta
untuk berobat di RSCM. Setiba di RSCM, kebutuhan akan tempat tinggal mulai memenuhi pikiran Bunda Fadli, karena tak
mungkin semua barang-barang terus mereka bawa, dan tak mungkin pula kedua orang tua Fadli menginap di rumah sakit setiap
hari. Orang tua Fadli mulai mencari rumah kontrakan di sekitar rumah sakit, namun terbentur dengan masalah tingginya biaya
kontrak rumah.
Selain itu, orang tua Fadli dihadapkan pada persoalan bahwa biaya pengobatan tidak dapat ditanggung oleh rumah sakit asal.
“Saat masih baru, saya banyak tidak tahu, bingung tidak ngerti apa-apa, tapi rasanya banyak yang harus dilakukan”, kenang
Bunda Fadli di masa-masa awal mencari pengobatan untuk putranya. Namun, perlahan-lahan bantuan dari berbagai pihak
datang, pertemanan terjalin sehingga kebingungan pun teratasi.

7
7
31 29
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
7
TULISAN TERKAIT TOPIK
7

Masa terberat mungkin telah mereka lalui, sudah lewat dua tahun Bunda Fadli dengan sabar menemani buah hatinya menjalani
berbagai prosedur pengobatan, tapi bukan berarti semua masalah benar-benar telah selesai. Selain harus bolak-balik ke rumah
sakit serta mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk ongkosnya, Bunda Fadli juga harus berjuang melawan kebosanan dan
bahkan rasa putus asa. Baginya, teman-teman sesama orang tua penderita kanker adalah penghibur sejati “Kalau lagi pusing,
bingung, ngobrol sama mereka jadi lebih lega. Kalau sudah ketemu, bercanda, ketawa-ketawa bikin lupa sama masalah.
Memiliki banyak teman menjadi obat untuk mengusir lelah”, ujar Bunda Fadli.
Kelelahan fisik dan mental tidak hanya dirasakan oleh Bunda Fadli sebagai orang tua. Fadli sebagai pasien yang berhadapan
langsung dengan kanker neuroblastoma dan harus menjalani berbagai prosedur pengobatan pun merasakan hal serupa. Fadli
bahkan pernah berandai-andai, “kalau aku sudah tidak ada”, seperti diceritakan Bunda Fadli dengan mata berkaca-kaca. Saat
ini hiburan Fadli hanyalah teman sesama pasien, permainan games dan siaran televisi. “Sebenarnya dia suka sekali jalan-jalan,
tapi kan tidak mungkin karena terlalu mahal biayanya”, ujar Bunda Fadli. Kenangan ketika Komunitas Taufan mengajaknya
berlibur ke Ancol selalu teringat oleh bocah sembilan tahun itu.

