Foto-foto yang dibagikan di media social tentu memberikan kesan yang berbeda-beda pada
setiap orang yang melihatnya,
Rasa senang, kagum yang dibarengi dengan rasa bencii dan iri saat seseorang melihat foto-foto
yang dibagikan di media social bisa memberikan dampak negative penyait ‘ain.
Kata Ain berasal dari Bahasa Arab dengan mengaman bil kata ‘ana-Ya’inu yang artinya kurang
lebih adalah tatapan seseorang yang menampilkan kekaguman namun dibarengi dengan rasa
iri dan kebencian terhadap orang yang ditatapnya. Tak hanya menampilkan kebencian dan rasa
iri, penyakit ain ini juga dapat menyampaikan racun jiwanya kepada orang yang ditatapnya
serta membahayakan bagi apa yang dilihat oleh hati yang hasad.
Secara sederhana, penyakit ‘ain adalah penyakit yang disebabkan oleh rasa dengki ataupun
kagum pada seseorang yang kemudian dimanfaatkan oleh setan untuk mengirimkan panah
hasad pada orang yang di benci atau dikagumu tersebut sehingga menimbulkan penyakit bagi
orang tersebut. Baik penyakit fisik maupun penyakit psikis.
Penyakit ain tidak dapat ditangani dengan menggunakan obat-obatan karena bukan merupakan
penyakit medis, namun penyakit ini jelas dapat mengganggu kesehatan terlebih secara mental.
Penyakit ini paling sering diderita oleh anak – anak dan balita
Contoh sederhana dari penyakit ain ini adalah ketika dua orang ibu-ibu yang tengah mengobrol
dan ibu pertama terlalu memuji kelebihan anaknya yang tidak dimiliki oleh anaknya ibu kedua.
Kemudian setan berperan dan meniupkan rasa iri dan dengki pada ibu kedua terhadap kelebihan
anak ibu pertama sehingga terlepaslah panah hasad tersebut yang mengenai anak dari ibu
pertama dan menyebabkan anak tersebut menjadi sakit atau mengalami perubahan perilaku
yang meresahkan hati orangtuanya seperti membangkang ataupun tiba-tiba menjauh.
Di jaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah terjadi penyakit 'ain ini
Apa Bahayanya Penyakit ‘Ain ?
Penyakit ‘ain sangat berbahaya karena munculnya sering tidak disadari namun akibatnya bisa
berlangsung terus-menerus hingga bisa sampai menyebabkan kematian pada orang yang
terkena kemalangan penyakit ‘ain ini.
Sabda rasul:
“Kebanyakan yang mati pada ummatku setelah qadha dan qadarnya Allah adalah karena
pengaruh pandangan mata jahat” (HR.Bukhari).
“Dikatakan bahwa Fulan terkena ‘ Ain , yaitu apa bila musuh atau orang-orang dengki
memandangnya lalu pandangan itu mempengaruhinya hingga menyebabkannya jatuh sakit.”
(An-Nihayah)
”Jiwa orang yang menjadi penyebab ‘ain bisa saja menimbulkan penyakit ‘ain tanpa harus
dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu
kepadanya, jiwanya bisa menimbulkan penyakit ‘ain, meskipun dia tidak melihatnya. Ada
banyak penyebab ‘ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ‘ain, hanya dengan cerita saja tanpa
melihat langsung”. (Zadul Ma’ad)
“Oleh karena itu, jelaslah bahwa penyebab ‘ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang
atau melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang itu
terkena ‘ain. Kita memohon keselamatan dan kesehatan kepada Allah.” (Fatwa Al Islam)
Penjelasan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa penyakit ‘ain
adalah nyata dan ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir,
‘ainlah yang dapat melakukannya”. (HR. Muslim)
“Al-‘Ain adalah benar yang didatangkan oleh syaitan, dan oleh kehasadan anak adam”(Imam
Ahmad)
Bagaimana Seseorang Bisa Terkena Penyakit ‘Ain ?
Seseorang bisa terkena penyakit ‘ain hanya dengan tatapan mata dari orang lain saja yang
dibarengi dengan perasaan kagum sekaligus benci dan iri. Sehingga setan memanfaatkan
keadaan ini untuk mengirimkan panah hasad kepada orang yang dikagumi atau dibenci tersebut
sehingga menimbulkan penyakit pada orang tersebut.
