BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
I.1. Tinjauan pustaka
bantu penaikan kapal laut kapasitas maksimal 200 DWT. Tinjauan dilakukan
terhadap dua alat yaitu winch dan cradle.
II.1.1 Winch
Telah di dapatkan data dari alat sejenis untuk menarik kapal laut dengan
kapasitas maksimal 200 LWT (Light Weight Tonnage), atau berat bersih kapal
tanpa muatan. Dari data yang didapat, hanya terdapat data spesifikasi dari
winch/crane saja. Winch ini dibuat oleh PT Plimsoll Corporation dengan
menggunakan sumber tenaga motor hidrolik dan bantuan motor listrik (gambar
II.1). Dari informasi alat ini dapat diambil beberapa data yang dapat diajukan
acuan. Berikut di bawah ini gambar II.1 winch dan dibawahnya terdapat
spesifikasinya.
II-1
Spesifikasi Alat
Type : Double drums side by side configuration, single
warping end, c/w spooting device and manual ratchet
on upslip drum
Drum
Pull : 9 m/min
Drum Capacity : Rope length 280 m x 22mm diameter SWR (for up-slip
drum)
Drum
Brake : 24 Ton
Holding
Adapun data lain yang tertera yaitu terdapat spesifikasi kapal, keterangan
ukuran slipway dan data cradle yang dipakai untuk menarik kapal. Dapat dilihat
pada tabel II.1.
Tabel II. 1 Spesifikasi Plimsoll winch
Panjang kapal 45 m
Panjang slipway 68 m
II-2
Tinggi = 2.15 meter
Gambar II. 2 Contoh cradle
(sumber : http://www.civil.iitm.ac.in/people/faculty/srgandhi/International
Conferences/paper34.pdf )
Adapun data dimensi kapal laut yang beroperasi untuk cradle ini sebagai
berikut :
Panjang kapal = 24 meter
Tinggi kapal = 7,2 meter
Draft = 2,25 meter
Bobot = 140 ton
Selain itu, di dapat spesifikasi dermaga slipway. Dengan panjang lintasan
rel slipway 102 m dan lebar 12,2 m. seperti yang terlihat pada gambar II.3. Di
dalam karya ilmiah tersebut disebutkan pula jenis tiang pancangnya dan
ukurannya. Namun itu tidak akan dibahas pada laporan ini karena hal demikian
sudah masuk ranah disiplin ilmu lain yaitu teknik sipil. Hanya data panjang dari
rel dan lebar dari rel saja yang akan diambil sebagai acuan dalam pembuatan
rancangan alat tugas akhir ini.
II-3
( Sumber : http://www.civil.iitm.ac.in/people/faculty/srgandhi/International
Conferences/paper34.pdf )
Dari data yang dihimpun dalam tinjauan pustaka, dapat diketahui konsep
untuk alat yang akan dibuat dan teori apa saja yang akan digunakan untuk
mendukung pembuatan alat bantu perbaikan kapal laut berkapasitas maksimal 200
DWT. Di bawah ini merupakan penjabaran tentang teori-teori yang akan di
gunakan.
II-4
Gambar II. 4 dok tarik
( Sumber : http://www.maritimeworld.web.id/2014/05/galangan-kapal-
atau-dock-kapal-shipyard.html. )
Slipway adalah peralatan di tepi perairan yang diguanakan untuk
menaikkan kapal yang akan diperbaiki melalui rel dengan pertolongan kereta serta
dengan beberapa penggeserannnya. Slipway pun tergantung kedudukan kapal
terhadap rel terbagi atas slipway melintang dan slipway mamanjang. Ketika kapal
ingin di pindahkan, maka diatur terlebih dahulu jarak terhadap slipway.
Tahapan proses pemindahan kapal laut pada slipway adalah sebagai
berikut :
1. Pengaturan posisi cradle, yaitu menurunkan cradle ke air laut dan
memposisikan keel block dan side block agar pas dengan kapal laut.
2. kapal didorong atau diarahkan menuju slipway. pada bagian kanan dan kiri
diberi tali untuk mengarahkan kapal supaya pas pada keel block dan side
block yang sudah dibuat.
3. Setelah itu kapal yang sudah duduk diatas kereta ditarik keatas.
4. Kapal ditarik menuju ke atas dermaga menggunakan kerekan.
Side
block
Keel
block
(Sumber : http://www.tasports.com.au/shipping_and_towage/)
II-5
Pengedokan jenis ini cukup mudah namun memiliki kelemahan apabila
kapal yang di tarik memiliki bobot sangat besar, maka akan memerlukan daya
penggerak yang sangat besar bahkan dapat memakai lebih dari satu penggerak
winch (pengerek). Biaya menjadi lebih besar. Pengedokan jenis ini lebih
untuk
cocok
untuk kapal-kapal kecil karena konstruksinya paling sederhana.
Pertimbangan utama dalam meluncurkan kapal kelaut adalah pasang surut
laut, diluncurkan pada saat laut sedang pasang. Untuk itu biasanya digunakan
tabel pasang surut air laut setempat terlihat pada tabel III.22 dan tabel III.23.
II.2.2 DWT (Dead Weight Tonnage)
Sebelum dilakukan proses penghitungan pada rancangan, kapal laut yang
akan dilakukan perbaikan dan perawatan ini harus dikurangi bobotnya terlebih
dahulu dengan menurunkan sebagian muatannya. Dengan tujuan mengurangi
beban dari penggerak winch.
Menurut Habiyudin (2012) [13]“”Bobot mati atau yang sering disebut
DWT adalah isi muatan dikurangi dengan berat kapal kosong dan inventaris
tetap”. Dengan demikian bobot mati dapat diartikan dengan jumlah berat muatan,
bahan bakar, air tawar, gudang dan inventaris tidak tetap, sehingga tenggelam
kapal sampai pada maksimum.” Tenggelam maksimum atau draft setiap kapal
berbeda satu sama lain. Dikarenakan kurangnya informasi tentang draft kapal 200
DWT. Dapat diambil asumsi draft sebesar 2,5 – 2,55 meter untuk kapal laut 200
DWT, dengan melihat referansi pada tabel II.2 yang didapat dari SNI (Standar
Nasional Indonesia).
Tabel II. 2 Ukuran draft kapal laut
II-6
Gambar II. 6 Gambar Kapal Perintis
(sumber : http://www.lensantt.com/kapal-perintis-sabuk-nusantara-tujuan-
maluku-terbakar/)
Pengurangan berat kapal laut untuk rancangan ini yaitu 10.000 kg. Angka
10.000 kg atau 100.000 N didapat dari kapasitas muatan orang untuk kapal
perintis 200 DWT yakni sebanyak 114 orang. Asumsi berat masing-masing
penumpang 80 kg, ditambah berat muatan barang dan bahan bakar yang dapat
dikeluarkan yakni sekitar 880 kg.
Isi muatan sebuah kapal yang terapung di air ialah berat air yang
dipindahkan oleh kapal itu. Dengan demikian isi muatan sebuah kapal sama
dengan jumlah ton air yang dipindahkan atau sama dengan berat seluruh kapal
beserta isinya.
“Crane (Winch) adalah salah satu dari jenis pesawat angkat yang banyak
dipakai sebagai alat pengangkat dan pengangkut pada daerah-daerah industri,
pabrik, maupun bengkel. Crane industri (gambar II.8) atau pesawat angkat ini
dilengkapi dengan roda dan lintasan rel agar dapat bergerak maju dan mundur
II-7
sebagai penunjang proses kerjanya. Crane digunakan dalam proses pengangkatan
muatan ringan hingga muatan medium. Crane biasa digunakan untuk
pengangkatan dan pengangkutan muatan di dalam ruangan [2].”
(sumber : https://pearaso7.wordpress.com/2014/02/18/selamat-datang-di-
maridasa-crane/. )
Berbeda halnya dengan crane yang ada di industri yang menarik benda
dengan posisi vertikal, winch (gambar II.9) banyak di gunakan untuk menarik
beban dengan posisi horizontal yang mana sampai saat ini banyak di gunakan di
industri-industri tambang dan kompetisi offroad. Namun dalam prinsip kerjanya
hampir sama secara keseluruhan. Di samping konstruksinya relatif lebih besar di
bandingkan dengan crane yang ada di industri. Karena kapasitas angkutnya pun
jauh lebih besar.
(sumber : http://ellsenmarinewinches.com/ship-winch/ )
II-8
II.2.3. Perhitungan Daya
Gaya tarik kabel dihitung berdasarkan berat kapal, berat cradle dan
gesekan
antara roda dengan rel. Pada perhitungan perencanaan winch ini
digunakan sistem single pulley, sistem pulley ini dapat mereduksi gaya tarik
kabel, sehingga kapasitas winch lebih optimal.
Gaya tarik kabel :
F W . Sin f ...................................................................... (2.1)
Dimana :
W = Berat kapal dan cradle (ton)
ø = Kemiringan Slipway
f = Gaya gesek (ton)
F = Gaya tarik (ton)
Winch
F/2
Support
Reduction
f Pulley
W sin ø
ø W
II-9
Berat kapal :
W1= di ketahui 200 DWT
Berat cradle = W2
Beban Perencanaan
P = F x V (Watt) .............................................................................. (2.3)
II.2.4. Perhitungan Kekuatan Bahan
Untuk tegangan tarik ijin (σa) ditentukan dengan rumus sebagai berikut
𝜎
𝜎𝑎 = 𝑠𝑓𝑦.............................................................................................. (2.4)
Untuk tegangan geser ijin (τa) ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
τ
τ𝑎 = 𝑠𝑓𝑦 ............................................................................................. (2.5)
Setelah mengetahui diagram benda bebasnya, maka akan dicari gaya-gaya
reaksi dan momen terbesar dari setiap titik. Setelah mendapatkan momen terbesar
maka akan dihitung tegangan bendingnya menggunakan rumus berikut :
𝑀𝐵 .𝑦
𝜎𝐵 = ........................................................................................... (2.6)
𝐼
Nilai tegangan bending (𝜎𝐵 ) harus lebih kecil dibanding tegangan izin
(𝜎𝑎 ), dan tegangan geser (𝜏) yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan geser
izin (τ𝑎 ).
II-10
II.2.5. Inersia Penampang
................................................................................... (2.7)
II.2.6. Finite Element Method
II-11
material kampuh las, throat, panjang las dan jenis las. Berikut ini adalah gambar
II.11 tentang jenis pengelasan beserta perhitungan kekuatannya.
II.2.8. Elektroplating
Dikarenakan alat ini bekerja pada lingkungan pantai atau dekat dengan air
laut yang akan menimbulkan korosi, maka diperlukan perlakuan khusus yaitu
pencegahan korosi pada beberapa material yang beroperasi pada lingkungan
tersebut. Pencegahan korosi pada alat ini menggunakan metode elektroplating.
(sumber:http://emperornisem08.blogspot.co.id/2011/12/elektroplating.html)
II-12
Mekanisme terjadinya pelapisan logam adalah dimulai dari dikelilinginya
ion-ion logam oleh molekul-molekul pelarut yang mengalami polarisai. Di dekat
permukaan katoda, terbentuk daerah Electrical Double Layer (EDL) yang
bertindak
seperti lapisan dielektrik. Adanya lapisan EDL memberi beban
tambahan
bagi ion-ion untuk menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial
listrik dan dibantu oleh reaksi-reaksi kimia, ion-ion logam akan menuju
permukaan katoda dan menangkap elektron dari katoda, sambil mendeposisikan
diri di permukaan katoda. Dalam kondisi equilibrium, setelah ion ion mengalami
discharge
menjadi atom-atom kemudian akan menempatkan diri pada permukaan
katoda
dengan mula-mula menyesuaikan mengikuti susunan atom dari material
katoda.
Dalam proses pelapisan digunakan bermacam-macan larutan elektrolit, yaitu :
1. Larutan asam
2. Larutan sianida
3. Larutan fluoborat
4. Larutan pyrophosphat
Di antara empat macam larutan di atas yang paling banyak digunakan
adalah larutan asam dan larutan sianida.
II.2.9. Gearbox
II-13
memiliki kecepatan 900 rpm per menit untuk mengangkat jangkar tersebut.
Pemilihan gearbox umumnya dengan memepertimbangkan kebutuhan rasio
putaran dan daya yang ditransmisikan. Berikut adalah gambar tampilan gearbox
pada umumnya.”
1. faktor umur
𝐿ℎ 1/3
Ball Bearing fh = ( ) ............................................................... (2.8)
500
𝐿ℎ 3/10
Roll Bearing fh = ( ) .............................................................. (2.9)
500
II-14
2. faktor nominal dinamis spesifik
𝑓ℎ
C= . Pr .................................................................................................. (2.10)
𝑓𝑛
II-15