Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

NEFROLITHIASIS

Oleh :
dr. Auliadina Tetrania Darmastuti

Pembimbing :
dr. Siti Hamidah P., M. H. Kes

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA PERIODE MEI 2023 – MEI 2024


WAHANA RS MARINIR EWA PANGALILA JAWA TIMUR
2023
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi dan Etiologi

Nefrolithiasis adalah terdapatnya batu yang berjumlah satu atau lebih pada bagian
pelvis atau kaliks pada ginjal, paling banyak terdapat di bagain pelvis renalis. Lima jenis batu
utama adalah kalsium oksalat, kalsium fosfat, struvit, asam urat, dan sistein. Delapan puluh
persen pasien membentuk batu kalsium.

Gambar 1. Macam Batu Ginjal


1.2 Epidemiologi

Di dunia, prevalensi kejadian batu saluran kemih prevalensi batu ginjal sebesar
80/10.000 pasien rawat inap. Prevalensi, kejadian dan komposisi batu di seluruh dunia
bervariasi dan telah berubah dalam beberapa dekade terakhir, dengan prevalensi berkisar
antara 7% hingga 13% di Amerika Utara, 5%–9% di Eropa, dan 1%–5% di Asia,
Nefrolitiasis adalah salah satu penyakit urologi yang paling umum di Asia.
Di Indonesia, masalah batu saluran kemih masih menduduki kasus tersering di antara
seluruh kasus urologi.Di Indonesia ditemukan 0,6% atau 6 kasus dari 1000 kasus. Laki-laki
lebih sering terjadi dibandingkan perempuan yaitu 3:1 (21%:7%) dengan puncak insiden
terjadi pada usia 40-50 tahun
1.3 Patofisiologi

Gambar 2. Patofisiologi Pembentukan Batu Ginjal

1.4 Faktor Resiko

• Faktor Umum :
Terjadinya BSK di usia muda (khususnya anak-anak dan remaja)
Faktor keturunan dengan riwayat batu saluran kemih
Batu mengandung brushite (CaHPO4.2H2O)
Asam urat dan batu mengandung asam urat
Batu akibat infeksi
Ginjal tunggal
• Penyakit predisposisi:
Hiperparatioridisme
Sindrom metabolik
Nefrokalsinosis
Penyakit ginjal polikistik
Penyakit gastrointestinal (seperti reseksi intestinal, penyakit Crohn, malab- sorpsi)
Kelainan medula spinalis, seperti neurogenic bladder
• Kelainan Genetik:
Sistinuria
Hiperoksaluria primer
Asidosis tubuler ginjal tipe I
Xantinuria
• Abnormalitas Anatomi:
Ureteropelvic Junction (UPJ) Obstruction
Divertikulum kaliks
Striktur uretra
Refluks vesiko-uretero-renal
Ginjal tapal kuda
Ureterocele
1.5 Diagnosis

1.5.1 Anamnesis
- Riwayat Penyakit Sekarang
Tanpa keluhan, sakit pinggang ringan hingga berat (kolik), disuria, hematuria, re tensi
urine, dan anuria dan dapat disertai dengan penyulit seperti demam dan tanda gagal ginjal
- Riwayat Penyakit Dahulu
obesitas, hiperparatiroid primer, malabsorbsi gastrointestinal, penyakit usus atau pancreas
- Riwayat Pola Makan dan Pengobatan
o Pola Makan : asupan kalsium, cairan yang sedikit, garam yang tinggi, tinggi protein,
minuman berenergi
o Obat: probenesid, inhibitor protease, inhibitor lipase, kemoterapi dan suplemen
kesehatan

1.5.2 Pemeriksaan Fisik


- Pemeriksaan Fisik Umum: Hipertensi, demam, anemia, syok
- Pemeriksaan Fisik Urologi :
- Sudut kostovertebra: Nyeri tekan, nyeri ketok, dan pembesaran ginjal
- Supra simfisis : Nyeri tekan, teraba batu, buli kesan penuh
- Genitalia eksterna : Teraba batu di uretra
- Colok dubur: Teraba batu di buli-buli (palpasi bimanual)

1.5.3 Pemeriksaan Penunjang


- Pemeriksaan Darah : DL, BUN Creatinin, Uji Koagulasi, CRP, Kalsium, Natrium, Kalium
- Pemeriksaan Urin : Eritrosit, leukosit, nitrit, pH urine, dan/atau kultur urine
- Pemeriksaan Radiologi :
- USG: USG merupakan pencitraan yang awal dilakukan dengan alasan aman, mudah
diulang, dan terjangkau. USG juga dapat mengidentifikasi batu yang berada di kaliks,
pelvis, dan UPJ
- BOF : Pemeriksaan foto polos dapat membedakan batu radiolusen dan radioopak serta
berguna untuk membandingkan saat follow-up
- CT-Scan : CT-Scan non kontras menjadi standar diagnostik pada nyeri pinggang akut.
CT-Scan non kontras dapat menentukan ukuran dan densitas batu. CT-Scan dapat
mendeteksi batu asam urat dan xantin
- MRI: MRI dapat digunakan se- bagai modalitas lini kedua untuk menilai adanya obstruksi
saluran kemih dan dapat melihat batu sebagai ‘filling defect’

1.6 Tatalaksana
1.6.1 Prinsip Terapi Umum
- Indikasi Pengobatan : Keputusan untuk memberikan tata laksana batu pada saluran kemih
bagian atas dapat berdasarkan komposisi batu, ukuran batu, dan gejala pasien.
- Terapi Kolik Akut : Non Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAID) dan parasetamol
dengan memperhatikan dosis dan efek samping obat merupakan obat pilihan pertama pada
pasien dengan nyeri kolik akut. Non Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAID) dan
parasetamol dengan memperhatikan dosis dan efek samping obat merupakan obat pilihan
pertama pada pasien dengan nyeri kolik akut dan memiliki efikasi lebih baik dibandingkan
opioid.
- Konservatif : Uk< 5 mm => diharapkan batu bisa keluar spontan. (Ex: Analgesik,Muscle
Relaxant) dan minum banyak
1.6.2 Indikasi Pemilihan Tatalaksana

Konservatif ● Batu uk <5 mm bisa keluar spontan


● Terapi bertujuan untuk mengurangi
nyeri, memperlancar aliran urin
dengan pemberian diuretik
● Batas lama konservatif setelah 6
minggu

ESWL (Extracorporeal Shockwave ● Batu diameter 5 – 30 mm


Lithotripsy) ● Fungsi ginjal masih baik
● Batu terletak di ginjal dan ureter

Endourologi ● PNL (percutenous Nephro


Lithpolasty)
● Litotripsi
● Uretroskopi
● Ekstraksi domina

Open Surgery ● Pielolitotomi/Nefrolitotomi :


mengambil batu disaluran ginjal
● Uretolitotomi : mengambil batu di
ureter
● Vesikolitotomi : mengambil batu di
vesica urinari
● Uretrolitotomi : mengambil batu di
uretra

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran
kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui
alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih (melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Proses pemecahanan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan enersi laser. Contohnya yaitu PNL,
Litotripsi, URS, ekstraksi dormie, bedah laparoskopi, dan bedah terbuka
ESWL dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui
tindakan invasif dan tanpa pembiusan.
● Prinsip kerja alat ESWL adalah menghasilkan suatu gelombang kejut (shock wave)
diciptakan dari suatu sumber eksternal yang diarahkan ke pasien dan difokuskan pada suatu
batu ginjal. Gelombang ini akan menyebabkan fragmentasi batu secara langsung dengan
memproduksi stress mekanik atau tidak langsung melalui penghancuran gelembung-
gelembung kavitas yang dibentuk oleh tekanan negative.
● ESWL merupakan terapi non-invasif yang menggunakan gelombang kejut yang efektif
untuk memecahkan batu ginjal yang berukuran kurang dari 20 mm
URS/RIRS
● Ukuran batu yang direkomendasikan dapat dilakukan dengan URS meningkat dengan setiap
pembaruan baru dari pedoman batu, dengan nilai ukuran saat ini 20 mm dan di atas
mendukung pendekatan perkutan untuk menggunakan URS.
● Batu yang lebih besar dari 2 cm sering memerlukan prosedur URS dua tahap yang
direncanakan untuk mencapai pembersihan batu yang lengkap.

1.6.3 Terapi Farmakologi


Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum
banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih Diuretik thiazide, koreksi
hipokalemia, obat dengan kandugan tiol.

Gambar. 3 Drug Of Choice Batu Saluran Kemih

1.6.4 Keuntungan dan kerugian Tindakan endourologi


1.6.5 Manajemen Batu Ginjal
Evaluasi:
1. Riwayat nutrisi pasien yang berhubungan dengan batu, bergantung pada tipe batu dan faktor
risiko, antara lain asupan kalsium dibawah atau diatas angka kecukupan gizi, rendahnya asupan
cairan, tingginya asupan sodium, rendah- nya asupan buah-buahan dan sayuran, dan tingginya
asupan purin hewani. Riwayat diet perlu ditanyakan antara lain jumlah asupan cairan, protein, kal-
sium, natrium, makanan tinggi oksalat, buah-buahan, sayuran, dan suplemen. Pemeriksaan
laboratorium yang perlu diperiksa antara lain elektrolit, kalsium, kreatinin, dan asam urat.
Pemeriksaan urinalisis dapat menggunakan dip- stik atau secara mikroskopik untuk mengevaluasi
pH urine, indikator infeksi, dan untuk mengidentifikasi jenis kristal batu. Pemeriksaan kultur urine
dapat dilakukan pada pasien dengan kecurigaan infeksi saluran kemih atau pasien infeksi saluran
kemih berulang
2. Hiperparatiroid primer harus dicurigai apabila kadar serum kalsium tinggi.
3. Komposisi batu yang terdiri atas asam urat, sistin, atau struvit dapat berimp- likasi pada
gangguan metabolik spesifik atau kelainan genetik dan informasi mengenai komposisi batu dapat
membantu untuk tindakan pencegahan.
4. Batu ginjal multipel atau bilateral pada saat awal pemeriksaan dapat memiliki risiko rekurensi
pembentukan batu yang tinggi. Nefrokalsinosis berimplikasi pada kelainan metabolik (seperti
asidosis tubular ginjal tipe 1, hiperparatiroid primer, hiperoksaluria primer) atau kondisi anatomis
(medullary sponge kidney) yang berisiko membentuk batu
5. Pasien dengan batu sistin atau riwayat keluarga dengan sistinuria, maka pe- meriksaan tambahan
sistin dapat dilakukan. Hiperoksaluria primer dapat di- curigai bila kadar ekskresi urine oksalat >75
mg/hari pada pasien dewasa tan- pa bowel dysfunction
Diet:
1. Volume urine merupakan faktor penting dari konsentrasi faktor litogenik. Kon- sumsi asupan
cairan tinggi merupakan faktor terpenting untuk mencegah pembentukan batu
2. asupan natrium ≤2.300 mg per hari, kalsium tidak boleh melebihi 1.000-1.200 mg setiap hari
Farmakologis:
1. hidroklorotiazid (25 mg oral, dua kali sehari; 50 mg oral, sekali sehari), klortalidon (25 mg oral,
sekali sehari), dan indapamid (2,5 mg oral, sekali sehari)
2. Kelarutan asam urat dan sistin meningkat pada pH urine yang lebih tinggi. Terapi potasium sitrat
dapat meningkatkan pH urine, dimana pH urine harus di- naikkan menjadi 6.0 pada kasus batu
asam urat dan pH 7.0 pada batu sistin
3. Allupurinol Allopurinol dapat menurunkan risiko terjadinya batu kalsium oksalat rekuren pada
kondisi hiperurikosuria (ekskresi asam urat urine >800 mg/hari) dan normokalsiuria. Pemberian
allopurinol pada pasien dengan hiperkalsiuria be- lum menjadi standar terapi. Hiperurisemia bukan
merupakan indikasi untuk pemberian terapi allopurinol.
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien

• Nama : Tn.P
• Usia : 47 Tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Surabaya
• Status : Menikah
• Asuransi : BPJS TNI AL
• Tanggal MRS : 11/08/23
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama: Nyeri perut
Keluhan Tambahan: Nyeri saat kencing dan kencing berwarna keruh
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut kanan dan
perut bagian bawah tembus belakang sejak tadi malam,nyeri dirasa hilang timbul dan memberat tadi
pagi. Saat BAK kadang terasa nyeri,warna kencing keruh ,pasien mengaku sering menahan kencing.
Pasien juga sering minum minuman berenergi. Ekspulsi batu saat BAK (-),Demam (-) Mual (-)
muntah (-), BAB normal, Makan mau minum sedikit.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) : Hipertensi tidak terkontrol
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
Riwayat Obat: -
Riwayat Alergi: -
A. Pemeriksaan fisik
Status umum
KU: lemah
GCS : 456
Tensi : 191/115 mmHg
Nadi : 88 bpm
Suhu : 36.5'C
SpO2 : 98%
RR : 20 x/m
Status Generalis
K/L : a-/i- /c-/d-,
Thorax : cor s1s2 tunggal, m(-), g(-), pulmo ves/ves, rh(-/-), wh(-/-)
Abdomen : soepel, BU(+) normal, nyeri tekan suprapubik(+) ,Nyeri ketok CVA(+),H/L ttb
Extremitas Atas: AHKM , CRT < 2“
Extremitas Bawah: AHKM , CRT < 2”
B. Pemeriksaan Penunjang
- Darah lengkap

- Urinalisis
- Pemeriksaan USG
Hepar: ukuran dan bentuk normal, echo
parenchyme tampak baik. Tepi tajam, permukaan
licin. Vena porta dan vena hepatica tampak
jelas.Tak tampak massa / nodul.Tak tampak
dilatasi IHBD / EHBD
- GB : ukuran normal, tak tampak penebalan
dinding , tak tampak echo kista/batu. Pancreas
:bentuk, ukuran dan echo parenchimal baik.
Ductus tidak dilatasi. Spleen :Ukuran, bentuk dan
echo parenkim normal
- Ginjal kanan :Bentuk dan ukuran normal,
Intensitas echo parenkim tampak baik.
Echodiferensiasi cortex-medulla baik.Tampak
dilatasi ringan PCS kanan . Tampak echo batu
pole bawah ukuran +/- 0,75 cm. Tidak tampak
kista . Ureter proximal kanan tidak dilatasi
- Ginjal kiri : Bentuk dan ukuran normal, Intensitas echo parenkim tampak baik. Echodiferensiasi
cortex-medulla baik.Tak tampak dilatasi PCS . Tidak tampak batu/kista. Ureter proximal kiri tidak
dilatasi.
- Buli-buli :ukuran dan bentuk normal, tak tampak massa / batu. Tampak iregularitas disertai
penebalan dinding buli Prostat : echo parenkim normal, tak tampak massa / hipertrofi
- Tak tampak intensitas echo cairan bebas di cavum abdomen dan cavum pleura kanan kiri
- Kesan :
- - Batu pole bawah ginjal kanan ukuran +/- 0,75 cm
- - Hidronefrosis ringan kanan
- - Cystitis
- - Organ abdomen lainnya dalam batas normal

2.3 Diagnosa Kerja


Colic Abdomen ec nefrolithiasis dextra + Cystitis + Primary Hypertension
2.4 Tatalaksana
- Advice DPJP dr. Renny A.,Sp.PD:
- IVFD Pz 14 tpm
- IV Drip Ceftriaxone 2x1 g
- IV Inj. Ketorolac 3x1 amp
- IV Inj. Omeprazole 1x1 vial
- PO Tab Amlodipin 0-0-10mg
- PO Tab Candesartan 16 mg -0-0
- PO Tab Nephrolite 1x1
2.5 Follow Up
a. Raflesia 1(12/08/23)
S : Pasien mengatakan nyeri perut berkurang, BAK normal
O:
KU : Cukup
GCS : 456
TD: 149/93 mmHg
HR: 76 bpm
RR:20x/m
SpO2:98%
T: 36.5
Abdomen: Soepl, BU (+) normal, Nyeri Tekan (-), H/L ttb
A: Colic Abdomen ec nefrolithiasis dextra + Cystitis + Primary Hypertension
Pasien diperbolehkan KRS dan disarankan untuk kontrol ke Poli Urologi RSAL Dr. Ramelan
Surabaya.
Obat KRS:
PO Tab Ciprofloxacin 500 mg 2x1
PO Tab Lansoprazole 30 mg 0-0-1
PO Tab Scopma Plus 3x1
PO Tab Amlodipin 0-0-10 mg
BAB 3
DAFTAR PUSTAKA

• Alelign, T., 2018. Kidney Stone Disease : An Update on Current Concepts 2018.
https://doi.org/10.1155/2018/3068365
• Basuki B. Purnomo. 2016 (Cetakan ke-3). Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV. Sagung Seto
• Campbell M, Wein A, Kavoussi L, Walsh P. Campbell-Walsh Urology. 11th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2016.
• Cao, L., Wang, Y., Yu, T., Sun, Y., He, J., Zhong, Y., Li, X., Sun, X., 2020. The
effectiveness and safety of extracorporeal shock wave lithotripsy for the management of
kidney stones 38.
• Chi-fai NG. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy. The Hongkong Medical
Diary.2009;14(19):9-11
• Chung, M.J., 2017. Urolithiasis and nephrolithiasis 49–50.
https://doi.org/10.1097/01.JAA.0000522145.52305.aa
• E. N. Taylor, M. J. Stampfer, and G. C. Curhan, “Obesity, weight gain and the risk of
kidney stones,” Journal of the American Medical Association, vol. 293, no. 4, pp. 455–462,
2005.
• Hadibrata, E., Tjahjo, M.D., Fadli, M.Y., Priyono, A.H., Spesialis, D., Urologi, B.,
Kedokteran, F., Lampung, U., Umum, D., Kedokteran, F., Lampung, U., 2020. Efikasi dan
Keamanan Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL ) tipe Piezoelektrik Pada
Pasien Batu Ginjal The Efficacy and Safety of Piezoelectric Type Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy ( ESWL ) as Management of Kidney Stone Patients 4, 122–127. Hall PM.
Nephrolithiasis: Treatment, causes, and prevention. Cleveland Clinic Journal of
Medicine.2009;76(10):583-591
• Hall PM. Nephrolithiasis: Treatment, causes, and prevention. Cleveland Clinic Journal of
Medicine.2009;76(10):583-591
• Huang, J., Xie, J., Huang, X., Yuan, Q., Jiang, H., Xiao, K., 2019. Flexible ureteroscopy
and laser lithotripsy for renal stones 2 cm or greater.
• Pfau, A., Knauf, F., 2016. Update on Nephrolithiasis: Core Curriculum 2016. Am. J.
Kidney Dis. https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2016.05.016
• Shah, S., Calle, J.C., 2016. Dietary and medical management of recurrent nephrolithiasis
463–471. https://doi.org/10.3949/ccjm.83a.15089
• Sorokin, I., Pearle, M.S., 2018. ScienceDirect Medical therapy for nephrolithiasis : State of
the art. Asian J. Urol. 1–13. https://doi.org/10.1016/j.ajur.2018.08.005
• Noori N, Honarkar E, Goldfarb DS, et al. Urinary lithogenic risk profile in recurrent stone
formers with hyperoxaluria: a random- ized controlled trial comparing DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertension)-style and low-oxalate diets. Am J Kidney Dis 2014;
63:456–463.
• Sakhaee K, Maalouf NM, Sinnott B. Kidney Stone 2012: Pathogenesis, Diagnosis, and
Management.J Clin Endocrinol Metab.2012;97(6):1847- 1860
• Sjamsuhidajat R, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong, Ed. 3. 2007.
EGC:Jakarta
• Skolarikos A, Alivizatos G, Rosette JD. Extracorpreal Shock Wave Lithotripsy 25 Years
Later: Complications and Their Prevention.European Urology.2006;50:981-990
• Sorokin, I., Pearle, M.S., 2018. ScienceDirect Medical therapy for nephrolithiasis : State of
the art. Asian J. Urol. 1–13. https://doi.org/10.1016/j.ajur.2018.08.005
• Syahputra, FA. Terapi Batu Ginjal: Dari Era Hippocrates ke Era Minimal Invasif. Maj
Kedokt Indon.2011;61(3):99-100
• Tanagho, EA and Lue, TF 2013, Smith & Tanagho General Urology, 18th ed, McGraw-
Hill, USA
• T. Knoll, “Epidemiology, pathogenesis and pathophysiology of urolithiasis,” European
Urology Supplements, vol. 9, no. 12, pp. 802–806, 2010.
• Wright, A.E., Rukin, N.J., Somani, B.K., 2014. expectations 3, 243–248.
https://doi.org/10.5527/wjn.v3.i4.243

Anda mungkin juga menyukai