“Sebagian orang merasa bingung, mereka bertanya: ‘Bagaimanakah cara kerja ‘ain sehingga
bisa memudharatkan orang dari jarak yang jauh?’. Sudah banyak sekali orang yang tertimpa
sakit dan kekuatannya melemah hanya karena pandangan mata, semua itu terjadi karena
ALLAH menciptakan di dalam unsur ruh suatu kekuatan yang bisa memberikan pengaruh, dan
karena pengaruh tersebut sangat berkaitan dengan mata maka pengaruh yang ditimbulkannya
disebut al-ain (mata), sebenarnya bukan mata yang memberikan pengaruh akan tetapi yang
sebenarnya terjadi adalah pengaruh ruh, maka pandangan yang keluar melalui mata seorang
(yang hasad atau kagum) adalah panah maknawi yang jika mengenai suatu jasad yang tidak
berperisai maka panah tersebut akan mempengaruhi badan dan jika tidak berpengaruh berarti
ia tidak mengenai sasarannya akan tetapi kembali kepada pemiliknya, persis sama dengan
panah biasa”.
Penyakit ‘ain ini timbul dari rasa kagum dan benci dalam diri manusia jadi orang buta yang
tidak bisa melihatpun bisa menimpakan penyakit ‘ain kepada orang lain. Setan selalu mengintai
dengan waspada untuk melahap ungkapan lisan yang tidak dibarengi dengan menyebut nama
ALLAH sehingga bisa dimanfaatkan untuk memberi kemalanganpada jasad orang yang
didengki dengan izin ALLAH terlebih jika jasad tersebut tidak dibentengi dengan Dzikir dan
Wirid.
Bahkan Ibnu Qoyyim rohimahulloh pernah mengatakan bahwa terkadang seseorang bisa saja
mengarahkan ‘ain kepada dirinya sendiri dan orang seperti itu adalah termasuk jenis manusia
yang paling jahat.
Terkadang pengaruh buruk ‘ain ini terjadi begitu saja tanpa ada kesengajaan dari orang yang
memandang takjub atau benci terhadap sesuatu yang dilihatnya. Bahkan pengaruh buruk ini
juga bisa terjadi dari orang yang hatinya bersih atau orang-orang yang sholih sekalipun mereka
tidak bermaksud menimpakan ‘ain kepada apa yang dilihatnya.
Ibnul Qayyim berkata:
“’Ain bukan hanya lewat jalan melihat. Bahkan orang buta sekali pun bisa membayangkan
sesuatu lalu ia bisa memberikan pengaruh ‘ain meskipun ia tidak melihat. Banyak kasus yang
terjadi yang menunjukkan bahwa ‘ain bisa menimpa seseorang hanya lewat khayalan tanpa
melihat.”
Dalam al-Quran Surat al-Qalam ayat 51 Allah telah berfirman yang bunyinya:
Artinya:
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan
pandangan mata mereka, tatkala mereka mendengar Al-Qur’an dan mereka berkata :
“Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila)”.” (QS. Al-Qalam : 51).
‘Ain bukanlah sihir melainkan sebuah penyakit yang diakibatkan oleh setan yang
memanfaatkan perasaan tidak suka atau kagum yang berlebihan yang dirasakan oleh manusia
terhadap manusia lainnya tanpa melibatkan Allah kemudian setan mengirimkan panah hasad
kepada manusia yang dikagumi atau dibenci tersebut sehingga menimbulkan kemalangan.
Secara sederhana ain disebabkan karena inisiatif setan atas perasaan manusia yang tidak
mengingat Allah saat membenci dan menyukai seseorang. Sedangkan sihir disebabkan oleh
manusia yang kemudian diperbantukan oleh setan dalam niat dan pelaksanaannya. (Baca juga:
Jenis Ghibah yang Diperbolehkan dalam Islam)
Dalam sebuah hadis diceritakan tentang bagaimana rasul menemukan seorang anak perempuan
yang terkena penyakit Ain dengan warna kehitaman yang terlihat disekujur tubuhnya di rumah
istrinya, Ummu Salamah. Melihat hal tersebut, Rasul kemudian berkata kepada Ummu
Salamah, “Ruqyahlah dia, karena dia terkena ‘ain.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika seseorang tiba-tiba terkena kemalangan tanpa sebab jelas maka cobalah untuk mengingat-
ingat kegiatan apa dan siapa saja orang-orang yang ditemuinya yang sekiranya memandangi
dengan cara yang berbeda, terlalu menyukai atau menunjukkan rasa tidak suka. Jika sudah
diketahui siapa yang menyebabkan penyakit ‘Ain tersebut, maka perintahkanlah ia agar mandi
dan menyiramkan air yang bekas dipakai mandi tersebut kepada orang yang tertimpa
kemalangan ‘Ain dari arah belakang tubuhnya.
