0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan6 halaman
Sahdan mencuri komik milik Nakula secara diam-diam karena diminta gurunya untuk membawa komik ke sekolah. Sahdan tertangkap basah oleh Nakula saat mencuri komiknya. Sahdan kemudian mencari komik edisi terbaru pada Sagara namun tidak ditemukan. Mereka bertiga adalah saudara yang saling menghormati walaupun sering bertengkar.
Sahdan mencuri komik milik Nakula secara diam-diam karena diminta gurunya untuk membawa komik ke sekolah. Sahdan tertangkap basah oleh Nakula saat mencuri komiknya. Sahdan kemudian mencari komik edisi terbaru pada Sagara namun tidak ditemukan. Mereka bertiga adalah saudara yang saling menghormati walaupun sering bertengkar.
Sahdan mencuri komik milik Nakula secara diam-diam karena diminta gurunya untuk membawa komik ke sekolah. Sahdan tertangkap basah oleh Nakula saat mencuri komiknya. Sahdan kemudian mencari komik edisi terbaru pada Sagara namun tidak ditemukan. Mereka bertiga adalah saudara yang saling menghormati walaupun sering bertengkar.
Sahdan masuk ke dalam kamar Nakula mengendap-endap, dia
inginmeminjam komik yang dimiliki nakula. Sahdan mengambilnya diam diam, karena jika meminjam langsung sudah pasti Nakula tidak meminjamkannya. Nakula itu tipe orang yang tidak suka meminjamkan barang pribadinya pada siapapun, termasuk komik komik kesayangannya.
Kalau bukan karena gurunya yang menyuruh untuk membawa
komik, Sahdan tidak mau mengendap-endap seperti maling, bisa saja sahdan tidak mengikuti ucapan dari gurunya andai saja ancamannya bukan tidak naik kelas.
Mungkin kalian fikir Sahdan itu kaya, kenapa gak beli aja? Kalau masih ada di took buku mungkin, Sahdan sudah mencari ke beberapa toko buku. Dan ternyata komik yang dimiliki Nakula itu komik edisi terbatas.
Dengan tangan dan kaki yang gemetaran Sahdan mengecek meja
belajar Nakula, mengecek setiap pintu lemaridan laci yang ada di meja belajar Nakula. Sahdan mulai membuka Laci Ketiga dan Kedua, namun tidak ada. Dengan hati hati Aahdan mulaimembuka laci paling atas, BOOM akhirnya komik yang ia cari-cari berghasil ditemukan. Sahdan mengambilnya dan menutup kembali lacinya pelan takuttakut Nakula mendengar, karna jika Nakula marah padanya hanya satu yang ada di fikiran Sahdan ‘Menyeramkan.’
Dengan senyum dan mata yang berbinar Sahdan menatap komik
yang ada di tangannya, “Berbakat juga gue jadi maling,”ucap Sahdan. Saat Sahdan hendak keluar dari kamar Nakula tiba-tiba seseorang berdiri dihadaapannya dengan senter handphone yang di sorotkan pada wajah “MAMAH PAPAH ADA SETAN,” Teriak sahdan sambil menutup matanya. Tak
“Setan setan, elo setannya,” ucap seseorang di hadapanya sambil
memukul kepala Sahdan dengan komik yang tadi terjatuh dari tangan Sahdan.
Tunggu sepertinya Sahdan mengenal itu suara siapa, “eh bang,”
Sahdan hanya menampilkan wajah tanpa dosanya dan senyuman bodohnya. Lampu kamar memang sudah menyala karena setelah memukul Sahdan, Nakula langsung menekan saklar yang berada di samping pintu. “Ngapain lo di kamar gue?” Tanya Nakula dengan tajam “Minjem komik.” Ucap Sahdan “Minjem komik kok diem-diem,”sinisnya. “Setidaknya gak kayak maling.” Ucap Nakula
“Aku udah bilang kok tadi dalam hati.” Ujar Sahdan
“Bilang apa?” “Bang pinjem komik ya,gitu!” “Tapia bang kok gak denger,” “Kan aku bilangnya dalam hati bang!” Ucap Sahdan yang mukai kesal denagn ucapan Nakula “oh.” “Lah kok oh doang jawab nya, mau minjemin gak?” ujar Sahdan “Gak!” “Please,Bang,”mohon Sahdan. “Yang edisi terbartas itu loh.” Paksa Sahdan “Ikut ke kamar gue!”Segara hanya memerintah Sahdan lalu pergi begitu saja. “Bang saga punya gitu?” Tanya Sahdan pada Nakula. “Tau,” Jawab Nakula acuh, yang langsung mendapat tatapan tidak suka dari Sahdan. “Apa lo?!” bukannya menjwab, Sahdan malah mendelik lalu pergi meninggalkan Nakula. “Kok malah pergi sih,” ucap Nakula.
Setiap langkahnya menuju kamar sagara, Sahdan terus saja
menggerutu karna Nakula. “Nakula amit-amit iish, pelitnya gak ketulungan, so ganteng!” “Gantengan juga gue.” Ucap Sahdan. Sesampai di kamar Bang Sagara, Sahdan langsung menanyakan susuatu padanya.
“Bang, punya komik yang edisi terbaru gak?”
“Gak ada!” “Serius?” “Apasi, udah lah sana pergi aja deh!” “Gak akan nyesel aku tinggal?” “Ngapain nyesel!” “Benener?” ucap Sahdan
“PERGI GAK LO?!” Teriak sagara yang sudah mulai kesal.
“SIAP LAKSANAKAN,” ucap sahdan lantang sambil memberi hormat pada Sagara, lalu berlari meninggalkan kamar Sagara. Sedangkan sagara yang melihat tingkah laku adik bungsunya itu hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.
Usia mereka bertiga memang hanya terpaut dua tahun, Sagala
dan Nakula saat ini kelas tiga SMA. Mereka berdua memang kembar namun tidak identic, dan Sahdan berada di kelas Satu SMA, walaupun jarak usia mereka tidak terlalu jauh, tapi mereka tetap mengharagai dan menghormati satu sama lain.
Mereka bertiga memang sengaja di sekolahkan di aekolah yang
sama, tujuannya agar mereka lebih dekat dan bisa saling membantu. Bukan hanya di sekolah, tetapi juga dirumah. Sekolah mereka saat ini memang terbilang sekolah yang cukup terkenal di Sampang, SMAN 1 Sampang. Dengan peraturan yang sangat ketat, tapi Sahdan, Sagara dan Nakula itu tidak pernah bergantung pada peraturan, menurut mereka peraturan sekolah hanyalah peringatan yang di buat untuk di langgar.
Di SMAN 1, Sahdan bertemu denagan gadis cantik bernama
Salma, Alet, dan Dinda. Namun ada satu hal yang membuat Sahdan kecewa, Sahdan yang berubah menjadi diam, membuat semua yang menyayanginya menjadi sedih dengan perubahan Sahdan Sahdan tidak benar-benar berubah, Sahdan hanya perlu menenangkan diri sebentar untuk siap menghadapi kenyataan.