Anda di halaman 1dari 105

DIKTAT MANAJEMEN RISIKO

Dosen Pengampu : Dr. Supriyanto

Disusun oleh:

Ela Safitri (1710113320009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2019

Page 1 of 105
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SILABUS

Program Studi : Pendidikan Ekonomi


Kompetensi Lulusan : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat menjelaskan
manajemen risiko agar mampu beroperasi secara efisien.
Bahan Kajian : Manajemen Risiko
Kode Mata Kuliah :
Mata Kuliah : Manajemen Risiko
Bobot : 2 SKS
Semester :V
Standar Kompetensi : Memberikan penjelasan tentang manajemen risiko agar mampu
beroperasi secara efisien

Alokas
i
o. Kompetensi Dasar Indikator Pengalaman Belajar Materi Pokok Waktu
(menit
)
Mahasiswa mampu Kemampuan
menjelaskan mahasiswa Manajemen Risiko:
pengertian menjelaskan Mengenal pengertian Pengertian
manajemen risiko, pengertian manajemen risiko, Manajemen
manajemen risiko manajemen risiko, manajemen risiko Risiko, manajemen
berhubungan manajemen risiko berhubungan dengan risiko berhubungan
1 dengan fungsi- berhubungan dengan fungsi-fungsi dalam dengan fungsi- 90
fungsi dalam fungsi-fungsi dalam perusahaan, tujuan fungsi dalam
perusahaan, tujuan perusahaan, tujuan manajemen risiko, perusahaan, tujuan
manajemen risiko, manajemen risiko, pengendalian risiko manajemen risiko,
pengendalian risiko pengendalian risiko pengendalian risiko
Kemampuan
.

Alokas
i
No. Kompetensi Dasar Indikator Pengalaman Belajar Materi Pokok
Waktu
(menit

Page 2 of 105
)

Risiko Properti,
risiko gugatan,
risiko kredit, risiko
Mahasiswa mampu mahasiswa
pasar, risiko
menjelaskan jenis- menjelaskan Jenis- Mengenal Jenis-jenis
2 likuiditas, risiko 90
jenis risiko jenis Risiko risiko
operasional, risiko
.
reputasi, risiko
strategik, dan risiko
kepatuhan.

Mahasiswa mampu
Kemampuan Pengertian tentang
menjelaskan konsep
mahasiswa risiko,konsep-
risiko, konsep-
menjelaskan konsep Mengenal konsep risiko, konsep lain yang
konsep lain yang
risiko, konsep- konsep-konsep lain berkaitan dengan
berkaitan dengan
konsep lain yang yang berkaitan dengan risiko, risiko
risiko, risiko
berkaitan dengan risiko, risiko spekulatif spekulatif dan
spekulatif dan
risiko, risiko dan risiko murni, risiko murni,
risiko murni,
3 spekulatif dan risiko sumber risiko, jenis- sumber risiko, 90
sumber risiko,
murni, sumber risiko, jenis risiko yang jenis-jenis risiko
jenis-jenis risiko
jenis-jenis risiko ditangani manajer yang ditangani
yang ditangani
yang ditangani risiko,biaya-biaya yang manajer
manajer
manajer risiko,biaya- ditimbulkan karena risiko,biaya-biaya
risiko,biaya-biaya
biaya yang menanggung risiko yang ditimbulkan
yang ditimbulkan
ditimbulkan karena karena menanggung
karena menanggung
menanggung risiko risiko
risiko
Mahasiswa mampu Kemampuan risiko, risiko versus
menjelaskan risiko, mahasiswa hasil,manajemen
Mengenal risiko, risiko
risiko versus menjelaskan. risiko, risiko,proses
versus hasil,manajemen
hasil,manajemen risiko versus menejemen
risiko,proses
risiko,proses hasil,manajemen risiko,kasus-kasus
menejemen
menejemen risiko,proses kegagalan
risiko,kasus-kasus
risiko,kasus-kasus menejemen manejemen risiko.
kegagalan manejemen
kegagalan risiko,kasus-kasus perbankan, risiko
4 risiko. perbankan, risiko 90
manejemen kegagalan perbankan, jenis-
perbankan, jenis-jenis
risiko.perbankan, manejemen risiko. jenis perbankan,
perbankan, dampak
risiko perbankan, perbankan, risiko dampak risiko
risiko perbankan,
jenis-jenis perbankan, jenis- perbankan,
kebutuhan perbankan
perbankan, dampak jenis perbankan, kebutuhan
terhadap regulasi dan
risiko perbankan, dampak risiko perbankan terhadap
manajemen risiko,
kebutuhan perbankan, regulasi dan
perbankan terhadap kebutuhan perbankan manajemen risiko,

Page 3 of 105
regulasi dan terhadap regulasi dan
manajemen risiko, manajemen risiko,

Alok
asi
Sumber/B
N Kompetens Pengalama Wak
Indikator Materi Pokok ahan/ Penilaian
o. i Dasar n Belajar tu
Alat*
(men
it)
A. Baselacc
ord
B. Basel I
(Basel
Capital
Accord)
tahun
1988
C. Basel
1.5 dan
Market
Risk
1. Ikatan
Amend
Bankir
ment
Indonesia
Kemampua tahun UTS
dengan
Mahasiswa n 1996 UAS
Banker
mampu mahasiswa Mengenal D. Basel II Pertan
Associatio
menjelaska dalam Regulasi E. Basel III yaan
n for risk
n Regulasi menjelaska Perbankan F. Pengatur lisan
managem
Perbankan n Regulasi Terkait an Bank Keakt
5 90 ent Edisi
Terkait Perbankan Manajeme Indonesi ifan
Pertama,
Manajeme Terkait n Risiko a- Tugas
manejeme
n Risiko Manajeme manaje terstruktu
n risiko 2/
n Risiko men r
Digital
risiko Absen
Projector
bank si
, Lisan,
umum.
Papan
G. Peratura
tulis
n Bank
Indonesi
a-
KPMM
H. Risiko
Pasar
I. Risiko
Likuidit
as
J. Risiko
Operasi
onal

Page 4 of 105
K. Manaje
men
Risiko
terkait
teknolog
i
Informa
si

1. Dr
s.
Na
die
f
ka
ela
ni,
A
K.
M
an
aje
1. Mencari me UTS
Sumber n UAS
Kemampua Risiko Ri Pertan
Mahasiswa
n 2. Memban sik yaan
mampu
mahasiswa Mengenal gun o lisan
menjelaska
menjelaska Mengidenti Suatu Te Keakt
6 n 90
n fikasi Fondasi ra ifan
mengidenti
mengidenti risiko Fungsio pa Tugas
fikasi
fikasi nal n terstruktu
Risiko
Risiko 3. Skenario / r
Bahaya Di Absen
git si
al
Pr
oje
cto
r,
Li
sa
n,
Pa
pa
n
tul
is

Page 5 of 105
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan Karunia-Nya
kepada kita sehingga sampai hari ini masih diberi Rahmat dan kemudahan untuk selalu terbuka
akal pikiran, mata, dan hati dalam rangka mencari ilmu sehingga dapat menyusun Diktat
Manajemen Risiko.

Diktat ini kami susun sebagai penunjang belajar anak didik. Dasar kurikulum yang dilakukan
dengan cara mempertimbangkan kesinambungan antar kelas dan keharmonisan antar
matapelajaran yang diikat dengan Kompetensi Inti. Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi
reorganisasi Kompetensi Dasar mata pelajaran. Materi yang disusun dalam bahan ajar ini
sehingga tujuan dari pembelajaran tercapai. Materi yang disampaikan dengan bahasa yang
mudah dipahami serta tugas-tugas yang membentuk karakter mulia mewarnai panyajian buku
ini secara keseluruhan. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal dalam
pencapaian hard skill dan soft skill pada peserta didik.
Dengan diktat ini, siswa diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang
dimiliki dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercapai tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Tujuan pendidikan yang ingin kita capai adalah membentuk siswa yang beriman, bertaqwa,
sehat, mandiri, berbudaya, berakhlak mulia, beretos kerja keras, berpengetahuan dan
menguasai teknologi serta memiliki life skill yang berdaya guna serta berkarakter.Kami sadar
dan yakin bahwa Diktat Manajemen Risiko ini masih banyak kekurangan sehingga kami
mengharap adanya saran atau kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak dan tidak
lupa kami ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang membantu atas
tersusunnya diktat ini. Semoga semua yang kita inginkan tercatat sebagai amal ibadah
Aamiin....

Penyusun:

1. Ela Safitri (1710113320009)

Page 6 of 105
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 7

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 8

BAB I ...................................................................................................................................... 9

A. Pengertian Manajemen Risiko ..................................................................................... 9

BAB II...................................................................................................................................... 16

A. Jenis-jenis Risiko ......................................................................................................... 16

BAB III .................................................................................................................................... 38

A. Konsep-Konsep Risiko ................................................................................................ 38

BAB IV .................................................................................................................................... 53

A. Pemahaman Risiko dan Manajemen Risiko ................................................................ 53

BAB V ..................................................................................................................................... 62

A. Regulasi Perbankan terkait Manajemen risiko ............................................................ 62

BAB VI .................................................................................................................................... 70

A. Mengidentifikasi Risiko ............................................................................................... 70

Page 7 of 105
BAB I

Manajemen Risiko

A. Pengertian
Manajemen risiko mempunyai arti yang lebih luas, yaitu semua risiko yang
terjadi didalam masyarakat ( kerugian harta, jiwa, keuangan, usaha dan lain-lain)
ditinjau dari segi manajemen perusahaan.
B. Manajemen Risiko Berhubungan dengan Fungsi-fungsi dalam Perusahaan.

Manajemen risiko berhubungan erat dengan fungsi, fungsi perusahaan (fungsi


keuangan, fungsi akuntansi, fungsi pemasaran, fungsi produksi, personalia dan fungsi
teknik dan peneliharaan), oleh karena fungsi-fungsi tersebut mengandung banyak risiko
dalam pengelolaan perusahaan.

1) Risiko hubungan dengan fungsi keuangan/finansial.


Dalama pengelolaan keuangan perusahan bisa terjadi penggelapan dan
manipulasi dalam pembukuan. Selain daripada itu kerugian lain ialah adanya
korupsi secara besar-besaran dalam perusahaan dan kolusi.
2) Risiko hubungan dengan pemasaran.
Kerugian yang mungkin terjadi dalam pemasaran ialah disebabkan kerugian
yang timbul karena penjualan. Hal lain yang bisa menyebabkan kerugian
ialah tuntutan dari pihak pembeli karena barang yang dikirim tidak sesuai
denganfaktur pembelian.
3) Risiko hubungannya dengan produksi.
Dalam proses produksi bisa menciptakan risiko, yaitu produk gagal tidak
sesuai dengan desain, mesin macet, pemogokan buruh-buruh pabrik hingga
produksi terhenti. Akibatnya perusahaan menderita kerugian dalam
berproduksi.
4) Risiko hubungan dengan engineering dan pemeliharaan.
Dalam berproduksi kepala bagian produksi berusaha agar mesin-mesin
berjalan lancar. Bilamana mesin-mesin dlaam pabrik berhenti disebabkan
kurang baiknya pemeliharaan dan perawatan akan menciptkan risiko
kerugian dalam berproduksi.

Page 8 of 105
5) Risiko hubungan dengan fungsi akuntansi.
Bagian akuntansi melaksanakan kegiatan manajemen risiko yang kegiatan
manajemen risiko yang penting perananya yaitu:
 Berusaha gara karyawan tidak melakukan penggelapan yaitu dengan
melakukan pengawasan intern dan audit.
 Bagian akuntansi melakukan penilaian piutang dan mengalokasikan
piutang ragu-ragu dan piutang yang dihapuskan.
6) Risiko hubungan dengan personalia.
Bagian personalia mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
mengelola sumber daya manusia. Sumber daya manusia bisa memengaruhi
proses produksi dalam perusahaan yaitu melalui pemogokan. Sekarang ini
buruh-buruh telah membentuk serikat pekerja Indonesia (SPI) yang
mempunyai kekuatan hukum untuk menuntut hak-hak mereka (naik upah,
bonus dan lain-lain).
Dari ulasan diatas dapat kita simpulkan bahwa banyak risiko dalam
mengelola perusahaan hal mana komunikasi dua arah antara manajemen
dengan manajer-manajer bawahan dalam perusahaan untuk memperoleh
informasi yang berhubungan dengan risiko diperlukan.
C. Tujuan Manajemen Risiko
Tujuan yang hendak dicapai dengan manajemen risiko ialah dalam mengelola
perusahan supaya mencegah perusahaan dari kegagalan, mengurangi pengeluaran,
menaikkan keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi, dan sebagainya.
Adapun sasaran utama yang hendak dicapai oleh manajemen risiko tediri dari:
1. Untuk kelangsungan hidup perusahaan.
2. Ketenangan dalam berpikir.
3. Memperkecil biaya.
4. Menstabilisasi pendapatan perusahaan.
5. Memperkecil/meniadakan gangguan dalam berproduksi.
6. Mengembangkan pertumbuhan perusahaan.
7. Mempunyai tanggung jawab sosial tehadap karyawan.

Page 9 of 105
Guna memperoleh hasil yang maksimal dari program perusahaan, maka
dibutuhkan rencana yang mantap dan terarah.

Page 10 of 105
dengan fungsi-fungsi 1. Fungsi Keuangan

2.Fungsi pemasaran
dalam perusahaan
Hubuangan risiko

3. Fungsi Produksi

4. Fungsi Engineering
dan pemeliharaan

5. Fungsi Akuntansi

6. Fungsi Personalia

Page 11 of 105
1. Properti
* House, buildinngs
* Factory, transport
* Office, storage
Hubungan risiko dengan

2. Industri
kegiatan ekonomi

* Investasi
* Plant Location
* Managerial policy

3. Produksi
* Bahan Baku
* hasil poduksi
* sistem produksi
* control

4. Pemasaran
* distribusi Fisik
* harga
* saluran distribusi
* Strategi pasar
*produk

5. Keuangan
* Policy of economy
* Interest bunga
* Devaluasi, depesi
*Inflasi
*UU/PP

Page 12 of 105
D. Pengendali risiko

Dari uraian sebelumnya luas sekali risiko yang harus tangani oleh manajemen
dalam mengelola perusahaan. Adapun pendekatan yang dapat digunakan oleh
manajemen risiko untuk mengatasi risiko yang mungkin terjadi dengan cara :

1) Pengendali risiko
2) Membiayai risiko
Penngendalian risiko dapat dijalankan dengan metode :
a) Menghindari risiko
b) Pemisahan risiko
c) Mengendalikan risiko
d) Pemindahan risiko
Sedangkan pembiayaan risiko dapat dilaksanakan dengan cara:
1) Pemindahan risiko yaitu dengan membeli asuransi petanggungan
2) Menanggung sendiri risiko
Masing-masing metode pemanfaatannya dapat dikombinasikan
yang satu dengan yang lain.
a) Menghindari risiko
Salah satu cara untuk pengendalian risiko ialah dengan jalan
menghindari risiko, misalnya dalam mengendarai mobil
dalam musim hujan kecepatan kendaraan dibatasi (kurang
lebih 60 KM/jam).
b) Mengendalikan kerugian
Pengendalian kerugian dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain:
 Memperkecil chance (kans) untuk terjadinya
kerugian.
 Mengurangi keparahan atas kerugian bila kerugian
sesungguhnya tidak dapat dihindarkan.
 Dengan menjalankan pencegahan kerugian.
 Tindakan mengurangi kerugian
Dalam berproduksi kans untuk produk gagal dapat
terjadi dapat dihindari dengan pengawasan mutu.

Page 13 of 105
Contoh lain ialah dengan membangun pabrik tahan
api untuk menghindari kebakaran.
c) Pemisahan risiko
Risiko yang mungkin terjadi kita pisahkan, untuk
memperkecil kerugian. Misalnya satu perusahaan taxi yang
memiliki 200 taxi. Untuk mengurangi risiko kerugian,
pooling taxi yang bersangkutan tidak ditempatkan dalam satu
pool, dipencar-pencar menjadi empat pooling ( Pool A, B, C.
D).
Bila 50 unit mobil rusak, pada pool A ( terbakar)
sedangkan pool yang lain aman. (satu pool = 50 menit).
d) Pemindahan risiko
Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan memindahkan
kerugian/risiko yang mungkin terjadi kepada pihak lain
(perusahaan asuransi), misalnya mengansuransikan mobil,
rumah, pabrik kepada perusahaan asuransi kerugian atau
dengan cara reasuransi (pertanggungan ulang).
Dengan pemindahan risiko dilakukan secara juridisserta
jelas objek yang akan dipertanggungkan tersebut.
Manajemen risiko akan menentukan kebijaksanaan dalam
menghadapi risiko/kerugian dalam perusahaan untuk memilih
metode yang akan digunakan.
Selain pemindahan risiko, manajemen risiko dapat
membentuk cadangan dalam perusahaan untuk menghadapi
kerugian-kerugian yang bakal terjadi.
Pengendalian risiko
1. Risk control
a. Menghindari risiko.
b. Mengendalikan risiko.
c. Pemisahan risiko.
d. Pemindahan risiko.
2. Pembiayaan
a. Membentuk dana cadangan.
b. Retensi sendiri.

Page 14 of 105
3. Analisis kerugian
a. Identifikasi kerugian.
b. Analisis kerugian.
4. Analisis hazard
a. Physical hazard.
b. Moral hazard.
5. Menentukan kelayakan ekonomis
a. Analisis cost.
b. Benefit analysis.

Page 15 of 105
BAB II

JENIS-JENIS RISIKO

A. Risiko Properti
Risiko yang mungkin terjadi atas properti (harta benda), menyangkut risiko-risiko
berkaitan dengan bencana kebakaran, banjir, gempa, sunai, tanah longsor dan
sebagainya. Risiko properti ini dalam perusahaan asuransi, biasanya masuk pada
ketagori asuransi umum. Cakupan asuransi umum dan properti adalah sebagai berikut.
o Asuransi harrta benda
o Asuransi rekayasa
o Asuransi pengangkutan
o Asuransi rangka kapal
o Asuransi usaha minyak dan gas
o Asuransi satelit
o Asuransi pesawat
o Asuransi kecelakaan diri
o Asuransi tanggung gugat
o Asuransi uang
o Asuransi kebakaran
Harta benda yang kerap menghadapi risiko, umumnya dikelompokkan
dalam dua kategori, yaitu sebagai berikut.
o Properti riil, seperti tanah dan apa yang ada diatasnya(bangunan, tanaman).
o Properti personal, seperti kendaraan, komputer, uang perhiasan, hewan piaraan,
dan sebagainya.
Exposure yang dihadapi oleh harta benda mencakup kejadian ( peril)yang
standar, sesuai dengan polis “ standar kebakaran Indonesia” yang cakupannya
antara lain: kebakaran, petir, ledakan, asap, akibat kejatuhan pesawat terbang.
Kejadian lain yang dicakup oleh asuransi ( selain risiko yang telah disebutkan
atau perluasan dari kejadian standar) adalah; kerusuhan, tanah longsor, banjir,
biaya pembersihan puing. Dua kelompok kejadian diatas dapat diasuransikan.
Kejadian lain yang dapat menimpa harta benda dan belum dapat diasuransikan
antara lain; kebakaran atau ledakan api yang timbul sendiri (self combustion),

Page 16 of 105
hubungan arus pendek listrik (short circuit), kerusakan akibat
perang,penyerbuan, aksi musuh asing, reaksi atau radiasi nuklir, perbuatan yang
disengaja.

Tidak semua harta benda dapat diasuransikan. Umumnya pihak asuransi


hanya mau menutup pertanggungan benda-benda yang terlihat . sedangkan
benda-benda yang tidak terlihat seperti; copy roght, goodwill tidak masuk
cakupan asuransi. Jika asuransi menanggung untuk kejadian tertentu yang
disebutkan dalam kontrak, maka kerugian yang diakibatka oleh peristiwa lain,
tidak menjadi tanggungan pihak asuransi. Misalnya, dalam kontrak asuransi
disebutkan bahwa penanggungan menanggung itu roboh doterjang angin, maka
pihak asuransi tidak ada kewajiban untuk menggantinya.
Alternatif lain untuk melihat exposure yang dihadapi oleh harta benda
adalah dengan melihat sumber-sumber dari risiko yang dapat berpengaruh
terhadap harga benda, yaitu sumber fisik, sosial dan ekonomi.
1. Kerugian yang Dialami atas harta benda
Kerugian akibat kejadian buruk yang mungkin terjadi dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut.
a. Kerugian langsung. Kerugian langsung mempunyai dampak
langsung terhadap harta benda, misalnya kebakaran.
b. Kerugian tidak langsung. Kerugian ini mempunyai dampak tidak
langsung terhadap harta benda, misalnya sebuah gedung yang
terbakar bisa mengakibatkan terhentinya kegiatan bisnis sehingga
menyebabkan hilangnya pendapatan. Hilangan pendapatan ini
merupakan kerugian tidak langsung dari terbakarnya gedung tadi.
c. Kerugian tidak langsung dapat mempunyai elemen waktu jika
dilibatkan dalam perhitungna kerugian tersebut. misalnya,
perbaikan gedung yang terbakar memakan waktu sampai 6 bulan
yang menyebabkan kehilangan pendapat sampai 6 hulan,
ditambah dengan biaya untuk perbaikan gedung. Semakin
panjang waktu yang diperlukan untuk perbaikan, semakin besar
kerugian yang akan diderita. Sehingga dapat dikatakan besarnya
kerugian merupakan fungsi dari waktu.

Page 17 of 105
2. Metode Penilaian Kerugian Aset Fisik
Bagaimana menilai kerugian yang diakibatkan oleh suatu
bencana tertentu? Ada beberapa teknik untuk melakukan estimasi
yang satu sama lain salinng melengkapi, yang diuraikan seperti
berikut ini.
a. Nilai atau Harga Pasar
Harga pasar adalah harga yang terbentuk dari kekuatan
demand dan supply yang sering juga disebut dengan harta
keseimbangan. Penilaian properti riil dengan menggunakan
pendekatan harga pasar dapat dilakukan dengan cara
membandingkan harga pasar melalui aset yang mirip dan
pernah diperdagangkan. Biasanya harga pasar itu akan
berflukuasi, karena itu penggunaan metode ini harus
mempertimbangkan fluktasi harga pasar tersebut. jika tidak
bisa ditemukan aset dengna karakteristik yang mirip, maka
penyesuaian perlu dilakukan.
Harga pasar biasanya mencerminkan biaya kesempatan
dari aset tersebu. Karenannya, teknik dengan menggunakan
kesempatan memperoleh pendapatan yang hilang dapat
dilakukan. Untuk beberapa aset teknik tersebut mudah
dilakukan, hasilnya tidak akan jauh berbeda dengan harga
pasar aset yang bersangkutan. Misalnya, kita membeli
obligasi atas unjuk nominal Rp 2 juta dengan kupon 20%,
jangka waktu 5 tahun. Untuk mengadakan klaim kupon dan
nilai nominalnya, kita harus menunjukkan sertifikat obligasi
tersebut. Jika satu tahun berikutnya sertifikat obligasi itu
hilang, maka berdasarkan kerugian akibat peristiwa tersebut,
kita dapat menghitung kesempatan yang hilang untuk
mengestimasi kerugian akibat hilangnya sertifikat obligasi
tersebut.Kesempatan yang hilang tersebut merupakan prsent
value dari klaim yang hilang selama 4 tahun berikutnya.
Misalnya , discount rate yang relevan saat itu adalah
15%,maka Pv kesempatan yang hilang adalah:

Page 18 of 105
PV= (400.000,00)/(1+0,15)1+
.....+(2.400.000,00)/(0,15)4=Rp 2.285.498,00.
Kerugian karena hilangnya obligasi tersebut adalah Rp
2.285.498,00. Dengan logika yang sama kita dapat
menerapkan teknik tersebut untuk aset lain.
Penilaian properti riil dengan menggunakan metode harga
pasar lebih sulit dibandingkan untuk properti personal. Untuk
properti personal, karena kebih likuid (sering
diperdagangkan) harga pasarnya lebih mudah diperoleh.
Misalnya komputer, harga pasar komputer ini mudah kita
peroleh misalnya dari toko komputer atau dari publikasi-
publikasi.
b. Replacement Cost Baru
Teknik replacement cost baru dilakukan dengan melihat
biaya yang doperlakukan untuk mengganti barang yang rusak
dengan barang baru yang sama. Misalnya, sebuah bangunan
yang rusak akibat terbakar dengan kerusakan total. Dengan
menggunakan teknik replacemnt cost, kita akan menghitung
berapa biaya yang diperlukan untuk membangun kembali
bangunan tersebut dengan biaya yang diperlukan untuk
membangun kembali bangunan tersebut dengan karakter
yang sama. Pihak yang punya bangunan dapat meminta
bantuan appraisal untuk menaksir besarnya replacement cost
tersebut.
Jika kerusakan parsial, maka perbaikan bisa dilakukan secara
pasrial. Kebutuhan dana untuk perbaikan secara parsial
tersebut bisa dihitung dengan cara replacement cost walaupun
bahan yang digunakan adalah baru. Misalnya arap yang
sudah terpasang selama 10 tahun diganti yang baru.
Walaupun replacement cost akan meningkatkan biaya, namun
biaya tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan
kerugian yang dialami. Hal ini disebabkan dampak tidak
langsung dari suatu kerusakan, misal terganggunya operasi
yang mengakibatkan hilangnya pendapatan.

