(https://kelanadelapanpenjuruangin.files.wordpress.com/2013/08/nur.jpg)
Islam adalah agama para Rasul sejak dahulu kala dari Nabi Adam,Nuh,Ibrahim,Musa,Yesus
hingga Muhammad SAW.Tuhan menamakannya “GOLONGAN MUSLIMIN”,orang-orang kuno
menyebutnya “MUSALMAN” dan sejak Muhammad,agama para Rasul itu diberi nama “Islam”.
Bagi orang-orang yang telah aqil baligh laki-laki maupun perempuan dan telah memantapkan
diri menyatakan “KEMBALI” beriman islam serta menjadikan Islam sebagai agama dan
keyakinannya hingga akhir hayat,maka sebelum mendalami ilmu-ilmu agama Islam lebih
lanjut hendaknya terlebih dahulu mengetahui,mempelajari dan memahami doktrin dasar
konsep ketuhanan dalam Islam (TAUHID).Maka sangatlah disayangkan bila kita telah jauh
mempelajari berbagai ilmu dalam,kebatinan,yang makrifat ini,makrifat itu,dsb,tetapi tidak
mengetahui ilmu Tauhid dasar ini.Bahkan pada pendapat ulama tertentu,bagi seseorang yang
telah mengaku beragama Islam dan telah mencapai tingkatan tertentu namun tidak mengerti
ilmu Mutaqod ini,maka ritual ibadah sholatnya dari sejak berwudhu hingga akhir salamnya
tidaklah dianggap syah.
Tulisan ini disusun dan dirangkum berdasar sumber alim ulama,dari kitab asli berhuruf dan
berbahasa jawa dan dari sumber lain,yang kemudian aku translit ke dalam bahasa Indonesia
dengan susunan bahasa yang simple agar mudah dipahami oleh public.Kemudian sebuah
saran dariku pada para sahabat,jika hendak memperdalam lebih lanjut tentang ilmu Mutaqod
ini,maka hendaknya mengambil seorang pembimbing untuk memandunya,agar
mendapatkan pemahaman yang komprehensif.
Sebelum lebih jauh dengan ilmu Mutaqod yang 50 & 64,maka terlebih dahulu harus
memahami pokok-pokok ilmu Tauhid yang terangkum dalam Sifat Allah yang 50 ,sebab
pemahaman tentang Mutaqod 50 & 64 ini sangat berkaitan erat dengan sifat-sifat dan dzat
Allah SWT.
Sifat Allah dan sifat orang agung para Rasul yang 50 atau juga yang merupakan doktrin dasar
dari 50 AQIDAH AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH yang dibagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu:
1. Aqidah Ilahiyyah
2. Aqidah Nubuwwiyah
(1). Sifat wajib bagi para Nabi dan Rasul ada 4 sifat.
(2). Sifat Mustahil bagi para Nabi dan Rasul yang 4
(3). Sifat Ja’iz bagi para Nabi dan Rasul yang 1
(https://kelanadelapanpenjuruangin.files.wordpress.com/2013/08/mengenal-keindahan-al-
asmaul-husna.jpg)
II. MENGENAL ILMU MUTAQOD YANG 50 & 64
PENDAHULUAN
-Ilmu Mutaqod adalah merupakan pokok-pokok ilmu Tauhid yang mempelajari tentang sifat-
sifat Allah dan para rasul-Nya, baik sifat-sifat yang wajib, mustahil maupun ja’iz, yang jumlah
semuanya ada 50 sifat. Sifat yang wajib bagi Allah ada 20 sifat dan sifat yang mustahil ada 20
sifat serta sifat yang ja’iz ada 1 sifat. Begitupula sifat yang wajib bagi para rasul ada 4 sifat
(sidiq. tabligh, amanah, dan fathanah) dan sifat yang mustahil ada 4 sifat (kidzb /
bohong,kitman / menyembunyikan, khianat, dan bodoh) serta sifat yang ja’iz ada 1 sifat. Maka
jumlah total adalah 50,yang disebut Mutaqod 50, yang merupakan manifestasi dari
penjabaran makna,“LAA ILAHA ILLALLAHU”.
-Kemudian ditambah lagi dengan Mutaqod yang 14,yang merupakan manifestasi dari
penjabaran makna,“ MUHAMMADUN RASUULULLOH SHOLLALLAAHU ALAIHI WA
SALAM “,yang mewakili sifat para Rasul keseluruhan ,terdiri dari :
(1). SIDIQ,
(2). AMANAH,
(3). TABLIGH,
(4). FATONAH.
Note :
1. Sifat Mutaqod yang 50 ini juga dinamakan “Aqidatul Khomsin”, Artinya: Lima puluh
Aqidah.
2. Objek atau Sasaran Ilmu Tauhid adalah Dzat Allah dan sifat-sifat Allah.
3. Penyusun dan pengumpul Ilmu Tauhid dipelopori oleh Imam Abul Hasan Al-Asy’ari (260 H
– 330 H / 873 M – 947 M ) dan Imam Abul Manshur Al-Mathuridi ( 238 – 333 H / 852 – 944 M ).
4. Hukum Mempelajari Ilmu Tauhid adalah Wajib ‘ain dengan dalil ijmali (global) dan wajib
kifayah dengan dalil tafshili.
5. Nama lain Ilmu Tauhid adalah Ilmu Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Ilmu ‘Aqa’id.
6. Hubungan Ilmu Tauhid dengan Ilmu-ilmu lain adalah ilmu Tauhid merupakan sumber
untuk cabang-cabang ilmu lainnya.
7. Referensi pengambilan Ilmu Tauhid adalah Diambil dari Al-Qur’an, Al-Hadits, dan akal
yang sehat(Ijma’,Qiyas).
9. Faedah memahami dan melaksanakan Ilmu Tauhid adalah keabsahan serta kemantapan
keimanan yang tak diragukan lagi didalam melaksanakan amal-amal kebajikan / amal shaleh
di dunia.
10. Puncak Mempelajari Ilmu Tauhid adalah Memperoleh kebahagian, baik di dunia maupun
akherat dan mendapat ridha dari Allah swt serta mendapat tempat di kerajaan syorga-Nya.
Tanbihun:
*Keimanan, keislaman seseorang kuncinya di aqidah dan tauhid. Ini perkara yang sangat
fundamental. Namun jangan sampai kita tertipu oleh slogan maupun propaganda dari
golongan atau kelompok yang mengatasnamakan aqidah dan tauhid. Sebab itu kita mesti
mengaji dan mendalaminya. Tauhid itu ada di dalam dada orang-orang beriman, bukan di
benda/bendera. Sebab fungsi peneraan simbol” pada benda/bendera dizaman ini telah
tercemari dengan nafsyu duniawi, rebutan pengaruh dan kepentingan kelompok serta
acapkali hanya sebagai alat pengecoh umat.
Maka hal Demikian, telah menjadi kesepakatan para Ulama alim terdahulu dan ulama masa
kini yang merekomendasikannya,sebagai ciri ciri Islam yang berasaskan Ahl sunnah wal
jama’ah.
Islam Ahlussunnah wal Jama’ah adalah Islam yang merefleksikan 4 ciri sbb :
Maka jika dijumlah Mutaqod 28 yang merupakan penjabaran dari makna ISTIGHNA’ dengan
Mutaqod 22 yang merupakan penjabaran dari makna IFTIQOR,jumlah totalnya adalah 50
Mutaqod .
Dan dari Mutaqod jumlah 50 tersebut adalah merupakan penjabaran global dari makna
kalimat :
“LAA ILAHA ILLALLAH”.
(https://kelanadelapanpenjuruangin.files.wordpress.com/2013/02/nur-muhammad.jpg)
(1). SIDDIQ,
(2). AMANAH,
(3).TABLIGH,
(4).FATONAH.
(1).KIDZIB,
(2).KHIYANAT,
(3).KITMAN,
(4).BALADAH.
-Kemudian ditambah dengan Mutaqod yang merupakan penjabaran dari makna kalimat,
“MUHAMMADUN ROSULULLOH” :
(1). AL IMAANU BI SAA-IRIL AMBIYAA
(2). AL IMAANU BI SAA-IRIL MALAAIKAT
(3). AL IMAANU BI SAA-IRIL KUTUBIS SAMAWIYAH
(4). AL IMAANU BI YAUMIL AKHIR
-Maka jumlah Mutaqod yang 14 tersebut yang merupakan penjabaran makna dari kalimat
“MUHAMMADUN ROSULULLOH”,dengan Mutaqod yang 50 yang merupakan penjabaran
makna dari kalimat “LAA ILAHA ILLALLAH”,maka jumlah total Mutaqod ada 64.
-Dari Mutaqod keseluruhan yang 64 ini wajib diketahui dan dipahami oleh orang-orang
Mukallaf semua,berikut dalil dan tafsirnya sekalian.
Para Mukallaf,ketahuilah sesungguhnya kewajiban pertama bagi orang yang telah aqil baligh
(Dewasa),adalah memeluk agama Islam dan menetapi Islam sebagai agamanya
selamanya.Cara masuk ke agama Islam sangat mudah yakni cukup dengan mengucapkan
kalimat Syahadat yang dua dan mengerti akan maknanya.Sebab kurang sempurna menurut
kaidah madzhab jika seseorang telah berikrar syahadat namun tidak memahami
maknanya.Oleh karena itu wahai para saudara muslim,mari kita giatkan dalam memberi
pengajaran agama kepada anak kita serta kepada para tetangga kita, tentang pentingnya
makna syahadat yang dua tersebut.Sebab banyak orang yang telah mengaku beragama Islam
tetapi tidak paham atau tidak mengetahui arti syahadat tersebut.
(https://kelanadelapanpenjuruangin.files.wordpress.com/2013/07/islam.jpg)
Translit :
(1) .“Dengan ini aku menyatakan bersaksi lahir batin bahwa sesungguhnya laku perbuatan itu
,”tidak ada dzat yang wajib disembah dengan haq segala bentuk apapun melainkan hanya
kepada Allah Ta’ala”.Keberadaan Allah adalah wajib,sedang ketiadaan-Nya adalah
mustahil.Sebab Allah adalah yang telah menciptakan 7 lapis langit dan bumi serta isinya dan
berkuasa atas seluruh makhluk-Nya.
(2). ”Dan aku menyatakan bersaksi lahir batin bahwa sesungguhnya Baginda Nabi
Muhammad itu adalah utusan Allah serta hamba Allah”.
Baginda Nabi Muhammad itu seorang laki-laki yang merdeka,berkebangsaan Arab dan anak
keturunan Nabi Adam.Ayahandanya bernama Kyai Abdullah,Ibundanya bernama Nyai Siti
Aminah,kakeknya bernama Abdul Muthalib,moyangnya bernama Kyai Hasyim,Canggahnya
bernama Kyai Abdul Manaf.
Baginda Nabi Muhammad diutus ke dunia untuk seluruh umat manusia,bangsa Jin dan
Malaikat serta alam semesta guna menyampaikan ajaran ilmu syareat,Thareqat dan
Hakekat,yakni yang meliputi :
-Hal utama perkara wajib atas orang-orang yang telah baligh laki-laki dan perempuan itu
harus mengetahui terhadap Tuhannya dengan rasa penuh keyakinan berdasar dalil atau ayat-
ayat yang telah tertulis dalam Al-Qur’an,dengan mengetahui pula beberapa sifat wajib zat
Allah dan mengetahui sifat-sifat mustahil bagi Allah atas dzat-Nya serta mengetahui dzat
Allah yang Ja’iz.
– Dan wajib juga atas orang-orang yang telah aqil baligh laki-laki dan perempuan itu harus
mengetahui beberapa sifat wajib atas akhlak para manusia agung dan mulia yakni para
Rasul-rasul-Nya serta wajib mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi laku perbuatan orang
agung para rasul tersebut dan mengetahui pula perkara yang telah menjadi kewenangan atas
laku perbuatan orang agung para rasul tersebut.
Dan harus mengetahui batas-batasnya (hukum) yang wajib,yang mustahil serta yang Ja’iz
,berikut macamnya :
(https://kelanadelapanpenjuruangin.files.wordpress.com/2013/08/kaligrafi-alloh.jpg)
-Sifat wajib atas dzat Allah itu 20,yang mustahil atas dzat Allah itu 20,yang Ja’iz ada
satu,maka jumlah semua 41,berikut macamnya :
1. WUJUD
-Artinya perkara yang wajib adanya Allah,dan mustahil tidak ada Allah.
-Allah itu maujud, sedangkan maujudnya Allah tidak dapat disamakan dengan makhluk.
Masalah “MAUJUD” diterangkan di dalam kitab “Syarah Shawi ‘ala Jauharatut Tauhid” karya
Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki Ash-Shawi halaman 154.
Adapun dalil bahwa Allah itu tidak butuh kepada tempat atau dzat, yaitu:
و اﻻ ﻟﻤﺎ وﺟﺪ, واﻟﻔﺮض أﻧﻪ ﻣﺘﺼﻒ ﺑﻬﺎ, و ﻟﻮ ﻛﺎن ﺻﻔﺔ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﺘﺼﻔﺎ ﺑﺼﻔﺎت اﻟﻤﻌﺎﻧﻰ و اﻟﻤﻌﻨﻮﻳﺔ,ﻟﻮ اﺣﺘﺎج اﻟﻰ ﻣﺤﻞ ﻟﻜﺎن ﺻﻔﺔ
ﻓﺒﻄﻞ ﻛﻮﻧﻪ ﺻﻔﺔ و ﺛﺒﺖ ﻛﻮﻧﻪ ذاﺗﺎ, اﻟﻌﺎﻟﻢ
ِArtinya: Seandainya Allah itu butuh kepada tempat atau dzat, maka Allah itu sifat. Sedangkan,
seandainya Allah itu sifat, maka Allah itu tidak kesifatan dengan sifat-sifat “Ma’ani dan
Ma’nawiyah”. Padahal sesungguhnya Allah itu kesifatan dengan sifat-sifat tersebut (Ma’ani
dan Ma’nawiyah). Dan seandainya Allah itu tidak kesifatan dengan sifat-sifat tersebut, maka
sesungguhnya tidak akan ada alam semesta. Dengan demikian, batallah atau tidak benar
adanya Allah itu sifat, dan tetap atau benarlah adanya Allah itu Dzat
2. QIDAM,
-Artinya wajib atas Yang awal Allah dan yang tak ada mulainya,serta mustahil adanya “baru
ada” Allah.
Adalah : Tiada awal (permulaan). Pengertian Allah bersifat dengan Qidam adalah : Tiada awal
atau permulaan pada wujud Allah. Berbeda dengan wujud kita, dimana wujud kita
mempunyai awal yaitu dari “nuthfah” (zigot : sel yang terbentuk sebagai hasil bersatunya dua
sel kelamin (sperma/mani laki-laki dan ovum/mani perempuan) yang telah masak).
Dalil sifat Qidam adalah apabila Allah bukan Qadim maka Allah adalah Hadits
(baharu/didahului oleh tiada) karena tiada perantara/hal yang lain diantara Qadim dan
Hadits. Kapan saja tiada pada sebuah zat sifat Qadim maka pasti padanya sifat Hadits. Apabila
Allah bersifat dengan Hadits, maka Allah membutuhkan kepada Muhdits (pencipta) yang
menciptakannya dan Muhdits Allah membutuhkan kepada Muhdits yang lain dan seterusnya.
Apabila tiada berakhir Muhdits tuhan maka pastilah terjadi “tasalsul” yaitu : Beriringan
sesuatu setelah sesuatu hingga tiada penghabisan. Seperti singkong/ubi kayu-1 berasal dari
singkong-2, singkong-2 berasal dari singkong-3, singkong-3 berasal dari singkong-4 dan
seterusnya hingga tiada akhir. Tasalsul adalah sesuatu yang mustahil (tidak diterima oleh
akal wujudya). Karena tidak mungkin kumpulan dari hadits, hadits, hadits dan seterusnya
akan berubah menjadi Qadim.
-Apabila ditakdirkan Muhdits ada akhirnya maka pastilah terjadi “duur” yaitu : Terhenti
sesuatu pada sesuatu yang lain yang ia (sesuatu yang lain) terhenti pada sesuatu (yang
pertama). Kita contohkan pada tiga zat dengan nama A, B dan C.
Jadi, jika kita katakan Allah bukan Qadim maka pastilah Allah Hadits, jika Allah Hadits maka
Allah membutuhkan Muhdits (pencipta), jika Allah membutuhkan Muhdits maka terjadilah
“duur” dan “tasalsul”. Duur dan tasalsul adalah hal yang mustahil, karena itu mustahil Allah
Hadits karena sesuatu yang membawahi kepada mustahil adalah mustahil. Inilah dalil ijmaly
untuk sifat Qidam, dengan memahami dalil inilah seseorang terlepas dari belenggu taqlid
yang mengakibatkan seseorang terkekang di dalam neraka berdasarkan pendapat Ibnu
al-‘Arabiy dan Imam Sanusiy.
Note :
– Hadits yang kita maksudkan disini adalah hadits pada istilah bahasa bukan Sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
– Taqlid pada masalah tauhid (mengenal i’tiqad lima puluh tanpa mengetahui dalil) tidak
dibolehkan menurut pendapat yang kuat, tetapi taqlid pada masalah fiqh adalah wajib untuk
setiap orang yang belum mampu mencapai derajat Mujtahid Muthlaq.
Artinya : “Dia-lah (Allah) Yang Awal dan Yang Akhir dan Yang Dhahir dan Yang Bathin dan Dia
Maha Mengetahui dengan segala sesuatu” (QS : al-Hadid : 57 : 3)
3. BAQA ,
-Artinya wajib abadi Allah tiada hentinya,dan mustahil Allah rusak.
Adalah tiada akhir atau kekal. Pengertian Allah bersifat dengan Baqa’ adalah tiada
akhir/berkesudahan bagi wujud Allah. Merujuk kepada maksud wajib dalam ilmu tauhid
adalah wajib pada akal, yaitu sesuatu yang tidak diterima oleh akal “ketiadaannya”, maka
tidak musykil (sukar) bagi kita tentang kekalnya surga dan neraka. Karena kekal (baqa’)
keduanya adalah baqa’ pada hukum syara’ (agama) bukan kekal pada hukum akal. Menurut
hukum akal surga dan neraka tidak wajib kekal, artinya akal tidak menerima bahwa surga
dan neraka tidak boleh tidak untuk kekal, tetapi menurut hukum akal surga dan neraka boleh
(jaiz) kekal dan tidak kekal karena keduanya adalah makhluk. Sedangkan kekal (baqa’) pada
Allah adalah wajib pada hukum akal, artinya akal tidak menerima sebuah zat yang bersifat
dengan ketuhanan memiliki akhir (tidak kekal).
Dalil Allah wajib (pada akal) bersifat dengan Baqa’ adalah : jikalau seandainya boleh pada
Allah ‘adam (akhir/penghabisan) maka sungguh Allah adalah Hadits (baharu/didahului oleh
tiada). Apabila Allah itu Hadits maka Allah membutuhkan kepada Muhdits (pencipta)
akhirnya terjadilah Duur atau Tasalsul. Definisi Duur dan Tasalsul uraiannya telah disebutkan
pada sifat Qidam. Selanjutnya jika sebuah zat boleh ada padanya ‘adam, maka tidak boleh ada
pada zat tersebut Qidam, karena setiap zat yang boleh ada padanya ‘adam maka wujud zat
tersebut adalah jaiz (boleh ada dan boleh tiada). Setiap zat yang wujudnya jaiz adalah Hadits.
Setiap yang Hadits membutuhkan kepada Muhdits, padahal pada zat Allah telah tetap sifat
Qidam dengan dalil yang telah terdahulu. Setiap zat yang bersifat dengan Qidam mustahil
(pada akal) ada padanya ‘adam.
Jika mustahil ada padanya ‘adam maka wajib ada pada Baqa’.
Kesimpulan : Dalil Baqa’ adalah dalil Qidam, yaitu : Jikalau tidak wajib pada Allah Baqa’ maka
tidak boleh ada pada Allah Qidam. Tidak ada pada Allah Qidam adalah mustahil berdasarkan
dalil yang telah terurai pada sifat Qidam. Karena itu wajib pada Allah Baqa’. Inilah dalil ijmaly
untuk sifat Baqa’ yang wajib diketuhui oleh setiap Muslim.
Artinya : “Setiap sesuatu akan binasa kecuali Zat-Nya “.(QS : al-Qishah : 28 : 88)
-Artinya wajib adanya pertentangan atas segala perkara yang baru bagi Allah,bertentangan
dari sisi dzat-Nya ,sifat-Nya serta keberadaan-Nya.Atau mustahil adanya Allah itu
baru,karena mustahil dari sisi Dzat-Nya,Sifat-Nya serta keberadaan-Nya.
-Makna bertentangan dari sisi Dzat-Nya adalah bahwa Dzat Allah itu bukan jirim,sedangkan
dzat khawadits itu jirim.
– Makna bertentangan dari sisi Sifat-Nya adalah bahwa Alah itu tidak berubah-
rubah,sedngkan sifat khawadits itu mengalami berubah.
– Makna bertentangan dari sisi Keberadaan-Nya adalah bahwa keberadaan Allah itu TA’TSIR,
(tidak membutuhkan benda/materi dan tidak bergantung pada bantuan makhluk-
Nya),sedangkan keberadaan khawadits itu KASAB dan IKHTIAR,(makhluk-Nya yang
bergantung pada benda dan membutuhkan bantuan Allah).
Mukhalafah artinya berbeda sedangkan Hawadits maksudnya adalah seluruh makhluk.
Pengertian Mukhalafatuhu lil Hawadits adalah Allah SWT berbeda (tiada menyerupai)
dengan setiap makhluk, baik manusia, jin, malaikat maupun makhluk yang lain seperti benda
mati dan makhluk hidup lainnya.
-Dengan sifat ini dapat difahami bahwa Allah ta’ala tidak sah (mustahil) bersifat dengan sifat-
sifat makhluk, seperti berjalan dan duduk misalnya serta mustahil pula Allah mempunyai
anggota seperti mulut, mata, telinga dan anggota lainnya. Karena itu, apa saja yang terbayang
dalam fikiran kita seperti panjang, lebar, gemuk, kurus maka yakinlah bahwa Allah adalah
tidak berlaku demikian. Maha Suci Allah dari segala sifat-sifat makhluk.
(Note : Perlu diketahui bahwa, jika warid (datang/tertulis) di dalam al-Quran dan Hadits sebuah
kalimat yang memberi pemahaman tasybih (penyerupaan/persamaan Allah dengan makhluk),
seperti :
“Yadullah….”
Maka tidak boleh tidak mentakwilkannya dalam pengertian memanglingkan kalimat tasybih
(kalimat yang mengandung penyerupaan Allah dengan makhluk pada dhahir) dari arti dan
makna dhahirnya (arti bahasa). Pentakwilan ini disepakati oleh Ulama Salaf dan Khalaf, namun
Ulama Salaf menggunakan metode Takwil Ijmaliy, yaitu : Memalingkan kalimat tasybih dari
pada makna dhahir (arti bahasa) SERTA tidak menentukan makna yang dimaksud dari kalimat
tasybih tersebut. Ulama Salaf menyerahkan maksud dari kalimat tasybih kepada Allah. Metode
Takwil Ijmaliy lebih kita kenal dengan istilah “Tafwidh”. Menggunakan metode Tafwidh, maka
Ulama Salaf mengatakan tentang “Yadullah” bahwa : “Bukanlah maksud dari “yadullah” bahwa
bagi Allah terdapat anggota yang dimaklumkan (maksudnya, tangan) yang layak bagi-Nya DAN
tidak ada yang mengetahui maksdu dari “yadullah” kecuali hanya Allah sendiri”. Jadi Ulama
Salaf tidak menerima pemaknaan kalimat mutasyabihat dan tidak menjelaskan maksud dari
kalimat tasybih, “yadullah” adalah “yadullah” bukan “tangan Allah”, “istawa ‘alal ‘arsy” adalah
“istawa ‘alal ‘arsy” bukan “Allah bersemanyam di atas Arsy”).
Berbeda dengan metode Ulama Salaf, Ulama Khalaf menggunaka metode Takwil Tafshiliy,
yaitu : Memalingkan kalimat mutasyabihat dari pada makna dhahir (arti bahasa) SERTA
menentukan/menyatakan makna yang dimaksud dari kalimat tasybih. Metode Takwil
Tafshiliy lebih kita kenal dengan istilah “Takwil”. Menggunakan metode Takwil, maka Ulama
Khalaf mengatakan tentang “Yadullah” bahwa : “Bukanlah maksud dari “yadullah” bahwa
bagi Allah terdapat anggota yang dimaklumkan (maksudnya, tangan) yang layak bagi-Nya
AKAN TETAPI maksud “yadullah” adalah “kekuasaan Allah”.
Dalil Allah wajib (pada akal) bersifat dengan Mukahlafatuhu lil Hawadits adalah, jikalau Allah
menyerupai dengan Hawadits (makhluk) pada satu sisi saja maka pastilah Allah hadits
(baharu/ada setelah tiada), jika Allah hadits maka tidak boleh tidak Allah akan membutuhkan
kepada muhdits (pencipta), jika Allah membutuhkan kepada muhdits maka muhdits Allah
membutuhkan kepada muhdits yang lain. Akhirnya terjadilah Duur atau Tasalsul. Duur dan
Tasalsul adalah dua hal yang mustahil. Karena itu wajiblah (pada akal) Allah bersifat dengan
MukhalafatuhulilHawadits.
“Tidak ada yang menyerupai-Nya dan Dia-lah Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”
(QS : asy-Syuraa : 42 : 22)
-Allah berdiri dengan sendiri-Nya. Berdirinya Allah tidak butuh kepada tempat atau dzat yang
menempati di dalamnya. Begitupula Allah tidak butuh kepada sang pencipta, karena Allah itu
pencipta alam semesta.
6. WAHDANIYAT
Wahdaniyyah : artinya satunya Allah Swt pada dzat, pada sifat dan pada perbuatanNya, tetapi
bukanlah pengertiannya seperti bersatunya dzat tulang, daging, kulit dan lain sebagainya,
Allah Swt bebas dari pengertian seperti itu.
7. QUDRAT
-Artinya : Satu sifat yang qadim lagi azali yang tetap berdiri pada zat Allah Swt, yang
mengadakan tiap – tiap yang ada dan meniadakan tiap – tiap yang tiada,tanpa menggunakan
perabotan/peralatan.
-Mustahil Allah terjadi kegagalan/kekeliruan/kesalahan.
8. IRODAT
-Artinya kehendaknya Allah Swt mutlak, penentuan segala tentang ada atau tiadanya, maka
Allah Swt yang selayaknya menghendaki tiap – tiap sesuatu apa yang di perbuatnya, tanpa
mengadakan pikir-pikir terlebih dahulu.
Contoh : kita manusia telah di tentukan dengan kehendak Allah Swt, seperti : tentang rezeki,
umur, baik, jahat, kaya, miskin dan lain sebagainya.
-Mustahil bagi Allah adalah terpaksa.
a. Dalil Aqli sifat Irodat adalah adanya keberadaan,sifat alam semesta dan kehidupan
makhluk-Nya.
Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat
terpaksa (karohah), dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati
qudrot, akan tetapi tidak disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah mustahil, sebab akan
berakibat lemahnya Allah, sedangkan lemahnya Allah adalah mustahi, karena tidak akan
mampu membuat makhluk barang sedikitpun.
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki”.(QS. Hud[50]:107)
9. ILMU
-Artinya mengetahuinya Allah Swt, nyata dan terang akan meliputi dan maha mengetahui
akan segala tiap – tiap sesuatu, tiada yang tersembunyi dan rahasia bagi-Nya di alam jagat ini.
10. HAYYAT
– Artinya hidupnya Allah Swt adalah wajib, ini sifat yang tetap dan qadim lagi azali pada dzat
Allah Swt, ia tidak akan pernah mati, karena mati itu adalah ciptaan-Nya .Dan Allah hidup
tidak dengan Nyawa seperti layaknya makhluk-Nya yg bernyawa.
-Mustahilnya Allah adalah mati.
11. SAMA’
-Artinya mendengarnya Allah Swt adalah wajib, ini sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali
berdiri pada dzat Allah Swt, tiada sesuatu apapun yang luput dari pendengaran-Nya.Dan
maha mendengarnya Allah tidaklah dengan telinga seperti telinga makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah Tuli.
12. BASHOR
-Artinya melihatnya Allah Swt adalah wajib, hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang
qadim lagi azali berdiri pada dzat Allah Swt, Allah Swt wajib bersifat maha melihat pada yang
dapat di lihat oleh manusia atau tidak, jauh atau dekat, terang atau gelap, zahir atau
tersembunyi dan sebagainya.Dan maha melihatnya Allah tidak dengan pandangan mata
layaknya mata makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah buta.
13. KALAM
– artinya : berkata – katanya Allah Swt adalah wajib, ini sifat yang tetap ada, yang qadim lagi
azali, yang berdiri pada dzat Allah Swt, sebagai contoh adalah Al- Qur’an, ini merupakan
perkataannya (kalam) Allah Swt yang abadi sepanjang masa.Dan berkata-katanya Allah tidak
dengan pita suara selayaknya suara makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah bisu.
14. QODIRAN
– Artinya keadaan kuasanya Allah Swt adalah wajib,Dia yang berkuasa mengadakan dan
meniadakan sesuatu,tanpa perantara perabot/alat.
-Mustahil bagi Allah adalah kelemahan.
15. MURIDAN
– artinya keadaannya Allah Swt yang menghendaki dan menentukan tiap – tiap sesuatu
adalah wajib,tanpa berpikir-pikir dulu layaknya makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah bingung.
16. ‘ALIMAN
– artinya keadaannya Allah Swt yang maha mengetahui akan tiap – tiap segala sesuatu adalah
wajib,tanpa adanya ragu/samar-samar dalam hati layaknya batin makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah bodoh.
17. HAYYAN
-artinya keadaannya Allah Swt yang maha hidup adalah wajib, melebihi dari segala sesuatu
apapun juga.
-Mustahil bagi Allah adalah mati.
18. SAMI’AN
– artinya keadaannya Allah Swt yang maha mendengar adalah wajib,yakni mendengar akan
tiap – tiap segala sesuatu yang maujud,tanpa gendang telinga layaknya telinga makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah Tuli.
19. BASHIRON
– artinya keadaannya Allah Swt yang maha melihat adalah wajib,yakni ,melihat akan tiap –
tiap segala sesuatu yang maujud (berupa sesuatu yang ada maupun yang tidak
terlihat),dengan tidak menggunakan mata layaknya mata makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah buta.
20. MUTAKALLIMAN
– artinya keadaannya Allah Swt yang berkata – kata adalah wajib, yaitu sifat yang berdiri
dengan dzat Allah Swt.Dan berkata-katanya Allah tidaklah dengan menggunakan pita suara
layaknya suara makhluk-Nya.
-Mustahil bagi Allah adalah bisu.
-Pada hal-hal yang menunjukkan atas wajibnya persifatan Allah yang 20 item tersebut diatas
mulai dari sifat WUJUD hingga MUTAKALLIMAN,adalah menunjukkan adanya keberadaan
alam yang baru atau baru diadakan oleh Allah,yang meliputi alam,langit,bumi dan isi.
-Maka jikalau ada “penyangkalan” bahwa sifat yang 20 tersebut bukanlah sifat wajib (Baku)
atas Allah,maka sungguh akan menjadi sifat Mustahil yang 20 yakni mulai dari ‘Adam hingga
Abkama.
-Maka jika Allah tidak disifati dengan sifat wajib yang 20 tersebut,tentu keberadaan Tuhan
akan menjadi bersifat “TERBARUKAN”,manakala Allah bersifat terbarukan,maka menjadi
lemah/gugur sifat-sifat kekuatan atau kemahaan Tuhan,manakala sifat Tuhan itu cacad maka
tidaklah mungkin ada wujud alam semesta.
-Namun semua itu mustahil adanya alam semesta batal sebab alam semesta telah kita
saksikan dengan mata kepala sendiri ada,dan kita hidup didalamnya.Oleh karena mustahil
batal/cacad, maka sifat Allah yang 20 itu menjadi wajib.
(Jika Tuhan bersifat terbarukan atau dapat disetarakan dengan sesuatu yang lain,maka menjadi
lemah sifat Tuhan dan orang akan dapat merekayasa dan menyamakan sifat-sifat Tuhan dengan
sifat-sifat perbuatan dan keadaan makhluknya,seperti Tuhan itu berawal,maka nanti ada
perkataan bahwa “Tuhan baru ada” dan karena baru ada tentu nanti berkaitan dengan “Tuhan
akan berakhir”.Atau jika sifat Tuhan dalam perbuatannya bergantung pada
perabot/peralatan,maka nanti ada sifat kegagalan / malfunction,ada sifat apkir,ada sifat
rusak,dsb).
Wajib pula bagi tiap muslimin dan muslimat mengetahui akan sifat – sifat yang mustahil bagi
Allah Swt, yang menjadi lawan daripada sifat 20 (dua puluh) yang merupakan sifat wajib
bagiNya, berikut sifat – sifat yang mustahil bagiNya :
-Maksudnya dzat sifat Allah yang lain adalah “Bebas Berkehendak “ (Ja’iz) ,apakah Allah
hendak membuat sesuatu yang “MUMKIN” atau tidak membuat sesuatu yang
“MUMKIN”,maka itu adalah hal “JA’IS dan mustahil WAJIB.
( Ja’iz artinya boleh-boleh saja, dengan makna Allah Swt menciptakan segala sesuatu, yakni
dengan tidak ada paksaan dari sesuatupun juga, sebab Allah Swt bersifat Qudrat (kuasa) dan
Iradath (kehendak), juga boleh – boleh saja bagi Allah Swt meniadakan akan segala sesuatu
apapun yang ia mau).
Note :
a- Wajib adalah sifat mutlak yang dimiliki Allah.
b- Mumkin adalah sesuatu yang boleh ada dan boleh tiada
c- Ja’iz adalah sifat bebas berkehendak bagi Allah Swt (mengadakan sesuatu atau tidak
mengadakan sesuatu).
(1). Artinya bahwa perbuatan Allah itu tidak wajib bagi-Nya atas apa yang akan dibuat-Nya
dari suatu hal yang “MUMKIN” (sesuatu hal yang boleh ada dan boleh tidak ada),atau yang
tidak akan dibuat-Nya dari suatu hal yang “MUMKIN”,maka mustahil wajib.
(mengadakan atau tidak mengadakan yang “MUMKIN”(sesuatu yang boleh ada dan boleh tidak
ada), bagi Allah adalah tidak menjadi suatu keharusan atau keterpaksaan).
(2). Mustahil atas memulainya/mendahuluinya yang ada pada sesuatu dari yang “MUMKIN”
atas kekuatan si “MUMKIN”.
(Hal-hal yang bersifat “MUMKIN” (boleh ada dan boleh tidak),maka tidak akan mendahului sifat
Ja’iz nya Allah,walaupun hal yang “MUMKIN” tadi sangat kuat).
(2). Mustahil atas memulainya/mendahuluinya yang ada pada sesuatu dari yang “MUMKIN”
atas tabiat / sifat si “MUMKIN”.
(Hal-hal yang bersifat “MUMKIN” (boleh ada dan boleh tidak),maka tidak akan mendahului sifat
Ja’iz nya Allah,walaupun dengan segala sifat si “MUMKIN”).
-Hal yang menunjukkan persifatan wajib para rasul semua atas sifat Siddiqnya adalah jikalau
semua para Rasul itu melakukan kebohongan dalam bicara dan ucapannya,maka tentu akan
menjadikan kebohongan atas hukum-hukum Allah yang diberitakan,namun terjadinya
kebohongan berita atas hukum-hukum Allah itu adalah hal mustahil.
-Hal yang menunjukkan persifatan wajib para rasul semua atas sifat FATONAH adalah jikalau
semua para Rasul itu mempunyai sifat kebengkokan aqal atau kebodohan,maka tentu para
Rasul semua tidak akan dapat memberi penerangan ( hujjah/argumentasi / berdiplomasi
)terhadap orang-orang kafir / musuh-musuhnya.
– Maka oleh karena mustahil,sehingga menjadi wajib atas persifatan para Rasul semua
berlaku FATONAH.
(1). Artinya sifat fitrahnya para rasul semua seperti layaknya sifat fitrah manusia pada
umumnya,seperti merasakan menderita sakit,memakan makanan dan
minum,tidur,lapar,menikah,dsb maka tidaklah menjadikan kerendahan atau berkurangnya
derajat atas para rasul itu.
(1). Maka mustahil sifat para rasul itu sama dengan sifat-sifat ketuhanan dan sifat-sifat
malaikat.
(Maka hal yang menunjukkan bahwa sifat Ja’iz yang telah dilakukan oleh para Rasul yang
selumrahnya perilaku manusia pada umumnya itu telah nyata dari riwayat kehidupan mereka
sehari-hari,yakni berjalan-jalan dipasar,makan,minum,tidur,lapar,sakit,dsb).
Dan kemudian wajib pula atas orang-orang yang telah Aqil Baligh laki-laki maupun
perempuan mengimani terhadap 4 hal perkara :
Yakni Mutaqod yang merupakan penjabaran dari makna kalimat, MUHAMMADUN
ROSULULLOH :
-Dan kemudian wajib pula atas orang-orang yang telah Aqil Baligh laki-laki maupun
perempuan beriman terhadap Nabi Muhammad yang dilahirkan di Negara Mekkah,mulai
menegakkan dakwah kenabiannya di Mekkah,kemudian melakukan hijrah ke
Madinah,melanjutkan dakwah di Madinah,mengalami sakit di Madinah,hingga meninggal di
Madinah,kemudian di makamkan di rumah tinggalnya Nyai Siti Aisyah Rodliyallahu Anha.
-Dan kemudian wajib pula atas orang-orang yang telah Aqil Baligh laki-laki maupun
perempuan beriman ,bahwa sosok Nabi Muhammad itu bagus rupawan,berkulit putih
kemerah-merahan merona,posturnya ideal tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek.Dan
sesungguhnya Nabi Muhammad adalah merupakan penutup para Nabi seluruhnya,artinya
tidak ada lagi nabi setelah Beliau.
-Maka jumlah MUTAQOD yang telah disebut diatas itu jumlahnya 64,yang merupakan
penjabaran pemahaman dari makna kalimat :
“LAA ILAHA ILLALLAHU MUHAMMADUN RASUULULLOH SHOLLALLAAHU ALAIHI WA
SALAM “
(Apabila dikatakan Kaya Allah Ta’ala daripada tiap-tiap yang lain, maka wajib bagi-Nya bersifat
dengan sebelas (11) sifat, jikalau kurang salah satu daripada sebelas (11) sifat itu maka tiadalah
dapat dikatakan Kaya Allah Ta’ala daripada tiap-tiap yang lainnya).
Adapun sifat wajib yang 11 itu seperti yang telah disebutkan diatas,ialah :
Wujud, Qidam, Baqa’, Mukhalafatuhu lil hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi, Sami’, Bashir, Kalam,
Sami’un, Bashirun dan Muttakalim.
Selain sebelas (11) sifat yang wajib itu ada tiga (3) sifat yang harus (Jaiz) yang termasuk pada
sifat Istighna iaitu
1. Mahasuci dari pada mengambil faedah pada perbuatan-Nya atau pada hukum-Nya,
lawannya mengambil faedah, iaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali kerana jikalau
mengambil faedah tiadalah Kaya Ia daripada tiap-tiap yang lainnya kerana lazim diwaktu itu
berkehendak Ia pada menghasilkan hajat-Nya.
2. Tiada wajib Ia menjadikan alam ini. Lawannya wajib iaitu mustahil tiada diterima oleh
aqal sekali-kali karena jikalau wajib Ia menjadikan alam ini tiadalah Ia Kaya daripada tiap-
tiap yang lainnya, karena lazim diwaktu itu berkehendak Ia kepada yang menyempurnakan-
Nya.
3. Tiada memberi bekas suatu daripada kainat-Nya dengan kuatnya. Lawannya memberi
bekas yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali karena jikalau memberi sesuatu
daripada kainat-Nya dengan kuatnya tiadalah Kaya Ia pada tiap-tiap yang lainnya karena
lazim diwaktu itu berkehendak Ia mengadakan sesuatu dengan wasitoh.
Apabila dikatakan berkehendak tiap-tiap yang lain kepada-Nya maka wajib bagi-Nya bersifat
dengan sembilan (9) sifat, jikalau kurang salah satu daripada sembilan (9) sifat ini maka
tiadalah dapat berkehendak tiap-tiap yang lainya kepada-Nya,
Selain dari sembilan (9) sifat yang wajib itu ada dua (2) sifat yang harus termasuk pada sifat
Ifthiqor:
1. Barunya sekalian alam ini. Lawannya Qodim iaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-
kali karena jikalau alam ini Qodim tiadalah berkehendak tiap-tiap yang lainnya kepada-Nya
karena lazim ketika itu bersamaan derajat-Nya
2. Tiada memberi bekas sesuatu daripada kainatnya dengan tobi’at atau dzatnya. Lawannya
memberi bekas yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali kerana jikalau memberi
bekas sesuatu daripada kainat dengan tobi’at niscaya tiadalah berkehendak tiap-tiap yang
lain kepada-Nya kerana lazim ketika itu terkaya sesuatu daripadaNya.
Maka dengan demikian telah jelas bahwa dua puluh delapan (28) sifat Istighna dan dua
puluh dua (22) sifat Ifthiqar adalah limapuluh (50) ‘aqaid/Mutaqod yang merupakan
manifestasi dari kalimah “Laa ilaha ilallaah”,
1. “Laa mustaghniyun an kullu maasiwahu”, artinya : “Tiada yang kaya dari tiap-tiap yang
lainnya”.
2.”Wa muftaqirun ilaihi kullu ma’adahu”, artinya : “Dan berkehendak tiap-tiap yang lain
kepadaNya”.
Dengan kedua makna dari hakekat “Laa ilaha ilallaah” tersebut,maka menjadikan 4 hal
secara otomatic,yakni :
2. Ishiqoqul ibadah, yaitu yang mustahak bagi-Nya ibadah (Dia yang wajib di ibadahi)
Dari ke 4 kaidah tersebut keseluruhan,maka itulah penjabaran makna hakekat dari kalimat :
1.WUJUD,
2.QIDAM,
3.BAQO’,
4.MUKHOLAFATU LIL HAWADITSI,
5.QIYAMUHU ta’ala BINAFSIHI,
6.SAMA’,
7.BASHOR,
8.KALAM,
9.SAMIAN,
10.BASHIRON,
11.MUTAKALLIMAN,
12.ANNAHU LA YAJIBU ALAIHI TA’ALA FI’LU SYAI-IN,
13.TANAZ-ZAHU-HU TA’ALA ANIL AGHROODHI FI AF’AALIHI WA AH KAA-MI-HI,
14.LA TA’TSIIRO LI SYAI-IN MINAL KAA- INAATI BI QUWWATIHI.
1.ADAM,
2.HUDUTS,
3.FANA,
4.MUMATSA LATU LIL HAWADITSI,
5.IFTIQOR,
6.SOMAMUN,
7.’AMAN,
8.BAKAMUN,
9.ASOMMA,
10.A’MMA,
11.AB-KAMA,
12.WUJUUBU FI’LI SYAI-IN,
13. FI’LU SYAI’- IN LI GHORDHIN,
14.TA’TSIIRU SYAI-IN MINAL KAA INAATI BI QUWWATIHI.
1.WAHDANIYAT,
2.QUDROT,
3.IRODAT,
4. ILMU,
5.HAYAT,
6. QODIRON,
7.MURIDAN,
8.ALIMAN,
9.HAYYAN,
10.LA TA’TSIRO LI SYAI-IN MINAL KAA INAATI BI THOB-‘IHI,
11.HUDUTSUL ‘ALAMI BI ASRI-HI.
Maka jika dijumlah Mutaqod 28 yang merupakan penjabaran dari makna ISTIGHNA’ dengan
Mutaqod 22 yang merupakan penjabaran dari makna IFTIQOR,jumlah totalnya adalah 50
Mutaqod .Dan dari Mutaqod jumlah 50 tersebut adalah merupakan penjabaran global dari
makna kalimat : “LAA ILAHA ILLALLAH”.
-Kemudian ditambah dengan Mutaqod yang merupakan penjabaran dari makna kalimat,
MUHAMMADUN ROSULULLOH :
1. AL IMAANU BI SAA-IRIL AMBIYAA
2. AL IMAANU BI SAA-IRIL MALAAIKAt
3. AL IMAANU BI SAA-IRIL KUTUBIS SAMAWIYAH
4. AL IMAANU BI YAUMIL AKHIR
-Kemudian jumlahkan Mutaqod yang 14 tersebut yang dari penjabaran makna kalimat
MUHAMMADUN ROSULULLOH,kepada Mutaqod yang 50 yang dari penjabaran makna
kalimat “LAA ILAHA ILLALLAH”,maka jumlah totalnya ada 64.
-Maka dari Mutaqod yang 64 ini wajib diketahui dan dipahami oleh orang-orang Mukallaf
semua,berikut dalil dan tafsirnya sekalian seperti yang telah di uraikan diatas.
(https://kelanadelapanpenjuruangin.files.wordpress.com/2013/08/kupu-kupu.jpg)
-Sebab itulah mengapa kita setelah beriman Islam dengan pertama kali mengucapkan ikrar
syahadat dan selanjutnya kita diwajibkan melaksanakan sholat yang 5 waktu,ternyata karena
didalam amaliah sholat itu merupakan manifestasi dari pelaksanaan aqidah Tauhid yang
mengandung nilai-nilai Mutaqod yang 50 & 64 tersebut.Maka betapa sangat pentingnya
pengetahuan dan pemahaman terhadap Mutaqod ini,karena menjadikan kita memahami
akan makna sholat itu sendiri.Yaitu mengandung hakekat bahwa kita manusia itu kecil tak
ada apa-apanya,tak berhak menyombongkan diri karena yang kuasa,yang besar hanyalah
Allah Ta’ala sesuai dengan sifat-sifat-Nya,dan perintah-perintah-Nya diserukan melalui orang-
orang agung para Rasul yang juga dengan segala sifat-sifatnya yang terpercaya.
TAMMAT
-http://www.al-azim.com/masjid/infoislam/tauhid/aqal.htm (http://www.al-
azim.com/masjid/infoislam/tauhid/aqal.htm)
-etc.
Pos ini dipublikasikan di Hikmah, Religius dan tag AQIDAH DASAR AHLUSSUNNAH WAL
JAMA’AH YANG TERANGKUM DALAM MUTAQOD 50 & 64, MENGENAL ILMU SYAREAT-
TAREQAT DAN HAKEKAT DASAR, MENGENAL SIFAT ALLAH YANG WAJIB - MUSTAHIL DAN
JA’IZ ( ILMU TAUHID DASAR). Tandai permalink.
Balas
Balas
Balas
Balas
Ping-balik: ** ALLAH, RABB,ILAAH dan TUHAN ** | kelanadelapanpenjuruangin
Balas
Balas
Blog di WordPress.com.