Anda di halaman 1dari 6

KOMIK

Sahdan masuk ke dalam kamar Nakula mengendap-endap, dia


inginmeminjam komik yang dimiliki nakula. Sahdan mengambilnya
diam diam, karena jika meminjam langsung sudah pasti Nakula
tidak meminjamkannya. Nakula itu tipe orang yang tidak suka
meminjamkan barang pribadinya pada siapapun, termasuk komik
komik kesayangannya.

Kalau bukan karena gurunya yang menyuruh untuk membawa


komik, Sahdan tidak mau mengendap-endap seperti maling, bisa
saja sahdan tidak mengikuti ucapan dari gurunya andai saja
ancamannya bukan tidak naik kelas.

Mungkin kalian fikir Sahdan itu kaya, kenapa gak beli aja? Kalau
masih ada di took buku mungkin, Sahdan sudah mencari ke
beberapa toko buku. Dan ternyata komik yang dimiliki Nakula itu
komik edisi terbatas.

Dengan tangan dan kaki yang gemetaran Sahdan mengecek meja


belajar Nakula, mengecek setiap pintu lemaridan laci yang ada di
meja belajar Nakula.
Sahdan mulai membuka Laci Ketiga dan Kedua, namun tidak ada.
Dengan hati hati Aahdan mulaimembuka laci paling atas, BOOM
akhirnya komik yang ia cari-cari berghasil ditemukan. Sahdan
mengambilnya dan menutup kembali lacinya pelan takuttakut
Nakula mendengar, karna jika Nakula marah padanya hanya satu
yang ada di fikiran Sahdan ‘Menyeramkan.’

Dengan senyum dan mata yang berbinar Sahdan menatap komik


yang ada di tangannya, “Berbakat juga gue jadi maling,”ucap Sahdan.
Saat Sahdan hendak keluar dari kamar Nakula tiba-tiba seseorang
berdiri dihadaapannya dengan senter handphone yang di sorotkan
pada wajah
“MAMAH PAPAH ADA SETAN,” Teriak sahdan sambil menutup
matanya.
Tak

“Setan setan, elo setannya,” ucap seseorang di hadapanya sambil


memukul kepala Sahdan dengan komik yang tadi terjatuh dari
tangan Sahdan.

Tunggu sepertinya Sahdan mengenal itu suara siapa, “eh bang,”


Sahdan hanya menampilkan wajah tanpa dosanya dan senyuman
bodohnya. Lampu kamar memang sudah menyala karena setelah
memukul Sahdan, Nakula langsung menekan saklar yang berada di
samping pintu.
“Ngapain lo di kamar gue?” Tanya Nakula dengan tajam
“Minjem komik.” Ucap Sahdan
“Minjem komik kok diem-diem,”sinisnya.
“Setidaknya gak kayak maling.” Ucap Nakula

“Aku udah bilang kok tadi dalam hati.” Ujar Sahdan


“Bilang apa?”
“Bang pinjem komik ya,gitu!”
“Tapia bang kok gak denger,”
“Kan aku bilangnya dalam hati bang!” Ucap Sahdan yang mukai
kesal denagn ucapan Nakula
“oh.”
“Lah kok oh doang jawab nya, mau minjemin gak?” ujar Sahdan
“Gak!”
“Please,Bang,”mohon Sahdan.
“Yang edisi terbartas itu loh.” Paksa Sahdan
“Ikut ke kamar gue!”Segara hanya memerintah Sahdan lalu pergi
begitu saja.
“Bang saga punya gitu?” Tanya Sahdan pada Nakula.
“Tau,” Jawab Nakula acuh, yang langsung mendapat tatapan tidak
suka dari Sahdan.
“Apa lo?!” bukannya menjwab, Sahdan malah mendelik lalu pergi
meninggalkan Nakula.
“Kok malah pergi sih,” ucap Nakula.

Setiap langkahnya menuju kamar sagara, Sahdan terus saja


menggerutu karna Nakula. “Nakula amit-amit iish, pelitnya gak
ketulungan, so ganteng!”
“Gantengan juga gue.” Ucap Sahdan.
Sesampai di kamar Bang Sagara, Sahdan langsung menanyakan
susuatu padanya.

“Bang, punya komik yang edisi terbaru gak?”


“Gak ada!”
“Serius?”
“Apasi, udah lah sana pergi aja deh!”
“Gak akan nyesel aku tinggal?”
“Ngapain nyesel!”
“Benener?” ucap Sahdan

“PERGI GAK LO?!” Teriak sagara yang sudah mulai kesal.


“SIAP LAKSANAKAN,” ucap sahdan lantang sambil memberi
hormat pada Sagara, lalu berlari meninggalkan kamar Sagara.
Sedangkan sagara yang melihat tingkah laku adik bungsunya itu
hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.

Usia mereka bertiga memang hanya terpaut dua tahun, Sagala


dan Nakula saat ini kelas tiga SMA. Mereka berdua memang kembar
namun tidak identic, dan Sahdan berada di kelas Satu SMA,
walaupun jarak usia mereka tidak terlalu jauh, tapi mereka tetap
mengharagai dan menghormati satu sama lain.

Mereka bertiga memang sengaja di sekolahkan di aekolah yang


sama, tujuannya agar mereka lebih dekat dan bisa saling membantu.
Bukan hanya di sekolah, tetapi juga dirumah. Sekolah mereka saat
ini memang terbilang sekolah yang cukup terkenal di Sampang,
SMAN 1 Sampang. Dengan peraturan yang sangat ketat, tapi Sahdan,
Sagara dan Nakula itu tidak pernah bergantung pada peraturan,
menurut mereka peraturan sekolah hanyalah peringatan yang di
buat untuk di langgar.

Di SMAN 1, Sahdan bertemu denagan gadis cantik bernama


Salma, Alet, dan Dinda.
Namun ada satu hal yang membuat Sahdan kecewa, Sahdan yang
berubah menjadi diam, membuat semua yang menyayanginya
menjadi sedih dengan perubahan Sahdan
Sahdan tidak benar-benar berubah, Sahdan hanya perlu
menenangkan diri sebentar untuk siap menghadapi kenyataan.

Anda mungkin juga menyukai