Page 19 of 105
c. Replacement Cost Baru dikurangi Depresiasi
Dengan teknik ini, manajer akan menghitung replacement
cost kemudian dikurangi dengan depresiasi atau angka yang
mencerminkan turunnya nilai ekonomi aset. Argumen yang
mendasari teknik tersebut adalah.
Nilai properti yang sebenarnya merupakan nilai properti
tersebut dikurangi dengan depriasi atau penurunan nilai
karena pemakaian.
Dalam asuransi dikenal dengan actual cash value (ACV) dan
sering digunakan sebagai pedoman untuk membayar ganti
rugi. Misalnya, suatu bangunan yang mempunyai
replacement cost Rp 100 juta, tetapi sudah digunakan selama
10 tahun. Jika bangunan tersebut diasuransikan dan terbakar,
maka pihak asuransi tidak akan mengganti kerugian Rp 100
juta, tetapi akan dikurangi dengan besarnya depresiasi selama
10 tahun.
Perhitungan nilai depresiasi atau penurunan nilai ekonomi
akan bersifat subjektif, dipengaruhi oleh faktor fisik seperti
usia properti, atau tingkat pengguanannya. Misalnya,
bangunan yang sudah lama, cenderung mempunyia nilai yang
lebih rendah dari pada mobil yang tidak pernah dipakai. Di
samping itu, penurunan nilai ekonomis juga dapat disebabkan
oleh faktor model. Misalnya, model sudah out date, sehingga
harganya lebih rendah dari model yang sedang trend.
B. Risiko Gugatan(Liability)
Exposure kewajiban legal muncul jika pengadilan memutuskan kita sebagai
pihak tertanggung, yang harus membayar ganti rugi kepada pihak lain. Misalnya, pasien
menuntut ganti rugi kepada dokter yang dianggap melakukan mal praktik, konsumen
menuntut kepada produsen karena berang yang dijual membahayakan, gugatan
pengadilan pemegang saham terhadap perusahaan karena menderita kerugian yang
cukup besar.
Investor yang menderita kerugian cukup besar karena transaksi tertentu,
umumnya berperilaku menuntut ke pengadilan untuk membatalkan transaksi yang
merugikan tersebut. salah satu contoh adalah doktrin ultra vires yang menyatakan

Page 20 of 105
bahwa kegiatan investasi dianggap sebagai kegiatan yang ilegal, karena berada diluar
kekuasaan pemerintah daerah. Contoh konkritnya adalah transaksi interest swaps yang
dilakukan pemerintah kota di inggris. Pemerintah kota Hammersmith dan Fulham telah
melakukan transaksi posisi interest swaps yang menimbulkan kerugian cukup besar.
Transaksi tersebut kemudian dibatalkan oleh pengadilan tinggi inggris yang
menyatakan bahwa pemerintha kota tidak mempunyai otoritas untuk melakukan
transaksi. Oleh karena itu, pemerintah kota tidak bertanggung jawab terhadap kerugian
akibat transaksi tersebut. akibatnya, pihak bank sebagai counterparty dalam transaksi
ini memderita kerugian sebesar 178 miliar dolar US.
Kewajiban muncul jika bisa dibuktikan adanya pihak yang neglect(ceroboh).
Exposure gugatan lebih komplek dibandingkan dengan exposure properti, karena
melibatkan banyak pihak (pihak yang menuntut, pihak yang dituntut, perusahaan
asuransi, dan pengadilan).
1. Hukum Perdata dan Hukum Pidana
Menurut jenisnya, hukukm terbagi menjadi dua jenis, yaitu hukum pidana
dan hukum perdata. Hukum pidana diperuntukan untuk tindakan salah
(pelanggaran hukum) terhadap masyarakat, misalnyal; pembunuhan,
perampokan, perkosaan, penganiayaan dan sebagainya. Pihak yang bersalah
akan dipenjara atau didenda. Hukum perdata diperuntukkan pada
pelanggaran atas hak individu atau organisasi, misalnya; pencemaran nama
baik, diagnosa dokter yang diaggap salah. Untuk kasus hukum perdata ini,
pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan tuntutan melalui perdata.
Pihak yang bersalah dalam perdata biasanya dihukum dengan membayar
denda atau dilarang melakukan perbuatan tertentu selama jangka waktu
tertentu. Dalam suatu kasus seseorang dapat tersangkut kedua-duanya
misalya; membunuh, maka dapat dituntut pidna karena pembunuhannya dam
perdata sebagai ganti rugi akibat kematian itu.
2. Common Law dan Civil Law
Di dunia ini ada uda sistem hukum utama. Yaitu civil law dam common
law. Civil law didasarkan pada sistem hukum yang dikodisikasikan serta
menetapkan peraturan atau perundang koprehensif yang dipakai dan
diinterpretasikan oleh hakim. Sistem tersebut ditandai dengan perundangan
yang ekstensif, misal dibuat undang-undang dengan banyak pasal untuk
mengatur hal-hal tertentu. Di indonesia ada UU Pasar Modal, UU Perseroan

Page 21 of 105
terbatas, dan lainnya. Sistem tersebut berasal dari kekaisaran Roma,
meskipun civil law modern didasarkan pada kodifikasi hukum eropa abad
19, khususnya pada masa pemerintahan Napoleon di Perancis. Civil law
merupakan sistem hukum yang paling banyak dipakai di dunia. Seseorang
melanggar hukum jika ia melanggar perundang-undangan yang telah
ditetapkan.
Alternatif civil law adalah common law yang berkembang berdasarkan
kebiasaan, adat atau custom yang berkembang sebelum adanya hukum
tertulis. Common law menggunakan putusan hakim atau kasus-kasus hukum
keputusan kasus yang akan diputuskan. Dalam sistem tertentu,pihak-pihak
yang berselisih akan mengajukan kasus, kemudian pengadilan akan
mendengarkan argumen dari pihak yang menuduh dan pihak tertuduh untuk
sampai pada keputusan hukum.
Terdapat implikasi ekonomi yang berbeda antara kedua sistem hukum
tersebut. civil law lebih menekankan stabilitas sosial, sedangkan common
law berfokus pada hak individu. Perbedaan tersebut membawa konsekuensi
yang berbeda terhadap perkembangan ekonomi nagara yang menganut
sistem hukum yang berbeda tersebut. Negara dengan sistem hukum common
law misalnya memberikan perlindungan terhadap investor lebih baik
dibandingkan dengan negara yang menganut sistem hukum civil law.
3. Pelanggaran Terhadap Kewajiban Hukum
Kewajiban hukum muncul sebagai akibat pelanggaran hukum. Dalam
bahasa hukum disebut pelanggaran hukum atau legak wrong atau torts.
Pelanggaran hukum dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut.
a. Pelanggaran hukum yang disengaja. Pelanggaran ini muncul jika ada
tindakan yang disengaja atau tidak melakukan tindakan tertentu yang
mengakibatkan kerugian pada properti, misalnya; penipuan,
penganiayaan, pelanggaran hak cipta, dan lain-lain.
b. Kewajiban absolut. Jika potensi kerugian terhadap individu atau
masyarakat sangat besar, maka seseorang dianggap melanggar hukum
meskipun aspek negligence tidak terbukti. Misalnya; memelihara
harimau, memproduksi petasan atau bahan peledak, kegiatan yang
dilakukan menimbulkan bencana seperti lumpur lapindo.

Page 22 of 105
c. Negligence. Negligence dapat diartikan sebagai kegagalan untuk
menjalankan perhatian sesuai dengan standar hukum yang berlaku. Apa
yang digariskan oleh hukum yang berlaku, dianggap sebagai dasar
peirlaku seseorang untuk dapat mencegah perbuatan jahat. Misalnya,
rem kendaran yang blong. Pemilik kendaraan dianggap salah karena
tidak merawatnya secara baik, sehingga mengakibatkan celakanya orang
lain. Kegagalan mengendalikan rem kendaraan agar berfungsi dengan
baik tersebut disebut dengan negligence.
4. Elemen Tindakan Negligence
Tindakan negligence yang dapat berakibatkan pada pelanggaran
hukum dan denda ganti rugi mempunyai empat elemen, yaitu sebagai
berikut.
a. Adanya kewajiban hukum untuk melaksanakan perhatian yang
memadai. Elemen pertama adalah adanya kewajiban legal untuk
menjaga orang lain dari hal-hal buruk. Misalnya, kewajiban berhenti
saat lampu traffic light menyala merah bagi semua pengendara
bermotor. Perusahaan mempunyai legal duty untuk membuat produk
yang aman bagi konsumen. Dokter mempunyai tugas legal terhadap
perawatan pasien. Jika tidak ada tugas legal, maka seseorang tidak
dapat dianggap bertanggung jawab, jika tidak memberikan
perawatan kepada pasien rumah sakit.
b. Gagal untuk melaksanakan kewajiban tersebut. elemen ini terpenuhi
jika seseorang tidak mematuhi standar tertentu yang diisyaratkan
oleh hukum, untuk melindungi lainnya dari kejadian buruk.
Tindakan tersebut akan dibandingkan dengan tindakan yang adkan
dilakukan oleh orang yang berhati-hati dan mematuhi peraturan yang
ada. Misalnya, naik kendaraan menerobos lampu merah yang dapat
mengancam keselamatan dirinya maupun orang lain. Kondisi
semacam ini disebut dengan tindakan positif. Kondisi sebaliknya
adalah negative act, yaitu tidak melakukan tindakan tertentu,
sehingga dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Misalnya, sudah tahu bahwa rem mobilnya blong, tetapi pemilik
mobil tidak melakukan tindakan perbaikan, atau rumahnya terbakar,
tetapi pemilik rumah tidak melakukan tindakan apa-apa.

Page 23 of 105
c. Kerusakan atau cedera pada penggugat. Korban harus dapat
menunjukkan cedera(fisik maupun non fisik) sebagai akibat
perbuatan orang yang digugat. Misalnya, seseornag melanggar lampu
kemudian menabrak seseorang hingga cedera atau mati. Jumlah
kerugian yang ditetapkan oleh pengadilan bergantung pada beberapa
faktor. Ada tiga jenis ganti rugi yang dapat diberikan, yaitu: (1)
gantirugikhusus dibayarkan untuk kerugian yang dapat ditentukan
dan didokumentasikan, seperti; biaya pengobatan atau rumah sakit,
kerusakan pada harta benda atau santunan; (2) ganti rugi umum,
dibayarkan untuk kerugian yang tidak dapat secara khusus diukur
atau dihitung. Misalnya biaya penderitaan, (3) ganti rugi hukuman
(punitive) dibayarkan untuk menghukum orang dan organisasi,
sehingga orang atau organisasi lain tidak akan berani melakukan hal
yang sama.
d. Terdapat hubungan sebab akibat antara perbuatan sembrono dengan
kerusakan. Perbuatan sembrono yang ditunjukkan dapat
menyebabkan kejadian tersebut, selain pebuatan sembrono itu.
Misalnya, seorang pengendara mobil melanggar lampu merah hingga
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Karena rem mobil tidak
berfungsi, maka ia harus bertanggung jawab atas perbuatanya itu.
Tetapi jika mobil tersebut baru diambil dari perbaikan suatu bengkel
dan ternyata bengkel tidak memperbaiki rem mobil tersebut dengan
baik, sehingga pada saat lampu merah mobil tidak dapat
dikendalikan dan mengkibatkan terjadinya kecelakaan, maka
peristiwa tersebut bukan akibat perbuatan sembrono dari pengendara,
tetapi akibat kelalaian bengkel. Dalam kondisi seperti ini, maka
bengkel dapat dituntut.
5. Pertahanan terhadap tuntutan kelalaian
Terdapat beberapa pertahanan legal terhadap tuntutan kelalaian,
yaitu sebagai berikut.
a. Cobtributory negligence. Di bawah common law yang ketat
seseorang yang mengelami kecelakaan sendiri, tidak dapat
menuntut pihak lain. Misalnya, seseorang pejalan kaki yang
menyebrang diperlintasan lampu pengatur lalu lintas. Dia

Page 24 of 105
menyebrang pada saat lampu hijau mulai menyala, sehingga
tertabrak oleh kendaraan. Dalam kondisi seperti ini,
penyebrang jalan tersebut tidak dapat menuntut kepada
pengendara kendaraan karena pejalan kaki tersebut lalai dan
harus ikut bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan
tersebut,
b. Comparative negligence. Pada aturan a tersebut berlaku ketat,
karena itu disusun aturan comparative negligence. Menurut
aturan tersebut, seseorang yang berkontribudi terhadap
kecelakaan masih dapat menggugat pihak yang
mencelakainya,sesuai dengan kontribusinya terhadap
kecelakaan tersebut. misalnya, kecelakaan yang
mengakibatkan kerugian Rp 10 juta, kemudian pengugat
berkontribusi sebesar 10% dari kecelakaan tersebut, maka ia
dapat memperoleh ganti rugi Rp 10 juta x 0,10 = Rp 1 Juta.
c. Last clear chance rule. Doktrin ini merupakan revisi dari
doktrin contributory negligence. Menurut doktrin ini, jika
tergugat punya kesempatan terakhir untuk menghindari
perbuatan tertentu perbuatanya. Misalnya, pengendara mobil
yang melanggar lampu merah menabrak penyebrang jalan
yang juga melanggar, pengendara mobil punya kesempatan
untuk membanting stir mobil agar terhindar dari kecelakaan,
namun jika dan tetap mengakibatkan kecelakaan agar
terhindar dari kecelakaan, namun jika dan tetap
mengakibatkan kecelakaan, maka pengendara mobil tersebutt
tetap bersalah.
d. Assumption of risk, Doktrin ini dapat digunakan untuk
mengalahkan klaim seseorang. Menurut doktrin ini,
seseorang yang tahu dan memahami risiko atau bahaya yang
inheren dari aktivitas tertentu, tidak dapat meminta ganti rugi
jika terjadi disopiri oleh pemabuk, kemudian mobil tersebut
menabrak, sehingga mengakibatkan seseorang tersebut
cidera. Dlam kondisi seperti ini orang tersebut tidak dapat
menuntut kepada sopir mobil.

Page 25 of 105
6. Inputed Negligence dan Res Ipsa Loquitur
Inputed Negligence. Pada kondisi tertentu, kelalaian dapat dialihkan ke
pihak lain. Misalnya, seseorang memperoleh kontrak membangun
sebuah gedung, kemudian orang tersebut mensubkontrakkan pekerjaan
pemasangan instalasi listrik kepada perusahaan lain. Jjika kemudian
terjadi kebakaran akibat konsleting kabel listrik tersebut, maka yang
bertanggung jawab adalah pihak kontraktor listrik.
Res Ipsa Loquitur, istilah tersebut berarti the things apeak itself.
Menurut doktrin tersebut, kenyataan bahwa kejadian tertentu muncul
cukup untuk pasien dan salah, seorang akuntan memebri opini yang
tidak benar mengenai kondisi keuangan perusahaan yang mengakibatkan
perusahaan bangkrut, sehingga menunjukkan adanya perbuatan lalai
dipihak tergugat. Agar dokrtin tersebut dapat diaplikasikan, harus
dipenuhi beberapa syarat sebagai beirkut.
o Kejadian tertentu tersebut tidak akan terjadi, jika tidak ada
kelalaian.
o Tergugat mempunyai pengetahuan yang baik, mengenai
penyebab kejadian dan penggugat tidak terbukti melakukan
kelalaian
o Tergugat mempunyia kendali khusus terhadap instrumentasi
yang menyebabkan kejadian tersebut.
o Pihak korban(penggugat) tidak memiliki kkontribusi terhadap
kecelakaan tersebut.
7. Exposure Terhadap Gugatan Hukum
Wilayah-wilayah gugatan hhukum mencakup: (1) Kontrak
karyawan-atasan; (2) pemilik properti dengan orang lain (tenant); (3)
produk: (4) profesional; (5) lainya.
a. Kontrak karyawan-atasan
Perusahaan dianggap lalai, jika terjadi kecelakaan kerja terhadap
karyawan, karena perusahaan mempunyai kewajiban sebagai berikut.
o Menjaga dan memelihara keselamatan pekerja
o Mengingatkan bahaya yang mungkin dapat tejadi
o Memperkerjakan karyawan yang memiliki kompetensi untuk
menjalankan tugasnya.

Page 26 of 105
o Menyediakan alat-alat keamanan yang memadai.
o Menyiapkan dan menegakan aturan tentang prosedur kerja
yang aman.
b. Pemilik properti dengan orang lain
Untuk properti riil, pemilik mampunyai kewajiban memberikan
perhatian kepada pihak-pihak yang masuk ke properti mereka.
Pihak-pihak tersbeut dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kategori, yaitu sebagai berikut.
1) Pihak yang diundang.individu yang diundang ke lokasi
properti untuk tujuan mereka dan tujuan pemilik.
Misalnya, toko ritel invitee adalah pembeli atau calon
pembeli yang masuk ke toko tersebut. kewajiban pemilik
tidak cukup hanya memperingatkan, tetapi juga harus
melakukan langkah-langkah positif untuk menjaga yang
diundang dari bahaya yang mungkin dapat terjadi.
2) Licensees. Individu yang datang ke lokasi untuk tujuan
tertentu yang legitimasi atas izin dari pemilik poperti.
Misalnya, karyawan yang mengantar barang dagangan.
Pemilik properti mempunyai kewajiban untuk
mengingatkan akan bahaya yang dapat terjadi dan
menahan diri dari tindakan yang secara sengaja dapat
mencelakai.
3) Trespassers. Individu yanng bukan invitee dan bukan
licensees yang masuk ke lokasi properti, misalnya
pencuri. Pemilik properti tidak mempunyai kewajiban
apapun terhadap pencurian.
Sebagai ilustrasi, lantai suatu toko sedang diberishkan
sehingga kondisinya menjadi licin. Pihak toko sudah
memasang rambu bahwa lokasi itu licin. Apabila ada
pembeli yang terpeleset dan cidera, maka toko tetap
bertanggung jawab. Seandainya yang terpelset adalah
anak kecil sekalipun, maka toko tetap bertanggung jawab,
karena anak kecil tersebut belum mampu memahami
tanda yang dipasang. Jadi, dalam hal ini toko harus

Page 27 of 105
bertindak aktf, misalnya menutup lokasiyang sedang
dibersihkan agar tidak dilewati pembeli untuk sementara
waktu.
c. Produk
Produsen, pedagang besar maupun ritel dapat dianggap sebagai
pihak bertanggung jawab atas kerugian yang berkaitan dengan
produk yang mereka jual jika mereka lalai dalam pekerjaanya.
Kelalaian tersebut dapat didasarkan pada tiga hal, yaitu: pelanggaran
garansi ( breach warranty), strict tort, dan neglegence. Untuk kasus
breach of warranty, penjual dapat memberikan garansi secara
eksplisit maupun implisit. Pelanggaran tehadap garansi secara
eksplisit(tertulis), dapat memunculkan tanggung jawab perusahaan,
tetapi pelanggaran garansi secara implisit dapat juga mendorong
perusahaan untuk bertanggung jawab atas kecelakaan yang
melibatkan produk perusahaan. Garansi implisit antara lain
mencakup: (1) penjual menjamin bahwa barang sesuai dengan tujuan
yang diinginkan, (2) penjual menjamin bahwa jika produk dijual
melalui deskripsi, bukan inspeksi nyata, maka produk tersebut dapat
dijual di tangan pembeli.
Pelanggaran terhadap garansi implisit dapat mengakibatkan
tanggung jawab dipikul oleh pihak penjual. Misal jika seseorang
membeli minuman, setelah diminum orang tersebut keracunan
bahkan menyebabkan kematian, maka pihak penjual dapat dituntut.
Melalui stict tort, penjual barang yang rusak akan bertanggung
jawab terhadap cidera yang dialami oleh pembeli, konsumen dan
bahkan orang yang kebetulan leway didekatnya. Penggugat harus
dapat menunjukkan bahwa produk tersebut rusak dan mengakibatkan
cideranya orang lain. Penjual tidak dapat memkai argumen lain
untuk mempertahankan diri. Jika penjual atau produsen lalai dalam
mempersiapkan, memproduksi atau menjual barang tertentu atau
gagal memberi peringatan yang cukup, maka ia dianggap sebagai
pihak yang bertanggung jawab terhadap kecelakaan yang terjadi.
d. Profesional

Page 28 of 105
Profesional, seperti dokter, akuntan terjadi, dan pengacara, dapat
menjadi pihak bertanggung jawab jika kecelakaan atau kerugian yang
melibatkan mereka. Standar profesionalisme biasanya diinteprestasikan
sebagai keterampilan, pengetahuan dan pertimbangan yang dimiliki
seseorang untuk melaksanakan pekerjaan tertentu dan harus
melakukanya sesuai dengan standar profesional yang diakui.

e. Lainnya

Disamping wilayah gugatan seperti yang telah disebutkan, masih


ada wilayah gugatan lainnya, misalnya, hubungan pekerjaan antara
majikan dengan pembantu dapat mengakibatkan gugatan, jika majikan
lalai dalam kewajibannya. Pemilik mobil yang meminjamkan mobilnya
kepada seseorang yang belum mampu mengendarai mobil, jika
menabrak orang maka pemilik mobil yang bertanggung jawab.

C. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah risiko yang berkaitan dengan kemungkinan kegagalan
debitur untuk melunasi utangnya, baik pokok maupun bunganya pada waktu yang telah
ditentukan. Risiko kredit pada umumnya dihadapi oleh industri jasa perbankan,
walaupun perseorangan atau lembaga-lembaga keuangan yang bukan bank tidak
tertutup kemungkinan untuk terkena risiko ini.
Risiko kredit dapat timbul karena beberapa hal, antara lain:
a. Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank
atatu obligasi yang dibeli oleh bank tidak dibayar.
b. Tidak dipenuhinya kewajiban, dimana bank yang terlibat
didalamnya dapat melalui pihak lain, misalnya kegagalan
memenuhi kewajiban pada kontrak derivatif
c. Penyelesaian denngan nilai tukar, suku bungan dan produk
derivatif
Kerugian risiko kredit dapat timbul sebelum terjadinya
default, sehingga risiko kredit itu didefinisikan sebagai
potensi kerugian nilai market to market yang mungkin timbul
karena pemberian kredit oleh bank.

Page 29 of 105
Risiko kekuasaan merupakan risiko kredit yang muncul
ketika suatu negara melakukan pengawasan terhadap devisa,
sehingga menyebabkan pihak lain tidak mungkin lagi
melunasi utangnya. Sowerign risk, merupakan riisko
negara(country risk), sedangkan default merupakan risiko
perusahaan.
1. Penilaian Kualitatif
Masyarakat mengenal kerangkan 3 R dan 5 C dalam
menganalisis kredit perbankan. Tujuan adalah melakukan
analisis kemampuan untuk melunasi kewajiban dari calon
nasabahnya. Kerangka tersebut juga dapat digunakan
untuk menganalisis risiko kredit yang dihadapi oleh
perusahaan. Kerangka 3 R yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a) Returns, yaitu hasil akan dicapai dari penggunaan
kredit tersebut. apakah pinjaman tersebut dapat
menghasilkan return (pendapatan) yang memadai.
Artinya, si peminjam dengan menggunakan pinjaman
itu sebagai modal usaha dapat memetik keuntungan
dari penggunaan pinjaman itu dan si peminjam dapat
mengembalikan pokok pinjaman dan bungannya
secara lancar.
b) Repayment capacity, yaitu kemampuan peminjam
mengembalikan pinjaman dan bungannya pada
tanggal jatuh tempo.
c) Risk-bearung capacity, yaitu kemampuan peminjam
menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian
berkaitan dengan penggunaan kredit tersebut. jaminan
merupakan suatu hal yang perlu mendapatkan
pertimbangan dalam kaitannya dengan risk-bearing
capacity ini.
Sedangkan yang dimaksud dengan 5 C adalah sebagai
berikut.

