Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan
manusia. Kebutuhan akan energi listrik cenderung meningkat setiap tahunnya. Untuk
mengukur energi listrik digunakan peragkat yang disebut KWH Meter (Kilo Watt
Hour Meter). Kemajuan teknologi tentang KWH Meter semakin berkembang, dapat
dilihat dengan banyaknya komponen elektronik yang dapat membantu atau
mempermudah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh manusia menjadi lebih praktis,
ekonomis dan efisien tanpa memandang jarak dan waktu. Hal ini menjadi solusi
untuk pembacaan pemakaian energi listrik pada pelanggan oleh KWH Meter.

Pada setiap penggunaan KWH Meter, Perusahaan Listrik Negara (PLN)


selaku pengelola listrik negara menitipkan alat ini di setiap bangunan yang
menggunakan jasa listrik dari PLN. KWH Meter yang digunakan untuk menghitung
energi listrik oleh pelanggan secara pengukuran terbagi atas dua jenis yaitu KWH
Meter 1 fasa dan KWH Meter 3 fasa. Hal ini dibedakan oleh daya langganan
pelanggan. Untuk penggunaan KWH Meter 1 fasa digunakan pada daya langganan
450 VA – 22.000 VA, sedangkan KWH Meter 3 fasa digunakan pada daya 3.900 VA
– 197.000 VA. Masing-masing KWH Meter tersebut dicatat oleh petugas PLN setiap
bulannya untuk diproses sebagai rekening pelanggan. Untuk mempermudah kinerja
perusahaan, pihak PLN menggunakan sistem AMR (Automatic Meter Reading) pada
beberapa pelanggan, khususnya pada pelanggan yang menggunaan KWH Meter 3
fasa.

AMR merupakan salah satu metode dalam melakukan pembacaan energi


listrik pada KWH Meter pelanggan, yang dimana dengan metode AMR ini dapat
memonitoring pemakaian daya listrik. AMR juga sering disebut sistem pembacaan
meter jarak jauh secara online.

Dengan ini penulis mengadakan kuliah kerja praktik di PT. PLN (Persero)
Area Banda Aceh untuk mengetahui secara langsung apa saja komponen yang ada

1
pada sistem AMR dan bagaimana cara sistem AMR memonitoring kelistrikan yang
ada di seluruh wilayah Aceh.

1.2 Tujuan KKP


Kuliah Kerja praktek sebagai kegiatan belajar kompherensif yang
berbentuk pengamatan terhadap praktek kerja di industri atau instansi diharapkan
dapat memberikan wawasan bagi mahasiswa terhadap dunia kerja yang
sesungguhnya, termasuk pada lingkungan kerja PT. PLN (Persero) Area Banda
Aceh. Adapun tujuan praktik kerja lapangan ini antara lain:
1. Mempelajari serta memahami secara langsung proses operasi dan
mekanisme kerja di bidang Elektronika dan Instrumentasi yang telah
diterapkan di PT. PLN (Persero) Area Banda Aceh, baik itu mengenai sistem
pengoperasian, mekanisme kerja suatu alat, karakteristik perangkat-
perangkat proses, proses produksi termasuk alat ukur dan kendali mutu.
2. Mengetahui bagaimana sistem monitoring menggunakan AMR dan
komponen-komponen utama pada AMR.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan sistem AMR.

1.3 Manfaat
Kegiatan kerja praktik di PT. PLN (Persero) Area Banda Aceh dapat
memberikan berbagai manfaat. Manfaat-manfaat yang didapat dari kegiatan kerja
praktik dibagian HARMET (Pemeliharaan Meter) pada PT. PLN (Persero) Area
Banda Aceh adalah sebagai berikut:
1. Lebih memahami ilmu-ilmu di bidang Fisika dan penerapannya secara nyata
di dalam dunia kerja dan dapat membandingkan teori-teori yang diperoleh
dalam perkuliahan dengan aplikasi di lapangan.
2. Untuk mendapat pengalaman nyata di dunia kerja dan mampu menyesuaikan
diri didunia kerja yang sesuai dengan bidang elektronika dan instrumentasi.
3. Penulis dapat mempelajari apa saja yang dikerjakan pada bagian sistem
perencanaan, sistem kelistrikan dan distribusi listrik serta memahami
bagaimana sistem AMR.
4. Penulis mampu mengkaji lebih jauh mengenai peluang dan tantangan bagi
mahasiswa dalam memasuki dunia kerja pada masa yang akan datang.

2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero)

Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau nama resminya PT. PLN adalah
sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurusi semua aspek
kelistrikan yang ada di Indonesia. Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir
abad ke-19, saat itu beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkitan tenaga
listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik untuk kepentingan umum
dimulai sejak perusahaan swasta Belanda N.V. NIGM memperluas usahanya di
bidang tenaga listrik, yang awalnya hanya bergerak di bidang gas saja.
Perkembangan ketenaga listrikan di Indonesia sudah sangat lama sejak awal abad ke-
19. Antara tahun 1942-1945 Belanda mnyerah kepada pasukan Jepang di awal
Perang Dunia II, saat itu terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan
Belanda tersebut kepada pihak Jepang.

Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi kembali pada akhir Perang


Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada sekutu. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai
Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan Komite Nasional Indonesia
Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno membentuk jawatan listrik dan
gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas
pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW. Jawatan listrik dan gas diubah
menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang
bergerak dibidang listrik, gas dan kokas pada tanggal 1 Januari 1961 dan
dibubarkan pada 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, diresmikan dua perusahaan
negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik
milik negara dan Perusahaan Gas Negara(PGN) sebagai pengelola gas.

Pada tahun 1972, sesuai dengan peraturan pemerintah No.17, status


Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik

3
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan
pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak
dalam bisnis penyediaan tenaga listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih
dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan(Persero) sesuai Akta no.169
tanggal 30 Juli 1994 dari Sutipto S.H. Notaris, Jakarta dan pada Tahun 2009, sesuai
dengan UU No. 30 tahun 2009, PLN tidak lagi sebagai Pemegang Kuasa Usaha
Ketenagalistrikan (PKUK), namun sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

2.2 Profil PT. PLN (Persero) Area Banda Aceh


PT. PLN (Persero) Area Banda Aceh yang beralamat di Jalan Tentara Pelajar
Aceh No. 11, Merduati, Banda Aceh. PT. PLN (Persero) membawahi enam Rayon
yaitu:
1. Rayon Merduati Kota
2. Rayon Lambaro
3. Rayon Jantho
4. Rayon Keude Bieng
5. Rayon Sabang.
6. Rayon Syiah Kuala.
Berikut ini adalah data aset PT. PLN (Persero) area Banda Aceh:
Tabel 2.1 Data Aset PT. PLN (Persero) Area Banda Aceh
Jaringan Tegangan Menengah Jaringan Tegangan Rendah Jlh Trafo Distribusi
No Rayon Jumlah Gardu Distribusi
SUTM SKTM Jumlah SUTM SKTM Jumlah Unit Daya
1 Merduati 1.096,50 183,31 1.279,81 1.210,87 0,00 1.210,87 1.299,00 1.299 138,045
2 Lambaro 1.027,59 11,06 1.038,65 674,15 0,00 674,15 493 493 37,976
3 Keudebieng 581,84 0,52 434,06 164 0,00 164 185 185 11,914
4 Jantho 433,54 1,12 582,96 235,66 0,00 235,66 103 103 6.965
5 Sabang 516,31 9,58 525,89 122,9 0,00 122,9 143 143 12,832
Area Banda Aceh 3.655,78 205,59 3.861,37 2.407,58 0,00 2.408 2.223 2.223 208

Luas wilayah kerja PT. PLN (Persero) Area Banda Aceh sekitar ± 2.633
kilometer persegi, memiliki panjang Jaringan Tegangan Menengah 20 kV sepanjang
± 3.655,78 kms, Gardu Distribusi 2.223 unit dan panjang Jaringan Tegangan Rendah
± 2.407,58 kms, serta jumlah pelanggan sebanyak 202.959 pelanggan.

4
2.2.1 Visi dari PT. PLN
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang,
unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.

2.2.2 Misi dari PT. PLN


a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lainnya yang terkait,
berorientasi kepada pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang
saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
e. Saling percaya, integritas, peduli dan pembelajar.
f.Peka tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan.
g. Penghargaan pada harkat dan martabat manusia.

2.2.3 Motto PLN

PLN Aceh memiliki motto yaitu “Listrik Untuk Kehidupan Yang


Lebih Baik (Electricity for a Better Life)”.

2.2.4 Lambang Perusahaan PT. PLN (Persero)


Bentuk, warna dan lambang Perusahaan resmi digunakan adalah
sesuai yang tercantum pada lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan
Umum Listrik Negara No. 031/DIR/76 Tanggal 01 Juli 1976, mengenai
pembuatan lambang perusahaan umum listrik negara.

5
Gambar 2.1 Lambang PLN
Adapun elemen–elemen dasar lambing PLN tersebut sebagai berikut :
1. Warna Kuning
Menjadikan bidang dasar bagi elemen–elemen lambang lainnya,
melambangka bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang
terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan
pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat
yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insani yang berkarya di perusahaan ini.
2. Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung didalamnya sebagai produk
jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja
cepat tepat para insani PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para
pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai
perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan
beserta tiap insani perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan zaman.
3. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha utama
yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang sering
sejalan dengan kerja keras para insani PT PLN (Persero) guna memberikan layanan
terbaik bagi pelanggannya. Diberikan warna biru untuk menampilkan kesan konstan
(sesuatu yang tepat) seperti halnya listrik yang diperlukan dalam kehidupan
manusia.

6
2.3 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Area Banda Aceh
Struktur organisasi PT PLN (Persero) Area Banda Aceh dipimpin oleh
seorang Manajer Area Banda Aceh dan 4 Asisten Manajer, yang terdiri dari:
a. Manajer Bagian Jaringan
b. Manajer Bagian Perencanaan
c. Manajer Bagian Transaksi Energi
 Sub Bidang Transaksi Energi Listrik
 Sub Bidang Pengendalian Susut
 Sub Bidang Pemeliharaan Meter
d. Manajer Bagian Pelayanan dan Administrasi
e. Manajer Bagian KSA

Berikut gambar Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Area Banda Aceh:

Manajer Area

-Analyst
-Engineer Lingkungan dan K2
-Analysr Manajemen Mutu

Asisten Manajer
Asisten Manajer Asisten Manajer Asisten Manajer
Supervisor Pelayanan dan
Jaringan Perencanaan Transaksi Energi
Barang dan Jasa Administrasi

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Area Banda Aceh

(Profil PT. PLN (PERSERO) AREA BANDA ACEH. 2014)

7
BAB III
JADWAL DAN METODE KEGIATAN

3.1 Tempat Kegiatan


KKP ini dilaksanakan pada PT. PLN (Persero) Area Banda Aceh yang
beralamat di Jalan Tentara Pelajar Aceh No. 11, Merduati, Banda Aceh. Adapun
kegiatan ini dilaksanakan kurang lebih selama 1 bulan, terhitung dimulai pada
tanggal 1 Juli sampai dengan 9 Agustus 2019. Rincian KKP dapat dilihat pada
lampiran (Kartu Kendali KKP).

3.2 Jadwal Kegiatan


Adapun jadwal kegiatan KKP dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan KKP di PT. PLN (Persero) Area Banda Aceh
Jadwal
No Kegiatan
April Mei Juni Juli Agustus
Pembimbingan di program
1
studi
2 Pengajuan berkas di prodi
Persetujuan di program
3
studi dan fakultas
4 Pengajuan surat ke instansi
Proses persetujuan di
5
instansi
Surat persetujuan dari
6
instansi
Pelaksanaan KKP dan
7
pembimbingan di instansi
8 Penyusunan laporan KKP
9 Revisi laporan KKP
10 Pengumpulan laporan KKP

8
3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam KKP ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Alat dan Bahan


No Keterangan Nama Alat Jumlah
1. Perlengkapan safety Helm 1 buah
Modem 1 buah
SIM Card 1 buah
Perlengkapan pemasangan
Adaptor 1 buah
2. AMR pada Kwh meter 3
fasa Antena 1 buah
Kabel Data 1 buah
Stop Kontak 1 buah
Komputer 1 buah

3.4 Metode Pelaksanaan Kerja Praktek

Pada saat kuliah kerja praktik di PT.PLN (Persero) Area Banda Aceh pada
bagian HARMET, penulis mempelajari persoalan teknis pengadaan sistem listrik,
mempelajari tentang AMR, menganalisis sistem AMR yang terdapat di kantor
APP , menginstal modem untuk pemasangan pada tiap perangkat sistem AMR,
menseting KWH Meter, menguji KWH Meter. Jenis penelitian kerja praktek yang
penulis lakukan di PT.PLN (Persero) Area Banda Aceh yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara terjun langsung dan meneliti sistem AMR yang sedang
digunakan. Dari sistem AMR, penulis mengambil jaringan komunikasi dan
perangkat yang ada pada sistem tersebut sebagai bahasan utama penulis. Penulis
juga diajak oleh tim HARMET untuk pergi mengamati dan mengoperasikan AMR
yang terdapat di pelanggan. Pada saat menganalisis sistem tersebut, tim HARMET
bisa diajak kerja sama dalam memberikan informasi yang penulis butuhkan.

9
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBELAJARAN

4.1 Hasil Kegiatan


4.1.1 Kegiatan Pada Minggu Pertama
Pada minggu pertama penulis dikenalkan dengan semua karyawan yang ada
di bidang Harmet dan juga diberikan arahan jadwal kerja masuk jam 08.00 WIB dan
jadwal pulang jam 16.30 WIB selama Kuliah Kerja Praktek di PT. PLN (Persero)
Area Banda Aceh. Hal ini menjadikan penulis sebagai mahasiswa Fisika untuk
senantiasa turut dan patuh pada peraturan-peraturan yang diterapkan pada PT. PLN
(Persero) Area Banda Aceh. Selanjutnya setelah pengarahan tentang jadwal dan
peraturan yang ada di perusahaan, penulis diberikan pengetahuan tentang AMR.

Setelah mendapatkan pengetahuan tentang AMR, penulis mulai


diperkenalkan dengan aplikasi-aplikasi yang digunakan untuk membantu petugas
atau karyawan dalam menjalankan tugasnya seperti memonitoring KWH Meter dari
jarak jauh. Penulis juga diberikan kesempatan untuk menggunakan aplikasi-aplikasi
tersebut seperti Amicon, EIS, AP2T dan sebagainya dengan bantuan pengarahan dari
tim HARMET.

4.1.2 Kegiatan Pada Minggu Kedua


Pada minggu kedua, penulis belajar tentang KWH Meter 3 fasa. Pembimbing
lapangan menjelaskan prinsip kerja KWH Meter, jumlah daya yang dipakai oleh
KWH Meter serta spesifikasi dari masing-masing KWH Meter. Penulis diharapkan
dapat mengerti tentang prinsip awal KWH Meter sebelum terjun langsung
kelapangan. Pada minggu kedua ini penulis juga mempelajari tentang bagaimana
cara mengkonfigurasikan KWH Meter 3 fasa sebelum dipasang ke pelanggan.

4.1.3 kegiatan Pada Minggu Ketiga


Pada minggu ketiga, penulis mulai diarahkan untuk melakukan kegiatan
lapangan oleh pembimbing lapangan. Penulis juga diajak oleh tim HARMET untuk
mengamati perangkat AMR yang terdapat di pelanggan. Selama berada dilapangan,
penulis banyak mendapat masukan dan penjelasan dari pembimbing lapangan pada

10
saat mempelajari kegiatan pemeriksaan KWH Meter dan pemeriksaan MCCB
(Moulded Case Circuit Breaker) atau alat pembatas serta menulis BA (Berita Acara).

4.1.4 Kegiatan Pada Minggu Keempat


Pada minggu keempat, Penulis juga diajak oleh tim HARMET kelapangan
untuk melakukan kegiatan pemasangan perangkat AMR pada pelanggan baru.
Pembimbing menjelaskan tentang pemasangan perangkat AMR seperti pemasangan
Simcard ke Modem, pemasangan Modem dan Antena, menseting KWH Meter,
menguji KWH Meter. Dengan adanya AMR ini diharapkan kerusakan-kerusakan
pada KWH Meter dapat diketahui oleh petugas dengan cepat. Pada saat menganalisis
sistem tersebut, tim HARMET maupun petugas lapangan bisa diajak kerja sama
dalam memberikan informasi yang penulis butuhkan.

4.1.5 Kegiatan Pada Minggu Kelima


Pada minggu kelima, penulis mulai konsultasi pada pembimbing lapangan
untuk kemudahan dalam perancangan laporan bersama dengan pembimbing
lapangan. Disamping itu, penulis juga membaca kembali referensi yang perlu
disisipkan selama berada di PT. PLN (Persero) Area Banda Aceh. Hal ini perlu
dibahas dengan pembimbing lapangan karena tahapan-tahapan ini berguna dalam
penyusunan laporan penulis sehingga laporan ini menjadi karangan utuh dan
menyempurnakan teori yang didapat oleh penulis. Pembimbing lapangan banyak
memberikan masukan bagaimana pembuatan laporan yang sesuai dengan data yang
ada.

4.2 Hasil Pembelajaran


4.2.1 Teori Terkait
Teori yang terkait pada pembahasan ini ialah terletak pada perangkat AMR,
yaitu pada KWH Meter elektronik dimana KWH meter bekerja dengan prinsip
induksi elektromagnetik. Teori induksi elektromagnetik dikemukakan oleh Michael
Faraday. Kemudian oleh KWH meter diaplikasikan hukum kirchoff I yaitu arus yang
masuk ke KWH sama dengan arus yang dikeluarkan KWH.
Untuk dapat menikmati listrik yang kita gunakan sekarang ini semuanya
dimulai dari pembangkitan listrik. Pembangkit listrik pada dasarnya adalah
generator, generator ini yang memproduksi listrik dan listrik itulah yang dihantarkan

11
oleh jalur transmisi dan distribusi hingga sampai ke rumah pelanggan. Untuk dapat
menghasilkan listrik maka generator harus diputar, sistemnya menggunakan medan
magnet yang bergerak dapat menghasilkan listrik yang di temukan oleh Michael
Faraday.
Sistem listrik yang masuk ke rumah-rumah pelanggan, jika menggunakan
sistem listrik 1 fase, biasanya terdiri atas 3 kabel yaitu Pertama adalah kabel
fase (berwarna merah/hitam/kuning) yang merupakan sumber listrik bolak-balik
(fase positif dan fase negatif berbolak-balik terus menerus). Kabel ini adalah kabel
yang membawa tegangan dari pembangkit tenaga listrik PLN. Kabel ini biasanya
dinamakan kabel panas (hot), dapat dibandingkan seperti kutub positif pada sistem
listrik arus searah. Kedua adalah kabel netral (berwarna biru). Kabel ini pada
dasarnya adalah kabel acuan tegangan nol, yang disambungkan ke tanah di
pembangkit tenaga listrik, pada titik-titik tertentu (pada tiang listrik) jaringan listrik
dipasang kabel netral ini untuk disambungkan ke ground terutama pada trafo penurun
tegangan dari saluran tegangan tinggi tiga jalur menjadi tiga jalur fase ditambah jalur
ground (empat jalur) yang akan disalurkan kerumah-rumah atau kelainnya. Untuk
mengatasi kebocoran (induksi) listrik dari peralatan tiap rumah dipasang kabel tanah
atau ground (berwarna hijau-kuning) dihubungkan dengan logam (elektroda) yang
ditancapkan ke tanah untuk disatukan dengan saluran kabel netral dari jala listrik
dipasang pada jarak terdekat dengan alat meteran listrik atau dekat dengan sikring.
Ketiga adalah kabel tanah atau Ground (berwarna hijau-kuning). Kabel ini adalah
acuan nol di lokasi pemakai, yang disambungkan ke tanah (ground) di rumah
pemakai, kabel ini benar-benar berasal dari logam yang ditanam di tanah di rumah
kita, kabel ini merupakan kabel pengamanan yang disambungkan ke badan (chassis)
alat-alat listrik di rumah untuk memastikan bahwa pemakai alat tersebut tidak akan
mengalami kejutan listrik. Kabel ketiga ini jarang dipasang di rumah-rumah
penduduk. Pemasang ini penting, karena merupakan syarat mutlak bagi keselamatan
pelanggan dari bahaya kejutan listrik yang bisa berakibat fatal dan juga beberapa
alat-alat listrik yang sensitif tidak akan bekerja dengan baik jika ada induksi listrik
yang muncul di chassisnya.
Kalau ingin mengaliri listrik secara efisien, di mana tidak ada daya yang
hilang selama proses, maka harus menggunakan arus listrik yang sekecil mungkin.

12
Hal ini dikarenakan dengan arus listrik yang kecil, maka elektron yang berpindah
juga sedikit seperti bunyi Hukum Ohm. Kalau elektron yang perpindah sedikit, total
energi yang hilang dari elektron-elektron tersebut akan menjadi lebih kecil. Dan
adapun cara agar arus listrik yang dialirkan itu kecil ada di persamaan berikut ini:
P = V. I
Dimana P itu adalah daya listrik, V adalah tegangan, dan I adalah kuat arus. Dalam
proses transmisi energi, daya listrik itu selalu konstan seperti bahwa daya itu adalah
energi per satuan waktu. Karena energi itu kekal, maka dayanya juga harus kekal
selama tidak berubah menjadi energi bentuk lain. Oleh sebab itu karena daya itu
konstan, berarti jika ingin nilai I turun,maka tinggal naikkan nilai V. Oleh karena itu,
pada transmisi jarak jauh, biasanya listrik yang digunakan itu adalah listrik dengan
tegangan yang sangat tinggi.

4.2.1 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan


PLN saat ini menerapkan meter elektronik yang dapat melakukan pembacaan
dan perekaman data listrik secara otomatis untuk para pelanggan listrik skala
industri khususnya daerah Banda Aceh menggunakan sistem AMR (Automatic
Meter Reading). Sistem ini dapat memantau jumlah pemakaian daya listrik oleh
pelanggan skala besar dan dapat mengontrol langsung segala kegiatan yang
berhubungan dengan aktivitas meter elektronik dari kantor PLN khususnya bagian
HARMET tanpa ada petugas pembaca meteran. Dengan demikian keakuratan
data pemakaian listrik oleh pelanggan bisa terjamin.
Pengoperasian sistem AMR ini melakukan pembacaan energi listrik dengan
cara menurunkan terlebih dahulu tegangan listrik dari 40 KV menjadi 220 V
menggunakan current transformer, kemudian tegangan dikonversikan menjadi data
digital pada mesin meteran agar dapat diukur dengan parameter pengukuran
seperti daya, energi, dan lain-lain. Setelah ini data digital dapat disimpan ke
memori, ditampilkan lewat LCD display, atau dikirimkan ke database PLN lewat
modem. Komunikasi data yang dipakai oleh PLN saat ini yaitu berbasis PTSN dan
GSM.

4.2.2 Kelebihan Automatic Meter Reading (AMR)

13
Dengan dipasangnya AMR pada pelanggan, maka pemakaian kWh oleh
pelanggan dapat dipantau / dibaca setiap saat dari kantor PLN dengan hasil
yang lebih akurat . Dengan bantuan aplikasi komputer sehingga kesalahan baca yang
dilakukan oleh petugas tidak akan terjadi dan kepercayaan pelanggan kepada
PLN dapat terjaga. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari penggunaan sistem
AMR ini adalah :
1. pencatatan meter lebih akurat
2. proses penerbitan rekening lebih cepat
3. penggunaan energi listrik dapat terpantau
4. upaya peningkatan mutu pelayanan melalui data langsung penggunaan
energi listrik yang dikonsumsi oleh pelanggan yang bersangkutan.

4.2.3 Kelemahan Automatic Meter Reading (AMR)


Aplikasi teknologi AMR saat ini masih berbasis GSM dan PSTN dengan
cara “konvensional”, melakukan panggilan kepada modem seperti panggilan kepada
kartu telepon biasa. Hal ini tentunya akan membuat waktu pemanggilan menjadi
tidak efektif karena hanya satu modem yang dapat dipanggil dalam satu waktu.
Beberapa kendala dalam teknologi PSTN maupun GSM “konvensional”, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Pada teknologi PSTN :
Keterbatasan pada teknologi PSTN saat ini adalah kurangnya
fleksibilitas dalam penyesuaian dengan lokasi instalasi. Teknologi PSTN
cenderung kepada jaringan berkabel, dimana letak geografis dari suatu
meter akan mempengaruhi efektifitas pemasangan kabel.

2. Pada teknologi GSM :


a. Banyaknya kasus modem tidak merespon (modem hang) yang
disebabkan memori SMS pada modem penuh ataupun modem kurang
handal daya tahannya.
b. Setiap modem dalam jaringan GSM “konvensional” dapat dipanggil
oleh siapa saja, sehingga keamanan data yang terekam kurang
terjamin.

14
c. Model koneksi point-to-point pada GSM menjadikannya tidak efektif
saat harus terjadi pemanggilan meter dalam jumlah yang besar.
d. Biaya komunikasi pada GSM dihitung berdasarkan waktu. Jika terjadi
pemanggilan lintas operator telekomunikasi maka biaya yang
dikeluarkan akan sangat mahal.

Selain itu adanya gangguan pada sistem AMR, tidak hanya kurangnya sinyal
yang didapat tetapi juga dari faktor eksternal seperti kerusakan yang terjadi pada
modem. Dari beberapa kendala yang disebutkan diatas, maka perlu suatu adanya
teknologi baru yang dapat menggantikan atau menutupi kendala tersebut (Manual
Book. 2008. “SURVEY PELANGGAN DAYA BESAR DAN PERLUASAN
JARINGAN”).

4.2.4 Perangkat AMR


Perangkat AMR terdiri dari :
1. Perangkat keras (hardware), diantaranya sebagai berikut :
a. Meter Elektronik
Dalam pengukuran dengan menggunakan Meter Elektronik ini,
perlengkapan seperti KWH Meter, meter kVARh , meter arus, meter
tegangan, time switch dan selector switch semuanya sudah tergabung /
compact dalam satu kemasan, dimana meter elektronik tersebut dapat
menampilkan / mengukur data tersebut diatas. Sebelum dipakai untuk
melakukan pembacaan meteran listrik, maka Meter Elektronik harus di
tera terlebih dahulu dan di-setting, dimana dalam penyettingan ini Meter
Elektronik diberi nama (data diri) dan password di meterannya. Hal ini
dilakukan untuk melindungi Meter Elektronik dari hal yang tidak diinginkan.
Setiap terjadi pengaksesan alat meteran, data disimpan di log book. Adapun
meter elektronik yang baik untuk digunakan dalam pembacaan meteran
listrik yaitu :
 Tegangan pengukuran 57,7 Volt untuk Tegangan Menengah (TM) atau 230
Volt untuk Tegangan Rendah (TR)
 Tampilan / display harus jelas dan mudah terbaca.

15
 Kemampuan fitur : mengukur besaran listrik seperti tegangan, arus, energi
(aktif dan reaktif), faktor daya, mampu mengukur kedip tegangan.
 Terminal I/O yang dapat dipakai untuk maksud – maksud tertentu.

Adapun KWH Meter 3 fasa elektronik untuk perangkat AMR dapat dilihat
pada gambar 4.1 berikut :

Gambar 4.1 KWH Meter 3 fasa


b. Modem
Modem yang digunakan di PLN ini adalah modem GSM yang dipakai
sebagai penghubung antara saluran komunikasi dengan meter
elektronik dan komputer. Selain mempunyai tipe yang berbeda-beda
sesuai dengan saluran komunikasinya, dalam pemasangannya juga bersifat
eksternal. Modem eksternal letaknya terpisah dan sumber tegangan dari
luar. Sebelum dipakai, modem GSM ini terlebih dahulu disambungkan ke
bagian antena, ke bagian adaptor / tegangan DC, dan ke bagian kabel
data / meter. Setelah semuanya tersambung maka lampu LED akan
menyala untuk mengindikasikan bahwa modem tersebut aktif dan bisa
digunakan.

Gambar 4.2 Perangkat AMR

16
Keterangan:
a) Adaptor, b) Modem, c) Antena, d) Kabel data, e)Stopkontak

c. Komputer dipakai sebagai alat untuk melakukan pemrograman dan


pembacaan meter elektronik.
d. Server yang dipakai untuk menyimpan data meter elektronik.

Gambar 4.3 Komputer dan Server AMR


e. Media / Saluran Komunikasi (SIM Card), dipakai untuk menghubungkan
antara komputer dengan meter elektronik, dapat berupa telepon
PSTN dan/atau GSM.

2. Perangkat lunak (software), seperti software untuk mengkonfigurasikan meter


dan software untuk menjalankan aplikasi AMR.
Setiap meter elektronik mempunyai softwarenya masing-masing untuk
mengkonfigurasikannya. Software tersebut bersifat unik, hanya dapat dipakai
untuk dan oleh meter yang bersangkutan, seperti meter merek EDMI
menggunakan aplikasi Ezyview untuk mengkonfigurasikannya, sedangkan meter
merek ITRON menggunakan aplikasi AMETYS untuk mengkonfigurasikannya.
Software yang digunakan di PLN saat ini untuk menjalankan aplikasi AMR yaitu
software AMICON merupakan software khusus yang dapat membaca seluruh meter
yang digunakan. AMICON merupakan sistem AMR PLN yang difungsikan sebagai
sistem AMR Terpusat dan diimplementasikan di lingkungan PT. PLN (persero) unit
Distribusi. AMICON dibangun dan dikelola oleh PT. Indonesia ICON+ selaku anak
perusahaan yang bertanggung jawab terhadap pembangunan, operasional dan
pemeliharaan sistem AMICON.

17
AMICON yang merupakan software AMR, database server, dan software
DMR (Data Management Report). AMICON juga memiliki tiga modul utama yaitu
AMICON MM (Management Meter), yang terdiri dari Gapura sebagai pintu
komunikasi antara sistem dengan meter, Pengolahan Data dengan fungsi pengolahan
data secara realtime yang menghasilkan data dan analisisnya, serta Analisis Data
berfungsi sebagai bahan pengambil keputusan.

Dalam aplikasi AMICON digunakan istilah-istilah atau penyebutan sebagai


berikut :
1. Company, merupakan entitas perusahaan yang memiliki seluruh data
dibawahnya
Contoh: PT. PLN (Persero), PT. Pembangkitan Jawa Bali, PT. Indonesia
Power
2. Site, merupakan entitas dalam sebuah company yang merepresentasikan
kantor pusat atau kantor unit tempat bekerjanya para karyawan/user. Sebuah
site bisa ber hierarki dengan site yang lain sehingga membentuk suatu
organisasi site dalam sebuah company
Contoh: Kantor Pusat, Kantor Distribusi/Wilayah, Kantor Area, Kantor
Rayon
3. Location, merupakan entitas dalam sebuah site yang merepresentasikan
sebuah tempat atau lokasi beroperasinya asset-asset. Location memiliki status
sesuai dengan lifecycle-nya.
Contoh: Pelanggan, GH (Gardu Hubung), Gardu Induk, Titik Ukur
4. Asset, merupakan entitas dalam sebuah Site dan Location. Asset memiliki
status sesuai dengan lifecycle-nya.
Contoh: Meter, Modem, SIM Card.

4.2.5 Data Lifecycle


Setiap data yang ada dalam system AMICON akan melewati tiga tahap seperti
yang digambarkan pada gambar 4.4 berikut :

18
Register

DeComm Comm

Gambar 4.4 Data Lifecycle

Tiga tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Register
Kegiatan ini merupakan kegiatan pendataan asset dan location. Setiap asset
atau location yang melewati fase registrasi akan berstatus “STOCK”

2. Commissioning
Kegiatan ini merupakan kegiatan menghubungkan asset-asset dengan location
(binding data). Kegiatan ini akan merubah status data menjadi ”ACTIVE”

3. DeCommissioning
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk memutuskan/memecah kembali
binding data yang sudah terbentuk pada proses Commissioning. Hal ini
dilakukan pada saat dilakukan pembongkaran asset atau penggantian salah
satu asset pada data yang sudah commissioning untuk dilakukan
commissioning ulang.

Di bawah ini merupakan contoh tampilan awal dari software AMICON dan
produk dari software tersebut :

19
Gambar 4.5 Tampilan Awal AMICON
4.2.6 Fitur AMR
Fitur – fitur utama dari meter elektronik yang digunakan dalam AMR
adalah sebagai berikut :
a. Instantaneous / real time
Instantaneous adalah paembacan data hasil pengukuran secara langsung,
sebagaimana ditampilkan dalam display / tampilan meter. Tab detil instant
menampilkan data instant dari meter yang berhasil dibaca oleh aplikasi pada
tanggal berjalan (data yang ditampilkan adalah data selama 1 hari). Contoh
tampilan atau program real time dari fitur AMR tersebut seperti pada
Gambar 4.3 dan 4.4 :

Gambar 4.6 Tampilan Instant pada Amicon

20
Gambar 4.7 Tampilan Detail Instant

b. Load Profile
Load Profile adalah pembacaan data yang merupakan hasil pengukuran
yang direkam dan disimpan dalam memori meter. Tab detil loadprofile
menampilkan data loadprofile dari meter yang berhasil dibaca oleh aplikasi
pada tanggal berjalan (data yang ditampilkan adalah data selama 1 hari).
Contoh tampilan dari fitur AMR tersebut pada Gambar 4.8 berikut :

21
Gambar 4.8 Tampilan Detail Load Profile

c. Billing Stand
Billing Stand adalah penerbitan rekening listrik pelanggan. Untuk proses
penerbitan rekening diperlukan :
1. Data stand meter saat ini
2. Data stand meter bulan lalu
3. Pemakaian energi (KWH) lwbp dan wbp selama satu bulan
4. Data kva maksimum dan waktu terjadinya
5. Pemakaian kvarh selama satu bulan
Contoh tampilan dari fitur AMR tersebut ada pada Gambar 4.9 yaitu :

22
Gambar 4.9 Tampilan Detail Billing

(Manual Book. 2018. “AMICON (AMR VERSI 2.0)”)

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan selama melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Praktik
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. AMR (Automatic Meter Reading) merupakan salah satu solusi untuk
bidang elektronika dalam melakukan pembacaan dan pemakaian energi
listrik, yang dimana dengan pemasangan AMR ini dapat memonitoring
pemakaian daya listrik pelanggan.
2. Perangkat AMR terdiri dari :
a. Meter elektronik
b. Modem
c. Komputer
d. Server
e. Jaringan komunikasi/SIM Card
3. AMICON merupakan sistem AMR PLN yang difungsikan sebagai sistem
AMR Terpusat dan diimplementasikan di lingkungan PT. PLN (persero)
unit Distribusi.

5.2 Saran
Berikut beberapa saran dari penulis terkait dengan pelaksanaan kerja praktek
ini :
1. Mahasiswa sebaiknya tidak hanya fokus pada materi diperkantoran tetapi
juga lebih sering diikut sertakan pada saat turun kelapangan agar
mahasiswa dapat melihat langsung proses-proses di lapangan.
2. Sistem jaringan dan komunikasi di area kantor sebaiknya lebih
ditingkatkan lagi guna memudahkan pekerjaan dan memperlancar proses
dalam mengerjakan sistem AMR ini.
3. Selalu mengutamakan prinsip K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
yang diterapkan perusahaan pada setiap pekerja.

24

Anda mungkin juga menyukai