Oleh Ida Bagus Indra Nugraha Sudewa NIM: H!A010036 PENDAHULUAN
Upper Urinary Tract Procedure merupakan
prosedur non invasive dan minimal invasive yang digunakan untuk pengobatan saluran genitourinaria bagian atas. Adapun beberapa prosedur yang akan dibahas yakni 1. Exracorporeal Shock Wave Litotripsi 2. Uretrorenoscopi 3. Percutaneus nefrolitopaxy.
Ketiga prosedur ini merupakan prosedur yang
digunakan untuk mengatasi kejadian batu pada saluran kemih bagian atas. EXTRACORPOREAL SHOCKWAVE LITOTRIPSI Definisi prosedur dimana batu ginjal dan ureter dihancurkan menjadi fragmenfragmen kecil dengan menggunakan gelombang kejut. Fragmen kecil ini kemudian dikeluarkan secara spontan Teknologi Mesin ESWL Pada mesin generasi baru juga dijumpai kombinasi ultrasonik dan fluoroskopi. 4 Semua mesin litotripsi tersusun atas 4 komponen dasar : (1) sumber energi (generator gelombang kejut), (2) focusing system, (3) pencitraan atau unit lokalisasi, (4) mekanisme coupling. Indikasi penggunaan ESWL 1. Ukuran Batu < dari 20 mm / 2 cm 2. Letak dan komposisi - diindikasikan untuk batu Ureter distal dan proksimal ( American Urology Association, 2000) - diindikasikan untuk batu ureter di semua lokasi - diindikasikan untuk batu ginjal dengan ukuran < 20 mm Kontraindikasi penggunaan ESWL Kontraindikasi Absolut - infeksi saluran kemih akut, - gangguan perdarahan yang tidak terkoreksi, - kehamilan , - sepsis - serta obstruksi batu distal. Con:t Kontraindikasi Relatif Status mental, meliputi kemampuan untuk bekerja sama dan mengerti prosedur Berat badan > 300 lb (150 kg) Pasien dengan deformitas spinal atau orthopedik, ginjal ektopik dan atau malformasi ginjal (meliputi ginjal tapal kuda) mungkin mengalami kesulitan dalam pengaturan posisi yang sesuai untuk ESWL. Masalah paru dan jantung pasien dengan pacemaker aman diterapi dengan ESWL, riwayat hipertensi karena telah ditemukan peningkatan insiden hematom perianal pasca terapi. pasien dengan gangguan gastrointestinal, karena dapat mengalami eksaserbasi pasca terapi walaupun jarang terjadi. Prosedur ESWL Laboratorium memastikan bahwa pasien tidak menderita infeksi saluran kemih ataupun gangguan perdarahan Fungsi ginjal: kreatinin serum Analisis urin, kultur urin Hitung darah lengkap, prothrombin time (PT) dan activated parsial thromboplastin time (APTT) Pencitraan a. Pielografi intravena b. ultrasonografi ginjal c. CT scan non kontras Pemeriksaan lain EKG pada pasien berusia > 50 tahun Komplikasi Hematoma perinefrik, subkapsular dan intranefrik, yang dapat mengakibatkan nyeri hebat, ileus dan syok/hipotensi. Hematuria Sepsis Steinstrasse Hipertensi Atrofi renal letak dan ukuran batu Uretrorenoskopi Definisi Ureterorenoskopi adalah endoskopi pada ureter bagian atas sampai di pelvis renalis untuk diagnostik dan evaluasi dan intervensi teraupteik INDIKASI Indikasi Diagnostik 1. Lesi pada ureter atau pelvis renalis 2. Hematuria pada traktus urinarius bagian atas Indikasi Terapeutik 3. Pengobatan batu saluran kemih, terutama batu di bawah ureter proksimal dan lebih baik pada ukuran batu yang < 10 mm 4. Pengamatan langsung uretrotomi internal pada striktur utetra 5. Reseksi endoskopi dan koagulasi tumor uretra Kontraindikasi menurut data stone free rate pada ureter bagian proksimal dan ukuran batu yang lebih besar > 20 mm (AUA, 1997) Prosedur Penggunaan Dari bilah kecil mirip selang lentur dan panjang yang mampu menyusup masuk dan meyusur sepanjang saluran ureter hingga ke ujung ginjal. Bilah kecil yang berdiameter kurang dari dua millimeter ini, di bagian ujungnya terdapat kamera yang mampu melihat kondisi bagian dalam di sepanjang saluran kencing. Kamera tersebut juga terhubung dengan layar monitor yang bisa disaksikan oleh dokter maupun petugas medis lain yang mendampinginya Komplikasi Menurut Sjamsuhidajat R, dkk (2010), komplikasi dari tindakan ureterorenoskopi meliputi 1. Sepsis 2. Tercabutnya ureter dari ginjal atau kandung kencing 3. Perlukaan saluran kencing hingga sobek/berlubangnya saluran kencing URETRORENOSCOPI Definisi PCNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. Indikasi Batu pielum simpel dengan ukuran >2 cm, Batu kaliks ginjal, terutama batu kaliks inferior dengan ukuran 2 cm, Batu multipel Batu pada ureteropelvic junction dan ureter proksimal Batu ginjal besar PCNL bada batu besar terutama staghorn membutuhkan waktu operasi yang lebih lama Batu pada solitary kidney Kontraindikasi pada pasien yang memiliki kelainan perdarahan atau pembekuan Persiapan dan teknik PCNL akses ginjal perkutan dilatasi fragmentasi ekstrasi batu setra drainase. Persiapan pasien 1. Anamnesis lengkap dan riwayat penyakit 2. Alat dan kelengkapan 3. Posisi pasien Anamnesis Persiapan meliputi anamnesis lengkap riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Kontraindikasi absolut terhadap tindakan PCNL perlu diidentifikasi sebelum tindakan, yaitu: koagulopati dan infeksi saluran kemih yang aktif serta belum diterapi. Penggunaan obat-obatan antikoagulan harus dihentikan minimal 7 hari sebelum tindakan Alat dan kelengkapan Kelengkapan yang dibutuhkan dalam tindakan PCNL adalah: 1 Ultrasound, flouroskopi, 2. jarum pungsi 18G translumbar angiography, 3. guide wire, 4. Metallic dilator cannula 9 F dengan metal sheath 11 F (Karl Storz Endoscopes, Germany) 5.Metal telescope dilators dengan hollow guide rod (9- 24 F, Karl Storz), rigid nephroscopes 18 F and 26 F(6telescope, Karl Storz), lithotriptor, stone forceps,folley catheter 16F Posisi pasien Sebelum dimulai tindakan PCNL dilakukan pemasangan kateter ureter dalam posisi litotomi, kemudian posisi pasien dirubah menjadi tengkurap. PCNL dikerjakan dalam posisi pasien tengkurap dengan sisi ginjal yang akan dikerjakan diposisikan lebih tinggi 30 derajat. Posisi tersebut menjamin ventilasi pasien tetap baik dan membuat kaliks posterior berada pada posisi vertikal sehingga membantu pada saat melakukan pungsi Komplikasi Perdarahan Trauma pada pelvis renalis Trauma rongga pleura Perforasi usus Trauma Hepar dan limfa Sepsis Pedarahan Peningkatan risiko perdarahan terutama dihubungkan dengan pungsi kaliks media, pungsi multipel, pungsi pada ginjal yang memiliki struktur anatomi abnormal, dan pada pasien dalam medikasi antikoagulan atau antiplatelet Trauma pelvis renalis 1. menggunakan alat mekanik seperti ultrasound rigid atau probe pneumatic dapat juga menimbulkan perforasi pelvis 2. infeksi dan inflamasi dapat membuat pelvis renalis menjadi lebih rapuh dan mudah mengalami perforasi Trauma rongga pleura Risiko terjadinya trauma paru atau rongga pleura meningkat dengan dilakukannya pungsi superior. Pungsi yang dilakukan saat akhir inspirasi meningkatkan risiko komplikasi intratoraks Perforasi usus Pasien dengan kelainan anatomi ginjal dan pasien pasien yang pernah menjalani operasi usus memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya perforasi kolon Sepsis Disarankan semua pasien sebelum menjalani prosedur PCNL memiliki hasil kultur urin dan diberikan antibiotik sesuaikultur agar urin steril. PCNL DAFTAR PUSTAKA American Urological Association. (2005). AUA Guideline on the Management of Staghorn Calculi: Diagnosis and Treatment Recommendations. Dhinakar. (2007). A Retrospective Study of Ureteroscopy Performed at the Sultan Qaboos Hospital, Salalah from August 2001 August 2006 vol. 22. Oman Medical Journal. Michael Grasso III, MD Professor and Vice Chairman.2014 Extracoporeal Shock Wave Litotripsi Department of Urology, New York Medical College; Director, Living Related Kidney Transplantation, Westchester Medical Center; Director of Endourology, Lenox Hill Hospital Available from http://emedicine.medscape.com/article/444554-overview Satar. (1998). Flexible Ureterorenoscopy For The Treatment Of Refractory Upper Urinary Tract Stones. BJU International. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah Ed. 3 th. ECC : Jakarta Basuki, P., (2011). Dasar-dasar Urology. Ed. 3th. Sagung Seto : Malang Subhani et, al. (2007). Role Of Ureterorenoscopy In Bypassing The Ureter Obstruction vol.1. Departement of Urologi and Renal Transplant Allied Hospital, Punjab Medical Collage Faisalabad. Tanagho, A. Emil & Mc.Anich, W. Jack. (2008). Smith General Urology 17th Edition. The McGraw-Hill Companies : United States. Taufique dan Bagely. (2005). Effect Of Tamsulosin On The Number And Intensity Of Ureteral Colic In Patients With Lower Ureteral Calculus. International J Urology. Tiselius HG et al. (2001). Guidelines of urolithiasis. European Association of Urology (EAU). Walsh, C. Patrick, (2002), Study Guide Campbell Urology Second Edition. W. B. Saunders : Philadelphia. Wein, J. Alan, (2012), Campbell-Walsh Urology Tenth Edition Volume Two. Elsevier : Philadelphia. Yahya, F, (2012, 9 Mei), Uretrorenoskopi, di akses dari : http://www.rspkujogja.com/beritaartikel/berita/159-ureterorenoscopy-urs (Akses tanggal 12 November 2013)