Cara ini telah dibahas dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Malik, dan Nasa’I
yang didalamnya menceritakan bahwa:
Dari Umamah bin Sahl bin Hunaif, bahwasannya ayahnya telah menceritakan kepadanya :
Bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam pergi bersamanya menuju Makkah. Ketika
sampai di satu celah bukit Kharar di daerah Juhfah, maka Sahl bin Hunaif mandi. Ia adalah
seorang yang yang berkulit sangat putih dan sangat bagus. Maka ‘Amir bin Rabi’ah – kerabat
Bani ‘Adi bin Ka’b – memandangnya ketika ia sedang mandi. ‘Amir berkata : ‘Aku belum
pernah melihat seperti sekarang, juga tidak pernah melihat kulit wanita perawan bercadar’.
Maka tiba-tiba Sahl jatuh terguling (karena sakit. Maka datag Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan dikatakan kepada beliau : “Wahai Rasulullah, apa kira-kira yang terjadi pada
Sahl ? Ia (Sahl) tidak bisa mengangkat kepalanya dan sekarang ia belum juga sadar”. Kemudian
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Apakah ada seseorang yang kalian curigai
?”. Mereka berkata : “Amir bin Rabi’ah telah memandangnya”. Kemudian Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam memanggilnya lalu memarahinya dan bersabda : ‘Mengapa salah
seorang diantara kalian hendak membunuh saudaranya ? Mengapa ketika kamu melihat sesuatu
hal yang menakjubkanmu, kamu tidak memberkahi ?”. Kemudian beliau berkata kepadanya :
“Mandilah untuknya !”. Kemudian ‘Amir mencuci mukanya, kedua tangannya, kedua sikunya,
kedua lututnya, jari-jari kedua kakinya, dan bagian dalam kainnya di dalam bejana. Kemudian
(air bekas mandi itu) disiramkan kepadanya (Sahl) oleh seseorang ke kepalanya dan
punggungnya dari arah belakangnya. Kemudian bejana tersebut ditumpahkan isinya di
belakangnya. Maka setelah hal itu dilakukan, Sahl kembali bersama orang-orang dalam
keadaan tidak kurang suatu apa pun.
3. Berwudhu
Selain dengan mandi, wudhu juga dapat dilakukan untuk mengatasi kemalangan akibat
penyakit ‘ain. Jadi orang penyebab kemalangan ain tersebut berwudhu, lalu air bekas
wudhunya dipakai untuk mandi atau membasuh tubuh orang yang terkena ‘Ain.
Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis yang disampaikan dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhu, ia
berkata bahwa:
“Orang yang melakukan ‘Ain diperintahkan agar berwudlu kemudian orang yang terkena ‘Ain
mandi dari air (bekas wudlu tadi).” (HR. Abu Dawud).
”Pelaku ‘ain diperintahkan untuk mandi dengan menggunakan air dalam baskom. Lalu
meletakkan telapak tangannya di mulut dan berkumur-kumur, lalu disemburkan ke dalam
baskom tersebut. Baru setelah itu membasuh wajahnya dengan air dalam baskom tersebut, lalu
memasukkan tangan kirinya dan mengguyurkan air ke lutut kanannya dengan air baskom
tersebut. Kemudian memasukkan tangan kanannya dan menyiramkan air baskom itu ke lutut
kirinya. Baru kemudian membasuh tubuh di balik kain, namun baskom itu tidak usah
diletakkan di atas tanah atau lantai. Setelah itu sisa air diguyurkan ke kepala orang yang terkena
‘ain dari arah belakang satu kali guyuran.”