Anda di halaman 1dari 26

1|UNIVERSITAS MH.

THAMRIN
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1 Latar belakang ............................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan masalah .......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................................................................ 4
BAB II ..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
2.1 Tinjauan Kerentanan Dan Populasi Rentan ................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Kerentanan Dan Populasi Rentan .............................................................................. 5
2.1.2 Faktor-faktor yang menyediakan kepada kerentanan ........................................................... 7
2.1.3 Macam-macam populasi rentan .............................................................................................. 7
2.1.4 Status Kesehatan .................................................................................................................... 8
2.1.5 Hasil Kerentanan .................................................................................................................... 9
2.1.6 Upaya pencegahan kerentanan............................................................................................ 10
2.1.7 Karakterisktik populasi rentan di Indonesia ......................................................................... 11
2.1.8 Populasi rentan di Indonesia ................................................................................................ 12
2.1.9 Kebijakan pemerintah terkait populasi rentan di indonesia. ............................................... 12
2.1.10 Kebutuhan pelayanan kesehatan pada populasi rentan .................................................... 13
2.1.11 Strategi perawat kesehatan komunitas pada populasi rentan .......................................... 14
2.1.12 Isu etik tentang populasi rentan ........................................................................................ 15
2.2 Asuhan Keperawatan Populasi Rentan ....................................................................................... 16
2.2.1 Kasus ..................................................................................................................................... 16
2.2.2 Pengkajian ............................................................................................................................ 16

2|UNIVERSITAS MH.THAMRIN
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi kondisi seseorang
atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen, Hanson, Birenbaum dalam Stanhope
& Lancaster, 2004). Pandera mengkategorikan faktor resiko kesehatan antara lain genetik,
usia, karakteristik biologi, kesehatan individu, gaya hidup dan lingkungan. Jika seseorang
dikatakan rawan apabila mereka berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau outcome negatif.
Faktor pencetusnya berupa genetik, biologi atau psikososial. Populasi rawan atau rentan
merupakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki peningkatan risiko yang relatif atau
rawan untuk menerima pelayanan kesehatan.

Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan perundangundangan


yang mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat implementasinya sangat beragam.
Sebagian undang-undang sangat lemah pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak
memberi manfaat bagi masyarakat. Disamping itu, terdapat peraturan perundang-undangan
yang belum sepenuhnya mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan dengan kebutuhan
bagi perlindungan kelompok rentan. Keberadaan masyarakat kelompok rentan yang
merupakan mayoritas di negeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-hak dan
kepentingan-kepentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindakan legislasi lainnya.
Hak asasi orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat kelompok rentan belum
terpenuhi secara maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi kehidupan diri dan
keluarganya, serta secara tidak langsung juga mempunyai dampak bagi masyarakat.

Healthy People 2020 adalah panduan implementasi untuk semua inisiatif kesehatan federal
dan negara bagian. Hal ini terutama relevan untuk diskusi tentang populasi yang rentan
karena populasi yang kurang terlayani dan kurang beruntung ini memiliki lebih sedikit
sumber daya untuk meningkatkan kesehatan dan mengobati penyakit daripada rata-rata orang
di Amerika Serikat. Misalnya, keluarga atau individu di bawah garis kemiskinan federal
dianggap tidak beruntung dalam hal akses ke sumber daya ekonomi. Kelompok-kelompok ini
dianggap rentan karena kombinasi faktor risiko, status kesehatan, dan kurangnya sumber daya
yang diperlukan untuk mengakses perawatan kesehatan dan mengurangi faktor risiko. Area
yang menunjukkan kesenjangan kesehatan lintas kelompok populasi termasuk kematian bayi,
kematian di antara anak-anak di bawah usia 5 tahun, dan angka kematian yang disesuaikan
usia. Pada 2010, angka kematian bayi hitam adalah 2,2 kali angka kematian bayi kulit putih,
dengan kematian bayi kulit hitam 11,6 per 1.000 kelahiran hidup berbeda dengan 5,19
kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup untuk bayi kulit putih (Murphy et al, 2013) .
Harapan hidup saat lahir untuk orang kulit putih laki-laki dan perempuan pada 2010 masing-
masing berusia 76,4 dan 81,1 tahun, dan untuk laki-laki dan perempuan kulit hitam, masing-
masing 71,4 dan 77,7 tahun; harapan hidup untuk pria Hispanik adalah 78,8 tahun, dan wanita
Hispanik memiliki harapan hidup tertinggi 83,8 tahun (Murphy et al, 2012) Afrika Amerika
memiliki tingkat kematian yang secara signifikan lebih tinggi dari kanker prostat dan kanker

3|UNIVERSITAS MH.THAMRIN
payudara dan dari penyakit jantung daripada orang kulit putih non-Hispanik yang hidup di
Amerika Serikat. Hispanik memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dari diabetes daripada
orang kulit putih non-Hispanik yang tinggal di Amerika Serikat. Ras dan etnis tidak dianggap
sebagai penyebab kesenjangan ini, meskipun penelitian sedang dilakukan untuk menentukan
kerentanan biologis berdasarkan ras, etnis, dan gender. Sebaliknya, kemiskinan dan tingkat
pendidikan yang rendah lebih cenderung berkontribusi pada kondisi sosial di mana
kesenjangan berkembang. Orang miskin sering tinggal di daerah yang tidak aman, bekerja di
lingkungan yang penuh tekanan, kurang memiliki akses ke makanan sehat dan kesempatan
untuk berolahraga, dan lebih cenderung tidak diasuransikan atau kurang diasuransikan.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan?

2. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan penyakit mental ?

3. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan kecacatan ?

4. Apa yang dimaksud populasi rentan terlantar ?

5. Bagaimana Asuhan keperawatan dalam komunitas populasi rentan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang populasi rentan

2. Untuk mengatahui tentang populasi rentan penyakit mental

3. Untuk mengetahui populasi rentan kecacatan

4. Untuk mengtahui populasi rentan terlantar

5. Untuk mengetahui bagaiaman asuhan keperawatan dalam komunitas populasi rentan.

4|UNIVERSITAS MH.THAMRIN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Kerentanan Dan Populasi Rentan


2.1.1 Definisi Kerentanan Dan Populasi Rentan
Kerentanan merupakan hasil gabungan efek dari keterbatasan sumber kondisi tidak sehat
dengan tingginya faktor resiko yang dimiliki oleh seseorang. kerentanan merupakan interaksi
antara keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, sumber personal (Human capil), sumber
biopsikososial berupa ada tidaknya penyakit dan faktor genetik (Stanhope dan Lancaster,
2015).