Page 30 of 105
a) Character, yaitu kemampuan peminjam untuk
memenuhi kewajibannya. Hal ini sangat terkait
dengan karakter peminjam. Peminjam yang
mampu mengembalikan pinjamannya tetapi ia
memiliki karakter yang tidak baik, memiliki
kemungkinan tidak mengembalikan pinjamannya
pada tanggal yang telah ditentukan. Kondisi ini
dapat mengancam kreditur.
b) Capacity, yaitu kemampuan peminjam untuk
melunasi utangnya. Bagi nasabah yang sudah
menjadi langganan, kemampuan ini dapat dibaca
melalui sejarahnya sebagai peminjam, namun bagi
nasabah baru tentu pihak yang memberi pinjaman
belum punya data.
c) Capital, yaitu posisi finansial peminjam secara
keseluruhan. Kondisi ini dapat dilihat dari analisis
keuangan, seperti analisis rasio.
d) Collateral, yaitu aset yang dijaminkan. Jika akibat
sesuatu hal peminjam tidak dapat mengembalikan
pinjaman, maka jaminan aset itulah yang akan
digunakan untuk menutup utang tersebut.
e) Condition, yaitu kondisi perekonomian. Kondisi
perekonomian dapat berpengaruh pada usaha si
peminjam. Kondisi perekonomian yang perlu
diwaspadai adalah kondisi perekonomian yang
memburuk sehingga dapat mengancam kelanjutan
usaha si peminjam dan berdampak pula pada
menurunnya pendapatan, dan menyebabkan
kemampuan mengembalikan pinjaman juga ikut
menurun.
2. Penilaian Kuantitatif

Page 31 of 105
Selain penilaian kualitatif untuk menganalisis risiko
kredit dapat pula dilakukan analisis kuantitatif, dengan cara
sebagai beikut.

Perusahaan bahkan negara yang akan menerbitkan


obligasi atau Commercial paper, biasanya akan di-rating oleh
perusahaan pe-rating. Rating tersebut menunjukkan tingkat
risiko sebuah perusahaan. Melalui rating tersebut, calon
pembeli obligasi diharapkan memperoleh gambaran
mengenai risiko perusahaan yang akan menerbitkan surat
utang tersebut. rating biasanya hanya dilakukan untuk
perusahaan yang akan menjual surat utang dan bukan
perusahaan yang akan menjual saham, karena pemegang
saham adalah pemilik yang diasumsikan sudah melakukan
analisis terhadap perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. perusahan re-rating di Indonesia adalah PT. Pefindo,
di Amerika Serikat adalah Standar and Poor’s (S&P) dan
Moodys.

Perusahaan dengan rating AAA mempunyai risiko


kredit yang paling rendah, sedangkan perusahaan dengan
rating C mempunyai risiko kredit yang sangat tinggi. Dengan
rating tersebut, dapat diperleh gambaran tingkat risiko kredit.
Bagaimana akurasi prediksi risiko kredit yanng dilakukan
oleh lembaga pe-rating.

3. Model Skoring Kredit


Model skoring kredit ini pada dasarnya bertujuan untuk
melihat potensi kegagalan bayar berdasarkan skor tertentu
yang dihasilkan dengan menggunakan model tertentu.
Adapun model-model skoring tersebut adalah sebagai
berikut.
a) Model Deskriminan
Analisis deskriminan bertujuan untuk melihat,
apakah suatu perusahaan sebaiknya termasuk ke dalam

Page 32 of 105
kategori tertentu? Misalnya, ada dua kategori perusahaan
yang mengalami kegagalan bayar dan yang tidak
mengalami kegagalan bayar. Kemudian dikumpulkan
informasi-informasi tentang laporan keuangan seperti
rasio lancar, rasio profitanilitas yang akan digunakan
untuk memprediksi, apakah suatu perusahaan layak
dimasukkan ke dalam kategori gagal bayar atau tidak?
Hal yang perlu dilakukan adalah mengestimasi persamaan
deskriminan dengan menggunakan variabel tidak bebas
yang bersifat kategori (yaitu gagal bayar dan tidak gagal
bayar) dan rasio-rasio keuangan sebagai variabel bebas.
Model tersbut hanya berlaku untuk perusahaan publik,
karena memasukkan harga pasar saham. Untuk dapat
digunakan oleh perusahaan non-publik, maka atman
memperluas model tersebut.

b) Model Probabilitas Linear


Dua kategori gagal bayar dan tidak gagal bayar
saja tidak cukup. Orang menginginkan angka yang lebih
riil dari pada gagal bayar tersebut. model probabilitas
dapat digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan
tersebut dengan jalan sebagai berikut.
1) Mengestimasi persamaan model probabilitas.
2) Mengumpulkan data perusahaan yang gagal
bayar dan yang tidak gagal bayar.
3) Gagal bayar menjadi variabel tidak bebas.
4) Gagal bayar diberi kode 0 dan yang tidak
gagal bayar diberi kode 1.
5) Rasio-rasio keuangan sebagai variabel bebas.
D. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah kerugian yang diderita bank, antara lain dicerminkan dari
posisi on dan off balance bank akibat terjadinya marker price atas aset bank, interest
rate dan foreign exchanges rate, market valatility dan market liquidity.

Page 33 of 105
Risiko ini muncul akibat karena harga pasar bergerak ke arah yang merugikan.
Risiko ini merupakan risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga,
perubahan nilai tukar serta hal lain yang mempengaruhi harga pasar saham, ekuitas
maupun komoditas. Bank terkena dampak faktor pembentuk harga di pasar modal
seperti suku bunga karena melakukan hal sebagai berikut,
a. Traded market risk ( jika bank cukup aktif dalam pedagangan instrumen
pasar seperti obligasi yang nilainya sangat terkait dengan market rate).
b. Risiko suku bunga dalam pembukaan bank ( bank terkena dampak dari pasar
modal akibat struktur bisnisnya, seperti pemberian pinjaman dan penerimaan
tabungan).
Dua jenis market risk adalah:
 Specific market risk, adalah risiko terjadinya pengaruh buruk bagi
bank sebagai akibat dari perubahan harga atas suatu sekuritas
tertentu. Perubahan harga itu secara spesifik dipengaruhi oleh faktor-
faktor tertentu atau oleh peristiwa yang menimpa issuer-nya sendiri.
Misalnya, jatuhnya nilai jual suatu sekuiritas (obligasi tertentu ) yang
merupakan imbas dari merosotnya nilai rating yang diberikan oleh
lembaga rating terhadap issuer (penerbit bond) itu sendiri, walaupun
peristiwa ini tidak berpengaruh atas nilai jual bond yang diterbitkan
oleh issuer lainnya dan tidak pula berpenngaruh terhadap nilai jual
dari sekuiritas bond pada umunya.
 General market risk, adalah risiko terjadinya pengaruh buruk bagi
bank, sebagai akibat dari perubahan harga suatu instrumen moneter
tertentu, sehingga secara umum berpengaruh terhadap harag pasar
sejumlah instrumen sekuritas. Sebagai contoh, naik turunnya tingkat
suku bunga bank resmi atau official (BI rate atau SBI) tentu akan
berpengaruh pada tingkat suku bunga perbankan lainnya.

E. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas terbagi menjadi dua macam, yaitu risiko likuiditas aset (aset
liquidity risk) dan risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).

Page 34 of 105
Risiko likuiditas aset atau sering disebut dengan market/product liquidity risk,
timbul ketika suatu trasnsaksi tidak dapat dilaksanakan pada harga pasar. Yang terjadi
akibat besarnya nilai transaksi relatif terhadap besarnya pasar. Sedangkan risiko
likuiditas pendanaan yang juga sering disebut cash-flow risk, yaitu risiko
ketidakmampuan memenuhi kewajiban jatuh tempo sehingga mengakibatkan likuidasi
F. Risiko Operasinal

Proses penggunaan teknologi yang berdampak pada operasional bank


merupakan risiko yang timbul akibat tindakan manusia. Oleh karena itu, kecurangan,
ketidakjujuran, kegagalan manajemen, sistem pengendalian yang tidak memadai,
prosedur operasional yang tidak tepat, termasuk dalam risiko operasional.

Risiko operasional juga dapat menyebabkan terjadinya risiko pasar dan risiko
kredit. Misalnya, adanya masalah operasional pada transaksi bisnis seperti, kegagalan
settlement akan menciptkan risiko pasar dan risiko kredit, karena kerugian dari masalah
operasional ini besarnya tergantung dari pergerakan harga pasar. Contoh,bentik risiko
perasional yang dilakukan oleh seseorang karyawan USB warburg bank Swiss,
melakukan kesalahan dalam perdagangan saham di Tokyo. Trander tersebut
memasukkan order menjual saham Dentsu sebanyak 610.000 lembar dengan harga 16
yen per lembar, meskipun sistem komputer sudah menanyakan ulang order tersebut.
transaksi tersebut seharusnya menjual 16 lembar saham Dentsu dengan harga 610.000
yen. Pada perkara ini, dia menjual terlalu murah. Akibatnya, USB Warburg mengalami
kerugian sebesar 50 juta dolar Amerika Serikat.

Contoh lainnya yang menarik untuk dipelajari adalah kegagalan Baring Bank
dalam mengelola risiko operasional. Kesalahan Baring Bank adalah terlalu percaya
kepada salah seoang trader yaitu Nick Lesson. Sebagai sorang trader, ia mengerjakan
dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi front office ( sebagai trader) dan fungsi back office (
melakukan transaksi atas transaksinya). Ketika ia memperoleh keuntungan, ia akan
mencatatkan keuntungan tersebut, tetapi ketika menderita kerugian ia tidak akan
mencatat kerugian. Akibatnya, kerugian dari trading-nya tidak terkontrol oleh bank
sehingga mengakibatkan kerugian sebesar 1,3 milyar dolar. Dengan kerugian sebesar
itu, praktis modal bank Baring terkuras habis untuk menutup kerugian tersebut. karena
ia melakukan perdagangan atas nama bank maka bank yang bertanggung jawab.
Memang pada tahun tertentu, dia dapat menyumbang keuntungan dari perdagangannya

Page 35 of 105
itu, mencapai 25% dari total keuntungan Bank Baring, sehingga pada saat itu ia
dianggap sebagai pahlawan, namun lupa akan risiko yang dapat diderita akibat kegiatan
itu.

Contoh tersebut menggambarkan perusahaan yang mengalami kerugian besar.


Karena gagal mengantisipasi dan mengelola risiko operasional.

G. Risiko Reputasi

Risiko ini muncul akibat opini negatid publik terhadap operasional bank,
sehingga dapat mengakibatkan menurunnya jumlah nasabah bank tersebut atau
menimbulkan biaya besar karena gugatan pengadilan atau merosotnya pendapatan
bank. Persepsi publik tentang pasar merupakan penyebab yang cukup signifikan dalam
risiko reputasi. Risiko reputasi bank semakin meningkan dalam hal keamanan maupun
dalam hal pelayanan dewasa ini, karena pasar finansial global beroperasi 24 jam.
Kegagalan bank interasional dapat kapan saja di belahan bumi mana saja dan dapat
dimonitor seketika itu juga. Risiko reputasi ini juga berdampak pada bank-bank lain.

Contoh kasus pada westminister bank, sebuah bank yang cukup besar di Inggris
menggungkapkan adanya black hole pada portofolio opsi yang nilainya setara 50 juta
pondsterling. Beberapa hari kemudian, terungkap rgi senyatanya menjadi 90 juta
pondsterling. Kerugian itu diakibatkan oleh kesalahan penentuan harga sejak tahun
1994. Kesalahan tersebut dianggap sekedar kelalaian dan bukan kecurangan.

Sebuah artike; di Eurominey pada mei 1997 melansir bahwa, seorang pelaku
pasar diperbolehkan menentukan harga pasar sendiri di dalam sistem NatWest, serta
menyebutkan juga sistem manajemen interest rate risk yang dibuat oleh bank tertentu,
sehingga tidak dapat menilai posisi perdaganngan secara benar.

Publikasi tersebut menjadi berita yang sangat buruk bagi NatWest karena
membeberkan ketidakmampuan bank tersebuut untuk engelola kegiatan
perdagangannya.

H. Risiko Strategik
Risiko ini muncul akibat penerapan strategi yang tida tepat, pengambilan
keputusan bisnis yang keliru atau bank kurang responsif terhadap perubahan ekternal,
sehingga bank mengalami kerugian.

Page 36 of 105
Tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an, banyak bank-bank di Jepang dan Eropa
memberikan pinjaman yang cukup besar kepada negara-negara berkembang. Tahun
1982, negara-negara kurang berkembang tersebut mempunyai utang lebih dari $ 500
billion kepada bank asing, pemerintah dan lembaga-lembaga keuangan internasional.
Tingginya harga minyak selama tahun 1970-an, menyebabkan negara-negara anggota
OPEC mendapatkan keuntungan cukup besar, dana-dana ini kemudian didepositokan
pada bank internasional dan oleh bank internasional dana-dana ini dipinjamkan kepada
negara-negara kurang berkembang yang mampu menghasilkan return lebih besar,
dibandingkan jika diinvestasikan di pasar domestik. Oleh negara-negara yang kurang
berkembang tersebut, pinjaman tersebut diinvestasikan pada sektor yang tidak
produktif.
Akibatnya adalah terjadinya krisis ekonomi yang mendorong terjadinya
restrukturisasi utang dengan memberikan utang baru. Restrukturisasi utang ini ternyata
gagal dan bank-bank internasional mengalami kerugian sangat besar atas penerapan
strategi yang tidak tepat.
I. Risiko Kepatuhan

Risiko ini terjadi, karena bank tidak mau mematuhi atau tidak mau
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Dalam
praktiknya, risiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait pada peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Misalnya, risiko kredit terkait
dengan ketentuan kewajiban pemenuhan modal minimum (KPMM), kualitas aktiva
produktif, pembentukan penyisihan aktiva produktif (PPAP), batas maksimum
pemberian kredit (BMPK), risiko pasar terkait dengan ketentuan posisi devisa netto
(PDN), risiko strategik terkait dengan ketentuan rencana kerja anggaran tahunan
(RKAT) bank.

Page 37 of 105
BAB III

Konsep Risiko

Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta


mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh
efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu dipahami tentang
konsep-konsep yang dapat memberikan makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami
proses manajemen riisko itu.

Setiap lapangan ilmu mempunyai terminologi sendiri. Istilah yang mempunyai arti
sederhana dalam penggunaan sehari-hari, acap kali berbeda bahkan bisa merupakan pengertian
yang rumit bila dipergunakan dalam bidang pengetahuan tertentu.

Dalam bab ini kita akan membahas sejumlah pengertian dasar yang dipergunakan
dalam mempelajari manajemen risiko.

Pengertian Tentang Risiko

Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai
dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Apabila seseorang menyatakan bahwa
ada risiko yang harus ditanggung jika mengerjakan pekerjaan tertentu, misalnya: “ Bersepedah
motor di atas jalan yang sangat ramai besar risikonya” orang ecara intuitiif mengerti
maksudnya. Tetapi pengertian yang dipahami secara intuitif ini, hanya memuaskan jika dipakai
dalam percakapan sehari-hari. Untuk mempelajari manajemen risiko kita memerlukan definisi
lengkap. Pakar ekonomi, statistik dan teoritis pengambilan keputusan telah mendiskusikan
panjang lebar mengenai pengertian “risiko” dan “ketidakpastian”, untuk mencoba membuat
definisi “risiko” yang diharapkan cocok untuk analisis dalam masing-masing lapangan
penyelidikan. Sampai sekarang mereka belum sepakat untuk menganut satu definisi saja
(tunggal), yang bisa dipergunakan dalam masing-masing bidang dengan fasilitas yang sama.
Kenyatan bahwa masing-masing golongan menekuni bidang yang berbeda karena itu mereka
memerlukan penggunaan konsep yang berbeda pula, walaupun masing-masingnya sama-sama
menuju maksud yang sama.

Manajemen risiko merupakan pengetahuan yang badan teorinya masih muda. Itulah
sebabnya kita menenukan banyak kontradiksi dalam pengertian tentang konsep risiko.

Page 38 of 105
Kontradiksi ini disatu pihak disebabkan oleh kaum teoritis dalam manajemen risiko mencoba
meminjam definisi “risiko” yang dipergunakan di bidang lain. Yang mengherankan pula,
penulis-penulis buku teks manajemen risiko dan asuransi belum sanggup mencapai persetujuan
tentang risiko.

Memahami konsep risiko secara luas, akan merupakan dasar yang efensial untuk
memahami konsep dan teknik manajemen risiko. Oleh karena itu dengan mempelajari berbagai
definisi yang ditemukan dalam berbagai literatur diharapkan pemahaman tentang konsep risiko
semakin jelas.

Beberapa definisi akan dijelaskan dibawah ini beserta penjelasannya. Perlu


diperingatkan bahwa subyek risiko begitu kompleks terdapat dalam berbagai bidang yang
berbeda, sehingga tak mengherankan jika terdapat berbagai pengertian yang berbeda pula.
Karena itu sebelum kita dapat menangani sesuatu risiko maka terlebih dahulu kita harus
mengetahui dengan tepat apa yang dimaksud dengan risiko dalam kasus yang ditangani itu.
Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagaimana dapat kita lihat berikut
ini.

1. Risk is the chance of loss( risiko adalah kans kerugian).


Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di
mana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatukemungkinan kerugian.
Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka “chance”
sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi
tertentu. Misalnya kalau kita melemparkan uang logam Rp. 100.- maka probabilitas
munculnya gambar adat di bagian atas setelah uang itu tiba dilantai adalah 0.5.
Penulis yang menolak definisi risiko sebagai “chance of loss” memberikan
alasan, bahwa pembedaan antara risiko dan “chance of loss” harus dilakukan. Mereka
menegaskan bahwa jika risiko dan “chance of loss” itu sama artinya. Karena itu bila
“chance of loss” adalah 100% maka kerugian itu adalah pasti dan karena kerugian pasti
terjadi, maka risiko tidak ada.
Walaupun demikian banyak penulis yang menerima definisi bahwa “risk is the
chance of loss”, jika “chance of loss” artikan sebagai kemungkinan akan terjadinya
kerugian.
2. Risk is the possibility of loss ( risiko adalah kemungkinan kerugian)

Page 39 of 105
Istilah “posibility” berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di anatara
nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang
dipakai sehari-hari. Akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam
analisis secara kuantitatif.
3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian)
Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian
yaitu adanya risiko, karena adanya ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang
mengatakan bahwa risikok itu sama artinya dengan ketidakpastian. Tetapi istilah
“uncertainty” itu sendiri mempunyai berbagagi arti, dan selalu tidak segera bisa
ditangkap arti mana yang dimaksudkan. Untuk ringkasanya dapat dikatakan, bahwa
uncertainty ada yang bersifat subyektif dan yang bersifat obyektif.
Subjective Uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko.
Hal ini didasarkan atas pengetahuan dan sikap orang yang memandang situasi itu.
Ketidakpastian itu merupakan ilusi yang diciptakan oleh orang karena
ketidaksempurnaan pengetahuannya dibidang itu. Misalnya di laporkan oleh dinas
pengamat cuaca, bahwa esok “ mungkin akan” hujan. Tidak ada kepastian dalam alam.
Semua sudah diatur berdasarkan hukum alam. Hujan pasti atau tidak pasti akan datang.
Pengetahuan peramal cuacalah yang tidak sempurna untuk dapat memastikannya. Jadi
ketidakpastian seperti ini bersifat subyektif dan inilah yang menimbulkan risiko dalam
pengambilan keputusan.

Risiko merupakan penyebar hasil aktual dari hasil yang diharapkan ( risk is the
dispersional of actual from expected results)

Ahli statistik sudah sejak lama mendefinisikan risiko sebagai derajat


penyimpangan sesuatu nilai di sekitar suatu posisi sentral atau disekitar titik rata-rata.
Karena operasi mekanisme asuransi didasarkan atas teori probabilitas, tidak
mengherankan bahwa pengarang bidang asuransi telah banyak mengutip definisi
statistik tersebut.
Definisi risiko sebagai penyimpang hasil aktual dari hasil yang diharapkan,
sesungguhnya merupakan versi lain dari definisi “risk is uncertainty”, dimana
penyimpangan relatif merupakan suatu pernyataan uncertainty secara statistik.
Variasi lain dari konsep risiko sebagai suatu penyimpangan yaitu
risikomerupakan probabilitas obyektif bahwa outcome yang aktual dari suatu kejadian

Page 40 of 105
akan berbeda dari outcome yang diharapkan. Probabilita obyektif dimaksudkan sebagai
frekuensi relatif yang didasarkan atas perhitungan ilmiah. Kunci dalam definisi ini ialah
bahwa risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari
beberapa outcome yang berbeda dari yang dharapkan. Sebagai contoh dari statistik
kematian ketahui bahwa tingkat kematian pada usia 21 tahun adalah 1,83% per 1.000.
dengan rendahnya probabilita kematian pada usia 21, maka pada usia 21 tahun tidak
diharapkan kematian, sedangkan dalam hal ini risiko kematian berarti bahwa hasiil
aktual akan berbeda dari yang diharapkan.

Kesimpulan

Setelah kita mempelajari definisi-definisi di atas, kita sekarang mengetahui


bahwa istilah risiko dapat didefinisikan dalam berbagai cara dan masing-masing
definisi itu mengandung kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Jadi masing-
masing definisi itu dapat saling satu sama lain. Oleh karena itu kita disini tidak akan
membentuk definisi baru, tetapi cukup kiranya kita memahaminya melalui pengertian
yang terkandung didalamnya.

Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian)


yang tak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah
menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang
menyebabkan tumbuhnya risiko. Dan jika kita kaji lebih lanjut “ kondisi yang tidak
pasti” itu timbul karena berbagai sebab, antara lain:

 Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampau kegiatan itu


berakhir. Makin panjang jarak waktu besar ketidakpastiannya.
 Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
 Keterbatasan pengetahuan/ keterampilan/teknik mengambil keputusan.
 Dan sebagainya.

Definis –definisi risiko dalam berbagai versinya perlu dikemukakan agar anda
dapat memahami konsep risiko secara luas, sehingga diharapkan anda tidak akan
menemukan kesukaran membaca literatur-literatur manajemen risiko selanjutnya.

Page 41 of 105
Konsep-konsep lain yang berkaitan dengan risiko

Pada umumnya orang sering mempersamakan pengertian risiko, hazard, dan


Peril. Memang ketiga istilah tersebut erat sekali kaitannya satu dengan yang lain. Akan
tetapi ketiganya berbeda, oleh karena itu untuk maksud-maksud kajian istilah-istilah
tersebut harus dibedakan dengan tegas. Peril adalah suatu peristiwa yang dapat
menimbulkan suatu kerugian. Sedangkan Hazard adalah keadaan dan kondisi yang
dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril. Akibatnya terjadinya suatu
peril ini kan menimbulkan satu kerugian atau kerusakan pada diri sesorang atau harta
miliknua. Kedua istilah tersbeut peril dan hazard lebih erat hubungannya kepada
kemungkinan dari pada risiko.

Peril (bencana, musibah)

Peril dapat didefinisikan sebagai penyebab langsung kerugian. Oranng –orang


dapat terkena kerugian atau kerusakan karena berbagai peril atau bencana. Bencana
yang umum adalah kebakaran, topan, ledakan, tubrukan, mati muda, penyakit,
kecerobohan, dan ketidakjujuran. Bencana-bencana yang dapat menimpa harta dan
penghasilan haruslah dipelajari oleh pengelola risiko sehingga perlindungan yang tepat
dapat diatur untuk menngendalikannya.

Hazard (bahaya)

Akan tetapi, kita melihat di belakang bencana atau peril ini, untuk menemukan
penyebab yang sesungguhnya. Misalnya, kebakaran yang berkobar disebuah bengkel
adalah peril, tetapi mungkin sebelumnya disana terdapat setumpuk kain-kain buruk
berlumuran minyak tanah yang berserakan disekitar bengkel itu sebagai penyebab
kebakaran tersebut dan dengan demikian adalah penyebab sesungguhnya.

Hazard atau bahaya dapat didefinisikan sebagai keadaan yang menimbulkan


atau meningkatkan terjadinya chance of loss dari suatu bencana tertentu. Jadi, hal-hal
seperti kecerobohan pemeliharaan rumah tangga yang buruk, jalan raya jelek, mesin
yang tidak terpelihara, dan pekerjaan yang berbahaya adalah hazard, karena ini adalah
keadaan yang meningkatkan chance of loss (kemungkinan kerugian). Dalam situasi
yang demikian itu tidak terkandung pengertian bahwa risikonya lebih tinggi karena
keadaan alam yang membahayakan atau risikonya lebih rendah karena keadaan alam
yang sebaliknya, sebab kita sudah sepakat untuk mendefinisikan bahwa riisko adlaah

Page 42 of 105
ketidakpastian yang merupakan dasar dari kemungkinan terhadap apa yang akan terjadi
dalam kenyataan nanti.

Beranjak dari uraian tersebut di atas maka mungkin jika perusahaan membuat
suatu peramalan bahwa pada jalan-jalan yang licin, perairan yang penuh ranjau dan
gunung-gunung yang bersaljhu kemungkinan terjadinya suatu peril bagi penduduk akan
lebih tinggi dari pada kondisi yang sebaliknya dari apa yang disebutkan dimuka.
Estimasi dari jumlah kemungkinan kerugian yang dilakukan oleh perusahaan pada
kenyataan sering mendekati kebenaranya. Unsur risikonya sendiri tidak berbeda baik
pada jalan-jalan yang licin maupun yang tidak, meskipun diramalkan bahwa
kemungkinan terjadinya tabrakan akan lebih banyak pada kondisi jalan yang licin.

Tipe-tipe Hazard

Sebagaimana di atas telah disebutkan bahwa Hazard adalah suatu keadaan yang
dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril. Penngertian tersebut dapat
diperluas meliputi berbagai keadaan yang dapat menimbulkan suatu kerugian. Hazard
dapat kita klasifikasikan dalam 4 bentuk yaitu:

1. Physical hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik


secara fisik dari suatu obyek yang dapat memperbesar kemungkinan terjadi
suatu peril ataupun memperbesar terjadinya suatu kerugian.
Berikut ini beberapa contoh yang berkenaan denngan Physical hazard.

Pada musim kemarau yang panjang hutan-hutan mengalami kekeringan.


Pohon-pohon banyak yang gersang karena daun-daunnya berguguran. Bila
angin bertiup kencang pokok pohon-pohon itu sering bergesekan dan
menimbulkan suatu panas yang mudah sekali menimbulkan pecikan api.
Kondisi yang demikian daoat memperbesar kemungkinan terjadinya bahaya
kebakaran. Hutan yang terbakar itu disebabkan oleh kondisi fisik dari hutan
yang bersangkutan yaitu mengalami kekeringan karena musim kemarau
yang berkepanjanngan.
Pada suatu daerah dimana banyak gempa bumi terjadi merupakan suatu
kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu kerugian
terhadap bangunan-bangunan rumah. Kemungkinan bangunan itu hancur
atau rusak akibat goncangan gempa bumi yang hebat merupakan salah satu

Page 43 of 105
kondisi fisik dari struktur tanah tersebut. kondisi fisik tanah yang kurang
menguntungkan itu merupakan physical hazard bagi bangunan-bangunan
yang ada di atas tanah tersebut. hal ini merupakan hazard terhadap gempa
bumi.
Gumpalan atau gunung es yang terapung di lautan merupakan suatu
keadaan yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan
terhadap kapal-kapal yang sedang berlayar dikawasan tersebut. lautan yang
penuh dengan gumpalan es itu merupakan kondisi fisik yang kkurang
disukai oleh kapal-kapal tersebut, sebab bila kapal itu menabrak gumpalan
es yang terapung akan menimbulkan suatu kerugian. Gunung atau gumpalan
es itu merupakan hazard terhadap kapal-kapal yang sedang berlayar.
Hazard seperti yang diuraikan tersebut diatas mungkin ada yang dpaat
diawasi manusia, mungkin juga tidak. Banyak physical hazard terhadap
kebakaran hutan misalnya, dapat diawasi dengan cara mendirikan pos-pos
pengaman di kawasan hutan tersebut pada musim kemarau yang
berkepanjangan. Namun untuk beberapa kondisi yang lain mungkin sulit di
lakukan pengawasan. Satu-satunya usaha yang dapat dilakukan mungkin
hanya dengan cara yang bersifat preventif, misalnya pengawasan terhadap
kemungkinana datangnya badai di lautan.
2. Moral Hazard,adalah suatu kondisi yang bersumber dari orang yang
bersangkutan yang berkaitan dengan sikap mental atatu pandangan hidup
serta kebiasaannya yang dpaat memperbesr kemungkinan terjadinya suatu
peril ataupunsuatu kerugian. Adanya kerugian ini karena sikap mental dari
orang yang bersangkutan misalnya karena kelalaian dimana unsur
kesengajaan terlihat. Dengan demikian ia berharap sebenarnya supaya
timbul kerugian, oleh karenanya jjika kerugian timbul, ia tidak berusaha
untuk mencegah atau meringankannya bahkan berbuat sebaliknya dengan
suatu harapan agar kerugian itu lebih besar lagi.
Contoh:
Seseorang mempertanggungkan rumahnya terhadap risiko kebakaran. Pada
suatu hari rumah yang dipertanggungkan itu terbakar, sebenarnya kebakaran
itu dapat dicegah seandainya ia berusaha memadamkan takkala api itu masih
kecil. Namun hal itu tidak dilakukan, tentu saja api membesar dan
memusnahkan. Dalam kondisi yang demikian itu tampak sikap mental dari

Page 44 of 105
orang yang bersangkutan yaitu memperbesar kemungkinan terjadinya suatu
kerugian.
Contoh:
Kendaraan bermotor yang dipergunakan sebagai taksi mempunyai
kemungkinan menderita kerugian lebih tinggi daripada apabila dipergunakan
untuk pribadi. Hal ini bisa disebabkan oleh sikap mental pengemudi taksi
kurang memperhatikan perawatan kendaraan karena mengejar setoran atau
karena ingin memperoleh hasil yang lebih banyak. Sikap mental ini
menabmha kemungkinan terjadinya kerugian.

3. Morale Hazard. Meskipun pada dasarnya setiap orang tidak menginginkan


terjadinya suatu kerugian, akan tetapi karena merasa bahwa ia telah
memperoleh jaminan baik atas diri maupun harta miliknya, maka seringkali
menimbulkan kecerobohan atau kurang hati-hati. Keadaan yang demikian
itu akan dapat memperbesar terjadinya suatu kerugian.
Contoh:
Seseorang yang memiliki mobil dan ia telah mengasuransikannya: karena
merasa bahwa mobilnya telah diasuransikan maka seringkali sikapnya
kurang hati-hati. Misalnya dalam menyimpan atau mengendarai mobilnya
dibandingkan apabila mobil tersebut tidak diasuransikan. Sikap yang
demikian itu akan memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peirl atau
kerugian.
Beda bahaya moral dan morale adalah : bahaya moral timbul apabila si
tertanggung menciptakan kerugian untuk mendapatkan keuntungan
berdasarkan polis asuransinya, sedangkan bahaya morale timbul karena si
tertanggung tidak melindungi hartanya atau ia menjadi lalai karena merasa
hartanya diasuransikan.

4. Legal Hazard, seringkali berdasarkan peraturan-peraturan ataupun


perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat justru
diabaikan atau pun kurang diperhatikan sehingga dapat meperbesar
terjadinya suatu peril.
Contoh:

Page 45 of 105
Adanya keharusan asuransi kecelakaan kerja untuk para karyawan
perusahaan yang relatif besar karena sudah memenuhi hal tersebut maka
kewajiban-kewajiban hukum lainnya seperti keselamatan keja, jam kerja
kontinyu sering diabaikan. Kondisi semacam ini akan dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya suatu peril ataupun kerugian.

Risiko Spekulatif dan Risiko Murni.

Kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari perkiraan


kesalah satu dari dua arah. Artinya, ada kemungkinana penyimpangan yang
menguntungkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan. Jika kedua
kemungkinan itu ada, penyimpangan yang merugikan. Jika kedua
kemungkinan itu ada, maka kita dikatakan risiko itu beriskap spekulatif.
Contoh:
Judi menimbulkan kemungkinan-kemungkian ini, mereka yang berjudi
mungkin menang atau kalah. Tujuan penjudi bukanlah untuk kalah atatu
mempertahankan status quo, melainkan untuk menang. Begitu pula
seseorang yang membeli saham mengharapkan kenaikan harga sahamnya itu
sehingga memperbaiki keuangannya. Dengan melakukan transaksi itu, ia
terbuka untuk dua kemungkinan yaitu untung atau rugi. Risiko adalah
kemungkinan kerugian tetapi bila disamping itu kemungkinan kerugian
terdapat kemungkinan untung, maka risiko dinamakan risiko spekulatif.

Lawan dari risiko spekulatif adalah risiko murni yaitu yang hanya
ada kemungkinan kerugian. Seseorang pemilik rumah terbuka terhadap
kemungkinan kerugian. Risiko ini hanyalah mempunyai kemungkinan dan
tidak mempunyai kemungkinan untung. Risiko ini disebut risiko murni.
Demikian pula seseorang itu tentu mengharapkan panjang umur, tetapi ia
mungkin mati muda. Risiko ini adalah juga risiko murni karena hanya
bergerak ke satu arah saja yaitu ke arah kemungkinan kerugian.

Pentingnya penjenisan ini, karena setiap usaha ekonomi itu penuh


dengan risiko, baik risiko spekulatif maupun risiko murni. Walaupun
kategori risiko itu tidak terlalu jelas, namun kebanyakan risiko dapat

Page 46 of 105
diklasifikasikan. Apakah suatu risiko itu spekulatif atau murni, bergantung
pada pendekatan yang digunakan. Risiko spekulatif biasanya tidak dapat
diasuransikan. Hanya risiko murni yang dapat diasuransikan. Asuransi
adalah alat utama bagi orang yang terbuka terhadap kemungkinan risiko
murni.

Risiko murni yang dihadapi seseorang, keluarga, perusahaan dan


organisasi lain dapat digolongkan-golongkan ke dalam risiko pribadi, risiko
harta, dan risiko pertanggung jawab. Risiko pribadi adalah risiko
kemungkinana kerugian atas diri orang itu seperti kematian atau cacat.
Risiko harta adalah risiko kerugian atas harta seperti pencurian mobil.
Risiko tanggung gugat (risiko pertanggung jawab) adalah kemungkianan
bertanggung jawab secara hukum untuk membayar kerusakan terhadap
orang atau barang orang lain.

Sumber Risiko

Hazard menimbulkan kondisi yang kondusif terhadap bencana


yang mnimbulkan kerugian, dan kerugian adalah penyimpangan yang
tidak diharapkan. Kemungkinan kejadian demikianlah yang kita
namakan risiko. Walaupun ada beberapa overlapping (tumpang tindih) di
antara kategori-kategori ini, namun sumber penyebab kerugian (dan
risiko) dapat diklasifikasikan sebagai risiko sosial, risiko fisik, dan risiko
ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena
mempengaruhi cara penangannya.

Risiko sosial

Sumber utama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-


orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang
merugikan dari harapan kita. Sulit jika tidak mungkin untuk
mendaftarkan segala penyebab kerugian yang bersifat sosial ini, tetapi
beberapa contoh dapat menggambarkan sifat dan peranan sumber risiko
ini. Dengan berkembangnya toko-toko swalayan, maka tokowan
mengahadapi risiko besarnya pencurian. Akan tetapi, tidak semua

Page 47 of 105
pencuri itu adalah orang luar melainkan juga penggelapan dan
penyalahgunaan oleh pegawainya sendiri.

Vandalisme (perusakan) merupakan sumber risiko bagi pemilik


gedung. Rumah-rumah yang pemiliknya pergi berlibur dan mobil-mobil
yang diparkir dijalan merupakan sasaran empuk para perusak ini. Ribuan
rumah terbakar karena arson (membakar rumah sendiri untuk menagih
asuransi) setiap tahun. Hura hara (riot) makin menjadi-jadi akhir-akhir
ini. Para perusuh itu merampas toko-toko dan merusak segala macam
harta. Pemogokan kadang-kadang menjruus ke kekerasan yang
menimbulkan banyak kerusakan harta dan juga cidera badan atau
kematian. Pemogokan yang lama dapat menyebabkan kerugian besar dan
bahkan menyebabkan bangkrutnya perusahaan.

Orang-oranng dapat menyebabkan kecelakaan yang menciderai


diri mereka sendiri dan atatu orang lain sehingga menyebabkan
kerusakan harta dan jiwa yang besar.

Risiko Fisik

Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagiannnya adalah


fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan kesalahan manusia.
Banyak risiko kompleks sumbernya tetapi termasuk terutama ketegori
fisik, contohnya natara lain,

Kebakaran, kebkaran adalah penyebab utama cidera, kematian


dan kerusakan harta. Kebakaran besar dpaat disebabkan oleh alam
seperti petir, atau oleh penyebab fisik seperti kabel yang cacat, atatu
kaena keteledoran manusia.

Cuaca, iklim adalah risiko yang serius. Kadang-kadang hujan


terlalu banyak sehingga panen kena banjir dan sungai meluap. Banjir
terjadi setiaptahun. Yang berubah hanyalah lokasinya, malahan kadang-
kadang berulang pada lokasi yang sama. Banjir menimbulkan kerugian
jiwa dan jutaan dollar kerusakan harta. Sebaliknya panen dan juga
rusaknyatanah bila disertai angin. Badai salju juga menghancurkan
panen dan kerusakan harta yangs serius.

Page 48 of 105
Petir, menyebabkan kebakaran yang selanjutnnya merusakkan
harta, membunuh atau menciderai orang.

Tanah longsor, telah umum menjadi sumber kerusakan harta.


Semakin padatnya daerah kota maka semakin banyakrumah dibangun di
atas tanah yang labil. Dengan bergesernya tanah maka rumah-rumah pun
rusak dan hancur. Salah satu sumber malapetaka yang mengerikan yang
mendatangkan kerusakan harta dan kerugian jiwa adalah gempa bumi.

Risiko Ekonomi, banyak risiko dihadapi perusahaaan itu bersifat


ekonomi. Contoh-contoh risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal,
dan ketidakstabilan perusahaan individu, dan sebagainya.

Selama periode inflasi, daya beli uang merosot dan para


pensiunan serta merekayang berpenghasilan tetap tidak mungkin lagi
mempertahankan tingkat hidup yang biasa.

Bahkan dalam periode ekonomi yang relatig stabil, daerah-


daerah tertentu mungkin mengalami boom atau resesi. Keadaan ini
menempatkan orang-orang dan pengusaga pada risiko yang sama dengan
risiko pada fluktuasi umum kegiatan ekonomi.

Keadaan masing-masing perusahaan itu tidak stabil. Ada yang


suskes dan ada yang gagal. Para pemilik perusahaan kehilangan sebagian
dan seluruh investasinya dan para pekerja terancam pengangguran bila
perusahaan pailit.

JENIS-JENIS RISIKO YANG DITANGANI MANAJER RISIKO.

Walaupun kebanyakan konsep dan metode yang akan


dikemukakan dalam buku ini pada umumnya akan berlaku bagi semua
jenis risiko, tetapi pembahasan diarahkan pada jenis-jenis risiko yang
biasa ditangani oleh manajer risiko di dalam perusahaan.

Manajer risiko menangani terutama risiko murni. Ia tidak


menangani risiko spekulatif kecuali jika adanya risiko spekulatif
memaksa manajer risiko untuk menghadapi risiko murni tertentu.
Misalnya perusahaan ini baru saja mengambil alih pabrik baru, karena

Page 49 of 105
itu terciptalah kerugian potensialuntuk kebakaran. Risiko sehubungan
dengan kerugian potensial itu terhadap produk perusahaan,
menggambarkan suatu risiko murni untuk mana manajer risiko secara
tipikal melihat departemen lain untuk pembetulan.

Kerugian potensial yang bersifat ekonomi yang haruus ditangani


manajer risiko dapat dikategorikan atas:

1. Kerugian terhadap harta.


2. Tanggung jawab terhadap pihak lain.
3. Kerugian personil.

BIAYA-BIAYA YANG DITIMBULKAN KARENA MENANGGUNG


RISIKO

Biaya-biaya uang bersifat ekonomi karena menanggung risiko


atau ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut:

1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan.


2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri.

Biaya kerugian yang tidak diharapkan

Setiap hari sebagian perusahaan dan kelliarga menderita kerugian


dalam situasi risiko murni, sebagai contoh: kebakaran menghancurkan
suatu gedung, konsumen yang sakit karena memakan sesuatu produk
perusahaan, hancurnya perusahaan karena terjadinya peledakan dan
sebagainya.

Biaya dari kerugian yang tidak diharapkan terhadap suatu unit


ekonomidan dalam keadaan tertentu terhadap masyarakat, mudah
diketahui, tetapi biaya yang paling penting sehubungan denngan
ketidakpastian itu sendiri, kurang mendapat perhatian.

Biaya Ketidakpastian

Pada umumnya, orang tidak menyukai kerugian maupun


ketidakpastian, karena hal ini akan menimbulkan perasaan tidak aman

Page 50 of 105
serta gelisah dan selanjutnya perasaan khawatir. Bila perasaan ini cukup
besar, maka mereka akan mencurahkan kepada masalah itu.

Contoh:

Orang yang meragukan kemampuan peghasilannya untuk membiayai


kebutuhan hidupnya di masa depan, mungkin mulai membuat program
tabungan. Bahan ada yang sebaliknya yaitu karena selalu berada dalam
keadaan yang tidak pasti, tidak tahu lagi apa yang mau diperbuatnya:
karena demikian gelisahnya, sampai ada yang mengakhiri
kegelisahannya dengan jalan bunuh diri.

Keraguan Penghambat Perkembangan Ekonomi.

Bila reaksi terhadap keraguan terbawa ke dalam urusan bisnis,


maka ia dapat menghambat kegiatan ekonomi. Artinya, jika sebagian
besar pengusaha meilih likuiditas ( memegang uang tunai) dari pada
melakukan investasi, karena keraguannya akan masa depan, maka
permintaan investasi akan meroost. Jika kemerosotan ini tidak diimbangi
oleh kenaikan permintaan investasi di sektor lain, maka perekonomian
secara keseluruhannya juga meroosot karena terjadinya ketidakstabilan
pemakaian sumber daya ekonomi.

Bila orang khawatir dan ragu akan masa depannya, maka mereka
cenderung memegang lebih banyak aktiva dalam bentuk uang tunai dari
pada menginvestasikannya ke dalam mesin produksi yang akan
membuat lebih efisiensinya operasi peusahaan. Pengaruh buruk lain dari
keraguan terhadap produksi adalah bahwa para peaman perusahaannya.
Kecemasan tidak saja meningkatkan biaya karena menurunyya efisiensi
produksi, tetapi juga meningkatkan biaya karena ia menyebabkan
kecelakaan dalam pekerjaan. Karyawan yang khawatir cenderung tidak
hati-hati. Risiko dan keraguan yang disebabkan risiko itu jelas meminta
biaya ekonomi dan psikologis.

Langkah-langkah Dalam Proses Manajemen Risiko

Page 51 of 105
Fungsi manajemen risiko lebih baik dijelaskan dan dipahami melalui
langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan. Proses itu mulai
dengan mengenal berbagai risiko yang sedang dihadapi. Langkah itu
disebut mengidentifikasikan atau mendiagnosa risiko. Kemudian risiko
itu mesti diukur, dianalisis dan dievaluasi dalam ukuran frekuensi,
keparahan dan variabilitasnya. Selanjutnya keputusan harus diambil
seperti memilih dan menggunakan metode-metode untuk manangani
masing-masing risiko yang telah diidentifikasikan itu. Sebagian risiko
tertentu mungkin perlu dihindarkan, sebagian lagi mungkin perlu
ditanggung sendiri, dan yang lainnya mungkin perlu diasuransikan.
Sekali metode penannganan risiko telah dipilih, maka langkap
berikutnya adalah rencana pengadministrasian program itu secara
melembaga.

Page 52 of 105
BAB IV

Pemahaman Risiko dan Manajemen Risiko

A. Apakah Risiko?
“ Risiko merupakan bahay: risiko adalah ancaman atau kemungkian suatu
tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan
yang ingin dicapai”.
“ risik juga merupakan peluang, risiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang
untuk mencapai tujuan”.
Kata Kuncinya adalah “tujuan” dan “dampak/sisi yang berlawanan”.
Penjelasannya adalah sebagai berikut. Guna mempertahankan eksistensi
kehidupan, maka diperlukan suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan, diperlukan tindakan
atau aktivitas. Aktivitas memiliki risiko jika dampaknya berlawanan. Sebaliknya,
aktivitas memberikan peluang untuk memperoleh hasi yang diinginkan.
Kembali kepada contoh di atas, untuk bekerja terdapay risiko hilangnya waktu
senggang, gangguan kesehatan, serta kemungkinan dipecat. Apakah dengan adanya
risiko tersebut seseorang memutuskan untuk tidak bekerja? Pilihan untuk tidak bekerja
tentu memiliki konsekuensi yang tidak sama dengan pilihan untuk bekerja. Dengan
tidak bekerja, seseorang tidak akan memperoleh keuntungan finansial, karier, dan
prestise. Namun, tidak bekerja belum tentu menghhindarkannya dari risiko hilangnya
waktu senggang dan gangguan kesehatan. Bahkan tidak bekerja dapat menimbulkan
risiko tambahan seperti rendah diri dan depresi.
Pembahasan selanjutnya adalah keterkaitan antara risiko dengan organisasi.
Setiap organisasi pasti memiliki tujuan berupa visi dan misi yang ingin dicapai. Tujuan
tersebut berpeluang untuk dicapai, tetapi terdapat juga risiko untuk tidak tercapai.
B. Risiko Versus Hasil (risk and return trade off)
Risiko dan (imbal) hasil bagaikan dua sisi mata uang yang berlawanan. Kecenderungan
hubungannnya adalah tingkat hasil yang tinggi membutuhkan tingkat yang tinggi juga.
Jargon yang terkenal di pasar modal adalah “high risk “ higg return”. Artinya, jika
beranni mengambil risiko tingggi, lakukan investasi pada saham lapis kedua atau ketiga
yang memiliki risiko tinggi untuk mengalamii kerugian. Namun

Page 53 of 105
Sebaliknya saham tersebut berpeluang untuk mengalami kenaikan harga yang tinggi
sehingga memberikan peluang keuntungan yang tinggi.
Sifat dasar manusia adalah cenderung tidak mau menerima risiko. Oleh karena itu,
diperlukan upaya agar hubungan antara risiko dan hasil dalam situasi, yaitu:
 Hasil maksimal pada risiko yang minimal
 Meningkatkan probalitas keberhasilan dan menurunkan risiko kegagalan
 Menetapkan titik temu risiko dan hasil.
C. Manajemen Risiko
1. Apakah Manajemen Risiko?
“manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik
dalam identifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor
dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses”
2. Mengapa Risiko Harus Dikelola?
Hubunngan antara risiko dan hasil secara alami berkorelasi secara linier
negatif. Semakin tinggi hasil yang diharapkan, dibutuhkan risiko yang semakin
besar untuk dihadapi. Untuk itu, diperlukan upaya yang serius agar hubunngan
tersebut menjadi kebalikannya,yaitu aktivitas yang meningkatkan hasil pada saat
risiko menurun. Manajemen risiko diperlukan untuk :
 Mendukung pencapaian tujuan;
 Memungkinkan untuk melakukan aktivitas yang memberikan peluang
yang jauh lebih tinggi dengan mengambil risiko yang lebih tinggi; risiko
yang lebih tinggi diambil dengan dukungan sikap dan solusi yang sesuai
terhadap risiko;
 Mengurangi kemungkinan kesalahan fatal;
 Menyadari bahwa risiko dapat terjadi pada setiap aktivitas dan tingkatan
dalam organisasi sehingga setiap individu harus mengambil dan
mengelola risiko masing-masing sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya.
3. Bagaimana Manajemen Risiko yang Efektif?
Manajemen risiko yang efektif membantu suatu organisasi untuk dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Strategi risiko dan kontrol secara komprehensif berdasarkan pertimbangan
yang terkait pada:

Page 54 of 105
 Toleransi terhadap risiko, yaitu kejelasan berapa besar risiko yang
bersedia ditanggung dan risiko apa yang harus dihindari;
 Filosofi terhadap risiko, yaitu menentukan cara pandang atau sikap
dan tindakan terhadap risiko;
 Akuntanbilitas risiko, yaitu kemampuan dalam penanganan risiko
b. Disiplin manajemen risiko pada seluruh entitas organisasi yangmencakup:
 Kesatuan bahasa dalam mengartikan risiko, yaitu penyatuan bahasa
apakah risiko sebagai bahaya atau risiko sebagai peluang;
 Pengetahuan manajemen risiko yang melekat pada setiap individu di
dalam organisasi
c. Integrasi manajemen risiko di dlaam kerangka kerja tata kelola perusahaan.
d. Strategi penyesuaian risiko pada saat pengambilan keputusan.
e. Kemampuan manejemen senior untuk memahami dampak risiko terhadap
 Keuntungan;
 Nilai saham;
f. Peningkatan identifikasi portofolio dan rencana aksi
g. Memahami proses bisnis kunci
h. Sistem peringatan dini dan respon bencana yang efektif
i. Peningkatan keamanan informasi
D. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait
di dalam organisasi. Tindakan berkesinambungan yang dilakukan sejalan
dengan definisi manajemen risiko yang telah dikemukakan,yaitu identifikasi,
kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor
dan pelaporan risiko.
Bagan 1.1 menunjukan bagaimana proses manajemen risiko secara
berkesinambunngan berlangsung tanpa henti dalam mendukung aktivitas yang
dilakukan organisasi.

Bagan 1.1 Proses Manajemen Risiko

Page 55 of 105
pemantauan dan
peningkinian/kaji ulang
risiko dan kontrol

solusi risiko
identifikasi dan
implementasi tindakan
pemetaan risiko
mitigasi

menegaskan profil risiko/ kuantifikasi/


rencana manajemen menilai/peringkat risiko

1. Identifikasi dan pemetaan risiko


 Menetapkan kerangka kerja untuk implementasi strategi risiko secara
keselutuhan
 Menetukan definisi kerugian
 Menyusun dan melakukan implementasi mekanisme pengumpulan data
 Membuat pemetaan kerugian ke dalam kategori risiko yang dapat
diterima dan tidak dapat diterima
2. Kuantifikasi/menilai/melakukan peringkat risiko
 Aplikasi teknik pemodelan dalam mengukur risiko
 Perluasan dengan memanfaatkan tolok ukur pemodelan, dari peramalan
yang berasal dari luar organisasi/eksternal. Sumber eksternal yang
dimaksud berasal dari praktik terbaik yang telah dilakukan di dalam
industri.
3. Menegaskan profil risiko dan rencana manejemen risiko
 Identifikasi selera risiko organisasi, apakah manajemen secara umum
terdiri dari:
o Penghindar risiko
o Penerima risiko sewajarnya
o Pencari risiko

Page 56 of 105
 Identifikasi visi stratejik dari organisasi, apaakah organisasi berada
dalam visi:
o Agresif yang terobsesi untuk mengejar peningkatan volume
usaha keuntungan sebesar-besarnya untuk mendukung
pertumbuhan; atau
o Konservatif yang ingin menjaga kelangsungan usaha pada situasi
aman dengan volume usaha dan keuntungan yang stabil.
Penghindar risiko tidak bersedia menerima risiko dengan tingkat
tinggi. Sebaliknya, pencari risiko bersedia menerima risiko tinggi
untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi.
Visi stratejik yang agresif bersedia menerima risiko tinggi untuk
mendapatkan hasil yang lebih tinggi. Visi ini biasanya diterapkan
pada organisasi yang berada dalam tahap pertumbuhan.
Sebaliknya, visi stratejik yang konservatif tidak bersedia
menerima risiko dengan tingkat tinggi. Biasanya organisasi pada
tahap konservatif adalah organisasi yang telah mapan dengan
aktivitas yang stabil.
4. Solusi Risiko/ Implementasi Tindakan terhadap Risiko
 Hindari: keputusan yang diambil adalah tidak melakukan aktivitas yang
dimaksud. Misalnya sebuah bank mendapat tawaran untuk melakukan
bisnis pencucian uang dari kegiatan terorisme yang menjanjikan
keuntungan dari penempatan dlaam jumlah besar dengan bunga yang
sangat rendah. Risiko aktivitas tersebut adalah ancaman penutupan bank
serta ancaman pidana terhadap pelakunya. Maka, bank memutuskan
untuk tidak melakukan aktivitas tersebut.
 Alihkan: membagi risiko dengan pihak lain. Konsekuensinya terdapat
biaya yang harus dikeluarkan atau berbagi keuntungan yang diperoleh.
Misalnya untuk pembiayaan proyek yang sangat besar, sebuah bank
melakukan skema pinjaman sindikasi. Sindikasi adalah bentuk berbagi
bisnis, risiko, dan hasil yang lazim dilakukan bank. Pengalihan risiko
juga termasuk penggunaan lembaga asuransi sebagai penanggung
kerugian dengan membayar premi. Selain itu, penggunaan sumber daya
di luar organisasi juga termasuk ke dalam pengalihan risiko.

Page 57 of 105
 Mitigasi risiko: menerima risiko pada tingkat tertentu dengan melakukan
tindakan untuk metigasi risiko melalui peningkatan kontrol, kualitas
proses, serta aturan yang jelas terhadap pelaksanaan aktivitas dan
risikonya. Misalnya, pengikatan pinjaman dan agunan pada bank.
Pengikatan sangat rentab untuk tejadi masalah. Akibatnya adalah bank
tidak dpat atau berada pada posisi hukum lemah dalam penyelesaian
pinjaman atau eksekusi agunan. Bank perlu menerapkan sistem dan
prosedur yang jelas tentang pengikatan serta aspek-aspek pendukungnya.
Selanjutnya ditetapkan secara tegas mengenai sanksi yang dapat
dikenakan kepada individu-individu yang melakukan penyimpangan
prosedur.
 Menahan risiko residual: menerima risiko yang mungkin timbul dari
aktivitas yang dilakukan. Kesediaan menerima risiko dikaitkan dengan
ketersediaan penyangga jika kerugian atas risiko terjadi. Peran inilah
yang ditekankan dalam membahas manajemen risiko perbankan.
Perbankan harus mengambil berbagai macam risiko dalam menjalankan
aktivitasnya. Risiko yang dimaksud tidak dapat dihindari , dialihkan, dan
dimitigasi. Akibatnya, risiko tersebut harus ditanggung sejalan dengan
pelaksanaan aktivitas. Misalnya bank menerima transaksi pembelian
valuta asing dari nasabah secara forward tiga bulan ke depan. Untuk
mitigasi risiko, bank melakukan forward ulang kepada bank lain dan
mengharuskan nasabah untuk menyerahkan setoran jaminan. Pada
situasi normal, mitigasi risiko cukup untuk mengatasi kemungkinan
risiko yang akan terjadi. Namun, jika situasi menjadi tak terkendali,
yaitu nilai tukar melonjak drastis nasabah membatalkan kontrak dengan
menjual pada pasar spot dan membiarkan setoran jaminan diambil bank.
Pada situasi itu terjadi kerugian karena setoran jaminan tidak dapat
menutupi kerugian harus ditanggung bank. Setiap risiko residual pada
bank diperlukan ketersediaan modal untuk menyangganya.
5. Pemantauan dan Pengkinian/ Kaji ulanng risiko dan kontrol
 Seluruh entitas organisasi harus yakin bahwa strategik manajemen risiko
telah diimplementasikan dan berjalan dengan baik.

Page 58 of 105
 Lakukan pngkinan dengan mengevaluasi dan menindak lanjut hasil
evaluasi terhadap implementasi kerangka manajemen risiko yang
terintergrasi ke dalam strategi risiko keseluruhan.

E. Kasus-kasus Kegagalan Manajemen Risiko


Selama dua dekade terakhir ini dalam melakukan manajemen risiko telah
memakan banyak korban pada industri keuangan. Kegagalan manajemen risiko pada
gilirannya menimbulkan kerugian sebagai konsekuensi langsung atau tidak langsung
dari adanya kejadian/aktivitas yang menimbulkan risiko. Kerugian bisa secara finansial
maupun non-finansial
Tabel 1.2 memperlihatkan dampak kegagalan manajemen risiko.
Tahun Lembaga Kerugian dalam Kejadian/ aktivitas
juta USD pemicu risiko
09 februari 1990 Drexel Burnham 1.900 (bangkrut) Investasi pada
Lambert daham lapis bawah,
pendanaan jangka
pendek. Tidak dapat
memenuhi kewajiban
pada saat jatuh
tempo karena nilai
saham jatuh dan
tidak laku dipasar
1991 BCCI 500 (kolaps) Lemah dalam
analisis kredit:
dokumentasi kredit
yang tidak lengkap;
saling menghilankan
data dan
penyelewengan;
pencucianuang.
Desember 1993 Metallgesellschaft 1500 Strategik lindung
nilai yang salah;
salah asumsi

Page 59 of 105
ekonomi;kegagalan
likuidasi posisi;
strategi yang
menjurus pada
penyelewengan.
1994 Credit Lyonnais 24.220 Ketidakcukupan
pengawasan dan
deregulasi internal
dalam kaitan dengan
berbagai
penyelewengan; mis-
manajemen
pinjaman;pencucian
uang;
pengyelewengan
kekuasaan berupa
konspirasi antara
politisi, bankir dan
pemilik baru.
April 1994 Kidder Peabody 350 Laba palsu;
pimpinan tidak
mengerti
perdagangan ; tanpa
pertanyaan terhadap
laba yang dihasilkan;
ketidakcukupan
pengawasan; budaya
promosi yang
tinggian bagi
karyawan bintang;
referensi yang tidak
ditinjau ulang;
pemnbayaran bonus

Page 60 of 105
atas laba palsu

Secara umum kerugian yang timbul disebabkan oleh kurangnya pengawasan


internal terhadap transaksi yang dilakukan oleh seorang karyawan bintang yang
sebelumnya memiliki prestasi luas biasa yang sangat menguntungkan perusahaan.
Selanjutnya , karyawan tersebut dipromosikan dan diberi wewenang yang sangat
belebihan tanpa pengawasan yang memadai. Euforia terhadap prestasi karyawan
tersebut sebelumnya kemudian menyebabkan kelalaian pimpinan terhadap aktivitas
karyawan tersebut pada periode selanjutnya.

Page 61 of 105
BAB V

Regulasi Perbankan Terkait Manajemen Risiko

L. Baselaccord
Basel Commitee menetapkan modal minumum yang harus dipelihara bank
untuk menjaga kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya di bank. Pertama
kali ketentuan mengenai kecukupan modal minimum ditetapkan pada 1998 yang
disebut dengan basel I. Kemudian sejalan dengan terjadinya berbagai krisis dalam skala
besar, Basel Commitee melakukan perbaikan berturut-turut disebut sebagai Basel 1.5
tahun 1996, Basel II tahun 2004, Basel III tahun 2.5 tahun 2010 dan Basel III tahun
2011.

M. Basel I (Basel Capital Accord) tahun 1988


Dua tujuan fundamental dari the basel commitee for banking super vision
(BCBS) adalah untuk memperkuat kerangka dasar budaya (soundness) dan stabilitas
atas sistem perbankan internasional. Selaian itu, BCBS juga ingin menciptakan
kerangka dasar yang konsisten dan tidak memihak (fair) bagi bank-bank di berbagai
negara dengan sumber daya berbeda, yang aktif menjalankan kegiatan operasional
perbankan secara internasionla.
Kerangka dasar tersebut diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengurangi
kesenjangan daya saing antar bank-bank yang menjalankan kegiatan secara
internasional.
BCBS mulai mewujudkan tujuan tersebut dengan memublikasikan Basel Capital
Accord pada tahun 1988 atau yang lebih dikenal dengan Basel I. Tujuan utama Basel I
adalah upaya menciptakan adanya metodologi standar untuk menghitung kebutuhan
modal bank berdasarkan risiko ang dihadapi bank.
Basel I tersebut hanya membahas tentang perhitungan kebutuhan modal untuk
menutup risiko kredit, yang diasumsikan sudah cukup untuk menutupi berbagai jenis
riisko. Dua konsep penting yang mendasar pada perhitungan kecukupan kebutuhan
modal minimum adalah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) atau risk-weighted
aset (RWA) dan rasio kecukupan penyediaan modal minimum (KPMM) atau capital
adequacy rasio (CAR).

Page 62 of 105
a. Aktiva Tertimbang Menurut (ATMR)
Aktiva tertimbang menurut risiko adalah aktiva di dalam dan di luar
neraca bank (on balance sheet dan off balance sheet) yang diberi bobot
tertentu untuk menetapkan besarnya risiko dari asset tersebut.Asset berisiko
tersebut merupakan dasar yang digunakan untuk menghitung kebutuhan
modal bank untuk menutup risiko kredit.
Besarnya bobot yang dugunakan dalam menghitung aktiva tertimbang
menurut risiko ditetapkan oleh BCBS yang vesarnya berkisar antara 0% s/d
100%. Daftar kelompok aset dan bobot masing-masing risiko adalah sebagai
berikut.
Kelompok aset Bobot Risiko (%)
Cash 0
Domestic and OECD central goverment 0
Goverment lending OECD 0

Domestic and OECD public sector and local 0


goverment

Interbank (OECD) and internasional development 0 To 50


banks
Non OECD bank < 1 year 20
Mortgage lending ( first charge on residential 50
property)
Comporate and unsecured personal debt 100

Non OECD bank>1 year 100

Non OECD goverment debt 100

Dari tabel terlihat bahwa untuk posisi kredit korporasi diberi bobot risiko
100%, tidak melihat kualitas kredit, maupun segmen kredit. Oleh karena itu,
bank cenderung seperti diberi insentif untuk memberikan kredit pada golongan
debitur berisiko tinggi, yang tidak berkeberatan di kenakan bunga tinggi,
daripada memberikan kredit pada nasabah yang prima dengan speread kecil,
karena beban modal yang diberikan untuk kedua kelompok kredit tersebut sama.

Page 63 of 105
Perlu diingat bahwa BCBS memberi keleluasaan kepada regulator
masing-masing negara dalam menetapkan bobot risiko beberapa jenis aset
tertentu.

b. Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)


Basel menetapkan kebutuhan modal bank didasarkan pada risiko kredit.
Setelah bank mengidentifikasi dan menghitung aset yang berisiko,
selanjutnya dikalikan dengan bobot masing-masing kelompok aset.
Risiko kecukupan modal minimum (KPMM) atau CAR (capital adequacy
ratio) diperoleh dengan membagi modal bank yang memenuhi syarat, yaitu
modal tier 1 dan tier 2 untuk menutup risiko kredit dengan ATMR (ativa
tertimbang menurut risiko) atau RWA (risk weighted assets), dengan
formula sebagai berikut:

CAR = Eligable Capital : ATMR x 100 = Minimum 8%

Basel I menetapkan bahwa modal minimal untuk menutup risiko kredit


adalah 8% rasio minimal 8% tersebut merupakan rekomendasi BCBS,
sedangkan regulator masing-masing negara dapat saja menetapkan CAR
lebih tinggi dari 8%.
Formula perhitungan modal unttuk menutup risikokredit tersebut sering
mendapat kritik, bahwa formulasi tersebut tidaksensitif terhadap risiko yang
dihadapi masing-masing bank. Dengan kata lain, masing-masing bank
memiliki bisnis dan risiko kredit komersial yang berbeda, namun komite
basel hanya menetapkan satu formula untuk seluruh ketegori kredit
komersial ( one size fits all).

N. Basel 1.5 dan Market Risk Amendment tahun 1996


Sebelumya, basel I hanya mengenal modal tier1 dan tier 2 sebagai modal yang
dianggap eligible. Pada tahun 1996, basel committe for banking supervision (BCBS)
menetapkan perubahan atau amandementd terhadap basel I dengna menambah
komponen modal bank, yaitu modal pelengkap tambahan (tier 3). Selain itu, BCBS
memperhitungkan eksposur risiko pasar trading book dalam menentukan kebutuhan
modal minimum yang disebut dengan basel 1.5 tahun 1996.

Page 64 of 105
Kebutuhan modal untuk menutup posisi trading book, dapat dihitung dengan
menggunakna (1) model standar atau (2) model internasional, yaitu menggunakan
pendekatan value at risk (VaR).
Dengan demikian, perhitungan CAR sesuai basel 1.5 menjadi sebagai berikut.

CAR= Eligible capital tier 1,2,3:ATMR risiko kredit + ATMR Risiko Pasar x 100=
minimum8%

O. Basel II
Basel II dibentuk dengan tujuan agar pengukuran kebutuhan modal unutk
menutup risiko kredit lebih sensitif terhadap risiko dibandingkan dengan metode yang
digunakan pada Basel I. Pada basel II, modal untuk menutup risiko kredit dapat
ditentukan dengna menggunakan metode standar (SA), metode internasional basel
foundation (IRBF) dan Advance (IRBA).
Selain itu, Basel II juga memperkenalkan regulasi mengenai kebutuhan mdoal
untuk menutup risiko operasional, sedangkan ketentuan kebutuhan modal untuk mentup
risiko pasar tetap sebagaimana diatur pada Basel 1.5
Basel II memperkenalkan prinsip tiga pilar. Piar 1 mengatur mngenai kebutuhan
penyediaan modal minimum ujtuk menutup risiko kredit, risiko pasar, dan risiko
operasional. Pilar 2 mengatur supervision review process, yaitu mengenai kewajiban
bank untuk mempunyai kemampuan menghitung sendiri profil risiko bank, dan
menyediakan modal untuk menutup risiko lain yang belum dicakup dalam pilar 1
seperti modal untuk menutup risiko suku bunga dalam banking book (IRRBB = Interest
rate risk in the banking book), risiko konsentrasi kreit dan mengelola risiko lainnya,
yang selanjutnya akan dilakukan verifikasi oleh regulator atau pengawas bank.
Perhitungan CAR sesuai pilar 1 basel II menjadi sebagagi berikut:
CAR= Eliggible capital: ATMR risiko kredit+ATMR risiko operasional x 100= minimum 8%

a. Pilar I
Pilar I mengatur perhitungan modal untuk menutup risiko kredit, risiko pasar
trading book dan risiko operasional.
Perhitungan modal untuk menutup risiko kredit dapat menggunakan (1)
standardized approach (2)metode internal rating based-foundational (IRBF), dan (3)
metode internal rating based-advanced (IRBA).

Page 65 of 105
Metode standardized merupakan metode paling sederhana, dan metode IRBA
adalah metode yang dinilai paling sensitif terhadap risiko, dan dinilai paling akurat
dalam menentukan kebutuhan untuk menutup risiko kredit.
b. Pilar II
Pilar II mengatur begaimana bank harus mengelola dengan baik risiko lain yang
belum diperhitungkan pada pilar 1, misalnya kebutuhan modal untuk menutup
risiko suku bunga dalam banking book dan risiko konsentrasi kredit. Selain itu,
bank juga harus menunjukka kemampuan dalam mengelola risiko likuiditas,risiko
reputasi, risiko startgeik, risiko kepatuhan, risiko strategik, dan melakukan proses
stresstest. Proses assessment bank terhadap risiko tersebut disebutkan dengan
ICAAP internal Capital Adequacy Assesmnet Process). Regulator akan memeriksa
pelaksana ICAAP oleh dalam proses yang disebut dengan SREP (supervisary
review and evaluation process).
c. Pilar III
Pilar III mengatur kewajiban bank untuk secara transaparan mengungkapkan hal
yanng material menganai pengelolaan perbankan pada publik dalam laporan
tahunan, iilan surat kabar, web perusahaan, dan sebagainya. Proses ini sejalan
dengan prinsip market discipline dalam hal transaparansi informasi pada
masyarakat.
P. Basel III
Dengan beljar dari keterpurukan industri perbankan pada krisis global yang melanda
Amerika Serikat pada sekitar tahun 2008, disimpulkan bahwa ketentuan Basel II tidak
cukup memeperhitungkan risiko pada waktu terjadi krisis. Proses stress testing yang
dilakukan sesuai pedoman pada basel II, tidak cukup untuk menutup kondisi stress yang
terjadi pada tahun tersebut. oleh karena itu, BCBS memandangkan perlu untuk
menyempurnakan ketentuan Basel II dengan ketentuan baru yang lebih pruden yang
disebut dengan Basel III.
Basel III secara formal diperkenalkan pada bulan September 2010 yang pada saat itu
disebut dengan basel 2.5 yang menjelaskan metode baru perhitungan ATMR risiko
pasar, dan pada bulan desember tahun yang sama disepakati disebut sebagai Basel III
bersama dengan perubahan lain seperti perubahan terkait permodalan dan perubahan
terkait dengan risiko likuiditas.
Pada intinya Basel III mengatur tiga hal yaitu:
1) Perubahan peraturan permodalan, yaitu:

Page 66 of 105
a. Definisi baru dari modal yang dapat diperhitungkan pada perhitungan
CAR,yaitu modal tier 1 sekarang lebih banyak mengandalkan equlty dan
membatasi penggunaan modal quasi equilty.
b. Bank harus menyediakan cadangan modal yang disebut dengan buffer sehingga
nantinya minimum CAR naik melebihi dari yang ditetapkan sebelumnya, yaitu
8%.
c. Perhitungan leverage ratiio yaitu modal dibagi dengan total aset (on and off
balance sheet).
2) Perubahan perhitungan ATMR khususnya pada eksposur risiko pasar.
3) Ketentuan mengenai kewajiban bank mengeloal risiko likuiditas dengan
menyiapkan dana likuid dan dana stabil sesuai dengan formula:
a. LCR (liquidity Coverage Ratio) untuk pengendalian risiko likuiditas jangka
pendek.
b. NSFR (net Stable Funding Ratio) untuk penngendalian risiko likuuiditas jangka
panjang.

Dampak penerapan Basel III pada perbankan Indonesia adalah sebagai


berikut:
Perubahan Pengaruh perbankan Indonesia
Definisi Modal Minim
Kebutuhan Modal Minimum Besar
Leverage Ratio Minim
ATMR risiko pasar Minim
Liqudity rasio Besar

A. Pengaturan Bank Indonesia- manajemen risiko bank umum.


Indsutri perbankan merupakan industri yang terkait dengan kepentingan publik.
Kepercayaan publik untuk menyimpan dana di bank merupakan faktor yang
menentukan pertumbuhan industri perbankan. Oleh karena peran sentral tersebut,
industri perbankan merupakan industri yang paling diatur oleh berbagai regulasi,
seperti berbagai peraturan Bank Indonesia dan Basel Commitee. Berikut merupakan
sebagian daftar ketentuan perbankan terkait dengan manajemen risiko.
B. Peraturan Bank Indonesia-KPMM

Page 67 of 105
o Peraturan bank indonesia No.11/25/PBI/2009 tanggal 1 juli 2009 perihal
perubahan atas PBI No.5/B/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko
bagi bank umum.
o Surat edaran bank indonesia No.5/21/DPNP tentang penerapan manajemen
risiko bagi bank umum disempurnakan dengan surat edaran bank indonesia
No.13/23/DPNP tanggal 25 oktober 2011.
o Peraturan bank indonesia No.15/12/PBI/2013 tentang kewajiban penyediaan
modal minimum bank umum tanggal 12 desember 2013.
C. Risiko Pasar
o Peraturan Bank Indonesia No.9/12/PBI/2007 tanggal 1 November 2007
perihal kewajiban penyediaan modal minimum bank umum dengan
memperhitungkan risiko pasar.
o Surat edaran bank indonesua No/9/33/DPNP tanggal 18 desember 2007
perihal pedoman penggunaan pendekatan strandar dalam perhitungan
kewajiban penyediaan modal minimum bank umum dengan
memperhitungkan risiko pasar.
o Surat edaran bank indonesia No.9/31/DPNP tanggal 12 desember 2007
perihal pedoman penggunaan model internal dalam perhitungan kewajiban
penyediaan modal minimum bank umum dengan memperhitungkan pasar.
o Consultative Paper Basel 2.5 Enhancement to the basel 2 frame work and
revision to the basel 2 market risk framewrok.departemen penelitian dan
peraturan perbankan bank indonesia 2013.
D. Risiko Likuiditas
o Surat edaran bank indonesia No.11/16/DPNP tanggal 06 Juli 2009 perihal
penerapan manajemen risiko untuk risiko likuiditas.
o Consultative paper kerangka Basel III Liquidity Converage ratio (LCR)
departemen penelitian dan peraturan perbankan otoritas jasa keuangan 2014.

E. Risiko Operasional
o Surat edaran bank indonesia No.11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009 perihal
perhitungan ATMR untuk risiko operasional dengan menggunakan
pendekatan indikator dasar (PID).

Page 68 of 105
o Surat edaran bank indonesia No.13/28/DPNP tanggl 8 desember 2011
perihal penerapan strategi anti-fraud bagi bank umum.
F. Manajemen Risiko terkait teknologi Informasi
o Peratturan bank indonesia No.9/15/PBI/2007 tanggal 30 November 2007
perihal penerapan manejemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi
oleh bank umum dan lampiran.
o Surat edaran bank indonesia No.9/30/DPNP tanggl 12 desember 2007
perihal penerapan penerapan manajemen risiko dalam penggunaan teknologi
informasi oleh bank umum.

Page 69 of 105
BAB VI

Mengidentifikasi Risiko

Bagian 1

Mencari Sumber Risiko

Ini akan menjelaskan bahwa setiap risiko pasti ada sumbernya. Sesuatu bisa seseorang,
tempat, atau suatu kebijakam yang mencetuskannya menjadi kenyataan. Identifikasi yang baik
bermula dari sana. Tentu akan jauh lebih mudah untuk mengenali suatu risiko jika sudah
menjadi suatu kecelakaan/kerugian dibandingkan jika harus mengenali dari sumbernya.

Uraikan akan dimulai dengan bahwa setiap kecelakaan. Dari uraian ini kita akan
mengetahui bahwa setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya dan penyebab itu bukanlah
penyebab tunggal melainkan gabungan dari berbagai penyebab. Pengalaman juga menunjukkan
bahwa relatif tidak ada risiko yang benar-benar baru, umumnya punya preseden. Maka,
mengenali preseden akan memungkinkan proses pengidentifikasian risiko tidak dari titik nol.

Uraian selanjutnya akan membahas sumber-sumber dari risiko, yaitu 4M: Manajemen,
Manusia, Mesin dan Media. Keempatnya adalah kategori umum dari sumber risiko. Kita bisa
menggunakan pengetahuan mengenai sumber-sumber risiko ini untuk membantu cakrawala
dalam pencarian risiko.

Anatomi Suatu Kecelakaan

Tidak ada kecelakaan dengan penyebab tunggal. Selalu merupakan gabungan dari beberapa
sebab. Ketika orang bertanya: “ apa penyebabnya”, pertanyaan seperti itu mengisyaratkan cara
berpikir hanya ada satu “ something” yang sepenuhnya tak diduga muncul “ dimana pun” dan
mengiterupsi kehidupan sehari-hari.

Pertimbangan suatu skenario yang sederhana ini. Seseorang sedang mengemudikan mobilnya
disuatu yang gelap dan hujan lebat sebelumnya ia telah berhenti di suatu bar dalam perjalanan
pulang ke rumahnya setelah melewati hari kerja yang membuatnya frustasi. Di bar, dia minum
3 gelas martini bersama koleganya. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tingggi
karena telah berjanji pada istrinya untuk pulang cepat. Ban mobionya hampir gundul. Oleh
karena itu penyeka kaca depan mobilnya buruk dan kecipratan minyak di jalan, dia gagal
melihat satu kurva yang hampir rata dengan jalan, sampai keadaan sudah terlambat untuk

Page 70 of 105
memikirnnya. Dia mengerem tetapi mobilnya meluncur ke luar badan jalan dan menabrak
sebuag pohon. Dia tewas.

Sekarang jawab pertanyaan “ apa penyebabnya?”. Apakah penyebabnya adalah pohon, mobil
yang meluncur dengan kecepatan tinggi, ban yang gundul, penyeka kaca depan mobil, hujan
lebat, janji kepada istrinya, kecepatan tinggi, minum martini, desain jalan yang tidak baik, atau
hari kerja yang membuat frustasi. Meski pun dengan menerapkan rumus dari pengacara tentang
“penyebab yang terdekat”, kita tidak dapat mengatakan hanya ada satu faktor tunggal karena
disana ada banyak kemungkinan penyebabnya. Memilih hanya satu faktor dan mengabaikan
yang lainnya, adalah suatu tindakan yang keliru. Kecelakaan mobil itu mempunyai satu
anatomi suatu bentuk atau struktur dair unsur-unsur yang saling berhubungan. Setiap
komponen perlu di cermati jika anda dibandingkan yang lainnya. Sebagian lagi bukan sesuatu
yang penting. Di antarannya ada yang mahal untuk mengoreksinya dan yang lainnya murah.
Tetapu secara bersama-sama mereka telah membentuk suatu anatomi dari kecelakaan itu.

Kecelakaan Ada penyebabnya!

Ilmu pengetahuan telah mengondisikan kita untuk mempercayai hubungan “ sebab dan akibat”
, bahwa setiap akibat seperti suatu kecelakaan mempunyai sebab. Kita menolak gagasan yang
menyatakan suatu kecelakaan yang tidak ada sebabnya.

Lebih dari 2000 tahun lalu, marcus tullius cicero mengatakan: “mencermati penyebab dari
kejadian jauh lebih menarik dibandingkan kejadinnya sendiri”. Ornag sering menghubungkan
kecelakaan dan kerugian kepada hal-hal yang berbau mistis, seperti dewa-dewa yang marah.
Tetapi kemudian, metode-metode ilmiah secara gradual mampu memberikan jawaban rasional
tentang mengapa itu terjadi. Secara umum, kecelakaan dan kerugian dipandang sebagai
kejadian negatif.

Dr. Nestor B. Kowalsky dari lovelace foundation for medical education mengusulkan suatu
konsep yang berbeda tentang suatu kecelakan. Dia mengatakan bahwa suatu kesuksesan pasti
didahului oleh sutau rangkaian tindakan yang disengaja atau tidak disengaja, dimungkinkan
untuk terjadi oleh banyak pilihan atau keputusan. Tentu saja, “penyebab” kecelakaan atau
kerugian tidak bisa dialamatkan kepada dewa-dewa yang marah tadi. Disisi lain, gagasan
dimana suatu kecelakan adalah suatu kejadian yang berpotensi bisa diduga, sangat
mengganggu sekaligus menarik.

Page 71 of 105
Asumsikan kecelakan itu sendiri terdiri dari serangkaian tindakan manusia, keputusan, atau
pengabaian seperti barisan kartu domino. Ketika domino terakhir disisipkan ke dalam barisan,
maka kecelakaan secara otomatis terjadi. Mengapa konsep itu menggangu?. Karena anda tidak
bisa menyebut suatu kecelakaan sebagai suatu kesempatan. Mengapa menarik? Karena
memberikan penglihatan dari suatu harapan baru untuk bisa mencegah suatu kecelakaan. Jika
domino pengacau dapat diidentifikasi dan diisolasi, kita tidak perlu mengeliminasi semua
kartu. Cukup satu kartu domino yang menjadi penyebabnua. Jadi dengan cara mengabaikan
pikiran bahwa kecelakaan adalah suatu serangan tak terelakan dari suratan nasib, kita dapat
melawanya dengan dua cara. Pertama, mencegahnya menjadi suatu kemungkinan karena kita
mampu. Kedua, dengan cara mengenali berbagai penyebabnya. Kita bisa melumpuhkan suatu
kecelakaan dengan cara menghapuskan beberapa dari tidak harus semua penyebabnya serta
berkosentrasi pada yang paling gampang atau yang paling hemat biayanya.

Pada tahun 1980, satu elevator Pillsbury yang dibangun pada tahun 1914 di St. Jospeh ,
Missour, untuk pertama kali meledak. Sejumlah pekerja tewas dan luka-luka. Kakek mereka
dan bapak dari kakek mereka, mungkin sudah bekerja dengan aman dalam elevator itu selama
puluhan tahun sebelum kartu domino terakhir melakukan tugasnya. Contoh lain, satu gudang
gandum yang dibangun pada tahun 1900 di Council Bluffs, lowa, meleda pertama kali tahun
1982, menewaskan lima pekerja dan melukai dua puluh empat pekerja. Perlu waktu depalah
puluh dua tahun untuk medapatkan semua kartu domino bersama-sama disana.

Kenali Preseden

Setiap risiko mempunyai satu garis keturunan. Bentuk dai suatu risiko bisa nampak unik
sebagai contoh, produksi perdana dari setiap manufaktur dapat menyebabkan suatu kecelakaan
tetapi setiap kerugian mempunyai akar umum

Risiko apapun bisa menjadi satu peristiwa pertama kali, tetapi bisa muncul kembalu hanya
dalam suatu bentuk yang sedikit berbeda. Artinya, setiap risiko mempunyai satu preseden.
Mengapa hal ini penting diketahui?. Karena anda tidak mau menantikan suatu kecelakaan
terjadi sebelum mengenali potensinya karena pengetahuan untuk itu sesungguhnya ada. Konsep
perwujudan inilah yang menyebabkan manajemen EXXON, setelah tenggelamnya pengeboran
lepas pantai rig Ocean Ranger tahun 1982, mendirikan sistem manajemen risiko.

Page 72 of 105
Preseden dari risiko apapun harus dikenali karena bermanfaat untuk mengurangi risikonya.
Persoalannya adalah, bagaimana anda memastikan bahwa risiko yang terjadi ada
pendahuluanya?. Anda perlu meneliti catatan dari pengalaman masa lalu.

Tiga Tingkatan Pencarian

Misalnya anda ditugasi sebagai manajer sistem manajemen risiko dari suatu perusahaan
mutinasional schmizoleone. Anda masih ingat bahwa anda akan memerlukan empat jenis
pengetahuan untuk mengendalikan risiko korporat:

1. Sistem operasi total


2. Menggunakan semua environments, politik, sosial, budaya, hukum, ekonomi dan
lingkungan teknis.
3. Setiap risiko adalah mungkin
4. Satu metoda analitik untuk mengombinasikan 3 yang pertama.
Ketiga jenis pengetahuan yang pertama harus anda gunakan untuk mencari
semua sumber dari risiko schnizoleona. Oh, maaf anda belum pernah mendengar
tentang schmizoleones?. Ok, jadi anda harus memulainya dengan pengetahuan jenis
pertama : know what it is that must have its risks managed. Suatu schmizoleone adalah
suatu alat serupa mobil traktor salju dengan kemampuan opsional untuk dapat
memanjat kemringan. Setelah tahu apa itu, lalu apa yang anda akan lakukan sekarang?.
Gunakan 3 level pencarian yang ditunjukkan.
1. Imajinasi
2. Pendapat ahli
3. Catatan sejarah

Oleh karena percaya kepada known precedenr : maka anda memulainya


dengan mencari sejarah risiko dari mobil traktor salju. Sejarah ini tidak hanya
mencakup data kecelakaan saja tetapi juga berkas asuransi, bahkan pengalaman dari
orang-orang yang pernah bekerja pada industri itu. Tingkat kedua dari pencarian
adalah dengan berkonsultasi kepada ahli yang mempunyai pengetahuan tangan
pertama dan mereview apakah ada pengalaman yang mungkin belum
terdokumentasikan. Terakhir, anda menggunakan semua yang sudah anda miliki
dan tentu saja imajinasi dan intuisi untuk membayangkan possible risk yang dapay
terjadi. Satu-satunya batas adalah bahwa setiap sumber yang anda temukan harus
melewati hukum murphy: “ if anything can go wrong, it ultimately wil” (jika

Page 73 of 105
sesuatu bisa salah, pada akhirnya kesalahan itu akan terjadi). Kecelakaan hanya
persoalan waktu.

Tinjauan Masa mendatang: Hulu dari sudut kejadian

Semua orang mempunyai 4 kakek dan 4 nenek. Suatu kerugian juga punya 4
leluhur. Leluhur dari suatu kecelakaan diperlihatkan pada yaitu 4M : manejemen,
manusia,mesin dan media. Keempatnya adalah kategori umum dari sumber risiko.
Kita bisa menggunakan untuk membantu memperluas cakrawala dalam pencarian
kita.

Manajemen Manusia

Kecelakaan atau
kerugian

Media Mesin

Sebelum itu, ada cerita tentang pemburuan emas. Buruh tambang pergi ke
hulu disuatu teluk dan anak sungai kecil, dan membangun suatu piranti untuk
mengayak emas. Sekumpulan ayakan dan sejumlah saringan digunakan untuk
menemukan apa yang mereka cari.

Demikian juga bila anda mengidentifikasi sumber risiko. Kita menyisisr


dengan suatu sistem dan menggunakan berbagai jenis filter untuk menemukan suatu
risiko. Dan anda sebenarnya sudah melakukan itu dalam banyak kesempatan
sebelumnya tanpa anda sadari. Misalnya, ketika anda merencaknakan akan berlibur
untuk 2 minggu ke suatu tempat, anda bertanya pada diri sendiri, “ berapa banyak
uang yang akan saya perlukan?” . anda lalu membuat daftar suatu “cash” filter.
Tetapi ingat, pendekatan sistem juga meminta anda untuk mendokumentasikan

Page 74 of 105
daftar itu. Sudah tentu daftar untuk suatu korporat akan lebih menyeluruh dibanding
dengan masalah uang untuk liburan tersebut. tetapi idenya sama.

Pertanyaan kemudian, apa saja filter dari risiko?. Satu contoh untuk risiko
malprakter media pada suatu rumah sakit diberikan. Disana ada 21 zona (filter)
dalam diagram Venn. Bisakah anda mencari area. Pendekatan lain untuk filter risiko
adalah bentuk model yang diperlihatkan yang digunakan untuk memaksa tim
beripikir keras tentang bahaya di Metro, washington, D.C.

Empat leluhur manajemen, manusia, media dan mesin digunakan untuk membangun
suatu kerangka kerja. Bagian utamanya didaftar dibawah 4 kelompok utama dan
suborfinat atau faktor-faktor dirakit pada setiap bagiannya. Setelah setiap faktor
digunakan sebagai satu filter independen, anda bisa mulai untuk menggabung secara
acak faktor-faktor itu untuk membangun filter baru. Sebagai contoh, bisakah anda
membayangkan risiko yang mungkin hadir ketika anda menggabungkan
“purchasing” (dari management policies) dengan “noise” (dari operational
ervironment)? Atau “operastional peralatan” (dari procedures) dengan “motivasi”
(dari operator)?.
Ingat tujuan kita adalah untuk memikirkan secara menyeluruh semua risiko
potensial sehingga tidak ada risiko yang tak teridentifikasi. Untuk lebih
memperjelas, empat leluhur kerugian masing-masing merepresentasikan jumlah
filter potensial akan dibahas dalam uraian dibawah ini.

Manusia Sebagai Sumber Bahaya (hazard)


Peran manusia dalam suatu sistem bervariasi antara satu dengan yang lainnya. Tabel
18 mendaftarkan beberapa peran manusia yang umumnya ada dalam sistem. Setiap
peran berpotensi membuat kesalahan yang mengakibatkan kerugian katastropik
(kerugian dengan kerusakan besar). Seseorang perancang sistem misalnya, bisa
membuat kesalahan dalam desainya karena tidak memberikan peringatan dini bila
ada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana seharusnya, sehingga kecelakaan yang
fatal terjadi tanpa ada peringatan sebelumnya. Anda dapat membuat daftar untuk
peran manajerial anda sesuai dengan sistem dimana anda bekerja didalamnya.
Kontribusi tingkah laku manusia pada risiko akan dibahas pada uraian berikutnya.

Page 75 of 105
Tabel 18
manusia sebagai sumber bahaya
 Perancang  Pegawai
 Pembuat  Tamu
 Pengawas  Pelatih
 Pemelihara  Operator
 Peninjau  Penjaga

Mesin Sebagai Sumber Bahaya


Leluhur ini sering disalah pahami. Selain dari fisik mesin yang dapat disentuh,
sebenarnya “mesin” juga memiliki unsur-unsur non fisik yang berpeluang
menimbulkan risiko katastropik seperti data, program komputer, persamaan-
persamaan, radiasi dari semua jenisnya, dan cara-cara untuk melakukan sesuatu.
Tabel 19 adalah sebagagi berbagai sumber risiko yang termasuk sebagai bagian dari
“mesin”
Tabel 19
Mesin sebagai sumber bahaya
 Tenaga listrik  Tata ruang
 Elevator  Alat tera
 Rantai produksi  Peralatan tes
 Kafetaria  Gudang material

Media sebagai sumber bahaya


“medai berarti semua yang ada disekitar sistem anda berada. Bukan Cuma
lingkungan fisik, tetapi juga meliputi cuaca, temperatur, bunyi, radiasi, dan getaran.
Faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, hukum, dan lingkungan politik, juga
menyimpan risiko. Tabel 20 mendaftarkan sebagian dari faktor-faktor yang disebut
di atas.
Tabel 20
Media sebagai sumber bahaya
 Kebersihan Fasilitas  Pasar untuk produk
 Litigation Mood  Friksi (gesekan ) lantai

Page 76 of 105
 Spirit komunitas  Skema warna /color scheme
 Hubungan perburuhan  Kriteria kepgawaian
 Intensitas pencahayaan  Cuaca
 Perilaku pegawai  Hubunngan ras

“Media” bisa dibagi menjadi dua bagian: eksternal dan internal. Lingkungan
internal dan eksternal ikut memberi tekanan kepada sesuatu sistem. Lingkungan
internal memberika tekanan kepada orang atau sesuatu, baik yang diakibatkan oleh
perilaku manusia atau suatu kegiatan. Misalnya, mesin mobil yang menimbulkan
panas dan getaran. Anda juga harus mewaspadai suatu yang melapisi lingkungan
manusia seperti ketakutan, sakit, “keyakinan”, kebencian, dan nafsu yang
berkembang bersama dengan lingkunngan eksternal.
Ketika risiko dapat dilacak kepada lingkunngan internal, mungkin perlu pembedaan
lebih lanjut, seperti antara kegiatan yang dinamis dan kegiatan statis.

Manajemen sebagai suatu sumber bahaya


Sebagian besar manajer banyak yang tidak menyadari bahwa mereka dapat benar-
benar meciptakan risiko atau bahaya dari keputusan yang mereka buat. Tetapi untuk
menyapu sumber risiko, anda harus independen dan fokus pada kebijakan
manajemen, prosedur, permintaan, keinginan, citra diri dan respon.

Tabel 21
Manajemen sebagai sumber bahaya
 Program pelatihan  Penggunaan gelar
 Kebijakan fiskal  Teknik motivasi
 Prosedur investigasi  Konsep diri
 Hirarki pnilai  Visibility demand
 Kriteria promosi  Suasana persaudaran
 Kemampuan komunikasi  Utulitas data

Page 77 of 105
 Kecelakaan selalu ada penyebabnya dan jarang disebabkan oleh penyebab
tunggal
 Setiap kerugian selalu mempunyai preseden historis yang akan
mengingatkan manajemen kepada potensi untuk kambuh.
 Penyebab kerugian secara sistemats dapat diramalkan dengan menggunakan
ide “filterisasi” atas manusia, mesin, kimia, manajerial, lingkungan, dan
faktor-faktor penyebab lain.

Menguji perilaku manusia


Manusia jarang didiskusikan sebagai sumber dari bahaya dan risiko. Padahal
perilaku manusia adalah isu sentral dalam kerugian kecelakaan. Akan mengupas
konribusi manusia pada terjadinya suatu kerugian yang menarik adalah ulasan
bahwa penyebab risiko adalah manusia. Bukan teknikal. Artinya, dalam setiap
kecelakaan memang ada kontribusi dari kegagalan peralatan, namun yang perlu
dipertanyakan adalah bagaimana bisa gagal? . bukankan kegagalan peralatan
disebabkan oleh faktor manusianya juga yang lalai memeliharamya?
Meski bukan sesuatu yang abru, namun kita tetap bisa dikejutkan oleh sinyaleme,
bahwa faktor pengabaian sering menjadi penyebab utama. Ada kecenderungan kita
untuk mengabaikan peringatan bukan cuma “before the fact” tetapi juga “after the
fact”.
Membahas risiko terkait dengan pekerjaan baik dari konteks motif orang untuk
bekerja mau pun dalam konteks antara pekerja dan pekerjaannya. Juga akan dibahas
bagaimana “pandangan dunia” seseorang bisa berisiko bagi organisasi.

Penyebab risiko adalah manusai buka teknikal


Teknologi mendominasi dunia modern. Dari tinju sampai hubungan seksuan
diperlakukan sebagai subyek metode ilmiah. Tekanan utama dalam kursus-kursus
keselamatan misalnya, adalah bahasan tentang rekayasa. Menurut definisi, sebuah
sistem rekayasa adalah suatu sistem yang aman. Tetapi kurikulumnya jarnag yang
mencakup perilaku manusia. Belum memikirkan kartu domino yang merupakan
anaatomi dari suatu kecelakaan. Setiap domino merepresentasikan suatu keputusan
yang dibuat oleh beberapa orang. Dengan begitu semua kartu domino akhrinya
dapat dilacak kepada “kesalahan manusia”.

Page 78 of 105
Pada tahun 1979 terjadi kecelakaan di pembangkit tenaga nuklir Three mile island.
Konsekuensinya sangat luar biasa untuk ukuran apapun baik finansia, efek
emosional fisik, maupun masyarakat disekitar, atau masa depan dari energi nuklir
itu sendiri. Apa kesimpulan terpenting mengenai penyebabnya?. Penyebabnya
adalah gabunngan dari kegagalan perlatan dengan tindakan manusia yang tidak
sesuai. Unsur manusianya sendiri dilewatkan. Tak seornag pun yang
mempertimbangkan:
1. Kompetensi dan pelatihan para manajer, teknisi, dan operator
2. Keputusan yang mereka buat dan kondisi yang harus mereka buat
3. Kemampuan mereka dalam mengantisipasi masalah
4. Realisasi dari kebutuhan untuk berkomunikasi tepat waktu dan informasi yang
akurat.

Bukankan pembajakan, penculikan, dan pencuri adalah contoh-contoh dari perilaku


manusia yang membuat kerugian?.

Refleksi Pnegabaian?

Prilaku manusia yang dapat menimbulkan risiko tampak pada:

1. Mengabaikan pemberitahuan before the loss


2. Tidak ada usaha untuk melakukan koreksi dari penyebab after the loss

Mengapa manajemen risiko mengabaikan perilaku manusia dalam mengontrol


risiko?

Jawabanya paling tidak ada empat kemungkinan. Pertama, kompleksitas dari


perilaku manusiayang sangat tinggi. Kedua, model matematis akan selalku
superficial dlaam menunjuk dengan tepat kerugian potensial sehubungan dengan
perilaku manusia karena harus menyederhanakan kompleksitas hidup yang tidak
dpaat dihitung hanya dengan mengambil populasi yang besar dari data statistik.
Kemungkinan ketiga, karena orang cenderung mempertahankan dirinya maka
tindkaan preventif bisa diterima”selama tidak menyalahkan saya” keempat,
perusahan melakukan kontrol atas perilaku karyawan hanya pada jam kerja, atau
hanya sekitar sepertiga dari waktu hidup orang. Pada dua per tiga waktu sisanya,
perilaku karyawan sudah diluar kontrol pemberi kerja. Padahal penggunaan obat,

Page 79 of 105
kebiasaan tidur, pola makan, aktivitas pemberi kerja. Hobi, dan hubungan
perkawinan, sangat berpengaruh pada perilaku di tempat kerja.

Manusia dan Pekerjaan

Manusia adalah makluk yang sangat kompleks, tetapi manajemen risiko klasik
sangat sedikit memahami bahwa manusia adalah bagian penting dari suatu kerugian
yang ingin dikendalikan. Mari kita mulai dengan ekspentasi orang. Apa yang
diharapkan orang dari pekerjaannya?. Banyak sekali kemungkinan jawabannya.
Ada yang melihat pekerjaan sebagai suatu kewajiban atau ibadah. Yang lain,
mengatakan sebagai sebuah outlet sosial. Yang lain lagi mengatakan untuk mencari
kepuasan tertentu, tujuan hidup, dan kebutuhan hidup. Bahkan kenikmatan bisa juga
menjadi ekspentasi sejumlah orang. Jika ekspentasinya terealisasi, kerugian
sehubungan dengan perilaku manusia mungkin akan menurun. Tetapi jika tingkat
ekspentasi orang yang bekerja berbeda dari apa yang diharapkan manajemen dari
pekerjaan mereka, akan lebih banyak risiko dapat terjadi. Misalya jika orang
memandang pekerjaannya sebagai satu outlet sosial asal tidak menggangur, apa dia
bisa berkonsentrasi pada pekerjaanya?.

Pekerjaan dapat dibagi menjadi dua kategori: statis dan dinamis. Masing-masing
dengan sejumlah risikonya. Pekerjaan statis tidak berubah dalam periode waktu
lama sehingga membosankan. Risikonya tinggi, antara lain karena kurangya
motivasi. Pekerjaan dinamis, tingkat adaptasinya terhadap perubahan sosial lambat,
disertai oleh demoralisasi dan jumlah “kecelakaan adaptif” yang tingggi karena
tidak bisa menangani perubahan terus menerus.

Pandangan Dunia

Analisis telah merancang suatu “peta psikologis” untuk membantu orang


memahami mengapa seseorang memegangi asumsinya, bagaimana dia
mematuhinya, dan bagaimana dia bereaksi kepada asumsi lain. Peta ini berisi lima
lokasi pandangan dunia. Setiap pandangan diterima berisi perasaan unik dari agama,
tujuan hidup, dan gaya hidup yang diterima. Dari sudut pandang risiko, setiap
pandangan dunia berpotensi beresiko karena mereka menganggap pilihan
pandangannya sebagai yang paling benar dan satu-satunya “kebenaran”. Lima
lokasi peta telah diberi kode warna sebagai berikut.

Page 80 of 105
1. Stasiun merah: dunia adalah sesuatu yang tak ramah, tempat yang agresif, dan
hanya yang paling kuat yang bisa bertahan. Orang cenderung diatur oleh suatu
perasaan ketergesaan yang kuat.
2. Stasiun Biru: dunia itu kaku dan dapat diramalkan, serta berjalan sesuai aturan.
Setiap orang harus menyesuaikan diri dengan tradisi dan mengenyampingkan
otoritas individunya.
3. Stasiun Oranye: dunia itu predikat dari tindakan dan penghargaan materi,
dengan peluang datang bagi mereka yang pergi mencarinya dan yang mau
membayar harganya. Ini adalah pengambilan risiko di dalam “taruhan tinggi”
karier.
4. Stasiun Hijau: dunia seperti pelangi, dengan penekanan pada kedamaian dan
harmoni. Orang percaya bahwa teknologi telah memudarkan alam semesta,
menyebabkan kita membatalkan cita-cita luhur yang sekarang harus ditangkap
kembali.
5. Stasiun Kuning: dunia adalah tempat dari kebebasan total personal, selama tidak
ada yang terlukai oleh pilihan anda. Orang menekankan pada satu gaya hidup
yang memaksimalkan kreatifitas, flesibilitas, dan pemenuhan diri simbol
pengabaian dari status dan kekayaan.

Pandanngan dunia mempengaruhi orang dalam memilih perannya dalam suatu


sistem. Pengoperasian sistem harus sensitif kepada dan toleran untuk
keanekaragaman yang dipresentasikan oleh peta diatas. Jika tidak, mereka bisa
dengan mudah menjadi suatu sumber risiko.

Bahaya Mismatch

Anda harus menyakinni bahwa pemilihan personil dan penugasan mempunyai


potensi risiko. Jika personil dengan kemampuan lebih ditugasi pekerjaan dengan
banyak pengulangan dan tidak memerlukan pemikiran yang menantang, akan terjadi
sekumpulan risiko. Untuk sebagian besar orang ada pekerjaan yang jauh lebih
memberikan stimulasi kreatif sehingga gejala ketumpulan seperti kurang perhatian
pada pekerjaan, kecerobohan , kecenderungan mengambil jalan pintas, dan
kebiasaan bekerja tidak rapi dapat dihindari. Dari prespektif risiko, akibat dari
ketumpulan membuat pelanggan harus membayar harga lebih tinggi, pemegang
saham menerima dividen lebih rendah, lebih besar risiko untuk pemilik dana, lebih

Page 81 of 105
sedikit kapasitas kerja untuk sistem, dan lebih sedikit jaminan kerja yang
ditawarkan. Tidak ada yang menang.

Yang juga penting, angkatan kerja kini terdiri dari orang-orang berbakat, berpikir
maju, dan bercita-cita tinggi. Maka, mereka kurang menoleranis kesamaan,
sementara pada saat yang bersamaan kesamaan sedang meningkat. Ancaman dari
mismatching pekerjaan tumpul dengan orang cerdas pun semakin membesar.

Buah dair frustasi

Sudahkan anda dibuat frustasi?. Apakah anda sadar bagaimana reaksi anda saat
frustasi?. Tabel 22 berisi sepuluh respon umum kepada frustasi. Mereka tidak perlu
membebaskan frustasi yang mana pun. Masing-masing hanya perlu satu lompatan
adaptif. Kecelakaan utama dapat dilacak kepada masing-masing tindakan preventif
frustasi. Usaha “keluar’ dari frustasi memakan waktu dan tenaga. Banyak orang lari
kepada alkohol dan obat-obatan dan itu membuat risiko menjadi lebih besar lagi.

Hirarki Kebutuhan H. Maslow

Terdapat cara untuk mengidentifikasi mengevaluasi dan mengendalikan riisko


perilaku. Abraham H.Maslow membuat “hirarki kebutuhan” dan menyediakan suatu
kerangka untuk mengidentifikasi risiko potensial yang berhubungan dengan
pekerjaan mereka.

Lima tigkat kebutuhan yang diidentifikasi Abraham H. Maslow adalah

1. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan fisik seperti makanan, kehangatan/keramahan,


tempat perlindungan, tidur, pemenuhan seksual, dan air.
2. Kebutuhan keselamatan: kebutuhan untuk bebas baik fisik, emosional maupun
penyakit.
3. Kebutuhan rasa memiliki dan cinta: kebutuhan untuk merasakan secara sosial
diterima dalam satu kelompok dimana anda bisa memebri dan menerima cinta
4. Kebutuhan penghargaan: kebutuhan untuk merasakan nilai pribadi seperti rasa
hormat, pengenalan, dan status lain.
5. Kebutuhan aktuaslisasi diri: kebutuhan untuk dapat mengungkapkan diri lebih
rill dengan cara merealisasikan kapabilitasnya.

Page 82 of 105
Tabel 22 reaksi terhadap frustasi
Agresi : Tiba-tiba menyerang seseorang atau sesuatu untuk melepaskan
perasaaan yang menjadi beban. Contoh, menendang dinding karena anda
memerlukan uang segera untuk suatu kebutuhan.
Kompensasi : anda semakin mengejar sesuatu untuk menutupi suatu kekurangan
yang dirasakan atau dibayangkan. Contoh, seseorang pimpinan yang bekerja
tekun dan keras karena organisasinya tidak mengalami kemajuan.
Konflik : setting atas suatu situasi antara dua pihak yang tidak berkaitan dengan
frustasi anda yang akan meletus dalam suatu reaksi kejam sesuai dengan apa
yang anda ingin tetapi tidak ada dorongan untuk berpartisipasi di dalamnya.
Contoh, mengirimkan seorang karyawan baru meminta sesuatu yang sebenarnya
sudah dilarang oleh organisasi.
Konversi : ekspresi konflik emosional didalam otot, sensor, atau gejala fisik dari
cacat, tidak berfungsi, atau sakit. Contoh, tinggal dirumah dengan sakit kepala
yang dimulai setelah suatu proyek andalanya gagal.
Penarikan : berlari, secara fisik atau psikoligis dari pandangan frustasi. Contoh,
mencibir bibir,menolak gestur persahabatan untuk beberapa hari ketika suau
idenya ditolak.
Identifikasi : mningkatkan penghargaan anda dengan cara mempola prilaku anda
dan mengadopsi nilai dari seseorang yang anda hormati. Contoh, berlagak boss.
Proyeksi : melindungi diri dari sesuatu yang tidak diinginkan dengan melakukan
sesuatu. Contoh, menuduh seorang rekan mencari-cari publisitas yang tanpa
sadar juga anda inginkan.
Resionalisasi : pembenaran perilaku yang tidak baik atau memberi pernyataan
dengan cara menyiapkan penjelasan yang bisa diterima. Contoh, meletakan diri
anda diatas hukum lalu lintas dengan sembrono menyeberang dalan dan
mengatakan bahwa cara itu “diperlukan”
Reaksi-formasi :menyatakan dengan sebaliknya suatu perilaku atau sikap
dengan membrikan argumentasi yang tidak bisa diterima oleh kesadaran anda
pada saat itu. Contoh, menolak membayar keterlambatan kurang yang anda
harapkan.
Regresi : kembali ke suatu perilaku awal yang belum dewasa. Contoh, seseorang
manajer yang menyangka mengambil alih pekerjaan dari klerek bawahannya.

Page 83 of 105
Pada sebagian besar sisten, orang mengerjakan kelima tingkatan diatas. Dan
risiko pada setiap tingkat berbeda. Oleh karena itu, identifikasi risiko berarti
mempertemukan risiko dari satu tingkat tertentu dengan orang di level tersebut.
dari pengalaman diketahui bahwa semakin ringgi tingkat kebutuhan
mengidentifikasi risiko perilaku manusia mungkin seperti mengidentifikasi
bidang yang sulit dimengerti, tetapi hal itu akan memberi rahasia untuk
terobosan-terobosan dalam pencegahan kerugian.
 Manusia adalah sekumpulan faktor yang umum dan komplek dalam
pencegahan kerugian aksidental.
 Frustasi adalah stimulus utama untuk bahaya kemanusiaan.
 Perilaku menjadi kontributor kepada kerugian
 Memprediksi reaksi manusia kepada situasi tertetu masih merupakan
seni yang tidak jelas perlu bijaksana.

Membangun Suatu Fondasi Fungsional


Inputs dan outputs
Pendekatan sistem menghendaki batasan yang tajam antara know input dan
desire output. Input dan output ini menjalankan dan mematika sistem yang
bertugas untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol risiko, akan
tetapi input dan output tidak selalu mudah didefinisikan. Pada beberapa kasus,
untuk menetapkan input dan output memerlukan waktu berbulan-bulan sejumlah
pertemuan dan debat.

Memulai membuat FFBD


FFBD adalah instrumen fondasional yang diperlukan untuk mengidentifikasi
risiko secara sistematis. FFBD mencoba mengambarkan suatu aktivitas utama
dari suatu entitas sedemikian rupa sehingga meliput semua tahapan dan kegiatan
yang dilaksanakan dan memudahkan kita untuk mengidentifikasi titik-titik
dimana risiko potensial berada dan bagaimana bentukya. Dengan FFBD semua
upaya pengidentifikasi risiko dilakukan dalam perpektif global.

Page 84 of 105
FFBD untuk percetakan disuatu rumah sakit. Percetakan itu, meski hanya
bagian kecil dari suatu entitas yang besar, dapat diperlukan sebagai suatu sistem.
Bagaimana FFBD itu telah disiapkan?. Bagaimana memulainya?.

What not , who, why, where, when, or how


Tetapi FFBD tampak terlalu sderhana tidak menyebutkan siapa, mengapa,
dimana, bila atau bagaimana. Anda bisa protes dan anda benar. FFBD hanyalah,
suatu diagram sederhana. Selama kita konsen akan eksklusifitas dari apa yang
harus dilakukan, kita menghindari debat tentang yang terjadi di atas hamparan
suatu tugas, dimana dia berada, mengapa aktivitas itu penting, dan bagaimana
harus dicapai FFBD tak mengancam siapa pun. Bagaimana pun pentingnya,
keistimewaan dari tema membuat perhatian semua orang terfokus pada misi
sistem, dan misi itu peka kepada risiko yang sedang kita coba
mengidentifikasikannya. Jadi, ingat untuk membuatnya tetap sederhana. Jika
nama, organisasi, atau lokasi mulai muncul dalam kotak, anda akan tahu bahwa
FFBD sedang dialihkan dari sifat kesederhanaannya. FFBD harus bebrbuat
sesuai namanya. Dia adalah suatu diagram yang terdiri dari fungsi-fungsi yang
ditempatkan dibalok dan disusun untuk mengalir dari kiri ke kanan.

Ide and or
Kita belum mendiskusikan proses mengalir di FFBD. Balok, sangat susah
mengalir! Bukan tidak melakukan fungsinya. Yang membuat mereka mengalir
bersama adalah “penalaran perintah atau urutan kejadiannya”. Ahli matematika
suka menggunakan proses penalaran logika, tetapi kita hanya perlu memahami
bahwa balok terhubung satu sama lain oleh garis-garis ketika masing-masing
fungsi berhubungan.
Sebuah pendekatan praktis untuk menjada suatu perspektif yang seimbang
terhadap jumlah balok adalah dengan menetapkan secara kasar jumlah
maksimumnya. Jika anda sedang menyiapkan FFBD untuk sejumlah divisi dari
suatu perusahaan, gunakan kuota efektif. Ffbd untuk 47 fungsi berbeda dirumah
sakit telah disiapkan. Meskipun mereke mereprsentasikan varian tanggung
jawab dan jumlah karyawan, setiap peserta fungsional yang telah diberi satu
kuota kita-kira 30blok untuk FFBD mereka. Beberapa, seperti fungsi perawatan
kepastoran menggunakan hanya 17 balok, sementara fungsi kepegawaian

Page 85 of 105
mempunyai 52 balok. Tetapi tujuan rata-rata itu untuk melayani sizing detil
fungsional.

Keterlibatan pasrtisipatif
Persiapan awal dari suatu FFBD yang terbaik bila dilakukan oleh seseorang
yang menanyakan pengetahuan orang tentang sistem. Mulailah dengan satu
kertasdan sebuah pena. Jangan risau tentang perlu tidaknya menggunankan
sebuah penggaris. Soal kerapian bisa dilakukan belakangan. Segera setelah draft
pertama diselesaikan, harus diteliti dan dikritik oleh beberapa orang yang
familiar dengan sistem . mintamasukan dari orang yang bertanggung jawab dan
libatkan mereka. Lebih luas keterlibatan dalam persiapan, akan semakin besar
penerimaan terhadap versi akhir.
Karena yang menyiapkannnya orang, FFBD bisa salah oleh karena itu, mereka
harus dipelajaro secara hati-hati. Jangan tergoda untuk menyiapkan satu versi
final sebelum dicek ketelitiannya. Sedikitnya tiga versi asli diperlukan untuk
memperoleh kelengkapan yang diperlukan. FFBD adalah untuk manajemen
risiko sistematis, dan telah bertahun-tahun digunakan di banyak aplikasi.
Beberapa orang dapat dikacaukan dengan PERTdibanging PERT, FFBD jauh
lebih mudah dipahami dan tidak kontroversial. Lagi pula mempunyai keguanaan
lebih besar. Setelah versi akhir dari FFBD selesai dibuat harus didistribusikan
secara luas didalam sistem.
 Founctional flow diagram blok adalah titik awal dari proses
pengidentiifikasian risiko.
 Siapapun bisa menyiapkan suatu FFBD. Tidak diperlukan perangkat,
kosa kata, atau keahlian khusus.
 FFBD sangat membantu para manajer dalam tugasnya untuk
mengidentifikasi risiko, termausk dalam menyusun anggaran, kebutuhan
logistik, perencanaan, dan pembagian pekerjaan.

Skenario: jantung dari pengidentifkasian risiko


Kita telah memutuskan untuk mengidentifikasi risiko dengan suatu metode. Kita
juga telah komit untuk menemukan risiko sebelum mereka menemui kita

Page 86 of 105
bergerak dari reaksi-reaksi kepada pencegahan sistematis. Selain itu, kita telah
mampu dengan tepat menentukan sumber dari risiko terutama perilaku manusia.
Kita telah juga meletakkan suatu idnuksi dengan FFBD yang akan memandu
pencarian kita. Jadi, apa yang belum dibahas?
Ini akan membahas skenarion bahaya, yaitu suatu dokumen yang dirancang
untuk mendokumentasi semua hal terkait dengan risiko yang telah berhasil kita
identifikasi, seperti deskripsi dari risiko, unit organisasi dimana risiko berada,
hasil evalusi atas risiko, tindakan pencegahan yang direkomendasi, kapan harus
dilaksanakan, dan lain-lain keterangan mengenai risiko. Dokumentasi ini
penting, karena merupakan ciri utama dari suatu pendekatan sistem.
Dokumentasi mengenai risiko/bahaya kelak sangat diperlukan untuk
menghadapi tuntutan pengadilan atau untuk melakkan evaluasi dari efektivitas
pengendaliannya.

Masalah dari gambar parsial


Selama berbulan-bulan mengikuti bencana nuklir pada bulan april 1986 di
Chernobyl, dekat kiev, kota terbesar ketiga di Uni soviet, masyarakat hanya
memperoleh potongan-potongan informasi. Pertama, kita diinformasikan
mengenai panas api 4000 dderajat celcius yang tidak terkendali yang
mnengakibatkan pelepasan butir-butir radioaktif ke atmosfir, dan akhirnya
terjadi peningkatan radiasi keseluruh dunia. Kemudian, penanganan dari korban
dengan pencakokan tulang sumsum. Krisis agrikultur muncul segera setelah
kejadian dimana rumput dan makanan terkontaminasi. Masing-masing unsur ini
(fisik, nuklir, manusia, agrikultur, ekonomi, atau politik) memerlukan penelitian
dan usaha intensif untuk meminimumkan risikonya. Bagaimana faktor-faktor
yang berlainan dapat dikelola terutama sebelum terjadi?

Skenario Bahaya
Skenario bahaya berisi suatu uraian singkat dari faktor-faktor penyebab
gabungan yang membentuk anatomi suatu kerugian aksidental. Secara umum,
mereka bersama-sama merangkai komponen orang, mesin, media, dan
manajemen.

Page 87 of 105
Sebuah rumah sakit menyiapkan tiga skenario yang dapat memicu oenulisan
skenario dirumah sakit itu. Tida skenario dimaksud adalah satu untuk seorang
oengunjung, seorang pasien, dan satu untuk anggota staf.
1. Selama hujan badai lebat tengah malam, seseorang yang sedang berduka,
bergegas mendatangi rumah sakit untuk mengunjungi anaknya yang baru
saja mengalami luka-luka parah. Dia mendekati pintu otomatis, dan
pintu pun terbuka. Dia membuka pintu kemudian masuk, tetapi ia
memutar tubuhnya sebentar unutk melihat kembali kegelapan malam,
dan saat itu pintu menutup. Kacamatanya hancur, mencabik kedua
matanya. Hasilnya kebutaan permanen.
2. Seorang pasien dikelas satu telah salah ditangani oleh seorang perawat
dari giliran malam karena disuntik dengan suatu obat yang berlawanan
dengan kondisinya. Pasien terkena shock anaphylactic tak terditeksi dan
akhirnya mati.
3. Seorang dokter, sesudah melakukan katerisasi jantung seorang
pasien,sedang mengecek peralatan cardiac cath lab dan secara tak
sengaja meraih satu botol hidrogen padat. Botol jatuh kelantai dan
klepnya putus, hidrogen pun lepas dan dengan segera meledakkan
peralatan elektrikk di laboraturium dokternya tewas.
Ketiga skenario diatas telah menstimulasi terciptanya berpuluh-puluh
skenario bahaa. Sekarang orang mengetahui ada banyak risiko disekirae
tempat kerjanya yang slama ini luput dari perhatiannya. Ketiga skenario
di atas mempunyai unsur-unsur orang, mesin, media , dan manajemen.
Yang paling sulit ditemukan adalah kontribusi manajemen dalam
penciptaaan kerugian. Tetapi sesungguhnya itu ada disana,yaitu dalam
pengambilan keputusan mengenai desain pintu otomatis, intensitas
penerangan dan administrasi obat, serta okasi penempaan hidrogen
padat.

Membangun dengan fondasi FFBD


Penulisan skenario itu mudah paling tidak untuk situasi tertentu. Anda
tidak perlu lebih dulu menjadi ernest hemingway untuk bisa menulisnya.
Tetapi karenaformasinya cukup mudah, anda cenderung untuk
menggambarkan hanya sutau setting yang jelas, nyata, menarik, atau

Page 88 of 105
berdasarkan kejadian yang sudah anda kenal. Akibatnya, anda tidak
mendapatkan “prespektif global” yang diperlukan oleh pendekatan
sistem.
Dengan FFBD anda bisa menggambarkan sistem anda menjangkau
seluas yang diperlukan, yaitu dengan memebrikan satu kuota dari
skenario untuk setiap balok dari FFBD. Anda akan mempunyai suatu
distibuso relatif dari skenario melintas sistem keseluruhan. Tentu saja,
ketika bank data skenario tumbuh, profilnya mungkin tidak rata
sempurna, untuk menghindari keharusan membangun ensiklopedia
skenario dari “basis nol” pada setiap kasus, bank data dari skenario dapat
disimpan dalam komputer untuk keprluan identifikasi risiko masa depan.
Sungguh pun skenario itu tidak akan sepenunya akurat untuk suatu
situaso baru, tetapi mempunyai suatu hubungan umum dan hanya
memerlukan sedikit penyesuaian agar cocok dengan sistem anda.
Untuk sistem yang komplek, anda tidak perlu ragu untuk membentuk
suatu keliarga dari FFBD dengan suatu amster FFBD, mungkin di back
up oleh suatu FFBD terpisah untuk masing-masing balok, dalam master
FFBD. FFBD adalah stimulus kunci untuk penulisan skenario. Mungkin
memerlukan keratifitas dalam menulis skenario untuk suatu balok dalam
suatu FFBD, tetapi ingat bahwa penting disini bahwa anda telah dapat
menggambarkan ketugian utama.
Efektivitas dari skenario yang dilengkapi dengan FFBD telah
mendorong kesadaran bahwa risiko secara dramatis telah dapat
didemonstrasikan di rumah sakit. Banyak manajemen rumah sakit
berpikir bahwa risiko dirumah sakit itu rekatif sedikit. Namun, setelah
proses identifikasi risiko diselesaikan, mereka terkejut karena tim
berhaisl mengidentfkasi puluhan, kalau bukan ratusan, risiko.

Mengoversi Risiko kepada kerugian


Untuk menarik perhatian eksekutif atas risiko dan membangkitkan
pemahaman mereka tentang signifikansi dari bahayanya, anda harus
membuat skenario sebagai klimaksnya!. Salah satu dari aspek
mmepesona daro skenario adalah bahwa mereka melakukan persis denga
apa yang akan terjadi pada suatu kecelakaan, tetapi tanpa akibat.

Page 89 of 105
Skenario dan kecelakaan berbaris menuju suatu anatomi dari suatu
kecelakaan. Perbedaan utama dari keduanya, tidak ada kerugian yang
terjadi.

Sasaran: Pencegahan
Skenario bisa berakhir. Pendapat itu keliru. Skenario adalah suatu alat
untuk ke akhir yang lain. Pencegahan harus diprioritaskan di dalam
pikiran ketika menulis skenario. Di sisi lain, penulis skenario tida
dilarang melihat kemasa depan suatu kerugian. Untuk membayangkan
anatomi suatu kemungkinan kecelakan tidak harus menyebabkan anda
bertanggung jawab atas kecelakaan tidak harus menyebabkan anda
bertanggung jawab atas pencegahannya. Keterampilan penulisan tidak
selalu meliputi bakat kreatid yang diperlukan untuk merumuskan
tindakan preventif.

Tidak Masuk Akal versus Ketidakteraturan


Terdapat dua aturan dasar yang harus diikuti dalam penulisan skenario
bahaya. Pertama, mereka harus mungkin. Kedua, posibilitas dari
kejadian tidak penting. Aturan terakhir menggida khayalan dari banyak
orang, dan mereka akan menulis hal paling bodoh yang mereka bisa
dibayangkan skenario yang menggelikan. Yang lainnya, kehilangan ide
untuk menyimpulkan skenario dengan suatu kerugian, menulis laporan
interim tetapi tidak mencapai klimaks yang diperlukan. Akibatnya, anda
akan mempunyai beberapa skenario yang tidak logis atau bermakna yang
perlu diedit atau bahkan dibuang.
Butir-butir kewajaran
Laporan adalah alat untuk mengidentifikasi risiko. Untuk membuatnya
sederhana terjadi mencakup secara luas konsep yang meliputinya, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penulis skenario, yaitu:
1. Panjang laporan lima sampai enam kalimat saja, atau sekitar enam
puluh kata
2. Ingatkan penulis bahwa harus ada tindakan preventif yang diusulkan
untuk setiap skenario

Page 90 of 105
3. Jangan risau tentang sintaksis, kata kerja, atau ejaan. Akan ada waktu
khusus untuk memperbaikinya.
4. Dorongan penulis untuk mencakup semua unsur dari risiko: orang,
mesin, media, dan manejemen
5. Disarankan untuk memulainya dengan informasi latar belakang hal
atau kejadian yang telah terjadi. “berishkan” skenario, kapan pun
mungkin, dengan menghapus nama-nama dan tempat-tempat yang
akan menghalangi pencegahanya. Jangan menggunakannya sebagai “
a finger pointer”
6. Dorong imajinasi dan intuisi dari penulis. Jangan batasi mereka
dengan apa yang diketahui
7. Secara umum, bawalah cerita ke “kasus terburuknya” atau
pernayataan status kecelakan yang kredibel maksimum. Hindari
kesimpulan yang lemah yang tidak akan menstimulasi tindakan
preventif.
8. Gunakan satu orang atau kelompok untuk mengedit dan
mengevaluasi skenario sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu
gaya umum,tanpa menghiraukan dari siapa skenario berasal.

Batasan Manfaat
Dengan menggunakan skenario, proses identifikasi risiko bisa
menjadi benar-benar sistematis. Tidak ada sesuatu yang
memeprngaruhi risiko yang tidak dimasukkan ke dalam skenario.
Pertimbangankan keuntungan-keuntungan dari suatu skenario bahaya
berikut ini yang tidak diberikan oleh metode lain.
1. Tidak diperlukan keterampilan atau pelatihan khusus untuk
penulisannya.
2. Murah untuk menulis dan memprosenya. Dibandingkan dengan
metoda identifikasi lain. Ini yang paling hemat biaya.
3. Skenario bisa melompat kedepan kepada apa yang belum terjadi.
Mereka tidak tunduk kepada aturan senioritas atau kepada jenis
pemikiran seperti “kita tidak pernah mempunyai masalah itu
sebelumnya”

Page 91 of 105
4. Skenario adalah suatu bentuk ekspresi bebas, tidak terikat kaku
pada aturan dari presentasi atau pemrosesan.
5. Skenario memungkinkan kita fokus total pada pencegahan
daripada penilaian untuk menyalahkan
6. Skenario menyediakan materi pendidikan yang baik mengenai
risiko jauh lbeih baik dari kursus keselamatan. Mereka
mempunyai orginalitas yang menghubungkan kepada kehidupan
nyata dimana hal tersebut kurang diperhatikan pada manejemen
risiko klasik
7. Skenario secara otomatis mencapai tujuan semua pelatihan
tentang risiko karena membuat orang mulai “peduli” risiko
mereka melihat sistem denga kacamata yang sama seperti yang
dipakai oleh manajer risiko
 Skenario bahaya adalah alat uatama yang digunakan
untuk mengidentifikasi risiko-risiko atau kerugian-
kerugian.
 Disiapkan oleh orang yang memiliki pengatahuan
operasional termasuk risiko-risikonya.
 Didasarkan pada sejarah, pengetahuan pakar, intiusi atau
imajinasi
 Mengacu kepada tindakan preventif
 Dapat ditulis oleh seseorang dan subyek dari suatu tes:
“mungkinkan itu terjadi”.
 Skenario bahaya terkait kepada suatu FFBD untuk
inisiasi, keseimbangan, dan intergrasinya kedalam
lingkup sistematis dari identifikasi risiko.

MANAJEMEN RISIKO DAN PENGENDALIAN INTERNAL

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Bank Indonesia


menghadapi risiko yang berpotensi meningkat dan kompleks yang
disebabkan oleh dinamika perkembangan dan tuntutan, baik secara
internal maupun eksternal. Untuk itu, diperlukan pengelolaan risiko

Page 92 of 105
secara komprehensif dan terintegrasi dengan penguatan pada aspek
pengendalian intern.

Pelaksanaan manajemen risiko dilakukan dengan mengacu


kepada international best practices terbaik yang terbagi dalam 3 (tiga)
kategori. Pertama, pengendalian risiko secara first line of defense yang
dilakukan oleh unit kerja yang melaksanakan proses bisnis. Kedua,
pengendalian risiko secara second line of defense dilakukan oleh unit
kerja yang memiliki fungsi manajemen risiko dan independen dari unit
kerja yang melaksanakan proses bisnis. Ketiga, pengendalian risiko
secara third line of defense dilakukan oleh unit kerja yang melaksanakan
fungsi audit internal guna memastikan kegiatan pengendalian risiko
dilaksanakan secara efektif. Dengan adanya pengendalian risiko dalam
tiga tahapan ini, diharapkan proses pelaksanaan tugas Bank Indonesia
khususnya pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan
memperhatikan aspek kehati-hatian, prinsip tata kelola yang baik, dan
memperoleh hasil yang optimal terhadap kinerja, keuangan, dan
kredibilitas kebijakan.

Berdasarkan framework di atas, peran internal audit memiliki


peran penting dalam quality assurance terhadap seluruh proses kerja di
Bank Indonesia. Ruang lingkup fungsi audit internal meliputi
pelaksanaan audit internal dan konsultasi melalui pemberian opini dan
rekomendasi terhadap proses tata kelola, manajemen risiko, dan
Pengendalian. Pelaksanaan fungsi audit internal Bank Indonesia
menggunakan metodologi audit internal berbasis risiko (Risk Based
Internal Audit). Semakin tinggi risiko sasaran audit, maka semakin
tinggi frekuensi pelaksanaan audit internal. Proses kerja yang berisiko
tinggi diaudit setiap tahun, sedangkan proses kerja dengan risiko sedang
dan rendah diaudit dalam rentang waktu yang lebih panjang, yakni sekali
dalam 2 atau 3 tahun.

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN RISIKO DAN AUDIT


INTERNAL

Page 93 of 105
Manajemen risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
bentuk manajemen sebuah perusahaan berkualitas. Manajemen risiko ini
sendiri kerap dikaitkan dengan proses audit internal yang dilakukan
secara berkala oleh pihak perusahaan itu sendiri.

Fungsi utama dari manajemen risiko adalah untuk


mengidentifikasi dan mengelola risiko yang ada, sementara tugas utama
dari audit internal adalah untuk memastikan bahwa semua risiko yang
dihadapi perusahaan telah ditangani dengan maksimal. Di sisi lain,
tuntutan dari berbagai aspek, baik internal maupun eksternal perusahaan
membuat keberadaan audit internal sebagai pelengkap sistem
manajemen risiko menjadi semakin dibutuhkan.

Tuntutan tersebut hadir dalam berbagai bentuk yaitu:

1. Tuntutan dari para pemegang kebijakan dan pemegang saham yang


mengharuskan pihak perusahaan untuk lebih meningkatkan kontrol,
tanggung jawab, dan disiplin. Ketidakmampuan dalam mematuhi
aturan yang ada akan merugikan reputasi dan keberlangsungan
perusahaan itu sendiri. Proses audit internal akan memastikan
persentase dari program risiko dan kepatuhan yang telah dijalankan
oleh perusahaan.

2. Risiko dalam hal keuangan yang semakin kompleks. Kebijakan


dalam hal investasi, pinjaman, dana cadangan perusahaan, serta
portofolio nilai kredit perusahaan membutuhkan pengawasan secara
terus menerus untuk memastikan bahwa semua kemungkinan risiko
yang dapat terjadi sewaktu-waktu telah diantisipasi sebelumnya.

3. Risiko keamanan dari pihak penyedia. Pihak manajemen sebuah


perusahaan, khususnya bagian manajemen risiko perlu lebih
mempersiapkan diri menghadapi risiko yang dibawa oleh pihak
penyedia atau supplier. Pihak supplier yang melanggar kontrak atau

Page 94 of 105
menghadapi permasalahan finansial akan berdampak buruk bagi
pihak-pihak yang terkait termasuk juga pihak perusahaan.

4. Risiko keamanan yang semakin bertambah. Risiko keamanan yang


dihadapi pihak perusahaan menjadi semakin bertambah dari waktu
ke waktu, mulai dari kasus pencurian yang dilakukan oleh karyawan
hingga pembobolan jaringan komputer oleh peretas. Proses audit
internal perlu dilakukan untuk memastikan bahwa sistem dan
kebijakan yang ada memiliki kemampuan untuk menangkan semua
serangan tersebut.

5. Risiko tuntutan hukum atas kelalaian yang terjadi. Saat ini, risiko
mendapat tuntutan hukum dari pihak yang merasa dirugikan oleh
pihak lain menjadi semakin besar. Kasus-kasus seperti ini dapat
berujung pada kerugian baik secara finansial ataupun bisnis. Tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap pihak yang mendapat tuntutan juga
akan berkurang, yang nantinya akan merugikan pihak tersebut.
Pelaksanaan audit internal akan memastikan bahwa segala celah
yang rentan akan tuntutan hukum telah memiliki jaring pengaman.

Dengan adanya semua tuntutan tersebut, keberadaan audit


internal menjadi sangat penting dan berdiri sejajar dengan proses
manajemen risiko. Keberadaan manajemen risiko sendiri tidak akan
lengkap tanpa adanya audit internal untuk
melakukan review terhadap efektivitas kebijakan pihak manajemen
untuk kebaikan perusahaan itu sendiri.

Penerapan Manajemen Resiko Pada Perkembangan Teknologi


Dari zaman ke zaman teknologi selalu memiliki
perubahan dan perkembangan. Kemajuan
teknologi perlu dipahami melalui proses evolusi yang ditandai
dengan beberapa upaya pencarian atau
penelitian.Perbedaan teknologi dalam cara peluang potensial
yang ditandai dengan ketidakpastian dan
inovasi antar perusahaan yang saling berkompetisi (Dosi &

Page 95 of 105
Nelson, 2013). Proses perkembangan
teknologi dan evolusi teknologi dipengaruhi oleh berbagai hal
yaitu perbedaan paradigma dalam kemajuan teknologi yang
berbeda tergantung dari ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu
teknologi bersifat kumulatif karena teknologi saat ini dan
teknologi dimasa depan akan dipengaruhi oleh kesuksesan
teknologi dimasa lalu (Dosi dan Nelson, 2013). Sebuah
paradigma mewujudkan suatu pandangan, defenisi masalah yang
relevan untuk masalah dan pola penyelidikan untuk diatasi.

Menurut Dosi dan Nelson (2013) hal ini yang menuntut


pandangan kebutuhan yang diklaim sebagai pengguna dan atribut
dari produk dan jasa yang meliputi prinsif-prinsif ilmiah yaitu
untuk memenuhi tugas-tugas dan teknologi tertentu yang
digunakan. Sebuah paradigma memerlukan pola tertentu dari
masalah untuk solusi yang dipilih.

Pada pengembangan teknologi canggih perlu diterapkan


manajemen resiko. Menurut Alan dan Robert (2006)
keberhasilan dari proyek-proyek kompleks tergantung dari
perkembangan paralel dan integrasi teknologi yang beragam.
Dalam mengevaluasi teknologi untuk pembangunan teknologi di
proyek-proyek kompleks sangat sulit, akan tetapi sangat penting
untuk perencanaan dan pengambilan keputusan (Alan & Robert,
2006). Dampak teknologi pada kebutuhan, peluang kegagalan,
dan relevansi semua metrik utama perlu dipertimbangkan dalam
proses selesksi teknologi. Tujuan dari penilaian resiko
pengembangan teknologi adalah dengan menggunakan semua
informasi program yang tersedia untuk memperkirakan resiko
bahwa masing-masing teknologi yang sedang dikembangkan
tidak akan cukup matang untuk memenuhi persyaratan dari segi
waktu dan kendala fiskal program. Sehingga hasil dari
penilaian risiko teknologi tidak alat keputusan pemilihan
investasi tetapi digunakan sebagai informasi untuk membahas

Page 96 of 105
kelemahan dan kekuatan teknologi dan digunakan sebagai
panduan untuk
mengembangkan portofolio investasi teknologi.

Menurut David (2009) bahwa Pumped Hydroelectric


Energy Storage (PHES), Flow Battery Energy (FBES), Hydrogen
Energy Storage System (HES), Thermal Energy Storage (TES)
dan Electric Vehicles (EVs) adalah teknik yang paling
menjanjikan untuk penelitian lebih lanjut. Teknologi yang
tersisa akan digunakan untuk aplikasi di masa depan, tetapi untuk
pengembangan lebih lanjut tidak mungkin. Penyimpanan energi
dapat mengoptimalkan generasi dan transmisi infrastruktur yang
ada untuk
mencegah peningkatan yang mahal. Fluktuasi daya dari sumber
daya terbarukan akan mencegah penetrasi berskala besar ke
dalam jaringan. Namun perangkat penyimpanan energi dapat
mengelola penyimpangan
ini dan dengan demikian membantu penggabungan teknologi
terbarukan. Sehubungan dengan perangkat penyimpanan energi
produksi daya konvensional dapat meningkatkan kualitas dan
keandalan daya secara
keseluruhan, yang menjadi lebih penting untuk aplikasi
komersial modern. Perangkat penyimpanan energi dapat
mengurangi emisi dengan membantu transisi ke teknologi yang
lebih baru dan lebih bersih seperti
sumber daya terbarukan dan ekonomi hydrogen (David. 2009).

Pandangan dari ketiga penulis diatas memiliki persamaan


yaitu adanya perkembangan teknolog yang dilakukan melalui
perancangan yang panjang guna menyelesaikan masalah.
Perbedaan dari ketiga tulisan ini adalah Dosi dan Nelson (2013)
menyatakan bahwa kemajuan teknologi perlu dipahami melalui
proses evolusi dengan serangkaian penelitian dan karena adanya
perubahan teknologi melalui inovasi serta berbagai perubahan

Page 97 of 105
dari penemuan yang dilakukan, Alan dan Robert (2013)
menyatakan bahwa pengembangan teknologi canggih perlu
diterapkan manajemen resiko karena dapat memberikan
gambaran atas besar atau kecilnya dampak ancaman yang
mungkin timbul selama proses pengembangan teknologi yang
dilakukan (Fikri, 2010) serta David (2009) menyatakan bahwa
penyimpanan energi dapat mengoptimalkan generasi dan
transmisi infrastruktur yang ada untuk mencegah peningkatan
yang mahal.

Dengan mempertimbangkan semua teknologi, maka


mengintegrasikan sektor listrik, panas dan transportasi
merupakan metode yang paling efektif untuk meningkatkan
pengguna energy terbarukan. Menurut saya pendapat Alan dan
Robert (2006) ada benarnya yaitu teknologi canggih perlu
menerapkan manajemen resiko. Tujuan dari penilaian resiko
pada pengembangan teknologi adalah dengan menggunakan
semua informasi program yang tersedia untuk memperkirakan
resiko bahwa masing-masing teknologi yang sedang
dikembangkan tidak akan cukup matang untuk memenuhi
persyaratan dari segi waktu dan kendala fiskal program (Alan &
Robert, 2006). Pendapat ini juga didukung oleh pendapat dari
Spremic (2008) yang menyatakan bahwa untuk keberhasilan
dalam menjaga segala sesuatu yang dapat meyebabkan
permasalahan, setiap organisasi harus membangun metode dan
teknik untuk mengendalikan insiden-insiden yang terjadi pada
teknologi dan untuk mengidentifikasi resiko yang mungkin
terjadi. Menurut Purtell (2007), usaha untuk meminimalisasi
risiko-risiko yang mungkin terjadi ataupun untuk mengatasi
risiko-risiko yang telah terjadi di dalam proses
bisnis/perkembangan teknologi dapat dilakukan dengan
manajemen risiko.

Page 98 of 105
Dengan adanya penerapan manajemen resiko pada
perkembangan teknologi merupakan hal yang tepat karena
manajemen resiko tersebut dapat memperkirakan resiko dari
masing-masing teknologi yang akan dikembangkan atau yang
telah dikembangkan. Penerapan manajemen resiko dapat
digunakan sebagai panduan untuk mengembangkan portofolio
investasi teknologi (Alan & Robert, 2006).

Manajemen risiko memiliki peranan yang sangat penting


untuk pengambilan keputusan terhadap risiko- risiko yang
terjadi, membantu pengaturan risiko teknologi informasi,
membantu perkembangan proses
bisnis dan memberikan keuntungan, efisiensi terhadap
pengendalian risiko, melakukan penghapusan nilai-nilai sisa,
pengurangan terhadap beban, dan manajemen sumber daya yang
efektif.

DESAIN PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DALAM


MANAJEMEN RISIKO

Kurangnya pengawasan menjadi kunci utama dalam


kolepsnya banyak sektor dalam ekonomi. Sedangkan, perusahaan
di Amerika lebih sadar akan kebutuhan kendali yang lebih ketat
tetap saja kemungkinan krisis tetap berlanjut ada. Perhatian para
eksekutif tetap pada pengawasan keuangan dan operasional.
Crowe Horwarth menugaskan peneliti untuk menentukan sudat
pandang CFO pada ERM.

Studi ini menemukan beberapa hal yang menarik, yaitu


kurangnya pemahaman dan dukungan dalam banyak perusahaan
pada ERM seperti keambiguan peran dan tanggungjawab dari
para individu dalam mengembangkan dan memelihara kendali
(control). Hasil dari survey tersebut dipelajari kembali dan usaha
apa yang dapat dilakukan dalam mengatasi ketidakefektifan
ERM tersebut.

Page 99 of 105
Masalah yang paling fundamental adalah siapa yang
bertanggungjawab dalam memastikan sebuah proses ERM
berjalan dengan efektif. Kebanyakan bisnis kekurangan dalam
bidang mengintegrasikan seluruh risiko dalam perusahaan,
memperbaiki pelaporan keuangan, dan memperbaiki
pengendalian internal. Sepertiga dari para eksekutif menyatakan
bahwa perusahaan mereka menunjukan kurangnya pemahaman
bersama dan pendekatan manajemen risiko pada setiap bisnis
unitnya.

ERM merupakan proses yang masih berkembang di


banyak organisasi, kompleksitas dari ERM menjadi sebuah
tantangan. Model ERM terpadu tahun 2004 yang dikeluarkan
COSO mengatur risiko ke dalam empat kategori umum, yaitu
strategis, operasional, pelaporan, dan kepatuhan, selanjutnya
didefinisikan ke dalam delapan langkah.

Aktifitas manajemen risiko yang tidak terintegrasi akan


menjadi efektif dalam lingkungan yang terbatas, akan tetapi
menjadi tidak terhubung dengan strategi bisnisnya.

Program ERM akan efektif bila didukung penuh oleh


tingkat eksekutif. Kebijakan manajemen risiko dikembangkan
dan dilaksanakan bersama oleh para manajer unit bisnis, komite
audit, dan tim audit internal. Kegiatan ERM harus menjadi
bagian dari keseluruhan proses tata kelola korporasi yang baik.

Organisasi harus mendefinisikan peran tata kelola dengan


lebih tepat dan membedakan secara jelas antara aktivitas
perusahaan dan tanggung jawab dewan. Dewan akan memantau
dan melaporkan setiap risiko yang signifikan, memastikan
respons terhadap risiko dan memberikan arahan dan pengawasan
kepada petugas risiko kepala dan tim kepemimpinan ERM. ERM

Page 100 of 105


harus dipimpin oleh CRO dalam mengawasi pelaksanaan actual
terkait dengan kegiatan ERM dan pengimplementasian
infrasturktur yang tepat yang mencakup definisi dan cakupan dari
risiko, metode yang digunakan dalam penilaian dan
pendokumentasian sesuai dengan standar dan prosedur yang
konsisten.

Sistem Pengendalian Internal

Sistem pengendalian internal bertujuan untuk


meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional, kelayakan
atas laporan keuangan, serta kepatuhan terhadap peraturan
perundangundangan yang berlaku di Indonesia, baik peraturan
yang mengatur Perseroan Terbatas, peraturan OJK maupun
kebijakan Perseroan yang telah ditetapkan.

Sistem pengendalian internal diwujudkan melalui


aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

 Formalisasi kebijakan dan prosedur Perseroan oleh Group


Corporate Policy Division (GCP) yang dilakukan melalui kajian
dan persetujuan sampai dengan tingkat otorisasi yang telah
ditetapkan. Kebijakan dan prosedur Perseroan dikelompokkan ke
dalam 5 kategori; yaitu penjualan & pemasaran, finansial,
operasional, governance, serta general affair (GA).
 Pembaharuan kebijakan prosedur dalam bentuk perbaikan dan
penyempurnaan proses yang sudah ada, baik menyangkut
keuangan maupun operasional Perseroan menjadi satu sinergi
proses (integrasi).
 Proses sosialisasi kebijakan dan prosedur melalui intranet dan
jaringan Web.
 Formalisasi kode etik Perseroan (code of conduct) yang
mencakup penerapan nilai, etika, integritas karyawan yang dapat

Page 101 of 105


diakses oleh seluruh karyawan melalui media intranet (portal)
Perseroan.
 Penggunaan program komputer yang terintegrasi dalam transaksi
keuangan dan operasional (penjualan, programming dan SDM).
 Pemisahan fungsi sesuai tugas, tanggung jawab dan kewenangan
dalam struktur organisasi Perseroan dan unit usaha.
 Adanya supervisi oleh atasan masing-masing pada setiap tugas
dan tanggung jawab.

Sistem Manajemen Risiko

Komitmen Manajemen Risiko

Perseroan secara konsisten menerapkan manajemen risiko


dalam setiap aktivitas usaha termasuk pada aktivitas operasional
dan non-operasional. Penerapan manajemen risiko juga menjadi
kepedulian setiap tingkat/level organisasi di Perseroan.

Sistem manajemen risiko Perseroan diterapkan guna


mengevaluasi efektivitas lingkungan internal, penetapan tujuan,
identifikasi kegiatan, penilaian risiko, pengelolaan risiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, pengawasan.

Sistem Manajemen Risiko yang diterapkan Perseroan

Perseroan menerapkan sistem manajemen risiko


komprehensif yang terintegrasi dengan proses perencanaan
strategis dan kegiatan usaha Perseroan. Manajemen risiko
Perseroan dilaksanakan melalui seluruh jajaran dalam
manajemen sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing:

 GCP (Group Corporate Policy), sebagai fungsi pengelolaan


risiko yang dituangkan dalam bentuk kebijakan dan prosedur.
 Internal Control, sebagai fungsi pengendalian internal
manajemen risiko.

Page 102 of 105


 Internal Audit, sebagai fungsi evaluasi dari sistem
manajemen risiko, pengendalian internal dan perangkat
sistem informasi manajemen terkait.
 IT Audit, sebagai fungsi memastikan kecukupan kontrol atas
sistem yang digunakan oleh Perseroan.
 CCSA (Compliance and Control Self Assessment), sebagai
fungsi evaluasi dari sistem manajemen risiko, pengendalian
internal dan perangkat sistem informasi manajemen terkait.
 MARS (Management Awareness Reporting System), sebagai
fungsi manajemen risiko dalam mengidentifikasi, melaporkan
dan menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang dihadapi
oleh Perseroan dan unit usaha.

Risiko Utama yang dihadapi Perseroan

Strategi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan risiko


adalah dengan cara membagi risiko, menghindari risiko,
mengurangi tingkat risiko melalui sistem pengendalian internal,
atau menerima risiko yang ada. Risiko-risiko utama yang
dihadapi oleh Perseroan pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu:

Risiko Eksternal

 Risiko akibat perubahan terhadap peraturan perundangundangan


baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah maupun pihak berwenang
lainnya.
 Risiko akibat perubahan orientasi pelanggan/pemirsa.
 Risiko akibat perkembangan teknologi.
 Risiko akibat pesaing baru.
 Risiko akibat keluhan/ketidakpuasan pelanggan.

Risiko Internal

 Risiko akibat kesalahan proses.

Page 103 of 105


 Risiko akibat adanya kelemahan dalam manajemen aset.
 Risiko akibat kesalahan atau penyalahgunaan sistem.
 Risiko atas kegagalan produksi.
 Risiko akibat kegagalan atau rendahnya distribusi hasil produksi
kepada konsumen.

Mitigasi Risiko yang dilakukan Perseroan


Selama tahun 2018, sistem manajemen risiko telah berjalan
secara efektif dengan mitigasi risiko sebagai berikut:

Risiko Eksternal

 Mematuhi perubahan atau adanya undang-undang dan peraturan


Pemerintah yang baru baik di industri media maupun perpajakan.
 Memantau selera pasar dengan mengevaluasi program-program
berdasarkan hasil riset dari The Nielsen Company mengenai rating.
 Melakukan efisiensi melalui perbaikan proses, serta mendukung
implementasi dan proyek transformasi bisnis melalui penurunan
risiko dengan memastikan proses governance berjalan dan
mengurangi kesalahan/eror data manual.

Risiko Internal

 Menjaga kualitas dan kesinambungan kegiatan operasional sehari-hari


Perseroan dengan melakukan:
o Pembuatan kebijakan yang terpusat untuk menjaga konsistensi
dan keseragaman prosedur di setiap proses bisnis di semua unit
usaha Perseroan.
o Proses pengambilan keputusan berdasarkan matrix approval yang
diketahui oleh Manajemen Perseroan.
o Koordinasi antara setiap unit usaha dalam pengembangan dan
pengaturan SDM.
o Proses audit berbasis risiko.

Page 104 of 105


o Peningkatan pemantauan unit usaha terkait atas kepatuhan dalam
kegiatan operasional.
o Pengembangan sistem manajemen kebijakan dan prosedur
melalui intranet dan jaringan Web.
 Melakukan efisiensi melalui perbaikan proses, serta mendukung
implementasi dan proyek transformasi bisnis melalui:
o Peningkatan proses kerja dan pengendalian proses melalui sistem
yang djalankan secara terpusat.
o Eliminasi pelaksanaan kerja secara manual dan meningkatkan
pelaksanaan kerja secara otomatisasi untuk mempercepat proses
melalui sistem yang terintegrasi.
o Mempersiapkan rencana pengembangan yang akurat dan
merekomendasikannya pada isu bisnis yang berulang.
o Meningkatkan efisiensi dan kualitas kerja dengan mendukung
integrasi tenaga kerja serupa pada unit yang berbeda.

Page 105 of 105

Anda mungkin juga menyukai