I. Pendahuluan
Lokasi BSK saat sangat bervariasi, dapat unilateral atau bilateral, dapat
berlokasi di pielum ginjal, ureter, kantong kemih atau urethra, serta bisa tunggal
atau multipel pada berbagai lokasi tersebut. Dalam perjalanan ureter dari ginjal
menuju kandung kemih terdapat tiga tempat dimana diameternya relatif lebih
sempit yaitu pada pelvio-uretero junction, tempat persilangan ureter dengan arteri
iliaca dan pada uretero-vesical junction. Pada tempat-tempat ini sering terbentuk
batu ureter atau tertahannya batu ureter untuk turun/masuk ke kandung kemih.(3)
Pada sebagian kasus batu ureter dapat keluar spontan tergantung besar dan
lokasinya di ureter. Pada suatu penelitian dilaporkan bahwa kemungkinan batu
ureter keluar spontan adalah 75%, 60%, 48% dan 25 % bila berukuran < 5 mm, 5-
7 mm, 7-9 mm dan > 9 mm. Independen dari besarnya, lokasi batu juga
mempengaruhi kemungkinan batu ureter keluar spontan yaitu 48%, 60%, 75%
dan 79% pada ureter proksimal, ureter bagian tengah, ureter distal dan pada
ureterovesical junction.(1)
Kontraksi otot polos ureter di kontrol oleh sistim saraf simpatis dan
dimediasi oleh aktivasi alpha dan beta adrenoreceptors, -dimana alpha receptor
yang dominan, yang mengatur peristaltik ureter. Alpha receptor terdiri dari alpha-
1 dan alpha-2, dimana alpha-1 berdasarkan selektifitasnya dibagi atas alpha-1a
(urethra proksimal, prostat, kandung kemih), alpha-1b (otot polos vaskuler) dan
alpha-1d (kandung kemih dan ureter distal). Alpha-1d receptor yang mempunyai
efek paling dominan pada spasme ureter distal dan kontraksi kandung kemih.
Alpha-1d receptor antagonist akan menyebabkan vasodilatasi ureter yang akan
memfasilitasi pengeluaran batu ureter. Oleh karena spasme ureter dihambat maka
nyeri/kolik juga akan berkurang.(5-8)
III. Obat-obat yang dipakai pada medical expulsive therapy pada batu
ureter
Obat-obat yang dipakai pada MET adalah calcium channel blocker dan
alpha-1 receptor blocker. Diantara calcium channel blocker yang paling banyak
dipakai/diteliti adalah nifedipine lepas lambat dengan dosis 30 mg sehari,
sedangkan dari golongan alpha-1 receptor blocker yang paling banyak
dipakai/diteliti adalah tamsulosin dengan dosis 0.4 mg sehari.(9)
Besar dan lokasi batu di ureter mempengaruhi keberhasilan MET, dimana makin
kecil ukurannya dan makin distal letaknya, makin tinggi akan keberhasilan MET.
Selain itu beberapa faktor juga diketahui mempengaruhi keberhasilan MET antara
lain: derajat dari hifronefrosis proksimal, diameter tranversal dan longitudinal
batu, diameter ureter, rasio diameter ureter-batu dan adanya inflamsi. Makin berat
derajat hidronefrosis, makin besar diameter ureter proksimal dan makin tebal
dinding ureter makin rendah angka keberhasilam MET.(1,4)
VI. Kontraindikasi medical expulsive therapy