Kerentanan didefinisikan sebagai stresor aktual atau potensial yang dapat menyebabkan efek
buruk. Populasi yang rentan biasanya dianggap sebagai orang yang berada pada tingkat yang
lebih tinggi untuk status kesehatan yang buruk dan yang memiliki akses kesehatan yang
buruk. Risiko adalah istilah epidemiologis dalam perawatan kesehatan yang menyatakan
bahwa beberapa orang memiliki kemungkinan sakit yang lebih tinggi daripada yang lain.
Dalam segitiga epidemiologi, agen, inang, dan lingkungan berinteraksi untuk menghasilkan
penyakit atau kesehatan yang buruk. Sejarah alami model penyakit menjelaskan bagaimana
aspek-aspek fisiologi dan lingkungan tertentu, termasuk kebiasaan pribadi, lingkungan sosial,
dan lingkungan fisik, membuatnya lebih mungkin bahwa seseorang akan mengembangkan
masalah kesehatan tertentu (Friis, 2010). Misalnya, seorang perokok berisiko terkena kanker
paru-paru karena perubahan sel terjadi dengan merokok. Namun, tidak semua orang yang
berisiko mengembangkan masalah kesehatan. Beberapa individu lebih cenderung
mengembangkan masalah kesehatan dibandingkan masalah yang lain. Orang-orang ini lebih
rentan daripada orang lain. Web model sebab akibat membantu menjelaskan apa yang terjadi
dalam situasi ini. Kelompok populasi yang rentan adalah subkelompok. Populasi sebagai
akibat dari paparan risiko dan memiliki lebih buruk mengatasi masalah kesehatan ini daripada
sisa populasi interaksi antara banyak variabel menciptakan lebih banyak faktor yang
mempengaruhi orang-orang dalam suatu kelompok yang lain.

Populasi yang rentan sering mengalami beberapa risiko kumulatif, dan mereka sangat sensitif
terhadap efek risiko tersebut. Risiko berasal dari lingkungan hazard (misalnya Paparan timbal
dari cat berbasis timbal dari dinding yang mengelupas dari cat yang digunakan dalam
pembuatan mainan, melamin ditambahkan pada susu), bahaya sosial (misalnya, kejahatan,
kekerasan), perilaku pribadi (misalnya, pola makan, kebiasaan olahraga, merokok), atau
susunan biologis atau genetik (misalnya, kecanduan bawaan, status kekebalan tubuh
terganggu). Anggota populasi yang rentan sering kali memiliki banyak penyakit, yang
masing-masing memengaruhi satu sama lain. Beberapa anggota populasi yang rentan tidak
menyerah pada risiko kesehatan yang menimpa mereka. Penting untuk mempelajari faktor-
faktor apa yang mendorong orang-orang ini untuk menolak, atau memiliki ketahanan
terhadap, efek dari kemampuan kerentanan. Kerentanan adalah masalah global, dengan
populasi yang berbeda lebih rentan di berbagai negara. Contoh populasi rentan yang menjadi
perhatian perawat adalah orang-orang yang miskin dan tunawisma, orang-orang dengan
5|UNIVERSITAS MH.THAMRIN
remaja hamil, pekerja migran dan imigran khusus, orang dengan masalah kesehatan mental,
orang yang menyalahgunakan zat adiktif, orang yang telah dipenjara, orang yang memiliki
atau yang berisiko terhadap penyakit menular dan termasuk orang yang HIV positif atau
memiliki virus hepatitis B (HBV) atau seksual penyakit menular (PMS). Genetika juga
berperan dalam kerentanan dan memengaruhi ketahanan seseorang terhadap kondisi sosial
ekonomi yang merugikan (Braveman dan Gottlieb, 2014).

Benatar (2013) mengutip faktor-faktor yang berpotensi dapat dihindari yang sering diabaikan
oleh apa yang ia sebut masyarakat istimewa dan yang dapat dikurangi dengan pendekatan
yang tepat. Ini adalah sebagai berikut: awal yang buruk dalam hidup, seperti faktor-faktor
dalam kandungan termasuk kekurangan materi, penyalahgunaan obat-obatan, atau perawatan
yang buruk; kekurangan fisik dan emosional selama masa kanak-kanak dan remaja;
pendidikan yang tidak memadai dan kurangnya paparan faktor sosial dan lingkungan yang
diperlukan untuk mempromosikan pengembangan remaja; akses yang tidak memadai ke
kondisi kehidupan dasar untuk kehidupan yang sehat; kurangnya pelatihan untuk pekerjaan
yang akan memungkinkan orang tersebut berkembang secara mandiri; dan kurangnya rasa
memiliki dan sebagai warga negara yang berharga (Benatar, 2013, hal. 43).

Populasi yang rentan lebih mungkin daripada denyutan umum untuk menderita kesenjangan
kesehatan. Kesenjangan kesehatan disebabkan oleh variasi luas dalam layanan kesehatan dan
status kesehatan di antara kelompok populasi tertentu. Selama lebih dari dua dekade, Orang
Sehat telah memiliki tujuan menyeluruh yang berfokus pada campur tangan dalam perbedaan.
Tujuan dalam Healthy People 2000 adalah untuk mengurangi kesenjangan kesehatan, dan
tujuan tersebut bergerak untuk menghilangkan kesenjangan kesehatan pada Orang Sehat
2010. Orang Sehat 2020 telah memperluas tujuan untuk mencapai kesetaraan kesehatan,
menghilangkan kesenjangan, dan meningkatkan kesehatan semua kelompok. Healthy People
2020 menggambarkan keadilan kesehatan sebagai pencapaian tingkat kesehatan tertinggi
untuk semua orang dan termasuk menghilangkan kesenjangan kesehatan (USDHHS, 2010).
Tiga puluh delapan bidang topik dalam Orang Sehat 2020 menekankan akses, masalah
kesehatan kronis, pencegahan cedera dan kekerasan, kesehatan lingkungan, keamanan
pangan, pendidikan dan program berbasis masyarakat, komunikasi kesehatan, teknologi
informasi kesehatan, imunisasi dan penyakit menular, dan publik infrastruktur kesehatan.

Sedangkan populasi rentan (vulnerable population) adalah bagian dari populasi yang lebih
muda mengalami masalah kesehatan akibat terpapar resiko atau akibat buruk dari masalah
kesehtan (Stanhope dan Lancaster, 2015). Menurut Maurer dan Smith (2013), populasi rentan
adalah populasi yang memiliki karakteristik lebih memungkinkan berkembangnya masalah
kesehatan, dan lebih mengalami kesulitan dalam menjangkau pelayanan kesehatan,
kemungkinan besar penghasilan kurang, atau masa hidup lebih singkat akibat kondisi
kesehtan.

Dapat disimpulkan bahwa populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik
tertentu sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, personal
dan biospikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami masalah

6|UNIVERSITAS MH.THAMRIN
kesehatan, kesulitan menjangkau pelayanan kesehatan, penghasilan menurun, dan memiliki
masa hidup yang lebih singkat.

2.1.2 Faktor-faktor yang menyediakan kepada kerentanan


Faktor sosial dan ekonomi berkontribusi besar terhadap kerentanan Faktor sosial penentu kesehatan
meliputi serangkaian faktor sosial, politik dan ekonomi yang mencakup kondisi kehidupan status
sosial ekonomi, lokasi geografis, kelas sosial, pendidikan, faktor lingkungan, nutrisi, stres, dan
prasangka yang mengarah pada kendala sumber daya, kesehatan yang buruk, dan risiko kesehatan
(Wilensky dan Satcher, 2009; Lathrop, 2013). Dari sudut pandang internasional, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO, 2015) menyatakan bahwa banyak faktor dalam kombinasi mempengaruhi kesehatan
individu dan masyarakat. Secara khusus, "apakah orang sehat atau tidak ditentukan oleh keadaan dan
lingkungan mereka. WHO, konsisten dengan Healthy People 2020, menggambarkan tiga lingkungan
nomik, (1) karakteristik dan perilaku individu sosial dan eko-manusia (2) lingkungan fisik, dan (3)
menjsdi keseluruhan penentu kesehatan. WHO juga mencatat bahwa individu tidak mungkin dapat
secara langsung mengendalikan banyak faktor penentu kesehatan, dan ini secara langsung berkaitan
dengan kerentanan. kesehatan yang tidak dapat mereka kendalikan, mereka cenderung menjadi rentan.
WHO, 2015 mengutip tujuh contoh faktor yang mempengaruhi kesehatan. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, sebagaimana dicatat kemudian dalam dokumen Healthy People 2020.
Tujuh Faktor-faktor WHO adalah sebagai berikut (WHO, 2015, hlm. 1-2).

1. Penghasilan dan status sosial: Penghasilan lebih tinggi dan status sosial dikaitkan dengan
kesehatan yang lebih baik.

2. Pendidikan: Pendidikan rendah dikaitkan dengan kesehatan yang buruk, lebih banyak tempat
kerja; rumah, komunitas, dan jalan yang lebih aman; dan kondisi kerja dan kerja yang baik, terutama
ketika stres, dan kepercayaan diri yang lebih rendah.

3. Lingkungan fisik: Air bersih dan udara bersih, tenaga kesehatan memiliki kontrol lebih besar,
semuanya berkontribusi pada kesehatan yang baik.

4. Jaringan dukungan sosial: Keluarga, teman, dan masyarakat serta budaya, adat, tradisi, dan
kepercayaan memengaruhi kesehatan.

5. Genetika, juga perilaku pribadi dan keterampilan koping, memengaruhi kesehatan.

6. Pelayanan kesehatan. Akses dan penggunaan layanan yang sesuai dengan kesehatan.

7. Jenis Kelamin Pria dan wanita menderita berbagai jenis gangguan untuk pemandangan jalanan
pada usia yang berbeda.

2.1.3Macam-macam populasi rentan


1. Penyakit mental

Penyakit mental dianggap oleh banyak orang sebagai faktor utama dari tindakan
kekerasan. Penelitian bagaimanapun juga, tidak dapat menyimpulkan penemuan
mereka bahwa semua tindakan diakibatkan oleh orang yang tidak setabil secara
mental. Jaksa dan pengecara pembela berdebat mengenai kasus ini apakah seseorang
berasal atau tidak stabil secara mental ketika kasus ini di bawa kepengadilan.

7|UNIVERSITAS MH.THAMRIN
Pada tindakan kekerasan di Newton, Connecticut, telah ada peringatan dorongan
untuk membuat undang-undang untuk mendanai strategi kesehatan masyarakat yang
mengidentifikasi dan merawat peyakit mental di seluruh negara. Hal ini penting sejak
krisis anggaran di amerika serikat telah memaksa banyak negara bagian untuk
menghilangkan atau mengurangi keberadaan pelayanan kesehatan mental.

2. Populasi terlantar
Berdasarkan undang-undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang di
maksud dengan anak terlantar adalah anak-anak yang tidak di penuhi kebutuhan
secara wajar baik fisik, mental, spiritual, dan juga sosial.

Anak jalanan merupakan gejala sosial yang muncul akibat krisis pada berbagai bidang
dan menjadi salah satu contoh nyata daro sekian banyak populasi terlantar yang ada di
indonesia. Mereka anak-anak di bawah umur 16 tahun yang sebagian besar hidupnya
unutk mencari uang.
3. Populasi kecacatan
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2013 tentang
Pelayanan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas
adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari: penyandang disabilitas fisik,
penyandang disabilitas mental serta penyandang disabilitas fisik dan mental.

Orang berkebutuhan khusus (disabilitas) adalah orang yang hidup dengan karakteristik
khusus dan memiliki perbedaan dengan orang pada umumnya. Karena karakteristik
yang berbeda inilah memerlukan pelayanan khusus agar dia mendapatkan hak-haknya
sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini.Orang berkebutuhan khusus memiliki
defenisi yang sangat luas, mencakup orang-orang yang memiliki cacat fisik, atau
kemampuan IQ (Intelligence Quotient) rendah, serta orang dengan permasalahan
sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.

2.1.4 Status Kesehatan


Usia berkaitan dengan kerentanan, karena orang-orang di kedua ujung dari kontinum usia
seringkali kurang mampu untuk beradaptasi dengan stres. Misalnya, menganiaya ibu berisiko
dan mengalami problem fisiologis yang parah dan penundaan perkembangan. Karena
problem mental dan fisik pada masa dewasa sering dikaitkan dengan stres masa kanak-kanak
seperti kemiskinan dan kekurangan emosi, sangatlah penting untuk mengurangi atau
melenyapkan ketimpangan kesehatan awal (Hillemeier et al, 2013). Pada tahun 2020, orang
yang sehat, yang berkaitan dengan dengan pinjaman bagi anak-anak kecil untuk melahirkan
anak untuk pralahir dan kenaikan kesehatan pada usia dini, menurun pada awal kehamilan
dan berat badan yang rendah, asupan gizi yang optimal, serta perkembangan yang sehat dan
perkembangan sehat untuk kesiapan sekolah (USDHHS, 2010) orang-orang lanjut usia
kemungkinan besar mengalami infeksi yang aktif. Dari penyakit menular seperti flu atau
pneumonia dan biasanya lebih sulit pulih dari pro secessis yang sulit dikendalikan daripada

8|UNIVERSITAS MH.THAMRIN
orang yang lebih muda karena sistem kekebalan mereka yang kurang efektif. Orang yang
lebih tua aso mungkin lebih rentan terhadap gerombolan yang aman dan kehilangan
kemerdekaan karena usia mereka, beberapa penyakit kronis, dan mobilitas yang rusak. Pasal
37 membahas penyalahgunaan zat, dan pasal 13 menggambarkan risiko penyakit menular.

Juga, perubahan fisiologi normal bisa membuat orang rentan. Hal ini dapat diakibatkan oleh
proses penyakit, seperti seseorang yang memiliki penyakit kronis. Sebagaimana dibahas di
pasal 14, infeksi HIV adalah situasi pathophysiologis yang meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi oportunistik, pengalaman hidup seseorang, khususnya yang mula-mula di
lite, sikap rentan terhadap kerentanan atau ketahanan. Misalnya, anak-anak yang selamat dari
bencana mungkin mengalami kesulitan di kemudian hari jika mereka tidak mendapat
bimbingan yang memadai. Contoh tentang faktor sosial yang protektif mencakup dukungan
sosial, rasa percaya diri, dan diri sendiri (berpikir anda dapat menangani situasi dan
mengatasi) (Braveman dan Gottlieb, 2014). Secara spesifik, tingkat kepercayaan diri yang
lebih tinggi dalam kemampuan ataufokus kendali internal tampaknya melindungi anak-anak
(khususnya remaja) dari dampak negatif bencana dan trauma. Orang-orang dengan fokus
kendali internal percaya bahwa mereka mengendalikan perilaku mereka dan tidak sepenuhnya
bergantung pada orang-orang dari luar, peristiwa, atau kekuatan Mengambil tindakan atau
mencari masalah kesehatan. Mereka mungkin meminimalkan nilai kenaikan kesehatan atau
pencegahan penyakit karena mereka tidak berpikir bahwa mereka memiliki kendali atas nasib
kesehatan mereka. Juga, orang-orang yang telah disalahgunakan atau memiliki ahli waris.
Saya sering mengalami stres yang kronis, dan sering kali saya menggunakan banyak
cadangan yang biasanya dimiliki orang lain untuk menghadapi bentuk stres yang baru.
Sebuah penelitian oleh para penyelidik di pusat pengendalian dan pencegahan penyakit
(Middlebrooks dan Audage, 2008) secara retrografis menghubungkan stres masa kecil dengan
kesehatan orang dewasa. Pelajaran ini disebut sebagai pengalaman masa kanak-kanak yang
buruk. Khususnya, para peneliti melihat stres yang disebabkan oleh pelecehan anak,
kelalaian, dan berulang kali melakukan kekerasan terhadap rekan kerja. Mereka membahas
tiga jenis stres: (1) stres yang positif, yang berasal dari kejadian yang tidak berlangsung lama
dan yang anak-anak dapat atasi dengan bantuan dukungan orang dewasa; (2) stres yang dapat
ditoleransi, yang lebih intens tetapi masih pendek hidup, seperti stres yang timbul dari
kecelakaan alami atau kecelakaan yang menakutkan; Atau (3) stres beracun, yang diakibatkan
oleh pengalaman yang sangat berbahaya terus-menerus. Anak-anak tidak bisa menangani
stres beracun saja. Respons stres diaktifkan untuk jangka waktu yang panjang dapat
menyebabkan perubahan perkembangan yang permanen dalam otak. Saya membantu orang
dewasa agar anak itu bisa kembali normal. Sebagaimana dibahas di pasal 38, penganiayaan
anak dapat menjadi sumber stress.

2.1.5 Hasil Kerentanan


Hasil kerentanan mungkin negatif, seperti status kesehatan yang lebih rendah daripada
populasi lainnya, atau mereka mungkin positif dengan intervensi yang efektif. Populasi rentan
sering memiliki hasil kesehatan yang lebih buruk daripada orang lain dalam hal morbiditas
dan mortalitas. Kelompok-kelompok ini memiliki prevalensi tinggi penyakit kronis, seperti
hipertensi, dan penyakit menular tingkat tinggi, termasuk tuberkulosis (TB), hepati tis B, dan

9|UNIVERSITAS MH.THAMRIN
penyakit menular seksual (PMS), serta infeksi saluran pernapasan atas, termasuk influensa.
Mereka juga memiliki angka kematian yang lebih tinggi daripada populasi umum karena
faktor-faktor seperti kondisi hidup yang buruk, pola makan, dan status kesehatan, serta
kejahatan dan kekerasan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Sering kali ada siklus
menuju kerentanan. Artinya, kesehatan yang buruk menciptakan stres karena individu dan
keluarga berusaha mengatasi masalah dengan sumber daya yang tidak memadai. Misalnya,
jika seseorang dengan sindrom imunodefisiensi (AIDS) yang didapat mengembangkan satu
atau lebih infeksi oportunistik dan tidak diasuransikan atau kurang diasuransikan, orang
tersebut dan keluarga serta pengasuh akan lebih sulit mengelola daripada jika orang tersebut
memiliki asuransi yang memadai. Populasi yang rentan sering menderita berbagai bentuk
stres. Kadang-kadang ketika satu masalah diselesaikan, pertanyaan lain muncul. Hal ini dapat
menyebabkan perasaan putus asa, yang dihasilkan dari rasa ketidakberdayaan yang luar biasa
dan keterasingan sosial. Misalnya, penyalahguna zat yang merasa tidak berdaya atas
kecanduan mereka dan yang telah mengisolasi diri dari orang yang mereka sayangi mungkin
tidak melihat cara untuk mengubah situasi mereka. Intervensi keperawatan harus mencakup
strategi yang akan meningkatkan sumber daya atau mengurangi risiko kesehatan untuk
mengurangi kesenjangan kesehatan antara populasi rentan dan populasi dengan lebih banyak
keuntungan (Flaskerud dan Winslow, 2010)

2.1.6Upaya pencegahan kerentanan


Menurut Allender, Rector, Dan Warner, (2014) level pencegahan masalah kesehatan pada
populasi rentan adalah sebagai berikut :

 Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya pencegahan yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat yang masih sehat dalam upaya mempertahankan
status kesehatnnya.
Bentuk tindakan keperawatan yang dapat dilakukan berupa pendidikan kesehatan dan
promosi kesehatan tentang perilaku hidup sehat serta perlindungan spesifik agar
terhindar dari masalah kesehatan.
 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat yang sudah memiliki tanda dan gejala atau
beresiko mengalami masalah kesehatan /penyakit.
Bentuk tindakan keperawatan yang dapat di lakukan adalah identifikasi resiko
masalah kesehtan, pemeriksaan kesehatan berkala, melakukan rujukan untuk individu/
keluarga/kelompok/masyarakat yang memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut, serta
upaya penemuan masalah kesehatan dini (screning kesehatan).
 Pencegahan Tersier
Pencegan tersier merupakan upaya pencegahan yang ditunjukan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat yang berada pada masa pemulihan setelah
mengalami masalah kesehatan serta mencegah supaya tidak terjadi komplikasi lebih
lanjut dari msalah yang dialami.

10 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
Bentuk tindakan keperawatan yanda dapat dilakukan adalah upaya rehabilitasi pasca
perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mencegah ketidakmampuan,
ketidakberdayaan atau kecacatan lebih lanjut, mengurangi ketidakmampuan pada
populasi rentan.Upaya pencegahan terhadap kerentanan atau meningkatnya populasi
rentan antara lain :
 Berfokus pada upaya promosi kesehatan dan pencegahan masalah kesehatan
 berkoordinasi dan membangun jejaring dengan sektor lain
 memperluas jaringan akses pelayanan kesehatan
 tidak membuat asumsi atau stigma buruk pada populasi rentan
 memberikan dukungan atau support kepada populasi rentan
 Membentuk suatu jaringan yang dapat mendukung populasi rentan
 Advokasi kepada pemerintah untuk membuat kebijakan yang melindungi
populasi rentan
 Advokasi dalam upaya penyediaan lapangan pekerjaan bagi populasi rentan.

2.1.7Karakterisktik populasi rentan di Indonesia


Karakteristik populasi rentan diindonesia mencakup status sosioekonomi; usia, kesehatan, dan
dan pengalaman hidup.

1. Status sosioekonomi

Kurangnya sumber daya sosial, pendidikan, dan ekonomi yang memadai merupakan
faktor seseorang menjadi rentan. Kondisi status sosioekonomi yang rendah
meningkatkan kerentanan. Kemiskinan atau keterbatasan penghasilan atau dana
berdampak pada ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal ini juga akann berdampak pada pemenuhan upaya meningkatkan kesehatan serta
akan mengalami keterbatasan dalam menjangkau pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan perawatan kesehatan yang optimal. Selain hal tersebut, kurangnya
dukungan dari orang sekitar juga dapat meningkatkan kerentanan pada seseorang.
Dukungan dapat diperoleh dari dukungan keluarga dan dukungan sosial yaitu dari
teman, tetangga sekitar, dan kelompok/komunitas yang berada disekitar.

2. Usia

Karakteristik berdasarkan usia biasa juga disebut dengan rentan secara fisiologis.
Kerentanan seseorang semakin meningkat sesuai dengan meningkatkan usia
kronologisnya (Miller, 2012)

3. Kesehatan

Perubastatus kesehatan mempengaruhi individu untuk menjadi rentan akibat dari


proses penyakit seperti individu yang memiliki penyakit kronis. Populasi rentan tidak
hanya mengalami beberapa risiko kumulatif, tetapi populasi tersebut juga sangat
sensitif terhadap efek dari resiko tersebut. Risiko yang berasal dari bahaya lingkungan
(paparan zat adiktif) atau bahaya sosial (kejahatan, kekerasan, dan
pengabdian/penyalahgunaan), dalam prilaku pribadi (diet dan kebiasaan olaahraga)

11 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
atau susunan biologis dan genetik (bawaan atau status kesehatan). Populasi rentan
sering memiliki penyakit multiple dengan masing-masing saling mempengaruhi satu
sama lain (pender, Murdaugh, & Parsons, 2002)

4. Pengalaman hidup

Seseorang yang memiliki pengalaman hidup yang kurang baik akan meningkatkan
resiko kerentanan terutama pengalaman terhadap kesehatan (missal: kecacatan akibat
kecelakaan dimasa yang lalu). Peristiwa kehidupan yang terjadi dimasa lalu dapat
berdampak pada berkurangnya pendapatan, perubahan peran, gangguan kesehatan
akibat penyakit kronik yang diderita, maupun persepsi negatif dari lingkungan sekitar.
Peristiwa atau pengalaman masa lalu dapat menimbulkan reaksi tubuh pada fungsi
psikologis yang berhubungan dengan stress dan kopiing seseorang.

2.1.8Populasi rentan di Indonesia


Populasi rentan diindonesia yang membutuhkan perhatian perawatan kesehatan komunitas
dan pemerintah antara lain : (Allender, rector & warner, 2014)

 Kemiskinan dan anak jalanan (homelessness)


Kemiskinan adalah kondisi serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
agar dapat bertahan hidup. Kebutuhan mencakup pangan, sandang, papan, dan
pelayanan kesehatan yang tidak dapat dipenuhi secara mandiri oleh individu atau
keluarga.
Sedangkan anak jalanan adalah kelompok yang tidak memiliki tempat tinggal
permanen yang merupakan dampak dari urban dan kemiskinan : (Allender, rector &
warner, 2014).
 Remaja yang hamil
 Penduduk migran
 Penduduk pedesaan (rural)
 Orang dengan masalah kejiwaan/OMDK (missal schizophrenia, bipolar disorder)
 Penderita kecacatan (bisa mengalami kecatatan sejak lahir atau kecatatan akibat
kecelakaan)
 Penyalahgunaan alcohol dan obat terlarang
 Korban kekerasan dalam rumah tangga (fisik, seksuall, ekonomi)
 Penderita penyakit menular
 Penderita penyakit kronik
 Penderita HIV/AIDS, hepatitis B, penyakit seksual
 Kelompok etnis minoritas (suku minoritas)
 Kelompok lanjut usia

2.1.9Kebijakan pemerintah terkait populasi rentan di indonesia.


Kebijakan pemerintah di indonesia yang terkait dengan perlindungan populasi rentan adalah :

1. Undang-undang dasar 1945

12 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
Pasal 27 dan 28 tentang hak asasi manusia pasal 37 tentang perlindungan terhadap
fakir miskin dan anak terlantar; sistem jalinan sosial; dan penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang memadai.

2. Undang-undang

UU NO 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, pasal 4 yang menyatakan bahwa


anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan oleh negara.

3. Peraturan presiden

Peraturan presiden no 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan, pasal 8 ayat 1 yang
menyatakan bahwa peserta bukan penerima bantuan iuran (PBI) jaminan kesehatan
yang mengalami cacat total tetap dan tidak mampu berhak menjadi peserta PBI
jaminan kesehatan.

4. Peraturan mentri kesehatan

Permenkes no 28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan program jaminan


kesehatan nasional Bab IV tentang pelayanan kesehatan menyatakan bahwa setiap
peserta mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan .

Permenkes No 90 tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan


fasilitas pelayanan kesehatan .

2.1.10Kebutuhan pelayanan kesehatan pada populasi rentan

Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki keterbatasan terhadap akses kepelayanan
kesehatan. Populasi rentan sangan membutuhkan pelayanan kesehatan sebagai upaya
mempertahankan atau meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan hidupnya.

Kebutuhan pelayanan kesehatan pada populasi rentan (permenkes No 90 tahun 2015


tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan) sebagai
berikut :

1. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang terjangkau fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kuratif, dan rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.

2. Ketersediaan tenaga kesehatan yang merata tim pelayanan kesehatan terdiri dari dokter
spesialis, dan dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga
kesehatan lainnya dan atau tenaga non kesehatan.

3. Sarana dan prasarana kesehatan yang memadai sarana dan prasarana kesehatan pendukung
berupa puskesmas rawat inap, non rawat inap maupun puskesmas pembantu yang dapat
digunakan sebagai tempat pemberian pelayanan kesehatan; rumah sakit sebagai rujukan;
perbekalan kesehatan (berupa obat, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan baik jenis

13 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
dan jumlah sesuai kebutuhan termasuk alat kontra sepsi; obat untuk penyelamatan nyawa;
perbekalan kesehatan untuk skrining penyakit menular dan tidak menular; perbekalan
kesehatan dalam bentuk rapit test seperti pemeriksaan malaria dan HIV; perbekalan kesehatan
lain sesuai pelayanan kesehatan, peralatan komunikasi; serta transportasi pendukung lainnya.

Sedangkan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh populasi rentan adalah :

1. Pelayanan kesehatan yang bersifat promotif (penyuluhan kesehatan)

Pelayanan kesehatan ini berfokus pada populasi yang masih sehat sehingga dapat
mempertahankan ststus kesehatannya.

2. Pelayanan kesehatan yang bersifat preventif ( skrining kesehatan, pemeriksaan


kesehatan berkala, imunisasi dan vaksinasi )

Pelayanan kesehatan ini berfokus pada kelompok yang bersiko mngalami masalah
kesehatan.

3. Pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif ( pengobatan)

Pelayanan kesehatan ini dilakukan dalam upaya penyembuhan penyakit dan


pelaksanaan pengobatan.

4. Pelayanan kesehatan yang bersifat rehabilitatif

Pelayanan kesehatan dilakukan unutk mengembalikan status kesehatan,


mengembalikan fungsi tubuh akibat penyakit dan cacat serta menghilangkan
kecacatan.

5. Koseling

Konseling adalah memberikan kesempatan pada klien unutk mengeksplorasi,


menemukan, dan mengklarifikasi jalan hidup yang lebih memuaskan dan bermakna.
Konseling berfungsi pada penyembuhan dan perawatan kesehatan secara menyeluruh
( biopsikososial, kultural, dan spiritual ).

2.1.11Strategi perawat kesehatan komunitas pada populasi rentan

Pendekatan konseptual yang dapat di terapkan oleh perawat kesehatan komunitas dalam
upaya memberikan pelayanan kesehatan pda klompok rentan adalah dengan menggunakan
beberapa teori dan model, antara lain:

1. Teori neuman

Fokus pada mengidentifikasi stresor dan garis pertahanan yang dimiliki populasi
rentan untuk mempertahankan kesehatannya. Hal ini didukung sebagai kerangka kerja
unutk memberikan perawatan kesehatan yang tepat bagi populasi rentan sesuai dengan
masalah kesehatan yang dialami.

14 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
2. Teori adaptasi roy

Penekanan pada promosi kesehatan dengan model adaptasi yang dilakukan perawat
dengan mengidntifikasi kekuatan dan sumber daya yang dimiliki populasi rentan
unutk mengatasi stresor.

3. Teori safe care orem

Membantu perawat dalam mengidentifikasi kebutuhan perawat dari populasi rentan


dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dalam mengatasi masalah keseahtan
yaitu defisit perawatan diri pada populasi rentan.

4. Kemitraan

Kemitraan adalah membentuk jejaring atau kerja sama dengan pihak terkait sesuai
dengan permasalahan kesehatan yang di alami kelompok rentan. Prinsip kemitraan
adalah kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan. Peran perawat kesehatan
komunitas dalam upaya menigkatkan kesehatan populasi rentan.

5. Pendidikan kesehatan

Perawat memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan terkait masalah kesehatan


yang dialami oleh populasi rentan, misal: masalah kesehatan TB paru.

6. Pemberi layanan kesehatan

Perawat melakukan asuhan keperawatan pada populasi rentan baik secara individu,
keluarga,atau klompok/komunitas sesuai masalah kesehatan yang dialami.

2.1.12Isu etik tentang populasi rentan


Pada zaman dahulu, populasi rentan memlihara kesehatan dan memnuhi kebutuhan
nya di komunitas mereka sendiri. Sedangkan saat ini, perlindungan dan pemeliharaan atau
perawatan kesehatan sudah mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah walupun belum
optimal. Saat ini tindakan yang dilakukan lebih kearah promosi dan prevensi kesehatan,
pemberdayaan, penyediaan akses pelayanan kesehatan dilokasi dimana populasi rentan
tersebut tinggal.

Isu yang berkembang terhadap populasi rentan di indonesia antara lain

1. Jumlah populasi rentan di indonesia masih sangat banyak

2. Sebagian besar masyarakat indonesia masih memiliki stigma atau pandangan negatif
terhadap populasi rentan

3. Populasi rentan belum mendapatkan perhatian lebih atau belum menjadi proritas utama
bagi pemerintah indonesia.

4. Akses pelyanan keseahtan bagi populasi rentan di indonesia masih belum merata di seluruh
wilayah terutama di daerah terpencil dan sangat terpencil.

15 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
2.2 Asuhan Keperawatan Populasi Rentan
2.2.1 Kasus
Di daerah sumur batu, RT 05/RW 05, kecamatan bantar gebang,kota bekasi provinsi jawa barat
tepatnya daerah pemukiman sumur batu, terdapat 1.000 penduduk yang menempati daerah
tersebut, yang tidak memiliki keluarga dan tempat tinggal (terlantar) berjumlah 200 orang (20%),
terdiri dari anak-anak berjumlah 60 orang (30%) , remaja berjumlah 80 orang (40%), usia lanjut
berjumlah 60 orang (30%), dan populasi tidak terlantar atau memiliki tempat tinggal berjumlah 800
orang (80%), dari data tersebut diketahui bahwa populasi terlantar yang tidak memiliki keluarga 80
orang 40 %, dan populasi terlantar yang tidak memiliki tempat tinggal 120 orang 60 % di daerah
sumur batu. 140 orang (70%) populasi terlantar merupakan penduduk diluar provinsi jawab barat,
dan 60 orang (30%) populasi terlantar merupakan penduduk provinsi jawa barat. 30 anak-anak (50%)
mengalami kurang gizi, 40 remaja (50%) mengkonsumsi minum-minuman keras dan menggunakan
narkotika, 30 lansia (50%) penyandang disabilitas, 100 orang (50%) tidak mempunyai kebiasan buruk.
Sebanyak 150 (75%) orang mengatakan tidak pernah memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan
dikarnakan tidak memiliki biaya dan 50 (25%) orang mengatakan pernah memeriksakan dirinya ke
pelayanan kesehatan setempat.

Asuhan keperawatan ini menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi: pengkajian
status kesehatan, masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan.

2.2.2 Pengkajian
Meliputi Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti, 8 sub
sistem, dan data demografi.

2.2.2.1 Data Inti


1. Riwayat sejarah perkembangan komunitas
a. Lokasi :
1). Provinsi daerah tk 1 : Jawa Barat
2). Kabupaten/kotamadya : Bekasi
3). Kelurahan : Bantar Gerbang
4). RT : 05
5). RW : 05
b. Pendidikan :
1). Sma :40% (400 orang)
2). Smp :30 % (300 orang)
3). Sd :20 % (200 orang)
4). Tidak sekolah :10 % (100 orang )
c. Jenis kelamin :
1). Laki-laki : 40% (400 orang )
2). Perempuan : 60 % (600 orang )
d. Pekerjaan :
1). Memiliki pekerjaan :45 % (450 orang)
2). Tidak memiliki pekerjaan : 55% (550 orang)
e. Agama :
1). Islam : 45 % (450 orang)
2). Kristen : 50 % (500 orang)
3). Hindudan Budha : 5 % (50 orang)

16 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
4). Tidak memiliki agama :-

2.2.2.2 Sub System


1. Lingkungan fisik
Lokasi dan batas desa : Dekat Dengan Pembuangan Sampah
Cuaca atau musim : Baik
Kondisi tanah : Padat
Air : Baik
udara (kwalitas dan kwantitas) : Tidak Baik
Perumahan :-
Binatang dan tumbuh-tumbuhan :
Sampah dan pengelolaannya : Membuang ke TPS dan Kurang Baik
Pelayanan umum
Listrik : Memadai
Kondisi jalan : Baik
Pengilingan padi :-
Dll.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk : Sebagian warga tidak memiliki pendidikan
Sarana sekolah (jika ada) :-
Jumlah siswa :-
FASILITAS SEKOLAH :-
UKS :-
3. Ekonomi
Tingkat ekonomi penduduk : Kurang
Jenis pekerjaan : pemulung, pengemis
Tingkat pengangguran : Tinggi
Home industri :-
Pusat perbelanjaan : kurang memadai
4. Sistem politik dan pemerintahan
Sistem pemerintahan umum : RT DAN RW
Menejemen masyarakat :
Sistem pemilihan pemimpin : system pemilihanumum
kumpulan di masyarakat :pengajian
PJ kesehatan masyarakat :-
5. Keamanan dan transportasi
Sarana transportasi : Angkutan Umum
Pribadi dan umum : Angkot
Sarana dan fasilitas keamanan :
6. Pelayanan kesehatan dan sosial
Sarana dan fasilitas kesehatan yang ada dan digunakan penduduk
:poskamlingdanposkeamanan
Asuransi kesehatan :-
Prilaku sehat penduduk :-
7. Komunikasi
Dimana penduduk berkumpul :balaiwarga
Alat komunikasi :handphone (50 %),radio (20%),televisi (30%)
8. Rekreasi

17 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
Sarana rekreasi :tamanbermain
Kondisi,jenis dan jumlah :baikdanterjaga, terdapat 1 tamanbermain
Jenis rekreasi yang sering digunakan :-

2.2.2.3 Data demografi


1. Statistic kependudukan seperti
Angka kematian : 30%
Sexratio :laki-laki 60%
Perempuan 40%
status perkawinan : 40%
statistik kesehatan :
penyakit kronik : 30 %
kesehatan anak : 30%
penyakit : 20 %

2.2.2.4 Analis Data

No Pengelompokan data Masalah


1. Ds:
1. Dari hasil wawan cara
didapatkan 20% remaja yang
perokok aktif beresiko terkena
penyakit cardiovascular
(hipertensi), 15% mengalami
kurang gizi beresiko gizi buruk

Do: Prioritas prilaku kesehatan


1. Sebanyak 150 (75%) orang tidak
pernah memeriksakan dirinya ke cenderung beresiko
pelayanan kesehatan dikarnakan
tidak memiliki biaya
2. 20 % remaja yang perokok aktif
3. 15 % orang yang di periksa
mengalami hipertensi
4. 15% anak mengalami berat
badan yang tidak ideal

2. Ds:
1. Dari hasil wawancara
didapatkan 100 orang yang
mempunyai kebiasaan buruk.
30 orang anak-anak 50%
Ketidakefektifan pemeliharaan
mengalami gizi kurang, 40
remaja 50% mengkonsumsi kesehatan
minuman alkohol, dan 30
lansia 50% mengalami
disabilitas.

18 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
Do:
1. Sebanyak 150 (75%) orang tidak
pernah memeriksakan dirinya ke
pelayanan kesehatan dikarnakan
tidak memiliki biaya
2. 100 orang mempunyai kebiasaan
buruk
3. 30 anak mengalami kurang gizi
4. 40 remaja minuman beralkohol
5. Dan 30 lansia mengalami
disabilitas

Kriteriaproritasmasalah

Dx 1 PrilakuKesehatanCenderungBeresiko

Bobot Score Total max


No Kriteria Pembenaran
(1-10) (1-10) 600
1. Kesadaran masyarakat Di lingkungan sekitar
akan masalah terdapat 40 remaja masih
10 5 50
sering mengkonsumsi alcohol
20 % remaja perokok
2. Motivasi masyarakat Sebanyak 150 (75%) orang
untuk menyelesaikan tidak pernah memeriksakan
masalah dirinya ke pelayanan
7 5 35
kesehatan dikarnakan tidak
memiliki biaya

3. Kemampuan perawat Sudah mempunyai perawat


dalam mempengaruhi 7 6 42 yang terigistrasi sebagai
penyelesaian masalah perawat profesi
4. Ketersediaan ahli/pihak Sudah mempunyai puskesmas
terkait dalam 6 5 30 dan tersedia dokter umum.
penyelesaian masalah
5. Beratnya konsekuensi Dari hasil wawan cara
didapatkan 20% remaja
jika masalah tidak
yang perokok aktif beresiko
diselesaikan terkena penyakit
7 5 35
cardiovascular (hipertensi)

6. Mempercepat Dengan meningkatkan


penyelesaian masalah kwalitas pelayanan kesehatan
10 8 80
dengan resolusi yang setempat dan tempat
dapat dicapai pelayanan kesehatan.
TOTAL 272

Dx 2 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

19 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
Bobot Score
Total max
No Kriteria (1-10) (1-10) Pembenaran
600
1. Kesadaran masyarakat 8 3 24 Masyarakat belum
akan masalah mengetahui masalah
kebiasaan buruk yang
ada dilingkungan
sekitar.
2. Motivasi masyarakat 8 5 40 75% masyarakat mengatakan
untuk menyelesaikan malas untuk memeriksa
masalah kesehatan kepelayanan
kesehatan
3. Kemampuan perawat 10 8 80 Pendidikan kesehatan perawat
dalam mempengaruhi utntuk mengubah pola perilaku
penyelesaian masalah kesehatan pada masyarakat
4. Ketersediaan ahli/pihak 10 8 80 Pelayanan kesehatan
terkait dalam dipuskesmas tersedia tetapi
penyelesaian masalah masyarakat malas untuk
memeriksakan diri dikarenakan
kurangnya biaya
5. Beratnya konsekuensi 8 5 40 Tingkat penyakit kurang gizi,
hiperetensi dan kebiasaan
jika masalah tidak mengkonsumsi minuman
diselesaikan beralkohol semakin meningkat
di masyarakat

6. Mempercepat 10 8 80 Mengadakan promosi


penyelesaian masalah kesehatan melalui posbindu
tentang pola hidup yang sehat
TOTAL 344

Total Dx 1 Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko : 272

Total Dx 2 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan: 344


Dx prioritass untuk masalah tersebut : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

Data Pendukung Masalah Kesehatan Komunitas:populasi rentan


Diagnosis
Noc Nic
Data keperawatan
Kode Diagnosis Kode Hasil kode Intervensi
Ds: 00188 Perilaku Setelah Prevensi
2. Dari hasil kesehatan dilakukan primer
wawancara cenderung intervensi 5510 Pendidikan
didapatkan beresiko selama 1 kesehatan
20% remaja minggu di tentang

20 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
yang harapkan prilaku sehat
perokok tujuan prilaku
aktif kesehatan Memfasilitasi
beresiko cenderung 5520 pembelajaran
terkena beresiko
penyakit tercapai dengan
cardiovascul kriteria hasil : 4490 Prevensi
ar sekunder
(hipertensi), Prevensi primer Bantuan
15% Pengetahuan ; penghentian
mengalami Perilaku sehat merokok
kurang gizi 1805 Pengetahuan ;
beresiko Promosi
gizi buruk 1832 kesehatan 5430 Prevensi
tentang bahaya Tersier
Do: merokok Dukungan
5. Sebanyak Pengetahuan; kelompok
150 (75%) pentingnya
orang tidak gaya hidup
pernah 1855 sehat
memeriksaka
n dirinya ke Prevensi
pelayanan Sekunder
kesehatan Kontrol resiko;
dikarnakan penggunaan
tidak tembakau pada
memiliki 1906 rokok
biaya Dari 1-4
6. 20 % remaja
yang perokok Kontrol resiko;
aktif penyakit
7. 15 % orang kardiovaskular
yang di Dari 2-4
periksa 1914
mengalami Prevensi Tersier
hipertensi Partisipasi tim
8. 15% anak kesehatan
mengalami dalam keluarga
berat badan
yang tidak
ideal
2605
Ds: 00099 Ketidakefektifan Setelah Prevensi
1. Dari hasil pemeliharaan dilakukan primer
wawancara kesehatan intervensi 1 5510 Pendidikan
didapatkan minggu kesehatan
100 orang diharapkan
yang tujuan Prevensi
mempunyai ketidakefektifan sekunder
kebiasaan pemeliharaan 4350 Manajemen
buruk. 30 kesehatan prilaku

21 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
orang anak- tercapai dengan
anak 50% kriteria hasil :
mengalami
gizi kurang, Prevensi primer
40 remaja Pengetahuan;
50% 1823 promosi
mengkonsu kesehatan
msi mengenai gizi
minuman yang baik untuk
alkohol, dan anak
30 lansia
50% Pengetahuan;
mengalami 1823 Promosi
disabilitas. kesehatan
tentang asupan
Do:
1. Sebanyak gizi yang baik
150 (75%) buat anak
orang tidak
Prevensi
pernah
sekunder
memeriksaka
1600 Kepatuhan
n dirinya ke
pelayanan prilaku
kesehatan
dikarnakan
tidak
memiliki
biaya
2. 100 orang
mempunyai
kebiasaan
buruk
3. 30 anak
mengalami
kurang gizi
4. 40 remaja
minuman
beralkohol
Dan 30 lansia
mengalami disabilitas

Poa (planning of action)

Rencana
Tujuan Sasaran Waktu Tempat
Kegiatan
Setelah Melakukan Masyarakat 45-60 menit Balai warga
dilakukan pendidikan penyuluhan sumur batu 24 april
sehatan dan dan remaja,dewasa, 2019 jam

22 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
penyuluhan tentang pendidikan dan lansia 09.00-10.00
pola hidup sehat kesehatan
diharapkan masyarakat
mampu memperbaiki
pola hidupnya.
Melakukan Remaja pada 45-60 Balai warga
konseling daerah sumur menit
Setelah dilakukan sekaligus batu 25 april
penyuluhan dan penyuluhan 2019
konseling mengenai Jam 10.00-
penghentian merokok 11-00
dan minum-minuman
pada remaja di
harapkan angka remaja
yang merokok dan
minum-minuman
menurun.

Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa
Waktu/Tanggal Kegiatan Evaluasi Analisis
Keperawatan
25 april 2019 Ketidakefektifan Melakukan 75% Masyarakat S: Masyarakat
Pendidikan
Jam 10.00-11- pemeliharaan kesehatan mengetahui : Senang dan
00 kesehatan Tentang  apa itu pola semangat
pola kebiasaan dalam
kebiasaan yang baik, mengikuti
yang baik.  apa pendkes yang
penyebab diberikan
pola
kebiasaan W : Fasilitas
baik tidak kurang
dilakukan, memadai
masaih banyak

23 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
 akibat jika yang belum
pola kebisaan bertanya
baik tidak di O : di
terapkan harapkan
 Mencegah setelah
pola dilakukan
kebiasaan pendkes
buruk dan masyarakat
menerapkan mau merubah
pola pola kebiasaan
kebiasaan buruknya.
yang baik T : pada saat
melakukan
pendkes masih
memiliki
kekurangan
segi penyajian
dan media
yang ada.
25 april 2019 Ketidakefektifan Melakukan S : masyarakat
Manajemen
Jam 10.00-11- pemeliharaan prilaku yang  75% menerima dan
00 kesehatan baik terhadap masyarakat mau
kebiasaan
buruk pada mengetahui menjalankan
warga sumur seperti apa menejemen
batu
prilaku prilaku
buruk. dengan baik.
 70% W : kurang
masyarakat nya
mengetahui pengetahuan
penyebab dan
dan akibat pemahaman
dari prilaku membuat
buruk yang masyarakat

24 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
di lakukan. takut
 70% bertanya.
masyarakat O : di
sudah dan harapkan
mau setelah
merubah dilakukan
prilaku menajemen
buruk nya prilaku yang
 80% baik
masyarakat masyarakat
sudah mau akan
mencegah menerapkan
prilaku prilaku baik di
buruk. kesehariannya.
T : masih
belum lengkap
nya sarana
dan media
dalam
melakukan
menejemen
prilaku.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kerentanan didefinisikan sebagai stresor aktual atau potensial yang dapat menyebabkan efek
buruk. Populasi yang rentan biasanya dianggap sebagai orang yang berada pada tingkat yang
lebih tinggi untuk status kesehatan yang buruk dan yang memiliki akses kesehatan yang
buruk. Populasi yang rentan sering mengalami beberapa risiko kumulatif, dan mereka sangat
sensitif terhadap efek risiko tersebut. Risiko berasal dari lingkungan hazard (misalnya
Paparan timbal dari cat berbasis timbal dari dinding yang mengelupas dari cat yang
digunakan dalam pembuatan mainan, melamin ditambahkan pada susu), bahaya sosial
(misalnya, kejahatan, kekerasan), perilaku pribadi (misalnya, pola makan, kebiasaan olahraga,

25 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N
merokok), atau susunan biologis atau genetik (misalnya, kecanduan bawaan, status kekebalan
tubuh terganggu).pada populasi rentan ini perlu adanya pemenuhan pelayanan kesehatan yang
merata untuk mengurangi populasi rentan dengan cara penyuluhan, skrining kesehatan,
pemeriksaan kesehatan berkala, imunisasi dan vaksinasi,pengobatan dan konseling menjadi
cara untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal terhadap populasi rentan.

26 | U N I V E R S I T A S M H . T H A M R I N

Anda mungkin juga menyukai