Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS BATU RENAL PRE OP PROSEDUR EXTENDED
PYELOLITHOTOMI SINISTRA DAN AFF DJ STAND DESTRA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Klinik


Keperawatan Perioperatif I
Di Platinum 1
Rumah Sakit Lavalette

Nama : Nabila Hasna Ningrum


NIM : P17211201024

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR MANUSIA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa Medis Batu

Renal Pre op Prosedur Extended Pyelolithotomi Sinistra dan Aff Dj Stand Destra di Platinum

1 Rumah Sakit Lavalette Periode 2 Oktober 2023 s/d 7 Oktober 2023 Tahun Ajaran

2023/2024

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal …… Bulan……………… Tahun…………

Malang,

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

_________________________ _________________________
NIP.

Mengetahui,
Kepala Ruang

_________________________
A. Masalah Kesehatan (Batu Renal Pre op Prosedur Extended Pyelolithotomi Sinistra dan
Aff Dj Stand Destra)
B. Pengertian
Batu renal memengaruhi sekitar 12% dari populasi dunia. Batu renal merupakan
kondisi paling umum di bidang urologi. Batu renal atau nefrolitiasis merupakan suatu
keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Batu
renal adalah suatu masa yang keras terbentuk dari kristal-kristal dari endapan urin dan
tumbuh pada bagian dalam ginjal. Tetapi istilah batu renal dapat menerangkan kondisi
batu yang terjadi pada semua tempat di saluran kemih (Bilqisthi dkk., 2023).

Pyelolithotomy merupakan prosedur pembedahan untuk mengeluarkan batu


ginjal/renal. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan pada panggul ginjal dan
mengeluarkan batu ginjal secara manual atau menggunakan alat bantu seperti laser.
Pyelolithotomy juga merupakan tehnik bedah yang digunakan untuk membuang batu dari
pelvis renal disepanjang asis ginjal. Ureterurenoscopy (URS) adalah suatu tehnik untuk
melihat memeriksa seluruh saluran kemih sejak dari muaranya ureter yaitu ujung sampai
bagian hulunya ke pielum ginjal (Purbadewi & Noviani, 2023).

DJ stent merupakan prosedur yang efektif dan inovatif yang dapat digunakan
sebagai solusi untuk mengatasi batu saluran kemih. DJ stent atau ureteral stent digunakan
untuk menjaga aliran urin dari obstruksi yang diakibatkan oleh batu saluran kemih. DJ
Stent umumnya harus diganti atau dilepas dalam waktu 6 minggu hingga 6 bulan(Santoso
dkk., 2023).

C. Gejala dan Tanda


Gejala yang dirasakan individu saat pembentukan batu renal awal adalah
asimptomatis. Selanjutnya, tanda dan gejala yang dikeluhkan dapat beruba kolik renal
(nyeri yang sangat tajam), flank area (nyeri pinggang), hematuria (darah dalam urine),
gejala obstruktif, infeksi saluran kemih, hambatan aliran urin dan hidronefrosis
(pembengkakan ginjal). Kondisi tersebut dapat di ikuti mual dan muntah (Mayasari &
Wijaya, 2020).
D. Pohon Masalah
E. Pemeriksaan Diagnostik
1) Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih.
Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling
sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak
(radio-lusen).
2) Pielografi Intra Vena (IVU)
Bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat mendeteksi
adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto
polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akbiat
adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograde.
3) Pielografi Intra Vena (IVU)
Bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat mendeteksi
adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto
polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akbiat
adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograde.
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu
pada keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada
wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau
di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis,
atau pengerutan ginjal.
4) Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu pada
keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita
yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di
buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau
pengerutan ginjal.
Diagnosis dapat juga ditegakan dengan uji kimia darah dan urin 24 jam untuk
mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, naatrium, pH, dan volume total
merupakan bagian dari upaya diagnostic. Riwayat diet dan medikasi serta riwayat
adanya batu ginjal dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang
mencetuskan terbentuknya batu pada pasien.
5) Pemeriksaan faal ginjal
6) Pemeriksaan sedimen urine
7) Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian besar batu ginjal
8) Urografi ekskretori untuk membantu memastikan diagnosis dan
menentukan ukuran serta lokasi batu.
F. Penatalaksanaan Medis
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karna diharapkan
batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya
dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
b. ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy)
Adalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di khalik
ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa
batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
c. Endourologi
Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri
atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara,
atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi yaitu :
 PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan
cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada
kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi
fragmen-fragmen kecil.
 Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan
evakuator Ellik.
 Ureteroskopi atau ureto-renoskopi
Memasukkan alat utereskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter
atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu
yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntutan uteroskopi/uterorenoskopi ini.
 Ektraksi dormia
Mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang
Dormia(Bilqisthi dkk., 2023).
G. Pengkajian Keperawatan
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan padalingkungan
bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis).

2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal). Kulit hangat dan
kemerahan ;pucat.

3. Eliminasi
Gejala : Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus).Penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan kemih.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.

4. Makanan/cairan
Gejala : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin, kalsium oksalat, dan
fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.

5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh
pada panggul di region sudut kostovetebral; dapat menyebar keseluruh punggung,
abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus
ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak
hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil.

6. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout, ISK Kronis.
Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin
H. Daftar Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia diagnosa keperawatan yang
muncul sebagai berikut (Tim Pokja, 2016) :
Pre Operasi :
1. Gangguan Eliminasi Urin
2. Ansietas
3. Nyeri Akut
Post Operasi
1. Resiko Infeksi
2. Gangguan Integritas Kulit
3. Nyeri Akut
I. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan untuk pasien dengan Diagnosa Medis Batu Renal Pre op Prosedur Extended Pyelolithotomi Sinistra dan Aff
Dj Stand Destra diberikan dan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dengan kriteria hasil berdasarkan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (T. PPNI, 2018; T. P. S. PPNI, 2019).
No. Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urin Eliminasi urin (L.04034) Manajemen eliminasi urin (I.04152)
(D.0040) Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam,  Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
maka eliminasi urin membaik, inkontinensia urin
dengan kriteria hasil:  Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
1. Urin menetes (dribbling) inkontinensia urin
dari meningkat (1) menjadi  Monitor eliminasi urin (mis. frekuensi, konsistensi,
menurun (5) aroma, volume, dan warna)
2. Berkemih tidak tuntas Terapeutik
(hesistancy) dari  Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
meningkat (1) menjadi  Batasi asupan cairan, jika perlu
menurun (5)  Ambil sampel urin tengah (midstream) atau kultur
Edukasi
 Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran berkemih
 Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin
 Ajarkan mengambil spesimen urin midstream
 Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
 Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/berkemihan
 Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika
perlu
2. Ansietas (D.0080) Tingkat ansietas (L.09093) Reduksi ansietas (I.09314)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam,  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis:
maka tingkat ansietas menurun, kondisi, waktu, stresor)
dengan kriteria hasil:  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
1. Verbalisasi khawatir akibat  Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
kondisiyang dihadapi dari Terapeutik
meningkat (1) menjadi  Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
menurun (5) kepercayaan
2. Perilaku gelisah dari  Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
meningkat (1) menjadi memungkinkan
menurun (5)  Pahami situasi yang membuat ansietas
3. Perilaku tegang dari  Dengarkan dengan penuh perhatian
meningkat (1) menjadi  Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
menurun (5)  Tempatkan barang pribadi yang memberikan
4. Keluhan pusing dari kenyamanan
meningkat (1) menjadi  Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
menurun (5) kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika
perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
 Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
3. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3x24 jam maka  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
tingkat nyeri menurun, dengan kualitas, intensitas nyeri
kriteria hasil:  Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri dari  Idenfitikasi respon nyeri non verbal
meningkat (1) menjadi  Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun (5) memperingan nyeri
2. Meringis dari meningkat  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
(1) menjadi menurun (5) nyeri
3. Gelisah dari meningkat (1)  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
menjadi menurun (5) sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri (mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. Risiko infeksi (D.0142) Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi (I.14539)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama … , maka  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
tingkat infeksi menurun, dengan Terapeutik
kriteria hasil:  Batasi jumlah pengunjung
1. Demam dari meningkat (1)  Berikan perawatan kulit pada area edema
menjadi menurun (5)  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
2. Kemerahan dari meningkat pasien dan lingkungan pasien
(1) menjadi menurun (5)  Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko
3. Nyeri dari meningkat (1) tinggi
menjadi menurun (5) Edukasi
4. Bengkak dari meningkat  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(1) menjadi menurun (5)  Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
5. Kadar sel darah putih dari  Ajarkan etika batuk
memburuk (1) menjadi  Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
membaik (5) operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
5. Gangguan integritas Integritas kulit/jaringan (L.14125) Perawatan luka (I.14564)
kulit/jaringan (D.0129) Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama … , maka  Monitor karakteristik luka (mis: drainase, warna,
integritas kulitmeningkat, dengan ukuran , bau)
kriteria hasil:  Monitor tanda-tanda infeksi
1. Kerusakan lapisan kulit
menurun Terapeutik
 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik, sesuai kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan
luka
 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
 Berikan diet dengan kalori 30 – 35 kkal/kgBB/hari
dan protein 1,25 – 1,5 g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis: vitamin
A, vitamin C, Zinc, asam amino), sesuai indikasi
 Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement (mis: enzimatik,
biologis, mekanis, autolitik), jika perlu
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
J. Referensi
Bilqisthi, A. R., Prasetyo, B., & Romadhoni, R. (2023). Korelasi Ukuran Batu Ginjal dengan

Jumlah Dilakukan ESWL di Rumah Sakit Islam Sultan Agung pada Tahun 2019:

Correlation of Kidney Stone Size with the Frequency of ESWL Performed at the

Sultan Agung Hospital in 2019. Jurnal Surya Medika (JSM), 9(2), 120–125.

Mayasari, D., & Wijaya, C. (2020). Faktor Paparan Sinar Matahari dan Hiperkalsiuria

sebagai Faktor Risiko Pembentukan Batu Ginjal pada Pekerja Agrikultur.

AGROMEDICINE UNILA, 7(1), 13–18.

PPNI, T. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI, T. P. S. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Dpp Ppni.

Purbadewi, J., & Noviani, W. (2023). Application of Finger Clasp Relaxation to Reduce Pain

Intensity in Post Pyelolithotomy Patients at PKU Muhammadiyah Hospital

Yogyakarta: A Case Study. KESANS: International Journal of Health and Science,

2(9).

Santoso, T. D., Salam, A. Y., & Roisah, R. (2023). PENGARUH MOBILISASI DINI

TERHADAP PEMULIHAN SISTEM PERKEMIHAN PADA PASIEN POST

OPERASI AFF DJ STENT DENGAN SPINAL ANASTESI. Jurnal Nurse, 6(2), 1–

11.

Tim Pokja, S. (2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai