Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebelumnya kita harus mengetahui arti dari proyek. Dimana proyek adalah bentuk usaha
dalam mencapai tujuan yang ditentukan dan dibatasi oleh waktu dan juga sumber daya yang
terbatas. Sehingga garis besar dari proyek konstruksi, yaitu suatu upaya untuk mendapatkan hasil
yang dirubah menjadi bangunan atau infrastruktur. Infrastruktur atau bangunan ini mencakup
beberapa pekerjaan utama yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil/engineer dan
arsitektur/designer(perencana), juga dapat melibatkan disiplin ilmu pengetahuan lainnya seperti
akutansi/keuangan, teknik mesin, teknik industri dan elektro.

Lebih dalam dari Manajemen Proyek Konstruksi CPM), suatu proses penerapan
fungsi/kegunaan manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan dan penerapan.Dimana berjalan
secara sistimatis pada setiap bagian–bagian tersebut terdapat pada proyek, dengan
mengoptimalkan sumber daya yang ada secara efisien dan efektif agar tercapai tujuan proyek
tersebut dengan benar.

Manajemen Konstruksi membawahi mutu fisik dari konstruksi, biaya dan waktu. Dimana
manajemen tenaga kerja/sumber daya manusia dan manjemen material lebih ditekankan dan
digunakan. Karena pada Manajemen Konstruksi, 20% dari manajemen perencanaan berperan dan
sisanya, yaitu manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu
proyek mendapatkan bagian yang lebih besar.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk struktur dari organisasi proyek konstruksi
2. Siapa saja kah yang terlibat dalam organisasi proyek konstruksi
3. Apa saja tugas dari masing-masing pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
4. Bagaimana keterkaitan atau hubungan antar pihak dalam pekerjaan proyek
konstruksi
5. Apa saja penyebab dari kegagalan proyek konstruksi

1
3. Tujuan
1. Mengetahui makna dari menejemen proyek konstruksi itu sendiri.
2. Mengetahui bentuk struktur dari organisasi proyek konstruksi
3. Memahami pihak-pihak yang terlibat dalam organisasi proyek konstruksi
4. Memahami tugas dari masing-masing pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
5. Mengetahui keterkaitan atau hubungan antar pihak dalam pekerjaan proyek
konstruksi
6. Mengetahui penyebab dari kegagalan proyek konstruksi

2
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI PROYEK KONSTRUKSI

Struktur organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam pencapaian tujuan dengan
mengatur dan mengorganisasi sumber daya, tenaga kerja, material, peralatan dan modal secara
efektif dan efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai kebutuhan proyek. Dengan
adanya struktur organisasi ini, diatur pembagian tugas dan wewenang setiap bagian. Pembagian
tugas dan wewenang harus jelas agar setiap bagian memiliki pekerjaan dan tanggung jawab
masing - masing serta memiliki keterkaitan satu dengan lainnya sebagai suatu tim.

1. Project Manager
Tugas dan tanggung jawab:
 Membuat perencanaan kegiatan operasional pelaksanaan proyek
 Mengatur kegiatan operasional pelaksanaan proyek
 Melaksanakan kegiatan operasional pelaksanaan proyek
 Mengontrol pelaksanaan operasional pelaksanaan proyek
2. Admin / Kasir
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan operasional kasir
 Mengatur kegiatan operasional kasir
 Melaksanakan kegiatan operasional kasir
 Mengontrol pelaksanaan operasional kasir
3
3. Site Engineer
Tugas dan tanggung jawab :
 Memberikan petunjuk kepada tim, dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan
teknis segera setelah kontrak fisik ditandatangani.
 Memberikan petunjuk kepada tim dalam melaksanakan pekerjaan, untuk
menyiapkan rekomendasi secara terinci atas usulan desain, termasuk data
pendukung yang diperlukan.
 Menjamin bahwa semua isi dari kerangka acuan pekerjaan ini akan dipenuhi
dengan baik yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan major serta
pemeliharaan jalan.
 Bekerjasama dengan pihak pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan
 Menjamin semua pelaksanaan detail teknis untuk pekerjaan major tidak akan
terlambat selama masa mobilisasi untuk masing-masing paket kontrak dalam
menentukanlokasi, tingkat serta jumlah dari jenis-jenis pekerjaan yang secara
khusus disebutkan dalam dokumen kontrak.
 Membantu tim di lapangan dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan kontraktor,
termasuk pengendalian pemenuhan waktu pelaksanaan pekerjaan.
 Membantu dan memberikan petunjuk kepada tim di lapangan dalam mencari
pemecahan-pemecahan atas permasalahan yang timbul baik sehubungan dengan
teknis maupun permasalahan kontrak.
 Mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan penyelidikan
bahan/material baik di lapangan maupun laboratorium serta menyusun rencana
kerjanya.
 Memeriksa hasil laporan pengujian serta analisanya.
4. Structure Engineering
Tugas dan tanggung jawab :
 Menjalankan tugas yang diberikan oleh Site Engineer
 Menganalisa struktur yang sudah diberikan oleh pihak Konsultan
 Membuat perhitungan struktur untuk dikerjakan oleh Mandor

4
5. Architect Engineering
Tugas dan tanggung jawab :
 Menganalisa gambar yang sudah dibuat oleh Drafter
 Memperbaiki hasil gambar untuk diberikan kepada atasan
 Membuat Shop Drawing yang dapat dimengerti oleh mandor
6. Quality Control Staff
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan operasional Quality Control
 Mengatur kegiatan operasional Quality Control
 Melaksanakan kegiatan operasional Quality Control
7. Drafter
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan operasional drawing
 Mengatur kegiatan operasional drawing
 Melaksanakan kegiatan operasional drawing
8. Quantity Surveyor
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan operasional Quantity Surveyor
 Mengatur kegiatan operasional Quantity Surveyor
 Melaksanakan kegiatan operasional Quantity Surveyor
 Mengontrol pelaksanaan operasional Quantity Surveyor
9. Assistant Quantity Surveyor
Tugas dan tanggung jawab :
 Melaksanakan tugas yang diberikan oleh kepala Quantity Surveyor
 Membantu melaksanakan kegiatan operasional Quantity Surveyor
10. Safety Supervisor
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan Kesehatan dan keselamatan kerja
 Mengatur kegiatan operasional Kesehatan dan keselamatan kerja
 Melaksanakan kegiatan operasional Kesehatan dan keselamatan kerja

5
 Mengontrol pelaksanaan operasional Kesehatan dan keselamatan kerja
11. Assistant Safety Supervisor
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja
 Mengatur kegiatan operasional keselamatan dan kesehatan kerja
 Melaksanakan kegiatan operasional keselamatan dan kesehatan kerja
 Mengontrol pelaksanaan operasional keselamatan dan kesehatan kerja
12. MEP Coordinator
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan operasional MEP Proyek
 Mengatur kegiatan operasional MEP Proyek
 Melaksanakan kegiatan operasional MEP Proyek
13. Site Manager
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan operasional pelaksanaan proyek
 Mengatur kegiatan operasional pelaksanaan proyek
 Melaksanakan kegiatan operasional pelaksanaan proyek
 Mengontrol pelaksanaan operasional pelaksanaan proyek
14. Mechanic
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan operasional Mekanik
 Mengatur kegiatan operasional Mekanik
 Melaksanakan kegiatan operasional Mekanik
 Mengontrol pelaksanaan operasional Mekanik
15. Operator Tower Crane
Tugas dan tanggung jawab :
 Menjalankan Tower Crane sesuai dengan daerah operasinya
 Mengangkat dan menaruh barang menggunakan Tower Crane
 Menjalankan instruksi dari atasan untuk memindahkan alat atau material yang
berada di lapangan

6
 Menjaga Tower Crane agar selalu dapat beroperasi dengan baik
16. BBS Supervisor
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan operasional BBS
 Mengatur kegiatan operasional BBS
 Melaksanakan kegiatan operasional BBS
 Mengontrol pelaksanaan operasional BBS
17. Chief Supervisor
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan operasional proyek
 Mengatur kegiatan operasional proyek
 Melaksanakan kegiatan operasional proyek
 Mengontrol pelaksanaan operasional proyek
18. Supervisor (Structure)
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan konstruksi struktur
 Mengatur kegiatan konstruksi struktur
 Melaksanakan kegiatan konstruksi struktur
 Mengontrol pelaksanaan konstruksi struktur
19. Supervisor Finishing
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan pekerjaan finishing
 Mengatur kegiatan pekerjaan finishing
 Melaksanakan kegiatan pekerjaan finishing
 Mengontrol pelaksanaan pekerjaan finishing
20. Chief Surveyor
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan operasional Survey
 Mengatur kegiatan operasional Survey
 Melaksanakan kegiatan operasional Survey

7
 Mengontrol pelaksanaan operasional Survey
21. Surveyor
Tugas dan tanggung jawab :
 Membantu Kegiatan survey dan pengukuran diantaranya pengukuran topografi
lapangan dan melakukan penyusunan dan penggambaran data-data lapangan.
 Mencatat dan mengevaluasi hasil pengukuran yang telah dilakukan sehingga
dapat meminimalisir kesalahan dan melakukan tindak koreksi dan
pencegahannya,
 Mengawasi survei lapangan yang dilakukan kontraktor untuk memastikan
pengukuran dilaksanakan dengan akurat telah mewakili kuantitas untuk
pembayaran sertifikat bulanan untuk pembayaran terakhir.
 Mengawasi survei lapangan yang dilakukan kontraktor untuk memastikan
pengukuran dilaksanakan dengan prosedur yang benar dan menjamin data yang
diperoleh akurat sesuai dengan kondisi lapangan untuk keperluan peninjauan
desain atau detail desain.
 Mengawasi pelaksanaan staking out, penetapan elevasi sesuai dengan gambar
rencana.
 Melakukan pelaksanaan survei lapangan dan penyelidikan Dan pengukuran
tempat-tempat lokasi yang akan dikerjakan terutama untuk pekerjaan
 Melaporkan dan bertanggung jawab hasil pekerjaan ke kepala proyek
22. General Affair
Tugas dan tanggung jawab :
 Sebagai perwakilan perusahaan untuk menjalin hubungan kepada pihak luar
seperti Owner, MK, dan Konsultan
 Memenuhi semua kebutuhan operasional pada internal perusahaan
 Menjaga, mendata dan merawat seluruh aset perusahaan.
 Pengurusan dokumen-dokumen untuk kepentingan internal perusahaan
 Membuat proyek agar tetap stabil dalam mengerjakan segala hal

8
23. Logistik
Tugas dan tanggung jawab :
 Mencari dan mensurvey data jumlah material beserta harga bahan dari beberapa
supplier atau toko material bangunan sebagai data untuk memilih harga bahan
termurah dan memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
 Melakukan pembelian barang atau alat ke supplier atau toko bahan bangunan
dengan melaksanakan seleksi sebelumnya sehingga bisa mendapatkan harga
material termurah pada supplier terpilih.
 Menyediakan dan mengatur tempat penyimpanan material yang sudah
didatangkan ke area proyek sehingga dapat tertata rapi dan terkontrol dengan baik
jumlah pendatangan dan pemakaianya.
 Membuat label keterangan pada barang yang disimpan untuk menghindari
kesalahan penggunaan akibat tertukar dengan barang lain.
 Melakukan pencatatan kelluar masuknya barang serta bertanggung jawab atas
pendatangan dan ketersediaan material yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pembangunan.
24. Security
Tugas dan tanggung jawab :
 Membuat perencanaan kegiatan pengamanan di Proyek
 Mengatur pelaksanaan kegiatan pengamanan di Proyek
 Melaksanakan kegiatan pengamanan di Proyek
 Mengontrol pelaksanaan kegiatan pengamanan di Proyek
25. K3 (Kesehatan, Keselamatan, Keamanan)
Tugas dan tanggung jawab :
 Memelihara lingkungan kerja yang sehat.
 Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu
bekerja.
 Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja
 Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari kerja.
 Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan
 Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan
9
BAB III

PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PROYEK KONSTRUKSI,


TUGAS DAN PERANAN NYA , SERTA KETERKAITAN ANTAR PIHAK DALAM
PROYEK KONSTRUKSI

Pihak - pihak yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi

Dalam suatu proyek konstruksi selalu terdapat pihak-pihak yang terlibat yang pada
umumnya adalah : Pemilik (Owner), Konsultan, dan Kontraktor.

1. Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau pengguna jasa adalah orang atau badan yang memiliki
proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak
penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut.
Hak pemilik proyek:

 Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).

 Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah


dilakukan oleh penyedia jasa.

 Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan jalan


menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama
pemilik.
Tugas dan tanggung jawab pemilik adalah sebagai berikut:

 Mendefinisikan proyek (kebutuhan)

10
 Menetapkan tujuan proyek

 Membentuk dan memilih anggota tim proyek

 Mengomunikasikan persyaratan mengenai cara proyek dilaksanakan

 Memastikan ketersediaan dan mengelola pendanaan untuk proyek

Di Indonesia, terdapat dua jenis pemilik yang didasarkan dari sektornya yaitu sector
pemerintah dan sektor swasta. Perbedaan utama antara sektor pemerintah dengan swasta
adalah dari tujuan pelaksanaan proyek tersebut. Dalam proyek konstruksi, sektor swasta
akan lebih cenderung mengutamakan faktor-faktor ekonomi seperti keuntungan, tingkat
pengembalian investasi, dan risiko.Kesuksesan proyek dilihat dari seberapa besar
keuntungan yang diperoleh. Sementara itu, sektor pemerintah lebih memperhatikan
kebutuhan publik. Kesuksesan proyek dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat pada
wilayah setempat akibat dibangunnya sebuah infrastruktur pada wilayah tersebut. Dalam
pelaksanaan proyek, pemerintah akan selalu diperhatikan oleh publik sehingga segala
aspirasi dan masukan dari publik harus dapat diakomodasi dengan baik.

2. Konsultan
Konsultan adalah individu atau badan usaha yang memiliki keahlian dalam
spesifikasi pekerjaan tertentu serta memiliki kompetensi untuk memberi masukan teknis
pada suatu proyek. Secara umum dalam pembangunan proyek teknik sipil atau fasilitas
fisik, konsultan dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.
a. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang membuat perencanaan bangunan secara lengkap
dan mendetail. Konsultan perencana dapat dibedakan menjadi beberapa macam
berdasarkan spesialisasi pekerjaannya. Hak dan kewajiban Konsultan Perencana :
 Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana
kerja, syarat-syarat, hitungan struktur, dan rencana anggaran biaya.
 Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
 Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal–hal yang
kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat–syarat.

11
 Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
 Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
b. Konsultan Pengawas
Konsultan ini adalah konsultan yang melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang
telah dilakukan oleh kontraktor. “Pengawas Konstruksi adalah penyedia jasa orang
perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli di bidang pengawasan jasa
konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan
pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserah terimakan.” Undang – Undang Tentang
Jasa Konstruksi, BAB I, Pasal 1, ayat 11. Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh
untuk mengawasi pelaksanaan kerja kontraktor serta mengusulkan, menyetujui, dan
menolak pekerjaan yang diusulkan oleh kontraktor.
Hak dan kewajiban Konsultan Pengawas antara lain:
 Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
 Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan
pekerjaan.
 Melakukan penghitungan prestasi pekerjaan.
 Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antar
berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
 Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari
pembengkakan biaya.
 Mengatasi dan memberikan solusi terhadap persoalan yang timbul di lapangan agar
dicapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas, kuantitas, serta waktu
pelaksanaan yang telah ditetapkan.
 Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.
 Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku.
 Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
 Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah atau berkurangnya
pekerjaan.

12
3. Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan biaya yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat.
Kontraktor dipilih setelah melalui proses tender yang diadakan oleh pihak pemilik proyek
untuk menjalankan proyek. Kontraktor bertanggung jawab langsung kepada pemilik
proyek, dan selama melaksanakan tugasnya diawasi langsung oleh Konsultan MK.
Hak dan kewajiban kontraktor antara lain:
 Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat,
risalah penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan syarat-syarat tambahan yang telah
ditetapkan oleh pengguna jasa.
 Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai
wakil dari pengguna jasa.
 Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk
menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
 Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan, dan bulanan.
 Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya sesuai dengan
ketetapan yang berlaku.

4. Sub Kontraktor
Sub Kontraktor adalah pihak pelaksana konstruksi yang mempunyai spesialisasi
khusus yang dipilih oleh pihak yang membuka penawaran kerja terlebih dahulu. Pihak
Sub Kontraktor dapat langsung bertanggung jawab kepada pihak pemilik proyek apabila
dipilih langsung oleh pemilik proyek tapi tetap berkoordinasi dengan pihak Kontraktor
Utama dan ada juga Sub Kontraktor yang bertanggung jawab langsung kepada
Kontraktor utama karena sebelumnya telah dipilih oleh Kontraktor Utama

Hak dan kewajiban Sub Kontraktor :


 Melaksanakan pekerjaan dari Pemilik Proyek / Kontraktor Utama yang telah disanggupi
untuk dapat dikerjakan sesuai dengan gambar rencana, peraturan-peraturan, dan syarat–
syarat yang ditetapkan.

13
 Mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas.
 Bertanggung jawab langsung kepada Pemilik Proyek atau Kontraktor Utama.
 Menerima sejumlah biaya pelaksanaan pekerjaan dari kontraktor utama atau pemilik
proyek berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.

14
BAB IV
PENYEBAB DAN HAMBATAN DALAM PROYEK

Proyek adalah suatu kegiatan yang sifatnya unik yang dibatasi oleh waktu dan sumber
daya, baik berupa manusia, material, biaya ataupun alat, sehingga hal ini membutuhkan suatu
manajemen proyek mulai dari fase awal hingga fase penyelesaian proyek. Semakin tinggi tingkat
kompleksitas proyek dan semakin langkanya sumber daya, maka dibutuhkan sistem pengelolaan
proyek yang baik dan terintegrasi. Suksesnya manajemen proyek ditentukan dari pencapaian
sasaran proyek yang sesuai waktu, sesuai anggaran, pemakaian sumber daya yang efektif dan
memuaskan pengguna jasa.
Perencanaan maupun pengendalian waktu dan biaya merupakan bagian dari manajemen
proyek secara keseluruhan. Kesuksesan proyek dapat diukur dari pencapaian sasaran proyek
yaitu tercapainya kualitas pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, proyek dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan, masih dalam batas anggaran yang disediakan,
bahkan kalau bisa dibawah anggaran yang ada. Waktu yang digunakan dan biaya yang telah
dikeluarkan dalam menyelesaikan proyek harus diukur secara kontinyu penyimpangannya
terhadap rencana. Adanya penyimpangan waktu dan biaya yang signifikan mengindikasikan
pengelolaan proyek yang buruk. Keterlambatan jadwal dan cost overrun dalam proyek menjadi
perhatian utama bagi pemilik proyek maupun kontraktor.
Keterlambatan penyelesaian proyek biasanya selalu berdampak pada biaya, sedangkan
biaya selalu terkait dengan tingkat suku bunga dan laju inflasi yang selalu berubah setiap waktu
sehingga keterlambatan proyek dapat menjadi faktor kritis dan menjadi kontribusi utama
terhadap terjadinya pembengkakan biaya proyek. Dampak lain dari keterlambatan proyek adalah
timbulnya masalah besar bagi semua tim proyek yang terlibat baik itu owner ataupun kontraktor.
Tim proyek owner akan dianggap gagal dalam mengelola proyek dan jadwal untuk
pengoperasian akan terlambat, tentunya akan berdampak pada sales value. Sedangkan kontraktor
akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak, cash in yang akan bermasalah karena tidak
bisa mengajukan invoice progress pekerjaan dan tentunya pihak lain juga akan mengalami
dampak negatif seperti subkontraktor, vendor material yang terlibat dalam proyek.
Masalah keterlambatan pencapaian suatu proyek menjadi fenomena yang umum
diseluruh dunia, hampir 60 – 70% proyek konstruksi mengalami keterlambatan. Menurut laporan

15
dari Standish Group dan beberapa perusahaan konsultan bahwa : 15% proyek gagal ditengah
jalan. Dari 51% proyek yang mengalami masalah waktu dan biaya, rata rata 43% mengalami cost
overrun. Hasil studi yang dilakukan oleh CH2MHILL membuktikan bahwa tingginya risiko pada
proyek dapat menyebabkan tutup beberapa perusahaan EPC di USA. Hasil studi yang
disampaikan pada World Coal Gasification Conference EPC Company tanggal 12 April 2007,
memaparkan di Amerika Serikat pada tahun 1967 terdapat 38 perusahaan yang bergerak
dibidang Engineering Procurement Construction (EPC) dan pembangkit, sedangkan pada tahun
2007 hanya tinggal 18 perusahaan saja. Tutup atau konsolidasinya banyak perusahaan EPC di
USA sebagian besar karena kegagalan mengendalikan proyek.
Mengapa proyek cenderung gagal? Hal ini menjadi pertanyaan yang sangat penting bagi
semua pihak yang terlibat dalam suatu proyek. Gagalnya proyek dipengaruhi oleh banyak faktor,
dari hasil studi literatur dan pengalaman selama bekerja dibidang konstruksi,
ditemukan beberapa elemen - elemen penting dari suatu proyek yang jika tidak dikelola dengan
baik akan mengakibatkan gagalnya proyek. Adapun elemen – elemen yang penting tersebut
antara lain :
1. Minimnya Dukungan dari Sponsor Proyek
Jika semua pihak yang terlibat dalam suatu proyek baik pihak investor
maupun pihak eksekutor tidak mendukung secara penuh pelaksanaan proyek
maka dapat dipastikan proyek akan bermasalah, bahkan tidak jarang juga proyek
berhenti ditengah jalan. Minimnya dukungan dari sponsor proyek akan menjadi
sumber masalah dalam penyelesaian proyek, oleh karena itu harus dipastikan
bahwa semua tim proyek harus mempunyai komitmen yang kuat untuk
mendukung kesuksesan proyek.
2. Persyaratan yang Tidak Jelas
Pemahaman sebagain besar tim proyek yang cenderung menganggap
“remeh” pekerjaan akan menjadi bumerang sendiri pada saat berjalannya proyek.
Seorang Manajer Proyek harus bisa menunjukkan kepada semua tim proyek hal
yang sifatnya meragukan, kemungkinan kemungkinan terburuk dalam proyek dan
berusaha keras untuk mendapatkan pemahaman persyaratan yang jelas dalam
menyelesaikan proyek.

16
3. Waktu dan Anggaran yang Tidak Realistis
Biasanya investor maupun tim proyek sering berpikir dengan istilah “tidak
mungkin” pada suatu proyek. Setiap yang terlibat dalam proyek harus dapat
memahami kalau setiap proyek memiliki durasi tertentu sesuai dengan anggaran
dan sasaran/target proyek yang diharapkan. Pemahaman yang benar terhadap
ruang lingkup pekerjaan proyek sangat berdampak dalam menentukan
“durasi/waktu dan anggaran yang realistis”. Semakin paham ruang lingkup
pekerjaan maka menentukan waktu dan anggaran proyek akan semakin realistis
sehingga tingkat keberhasilan proyek akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya
semakin tidak paham ruang lingkup pekerjaan maka menentukan waktu dan
anggaran semakin tidak realistis sehingga tingkat kegagalan proyek juga akan
semakin tinggi. Henry Ford mempunyai istilah : “lebih baik, lebih cepat, lebih
murah”. Dalam pelaksanaan proyek kita harus memilih salah satu diantara
ketiganya. Lebih baik akan cenderung butuh waktu yang lama dan anggaran yang
besar, Lebih Cepat akan cenderung butuh waktu cepat tetapi anggaran yang
cenderung besar dan lebih murah biasanya lebih cenderung waktu yang cepat dan
anggaran yang rendah. Semakin realistis menentukan waktu dan anggaran sesuai
dengan sasaran proyek yang diharapkan, maka tingkat keberhasilan proyek
semakin tinggi dan juga sebaliknya.
4. Produktivitas yang Rendah
Hal ini menggambarkan fenomena yang sering terjadi dalam proyek,
produktifitas kerja cenderung menurun bahkan hasil akhir pekerjaan berbeda
dengan rencana semula. Proses pendokumentasian, mekanisma pengontrolan yang
jelas sangatlah penting untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
mempertahankan supaya produktifitas kerja tidak sampai menurun.
5. Minimnya Pemahaman Terhadap Manajemen Resiko
Tingkat kompleksitasnya tiap tahapan proyek tidaklah sama, oleh karena
itu semua tim proyek harus memahami setiap tahapan pekerjaan. Kemampuan
untuk memahami dan mengindentifikasi potensi masalah yang akan terjadi pada
tiap tahapan proyek cenderung berdampak pada hasil akhir proyek. Selain
mengidentifikasi potensi risiko, maka tahapan yang sangat penting adalah

17
bagaimana mengelola risiko yang akan muncul. Minimnya pemahaman tim
proyek terhadap manajemen risiko akan berdampak buruk pada hasil akhir
proyek, sehingga diharapkan setiap tim proyek diarahkan untuk sama – sama
memiliki pemahaman yang bagus tentang manajemen risiko.
6. Prosedur dan Dokumentasi yang Tidak Baik
Prosedur dan dokumentasi menjadi hal yang mutlak dalam setiap proses
pekerjaan proyek. Prosedur menjadi panduan dasar bagi semua tim proyek dan
dokumentasi menjadi bagian atau komponen dalam mengontrol pekerjaan.
Ketidakdisiplinan tim proyek dalam mengikuti prosedur yang sudah ditentukan
dan dokumentasi yang tidak baik akan berdampak buruk pada hasil akhir proyek.
Diharapkan semua tim yang terlibat dalam proyek harus memahami semua
prosedur yang berlaku dan melakukan dokumentasi yang baik pada setiap tahapan
pekerjaan.
7. Metode Estimasi yang Tidak Baik
Metode estimasi komponen – komponen pekerjaan sangat mempengaruhi
hasil akhir proyek. Seorang Manajer Proyek sangat tidak diharapkan
menggunakan estimasi dengan metode “praduga, perkiraan” tanpa menggunakan
acuan/referensi yang pasti. Dalam melakukan estimasi bisa menggunakan
beberapa metode antara lain : Informasi pada proyek sebelumnya yang bisa
dipergunakan sebagai pembelajaran (lesson learn), melakukan studi terlebih
dahulu atau melibatkan personil yang lebih memahami pekerjaan.
8. Kemampuan dalam Berkomunikasi
Tim proyek memiliki karakter yang berbeda satu sama lainya, sehingga
diperlukan suatu standar komunikasi yang baik dalam mengkomunikasikan
pekerjaan yang biasanya dituangkan dalam “communication procedure”.
Komunikasi dengan semua tim yang terlibat dalam proyek adalah faktor yang
sangat penting dalam mencapai sasaran proyek. Diperlukan etika dalam
berkomunikasi, biasanya etika dalam berkomunikasi dipengaruhi banyak faktor
antara lain : latar belakang pendidikan, latar belakang suku, latar belakang
pengalaman kerja, tanggung jawab, dll. Untuk menciptakan komunikasi yang baik
sesama tim, diharapkan semua tim memahami beberapa hal antara lain :

18
memahami “communication procedure”, memahami otoritas setiap tim,
memahami pemikiran/pendapat orang lain. Komunikasi yang buruk juga akan
berdampak buruk pada hasil pekerjaan dan banyak proyek mengalami kegagalan
karena komunikasi sesama tim proyek tidak berjalan dengan baik.
9. Tidak Belajar Dari Proyek Sebelumnya
Sebuah perusahaan yang bagus harus bisa menjelaskan secara transparan
target proyek yang akan dicapai dan keuntungan apa yang akan diberikan kepada
tim proyek. Setiap tim proyek harus memandang proyek sebagai bisnis yang
menguntungkan, harus belajar dari kegagalan proyek sebelumnya, secara terus
menerus memonitor perkembangan teknologi dunia proyek dan selalu
memberikan masukan yang positif selama proyek berjalan.
10. Sumber Daya Proyek yang Tidak Efisien
Persiapan sumber daya yang tidak kompeten dalam menyelesaikan
pekerjaan akan menjadi masalah besar dibanding dengan tidak mempunyai
sumber daya sama sekali. Untuk mendapatkan sumber daya yang bagus, pastikan
terlebih dahulu syarat - syarat sumber daya yang dibutuhkan proyek dan berusaha
mendapatkan sumber daya setiap komponen sumber daya yang paling efisien.

Pengertian kegagalan konstruksi secara umum dapat diartikan sebagai kegagalan fisik
suatu bangunan atau infrastruktur, namum jika dikaji lebih lanjut maka kegagalan konstruksi
tidak hanya berdasarkan pada kondisi fisik suatu bangunan namun dapat pula dilihat dari aspek
fungsi dan manfaatnya bagi lingkungan di sekitarnya. Kadang dalam realita sehari-hari ada jenis
produk konstruksi yang secara fisik memenuhi standar perencanaan dan pelaksanaan (layak
secara fisik) namun dari aspek fungsi mala tidak dapat berfungsi seperti yang direncanakan
atau keberadaan dari konstruksi tersebut justru mengganngu lingkungan di sekitarnya. Jadi
secara integrasi kegagalan konstruksi merupakan bentuk penyimpangan yang timbul akibat
ketidaksesuaian terhadap spesifikasi, manfaat, fungsi serta kesepakatan dalam kontrak yang
dibuat baik dari pihak pengguna jasa, konsultan maupun pelaksana konstruksi.

19
Gambar Salah Satu Contoh Kegagalan Fisik Bangunan
Faktor-faktor penyebab kegagalan konstruksi sangat beraneka ragam, baik yang berasal
dari luar (eksternal) maupun yang berasal dari dalam (internal). Adapun beberapa faktor yang
secara garis besar berpengaruh dan menjadi parameter terhadap kegagalan konstruksi, antara lain
akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kesalahan Dalam Proses Studi Kelayakan


Kesalahan dalam tahapan studi kelayakan memberikan dampak yang cukup meluas ke
beberapa aspek tidak hanya yang bersifat fisik tetapi non fisik juga. Dalam proses pembuatan
dan analisis studi kelayakan tentunya perlu memperhatikan aspek-aspek secara
menyeluruh/komprehensif yang akan di proyeksikan ke depan baik pada tahap
pelaksanaan/konstruksi maupaun pasca konstruksi dimana berdampak langsung terhadap daerah
di sekitarnya baik dari segi pemanfaatan, perawatan, sosial, ekonomi, lingkungan dan peraturan
yang berlaku. Jadi pada tahap ini jika tidak dilakukan dengan cermat khusunya bagi proyek yang
berskala besar maka akan memberikan dampak yang signifikan dalam tahapan ke depannya yang
tentunya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kegagalan suatu konstruksi.
2. Kesalahan Dalam Perencanaan dan Perancangan
Kesalahan perencanaan dan perancangan merupakan faktor yang sangat penting dan vital
dimana sangat berpengaruh terhadap desain konstruksi yang akan dilaksanakan dilapangan, jika
dalam aspek perencanaan dan perancangan pihak konsultan salah memperhitungkan atau
menganalisis maka konsekuensi dan dampak yang dapat ditimbulkan ke depan akan sangat

20
signifikan berpengaruh terhadap kegagalan fisik bangunan. Perencanaan dalam hal ini dapat
berupa perencanaan dan perancangan desain fisik/ukuran dan keamanan, perencanaan anggaran,
perencanaan mutu, perencanaan waktu pelaksanaan, perencanaan manfaat/benefit, perencanaan
fungsi dan perencanaan yang mendukung terhadap produk konstruksi yang akan dihasilkan.
3. Kesalahan Dalam Pelaksanaan
Kesalahan pelaksanaan merupakan tindak lanjut dari proses perencanaan kontruksi, dimana
dalam tahap pelaksanaan juga memegang peranan penting terhadap kegagalan kontruksi yang
tentunya lebih berorientasi kepada pihak pelaksana proyek/kontraktor. Dalam tahap pelaksanaan
faktor-faktor tersebut antara lain dapat dari segi metode pelaksanaan yang salah, kualitas
material yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak dan perencanaan, penggunaan tenaga kerja
yang tidak ahli/berpengalaman, penggunaan peralatan yang tidak efektif, kurangnya pengawasan
dan manajemen proyek yang buruk. Tentunya jika aspek tersebut dapat lebih diperhatikan maka
tingkat risiko kegagalan konstruksi dari aspek pelaksanaan dapat direduksi.
4. Kesalahan Operasional
Dalam hal ini lebih berorientasi kepada pihak pemilik proyek konstruksi dalam tahap
penggunaan dan operasional dari produk konstruksi tersebut, dimana jika pihak pemilik
melakukan kesalahan dalam hal merubah dari fungsi awalnya maka dapat berpotensi
menimbulkan terjadinya kegagalan konstruksi, misalnya bangunan yang awalnya diperuntukkan
untuk gedung perkantoran diubah fungsi menjadi gudang atau menambah jumlah tingkat
bangunan yang dari perencanaan awalnya hanya diperuntukkan untuk satu lantai atau
pembangunan gedung yang setelah terealisasi tidak digunakan sama sekali/ganggur, serta
perubahan-perubahan fungsi lainnya yang menyimpang dari fungsi rencana awalnya juga
berpotensi terhadap terjadinya kegagalan bangunan baik bersifat fisik maupun nonfisik.
5. Maintanance/Perawatan
Perawatan bangunan juga berperan penting terhadap kelangsungan umur dan kualitas produk
konstruksi, tentunya dalam hal ini diperluhkan sistem manajemen perawatan bangunan. Jika
tingkat frekuensi perawatan tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka dapat juga berpotensi
terhadap meningkatnya risiko kegagalan bangunan. Inspeksi perawatan bangunan berfungsi
untuk mendeteksi secara dini kerusakan dari fisik bangunan/infrastruktur sehingga
langkah repair/perbaikan dapat dilakukan sejak dini sehingga menghindari tingkat kerusakan
yang lebih buruk serta pembengkakan biaya.

21
6. Usia/Umur Bangunan
Umur bangunan juga berperan dan berpengaruh terhadap kegagalan konstruksi bangunan
dimana jika umur suatu produk bangunan melampaui dari umur yang direncanakan maka dapat
berpotensi menyebabkan kegagalan bangunan, hal ini diakibatkan karena tingkat kekuatan
bangunan mengalami penurunan selama umurnya serta kelelahan/fatique yang terus-menerus
selama umur bangunan tersebut.
7. Manfaat dan Dampak
Manfaat dalam hal ini lebih ke dampak terhadap produk konstruksi yang telah
dibuat/terealisasi dan dioperasikan. Kegagalan konstruksi juga bukan hanya masalah kegagalan
fisik semata melainkan dapat dilihat dari aspek manfaatnya setelah beroperasi. Kadang banyak
hasil produk konstruksi berupa bangunan yang setelah selesai dibuat sesuai dengan sesifikasi
perencanaan dan dioperasikan sesuai dengan fungsinya, tetapi dari aspek manfaat justru
memberikan dampak yang buruk terhadap masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Misalnya
pencemaran lingkungan, rusaknya vegetasi disekitarnya, terjadinya kesenjangan sosial dsb.
8. Disaster/Bencana
Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan dan kemampuan manusia yang sulit untuk
diprediksi secara tepat (Act of God), faktor bencana merupakan faktor yang sangat fatal terhadap
kegagalan konstruksi. Bencana dalam hal ini dapat berupa bencana alam maupun akibat faktor
internal/kelalaian manusia seperti bencana gempa/Earth Quake, flood/banjir, Tsunami, tanah
longsor/land slide, Topan, kebakaran, ledakan, Amblas, dsb. Oleh karena itu untuk mengurangi
tingkat risiko akibat faktor ini maka banyak pihak pemilik produk konstruksi mengalihkan risiko
tersebut ke pihak ke-3 seperti asuransi.
Dari penjelasan faktor-faktor tersebut tentunya membutuhkan banyak pemahaman bagi
semua pihak dalam penyelenggaraan konstruksi baik dari pemilik proyek, konsultan maupaun
pelaksana. Dengan pemahaman dan tanggung jawab yang tinggi akan hal tersebut maka tentu
saja dapat mengurangi terjadinya kasus-kasus kegagalan konstruksi yang dapat menimbulkan
banyak korban jiwa dan kerugian materi ke depannya (khsusunya di Indonesia).

22
BAB V

PENUTUP

Manajemen konstruksi adalah ilmu yang mempelajari dan mempraktikkan aspek-aspek


manajerial dan teknologi industri konstruksi. Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai
sebuah model bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi dalam memberi nasihat dan
bantuan dalam sebuah proyek pembangunan.

Construction Management Association of America (CMAA) menyatakan bahwa ada


tujuh kategori utama tanggung jawab seorang manajer konstruksi, yaitu perencanaan proyek
manajemen, manajemen harga, manajemen waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak,
manajemen keselamatan dan praktik profesional.

Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri Konstruksi adalah layanan yang sangat
baik yang disediakan untuk mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses
konstruksi. Sebagai manajer proyek konstruksi akan menangani semua tahap konstruksi proyek
Anda. Pada tahap pra-konstruksi, kita akan melakukan semua yang diperlukan studi kelayakan
dan penelitian. Kemudian datang desain dan perencanaan. Setelah spesifikasi arsitektur dan
tujuan penjadwalan yang didefinisikan dengan baik, pekerjaan dilanjutkan oleh pembangun dan
kontraktor untuk memulai membangun aktual bawah pengawasan yang ketat kami. Menekankan
pada independen dari para profesional lain yang terlibat dalam konstruksi. netralitas ini
memungkinkan untuk secara objektif dan tidak memihak menyarankan klien pada pilihan
consultans dan kontraktor, yang memungkinkan klien untuk mendapatkan manfaat maksimal.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_konstruksi

http://iammahalim.blogspot.com/2011/12/sepuluh-elemen-penyebab-kegagalan.html

https://tekniksipildopp.blogspot.com/2018/11/struktur-organisasi-proyek.html

https://tekniksipildopp.blogspot.com/2018/11/pihak-pihak-yang-terlibat-dalam-proyek-
konstruksi.html

http://www.ilmusipil.com/penyebab-kegagalan-proyek-bangunan

http://jamesthoengsal.blogspot.com/p/blog-page_14.html

24

Anda mungkin juga menyukai