Awal Mula Terbentuknya Komunitas Taufan


Tanggal 16 Desember 2013, Ibu Yeni, atau lebih dikenal dengan sebutan Mama Taufan, memutuskan untuk membentuk
Komunitas Taufan dengan dukungan rekan-rekan relawan dari kelompok Count Me In. Nama Taufan diambil dari nama
anaknya yang telah meninggal dunia setelah 2 tahun berperang melawan kanker darah atau leukemia tipe acute myelogenous
leukemia (AML).
Pengalaman menemani Taufan selama di bangsal menjadikan sumber informasi berharga bagi Ibu Yeni saat sharing dengan
para orang tua pasien lain. Dua tahun menemani Taufan, Ibu Yeni mencatat segala hal yang didengar dan diketahuinya. Ibu
Yeni pun banyak berkenalan dengan banyak donatur dan relawan yang sekarang tetap berhubungan baik dengannya. Di
bangsal, Ibu Yeni pertama kali bertemu dengan Zack Petersen, seorang relawan berkebangsaan Amerika Serikat. Zack yang
rutin mengunjungi rumah sakit untuk menghIbur pasien sangat terkesan dengan sosok Taufan yang ceria. Pada blog pribadinya,
Zack menuliskan betapa Taufan merupakan sosok sumber inspirasi baginya. Zack pula yang mengajak Ibu Yeni agar kembali
ke rumah sakit untuk membantu keluarga pasien lainnya. Zack dan teman-temannya di kelompok Count Me In membantu Ibu
Yeni bangkit dari keterpurukannya dan kesedihannya.
Komunitas Taufan memiliki Visi untuk mendampingi sebanyak mungkin keluarga pasien anak penderita kanker dan penyakit
beresiko tinggi lainnya. Adapun Misi Komunitas Taufan adalah untuk merancang, menjalankan dan mengembangkan program-
program yang menjadi jembatan kebaikan antara relawan dan donatur, dengan keluarga pasien anak penderita kanker dan
penyakit beresiko tinggi lainnya, agar mereka bisa mendapatkan dukungan moral, material maupun finansial dari relawan dan
donatur dalam menjalani hari-hari panjang selama masa perawatan.
Ibu Yeni atau Mama Taufan rutin mengunjungi rumah sakit tiga kali setiap minggunya. Kunjungan yang disebutnya sebagai
#SupportVisit, adalah salah satu dari kegiatan Ibu Yeni dan relawan lain yang tergabung dalam Komunitas Taufan. Orang tua
pasien mengenal sosok Ibu Yeni sebagai tempat curhat yang serba tahu. Semua informasi mengenai jaminan kesehatan,
lembaga sosial yang dapat membantu, tips-tips kesehatan dan kebersihan pasien, sampai dengan kiat untuk mendekati perawat
dan dokter pun menjadi topik pembicaraannya bersama pasien baru maupun pasien lama. Biasanya orang tua pasien baru
mendapatkan nomor kontak Ibu Yeni dari pasien lama yang pernah dibantu Ibu Yeni.
Kini komunitas yang digerakkan oleh Ibu Yeni sudah berkembang dan dikukuhkan menjadi sebuah yayasan. Dibantu oleh
relawan dan donatur yang mendengar ceritanya dari mulut ke mulut, Ibu Yeni pun bertekad untuk membantu orang tua pasien
semaksimal mungkin. Bukan hanya pasien kanker anak, Ibu Yeni pun membantu banyak pasien dari Unit Rehabilitasi Medik,
yang kebanyakan merupakan pasien cerebral palsy. “Saya terharu melihat perjuangan Ibu-Ibu pasien celebral palsy. Pasien
kanker mungkin bisa disembuhkan, tapi terlahir celebral palsy merupakan cobaan seumur hidup bagi anak dan Ibu, sehingga
sedapat mungkin kita bantu juga,” jelas Ibu Yeni.
Selain #SupportVisit, Komunitas Taufan juga mengadakan kegiatan #BangsalVisit secara bulanan. Relawan dan donatur
diundang melalui media sosial untuk mengunjungi rumah sakit yang berbeda-beda setiap bulannya. Kegiatan itu bertujuan untuk
menghibur pasien melalui pertunjukan talenta relawan. Relawan bisa mendongeng, menyanyi, bermain musik, sulap, atau
7
7
30
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 32
TULISAN TERKAIT TOPIK

sekedar berbincang-bincang dengan


pasien. Dalam kegiatan ini pula Ibu
Yeni dan para relawan membagikan
paket bingkisan yang berupa
kebutuhan pasien di bangsal, seperti
alat mandi, alat makan, diapers, dan
sebagainya. Terkadang ada badut
karakter untuk ikut menghibur anak-
anak, jika mendapatkan izin oleh pihak
rumah sakit.
“Berada lama di rumah sakit itu bosan
sekali loh. Taufan dulu juga begitu.
Saya ingin agar anak-anak terhibur dan
merasa diperhatikan, sehingga harus
diajak main agar tidak bosan,” jelas Ibu
Yeni saat menceritakan bahwa semua
kegiatan yang dilakukan untuk pasien
Serunya Kegiatan #BangsalVisit
adalah berdasarkan pengalamannya
dan Taufan selama berada di rumah sakit. Menurutnya, hati yang bahagia dapat menjadi pendorong daya tahan tubuh agar
kemoterapi dapat berlangsung dengan baik.
Sesekali, Komunitas Taufan merencanakan kegiatan jalan-jalan untuk pasien ke tempat yang santai. Tidak mudah mengajak
pasien ke luar rumah sakit karena banyak prosedur yang harus dilakukan agar pasien selalu terjaga kesehatannya, dan aman
sampai kembali ke rumah sakit. Tentu saja pasien yang dipilih adalah pasien yang disetujui dokter setelah mendapatkan
pemeriksaan. Dokter pendamping juga harus ikut mendampingi pasien selama di perjalanan agar semua kegiatan yang
dilakukan pasien selama perjalanan berlangsung dengan aman. Menurut Ibu Yeni, kegiatan jalan-jalan bersama sangat
berkesan dan diminati pasien, hingga sampai saat ini banyak pasien yang meminta diajak jalan-jalan. Maklumlah, berlibur kini
menjadi aktivitas mewah bagi pasien yang menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah sakit.
Selain #SupportVisit dan #BangsalVisit, Ibu Yeni juga melakukan kunjungan pasien ke rumah masing-masing atau disebut
#HomeVisit. Biasanya pasien yang dikunjungi adalah pasien lama, yang masih melakukan rawat jalan dan pemeriksaan
bulanan ke rumah sakit. “Seringkali, pasien lama ini adalah yang terlupakan,” jelas Ibu Yeni. “Yayasan dan donatur biasanya
lebih menaruh iba pada pasien kanker baru yang dari fisiknya terlihat memprihatinkan. Padahal pasien lama kalau kita lihat
kehidupannya bisa lebih memprihatinkan, meski kondisi fisiknya bisa jadi terlihat lebih ‘sehat’,” lanjutnya.
Menurut Ibu Yeni, pasien kanker yang bertahan lebih dari 5 tahun biasanya memiliki masalah keluarga yang rumit. Masalah
ekonomi seperti utang yang menumpuk, masalah anak-anak lain yang sehat karena sering ditinggal orang tuanya untuk
merawat anak yang sakit, dan keharmonisan rumah tangga yang berada di ujung tanduk karena orang tua sering merasa
tertekan. Akibatnya, jadwal periksa pasien jadi terganggu karena anak tersebut tidak lagi menjadi prioritas ketika dihadapkan
dengan masalah anggota keluarga yang lain.
Saat itulah #HomeVisit diharapkan dapat memberikan dukungan dan semangat bagi pasien dan keluarganya. Kegiatan yang
dilakukan setiap minggu ini menargetkan pasien-pasien lama dengan jadwal periksa yang masih cukup padat, dengan
mengutamakan pasien relapse atau kambuhan. Biasanya Ibu Yeni dan teman-teman relawan mendengar kabar pasien lama ini
dari pasien lain ketika berbincang di bangsal atau dari perawat yang sudah akrab dengan teman-teman komunitasnya. Pasien
yang dikunjungi akan dibawakan hadiah paket kebutuhan dasar selama sebulan dan santunan dana transportasi agar jadwal
periksa pasien tidak terputus. Ibu Yeni biasanya juga mengajak relawan untuk turut menghibur pasien, sebagaimana kita yang
sakit ingin dikunjungi oleh teman dan saudara.

Komunitas Taufan juga memiliki berbagai program khusus, diantara yaitu:


#FunTrip, yaitu memfasilitasi donatur yang ingin menghibur pasien dan orangtuanya agar bisa sejenak ‘keluar’ dari lingkungan

33 31
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
TULISAN TERKAIT TOPIK

rumah sakit untuk sekedar berjalan-jalan. Dengan didampingi dokter dan disertai izin rumah sakit, pasien dan orangtuanya
dapat ‘bebas’ bersenang-senang.
#SantunanPasienMandiri, yaitu menyalurkan bantuan bagi orang tua pasien untuk memulai usaha mikro yang bisa dilakukan
sambil menjalani masa perawatan. Banyak pasien berasal dari kalangan ekonomi bawah, contohnya buruh bangunan,
nelayan, tukang ojek, dan sebagainya. Oleh karena itu, ketika sang anak jatuh sakit, otomatis kedua orang tua akan tersita
tenaga, waktu dan biaya sehingga membutuhkan sokongan modal dana.
#KamuBisa, yaitu program penggalangan dukungan relawan untuk memberikan dorongan semangat bagi pasien yang sedang
melalui masa-masa tersulit dalam menjalani perawatan melalui media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram dan
Path. Program ini dimulai pada bulan November 2014 lalu dengan mempopulerkan tanda pagar atau hashtag
#PuputKamuBisa pada media sosial, dan diikuti dengan #NandaKamuBisa pada Maret 2015.
#CharityArtFestival, yaitu menyelenggarakan acara untuk memperingati Hari Kanker Anak Internasional pada 15 Februari
2015 secara bergotong-royong dengan mitra dari berbagi komunitas seni. Dalam acara tersebut diadakan acara hiburan
untuk pasien dan orang tuanya, edukasi publik tentang deteksi gejala dini kanker pada anak, dan bergembira bersama
melalui kreasi seni sekaligus untuk menggalang dana. Komunitas Taufan berencana menyelenggarakan acara ini secara
rutin setiap tahunnya. Selengkapnya dapat dilihat di www.CharityArtFestival.com.

Kegiatan #FunTrip Mengajak Pasien Jalan Santai Didampingi oleh Dokter Jaga dan Relawan

#PeduliKankerAnak, yaitu melakukan edukasi kepada publik mengenai pentingnya deteksi gejala dini dan penanganan kanker
pada anak, melalui kegiatan kampanye publik saat pelaksanaan Car Free Day di jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta.
Bersama relawan, Komunitas Taufan juga mengajak publik memberikan dukungan simbolis dan finansial kepada pejuang-
pejuang cilik sahabat Komunitas Taufan.

Tali Kasih Komunitas Taufan


Berbagai kebutuhan pasien sudah pasti memerlukan dana yang banyak. Biaya operasional seperti biaya transportasi,
komunikasi dan lainnya pastinya tidak sedikit. “Dari awal melakukan kegiatan, semua yang saya lakukan seperti ‘mengalir’ saja.
Saya yakin kalau kita berniat membantu orang lain dengan sungguh-sungguh dan tulus, Allah pasti menunjukkan kemudahan,”
jawab Ibu Yeni. Donasi dikumpulkan dari teman dan rekan-rekan sosial media di grup Facebook Komunitas Taufan. Saat ini,

32
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 34
TULISAN TERKAIT TOPIK

ada puluhan donatur yang menitipkan amanah mereka maupun yang datang langsung menyerahkannya kepada pasien.
“Sekarang sudah lebih baik karena sudah bisa menggunakan BPJS. Pasien jadi sangat terbantu karena biaya perawatan dan
pengobatan ditanggung oleh pemerintah. Namun masih banyak kebutuhan pasien dan orang tuanya lain yang belum tertutupi,”
jelas Ibu Yeni. Pasien dan orang tua tidak hanya butuh dukungan psikologis, namun juga dana yang tak sedikit jumlahnya
mengingat masa pengobatan setidaknya membutuhkan waktu selama 2 tahun. Psikologis orang tua seharusnya juga menjadi
perhatian. Ibu yang jiwanya sehat pasti akan menularkan semangat positif kepada anaknya. Orang tua sebagai pendamping
harus sehat jiwa raganya agar dapat menemani dan mendukung anaknya selama masa pengobatan dan perawatan.
Selama melaksanakan kegiatannya, Komunitas Taufan menerima donasi dalam bentuk barang maupun uang dari donatur di
berbagai kota. Donasi dalam bentuk barang di antaranya adalah stroller, kursi roda, diapers, dan susu bubuk. Sedangkan
donasi berupa uang dikirimkan melalui transfer bank ke rekening yayasan. Menurut Ibu Yeni, meskipun tak dapat dipungkiri
bahwa kebutuhan paling utama orang tua pasien adalah uang karena kebanyakan orang tua pasien yang berasal dari luar kota
harus berhenti bekerja dan pindah sementara ke Ibukota, namun Ibu Yeni lebih menekankan agar pemberian donasi sebaiknya
berupa barang kebutuhan pasien. Donasi berupa uang diberikan sebagai santunan dana transportasi darurat yang diberikan
kepada pasien yang membutuhkan bantuan dana untuk kontrol ke rumah sakit..
“Kami sedang berupaya untuk bekerjasama dengan bank dan perusahaan dalam menemukan cara efektif untuk membekali
orang tua pasien melalui ilmu bisnis dan modal usaha. Semoga ada jalan keluar terbaik untuk meringankan beban orang tua
yang bertumpuk-tumpuk,” harap Ibu Yeni. Ketika ditanya harapan lainnya, Ibu Yeni berharap agar pemerintah dapat mendukung
kegiatan komunitas seperti ini, serta dapat melihat langsung keadaan pasien dan orang tuanya di rumah sakit maupun juga
ketika berada di rumah. Menurutnya, himpitan ekonomi dan faktor psikologis orang tua pasien dapat berakibat buruk pada
kondisi kesehatan anak.
Selain itu, edukasi mengenai pengenalan gejala kanker anak harus semakin digalakkan pemerintah, di antaranya melalui dinas
kesehatan terkait, agar orang tua lebih waspada untuk mengenali perubahan kondisi kesehatan anak dan mencegah penyakit
kanker terjadi pada anak.

Yayasan Komunitas Taufan


Alamat Sekretariat:
Jl. Kayu Manis No. 6, RT. 002 RW. 005, Kav. 7,
Kel. Balekambang, Kec. Kramat Jati
Condet, Jakarta Timur 13530
Telepon: 0812-8273-4932 (Ibu Yeni / mama Taufan)
Facebook: Komunitas Taufan
Twitter: @KomunitasTaufan
Website: www.komunitastaufan.org

Nomor Rekening Bantuan:


Bank Mandiri
Nomor rekening: 129-00-1051777-5
a/n: Yayasan Komunitas Taufan
Cabang KK Jakarta Condet

35 31
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
dapat di unduh di www.kemkes.go.id
Website Pusat Data dan Informasi
www.pusdatin.kemkes.go.id
Publikasi Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai