TINJAUAN PUSTAKA
1
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/438/BAB II Landasan Teori.pdf?sequence=3
3. Damprah
Pada sisi-sisi kapal tunda terdapat damprah yaitu bantalan yang terbuat
dari karet tebal yang berfungsi mencegah kerusakan kapal pada saat
bersinggungan dengan kapal lain.
4. Keel di Depan
Biasanya keel terdapat pada bagian bawah kapal di dekat propeller, tetapi
pada kapal tunda, keel terdapat di depan kapal. Ini berfungsi untuk
memfokuskan arus air dan tenaga kapal pada saat menunda kapal, agar
kapal tunda tidak mudah ditarik ke arah kapal yang ditundanya.
5. Winch
Pada bagian depan atau belakang kapal tunda terdapat winch, yaitu mesin
yang bekerja seperti mesin penderek, juga memiliki tali yang terbuat dari
serat fiber yang sangat kuat sepanjang ratusan meter, berfungsi untuk
menarik kapal besar, memutar kapal, serta juga dapat digunakan sebagai
„emergency brake‟ p s k p l n m n o on k p l sar.
Bangunan kapal tunda hampir sama dengan bangunan kapal barang.
Hanya saja tidak dilengkapi dengan palka barang besar, sehingga ukurannya
lebih kecil untuk tenaga penggerak yang sama. Karena kapal tunda
dirancang untuk dapat melakukan bermacam pekerjaan seperti menarik,
menunda, menggandeng dan menambatkan kapal – kapal dan alat apung
lainnya yang mempunyai bobot yang jauh lebih besar. Begitupula dengan
konstruksinya dirancang lebih kuat untuk menahan getaran, pada kapal
tunda dilengkapi dengan peralatan tarik seperti towing hook, stabilizher
guilding ring, towing beam, dan juga derek tambang tarik pada geladak
tengah kapal. Untuk perancangan kapal ini yaitu yang dirancang adalah
kapal tunda Jenis Harbour Tug yang akan beroperasi di Pelabuhan Bitung,
Sulawesi Utara.
II.2 Pelabuhan Bitung2
Pelabuhan Bitung adalah pelabuhan yang terletak di Jalan D.S
Sumolang, Kota Bitung, Sulawesi Utara merupakan pelabuhan terbesar di
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan_Bitung 29 Oktober 2016
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan_Bitung
3
https://www.google.co.id/maps/search/pelabuhan+bitung/@1.4401908,125.194846,784m/data
=!3m1!1e3?hl=id
6) Gudang Penyimpanan
7) Imigrasi
8) Fasilitas Medis (Dokter Pelabuhan)
II.3 Penentuan Ukuran Utama
Ukuran utama adalah dimensi yang harus dimiliki oleh semua jenis
produk. Ukuran utama dalam perencanaan ini meliputi :
a. LOA (Length over all) Panjang Keseluruhan
Adalah panjang kapal yang diukur dari sebelah depan depan linggih
haluan sampai ujung belakang buritan pada garis air perencanaan.
b. LPP/Lbp (Length between perpandicular)Panjang antara garis tegak
Adalah panjang sebuah garis horizontal antara garis tegak buritan dan
garis tegak haluan.
c. LWL (Length water line) Panjang garis air
Adalah panjang garis yang diukur dari perpotongan garis sarat air haluan
sampai buritan kapal.
d. B (Breadth) Lebar kapal
Adalah lebar kapal diukur pada bidang tengah kapal dari sisi dalam kulit
kapal.
e. H (Height) atau D (Depth) Tinggi kapal
Adalah jarak garis tegak yang diukur dibidang tengah kapal dan bidang
dasar sampai kesisi atas balok geladak disisi kapal.
f. T/d (Draught/Sarat) Sarat kapal
Adalah jarak garis tegak dari sisi atas lunas sampai permukaan air.
g. CB (Coefficient Block)
Adalah harga perbandingan dari isi (volume) benam kapal terhadap
perkalian panjang garis air, lebar, dan sarat.
h. CM (Coefficient Midship)
Adalah harga perbandingan antara luas penampang tengah kapal yang
terbenam dalam air dan perkalian lebar dengan sarat kapal.
i. CW (Coefficient Waterline)
Adalah harga perbandingan antara luas bidang air dan perkalian panjang
dengan lebar dari segi empat yang membatasi.
j. CP (Coefficient Prismatic)
Adalah perbandingan antara volume air yang dipindahkan oleh kapal dan
perkalian panjang dengan luas penampang tengah kapal.
Koefisien Prismatik ada 2, yaitu :
1) Koefisien prismatik memanjang
Adalah perbandingan antara volume carena atau volume displasemen
dengan volume prismatik dari hasil kali Am dan Lwl.
2) Koefisien prismatik tegak
Adalah perbandingan antara volume carena atau volume displasemen
dengan volume prismatik dari hasil kali Aw dan T.
k. ΦF (Floutation/Titik Apung)
Adalah titik pusat atau berat dari luas bidang garis air, sebagai titik putar
bidang garis air.
l. ΦB (Bouyancy/titik Benam)
Adalah titik pusat atau berat dari volume badan kapal yang tercelup air.
II.4 Radius Pelayaran
II.4.1Radius Pelayaran Pelabuhan Bitung
Daerah pelayaran mempengaruhi karakteristik sebuah kapal.
Karakteristik yang dimaksud seperti persediaan bahan bakar, jenis-jenis
permesinan, persediaan makanan ABK, bentuk depan kapal (menggunakan
bulbuos bow atau tidak), dimensi lambung kapal dan lain-lain. Dalam hal ini
rute pelayaran yang direncanakan adalah dapat menunda kapal-kapal
berukuran 101 meter sampai dengan 150 meter di perairan Pelabuhan
Bitung; dengan estimasi 4 kali penundaan dalam sehari dari kolam
penantian kapal sampai dengan dermaga yang jaraknya kurang lebih 10 mil
begitu juga sebaliknya; dan dipersiapkan untuk 4 hari pelayaran. Maka
ditentukan radius pelayaran untuk perancangan kapal ini adalah 320 mil
laut.
II.4.2 Penetapan Alur-Pelayaran, sistem rute dan tata cara berlalu lintas
Pelabuhan Bitung
Adapaun ketentuan dan aturan penetapan alur-pelayaran, sistem rute
dan tata cara berlalu lintas di Pelabuhan Bitung sesuai keputusan menteri
2) Komunikasi
a) Pemilik operator kapal atau nahkoda wajib memberitahukan
rencana kedatangan kapalnya kepada kepala kantor
kesyahbandaran dan otoritas Pelabuhan Bitung dengan mengirim
telegram radio nahkoda (master cable) kepada kepala kantor
kesyahbandaran dan otoritas Pelabuhan Bitung melalui stasiun
radio pantai dengan tembusan kepada perusahaan angkutan laut
atau agen umum dalam waktu paling lama 48 jam sebelum kapal
tiba di pelabuhan.
b) Komunikasi sebelum kapl keluar dan atau masuk wajib melapor
kepada Stasiun VTS Bitung.
c) Komunikasi antara petugas pandu/kapal/motor petugas pandu dapat
menggunakan bahasa Indonesia dan atau bahasa Inggris dengan
radio VHF pada Channel 12.
d) Komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas kapal
dilakukan Nahkoda harus memberikan keterangan kepada petugas
pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data, karakter dan lain-lain
yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.
3) Proses Kapal Masuk
Dalam kondisi normal :
a) Kecepatan kapal di sekitar pelampung suar menuju pelampung suar
pengenal disarankan dengan maneuvering speed, sampai motor
petugas pandu dapat merapat di kapal untuk menaikkan petugas
pandu.
b) Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman
sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil guna
untuk menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu
jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada.
c) Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, jika
keadaan mengizinkan, harus tegas, dilakukan dalam waktu yang
cukup lapang dan benar-benar memperhatikan syarat-syarat
kepelautan yang baik.
4
http://eprints.undip.ac.id/26620/4/Andhika_BAB_I_Pendahuluan_SAFINA.pdf
Bagian Midship = 0
Lpp dari FP = 5,6 ( + 10 )
FP = 50 ( + 10 )
g) Daun kemudi
Menentukan bentuk/ukuran daun kemudi, maka memungkinkan juga
terbentuknya bentuk stern (buritan) kapal, sehingga terbentuklah
badan kapal keseluruhan. Dalam menentukan ukuran daun kemudi
disesuaikan dengan aturan Det Norske Veritas.
h) Lampu navigasi
Jumlah dan penempatan lampu navigasi diatur sesuai dengan
peraturan dan kebutuhan.
i) Tangga samping
Untuk menentukan tangga samping terutama pada panjangnya, yang
pertama dihitung adalah sarat air minimum kapal, kemudian dari titik
s i ik is mi in 45˚ n m p k n kemiringan tangga
tersebut. Dari situ dapat diketahui ukuran panjang tangga samping
tersebut.
j) Lubang pembebasan air (freeing port)
Bertujuan agar terjadi pembebasan air dari geladak dengan cepat
melalui lubang pembebasan, seperti air hujan atau akibat gelombang
air yang besar.
k) Bumbung udara (deflektor)
Jumlah kapasitas beserta ukuran bumbung udara itu berdasarkan
volume ruangan yang diperlukan.
l) Perencanaan tangki di dalam double bottom
Menyusun dan mengatur susunan tangki dalam double bottom sesuai
yang dibutuhkan.
Rencana umum merupakan penentuan ruangan untuk segala kegiatan,
penentuan segala peralatan yang direncanakan sesuai dengan letaknya
dan sebagai penentuan untuk akses mencapai ruangan-ruangan
tersebut.
II.5.3 Rencana Konstruksi (Profil Construction)
Seluruh perhitungan konstruksi lambung kapal beserta
rekomendasinya didapat dari peraturan NCVS (Non-Convention Vessel
Standard) Bab II mengenai Kontruksi (Contruction). Untuk menjamin
keamanan kapal dalam operasinya, maka dalam perhitungan baja yang akan
dipakai harus diperhatikan mulai dari mutu baja kapal. Mengenai
perhitungan kekuatan tarik baja yang akan digunakan serta segala sesuatu
yang berkaitan dengan material baja harus sesuai dengan persyaratan yang
diizinkan. Perhitungan ini harus benar dan tepat sebelum digunakan untuk
membangun kapal baru.
Dalam tahap penyelesaian perhitungan konstruksi, semua perhitungan
kekuatan harus ditinjau oleh gaya-gaya maupun beban yang bekerja pada
setiap komponen lambung kapal. Tahap-tahap perencanaan perhitungan
konstruksi lambung kapal adalah :
1. Penentuan Perkiraan Beban
a) Beban geladak
Yang dimaksud beban geladak disini adalah beban geladak cuaca,
beban geladak muatan, beban geladak bangunan atas, beban geladak
akomodasi dan beban pada alas dalam. Perhitungan ini berdasarkan
jenis muatan dan gaya-gaya yang bekerja pada geladak yang
bersangkutan.
b) Beban lajur sisi kapal dan alas kapal
Perhitungan ini dari sisi kapal termasuk pelat sisi bangunan atas dan
juga beban alas kapal. Fungsinya untuk menentukan tebal pelat
bangunan atas, lambung, ukuran-ukuran gading dan semua ukuran
profil yang turut menahan beban sisi dan alas kapal.
2. Pelat Kulit
a) Pelat alas
Adalah perhitungan ukuran dan tebal pelat lunas, pelat alas dan pelat
alas lajur bilga. Dengan diketahuinya beban dan gaya-gaya yang
bekerja maka dapat dihitung tebal pelat.
b) Pelat sisi
Adalah perhitungan pelat sisi tengah kapal sampai bagian haluan dan
buritan, serta ukuran pelat sisi lajur atas.