Anda di halaman 1dari 17

UJI KADAR KLORIDA PADA BETON

Oleh
Fasya Fazlur Rahman 161144006
Ghaziadieniar Rachma Zaidhani 161144009
Rina Febriani 161144025

TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG


TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
SNI (2013:6) menjelaskan bahwa ion klorida merupakan salah satu unsur di
dalam air yang memiliki sifat korosif. Ion-ion klorida yang mengendap pada
permukaan suatu logam dapat mengakibatkan hilangnya lapisan pasif logam
Fe(OH)2 sehingga logam menjadi lebih mudah terserang korosi.

Lebih lanjut, SNI (2013:6) menjelaskan bahwa apabila terdapat dalam air
pencampur beton, ion klorida tersebut akan mempengaruhi karakteristik beton,
diantaranya berkurangnya sifat kekuatan beton dan kerapuhan permukaan beton.
Pada suatu struktur beton bertulang, masuknya ion klorida ke dalam beton, lambat
laun akan menyerang permukaan tulangan menjadi terkorosi.

Pengujian lainnya yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan XRF


(X-Ray Fluorescence). XRF merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis
komposisi kimia beserta konsentrasi unsur-unsur yang terkandung dalam suatu
sampel dengan menggunakan metode spektrometri dan relatif non-destruktif yang
umumnya digunakan untuk menganalisa unsur dalam mineral atau batuan. Analisis
unsur di lakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan
untuk menganalisis jenis unsur yang terkandung dalam bahan dan analisis
kuantitatif dilakukan untuk menentukan konsentrasi unsur dalam bahan.

Pengujian kandungan klorida menggunakan XRF sampel beton yang diuji


XRF yaitu sampel beton normal yang sebelumnya diambil serbuknya untuk diuji
komposisi yang terkandung di dalamnya, kemudian dengan sampel yang sama
dialiri klorida selama 24 jam. Setelah dialiri klorida sampel kemudian diambil
serbuknya dengan kedalaman tertentu untuk diuji komposisinya menggunakan XRF
(X-Ray Fluorescence).

Tujuan Pengujian

Berdasarkan hal tersebut di atas, SNI (2013:6) menyatakan bahwa perlu


disusun suatu metode uji untuk mengukur kadar ion klorida dalam air sehingga
apabila air tersebut akan digunakan, maka efek negatif dari adanya ion klorida yang
terkandung di dalamnya dapat diminimalisasi.

Penggunaan alat XRF (X-Ray Fluorescence) bertujuan sebagai penentu


komposisi klorida yang terkandung dalam beton setelah dialiri klorida selama 24
jam. Dengan adanya pengujian klorida, maka akan dapat diketahui berapa dimensi
yang masih layak struktur. Di lakukan pengecekan hingga kedalaman elemen yang
rusak. Apabila melebihi selimut beton maka kerusakan sudah mencapai
tulangannya.

PEMBAHASAN
ALAT YANG DIGUNAKAN
Peralatan metode uji A titrasi dengan merkuri

No Nama Gambar Keterangan

Kapasitas 1 ml atau
1 Mikroburet 5 ml dengan
ketelitian 0,01ml

Dengan ketelitian
2 Timbangan
0.001g

Terbuat dari bahan


3 Botol kimia kaca berwarna
coklat
4 Labu erlenmeyer Kapasitas 250 ml

Kapasitas 100 ml
5 Labu ukur
dan 100 ml

Mempunyai garis
tengah 35-300 mm
6 Corong gelas
yang terbuat dari
jenis boroksiliat atau
plastik

berlipat berada kira-


kira 10 mm di
7 Kertas saring
bawah pinggiran
atas corong

Dengan rentang pH
6 Kertas indicator pH
1-11
Peralatan metode uji B titrasi dengan perak nitrat/ argentometri

No Nama Gambar Keterangan

Cawan porselen
1 Cawan porselen berwarna putih
kapasitas 80 ml

Dengan panjang 2,54


2 Batang pengaduk
cm

Pengadukan dan
pemanas yang
3 Pengaduk magnetik dihasilkan oleh alat
ini bersumber pada
energi listrik
4 Mikroburet Kapasitas 25 ml

Dengan ketelitian
5 Timbangan
0.001g

Peralatan metode uji B titrasi dengan perak nitrat/argentometri

No Nama Gambar Keterangan

Dengan ketelitian
1 Timbangan
0.001g
Dengan skala
2 Pengukur ph
milivolt

3 Labu ukur Kapasitas 1000 ml

4 Pipet Tetes Pipet tanpa skala

Peralatan metode uji dengan XRF (X-Ray Fluorescence)


Alat XRF (X-Ray Fluorescence)
PRINSIP PENGGUNAAN ALAT
XRF (X-Ray Fluorescence)
Analisis menggunakan XRF dilakukan berdasarkan identifikasi dan
pencacahan karakteristik sinar-X yang terjadi akibat efek fotolistrik. Efek fotolistrik
terjadi karena electron dalam atom target pada sample terkena sinar berenergi tinggi
(radiasi gamma, sinar-X).

1. Elektron di kulit K terpental keluar dari atom akibat dari radiasi sinar X
yang datang. Akibatnya, terjadi kekosongan/ vakansi elektron pada orbital
(gambar 1).
2. Elektron dari kulit L atau M “turun” untuk mengisi vakansi tersebut disertai
oleh emisi sinar X yang khas dan meninggalkan vakansi lain di kulit L atau
M (gambar 2).
3. Saat vakansi terbentuk di kulit L, elektron dari kulit M or N “turun” untuk
mengisi vakansi tersebut sambil melepaskan Sinar X yang khas (gambar 3).
4. Spektrometri XRF memanfaatkan sinar-X yang dipancarkan oleh bahan
yang selanjutnya ditangkap detector untuk dianalisis kandungan unsur
dalam bahan (gambar 4).

PRINSIP PENGGUNAAN ALAT


Metode Pengujian Elektrode Ion - selektif
Pengukur Ph
Prinsip penggunaan alat berupa pengukur Ph disebutkan (Tools &
Techniques basic laboratory, https://slideplayer.info/slide/12628474/, diakses
tanggal 5 September 2019) penggunaannya untuk mengukur konsentrasi H+ di
dalam larutan yang dimana perlu dilakukan kalibrasi sebelum mengukur sampel.
Elektrode Ion-selektif Klorida
Pada sebuah penjelasan mengenai elektode ion-selektif klorida,
menjelaskan bahwa Elektroda Selektif Ion (ESI) adalah membran elektroda yang
merespon selektif ion. ISE yang paling umum digunakan adalah pemeriksaan pH.
Sebuah Elektroda Selektif Ion mengukur potensi ion tertentu dalam larutan.
(Elektroda pH merupakan ISE untuk ion Hidrogen.) Potensi ini diukur terhadap
elektroda referensi yang stabil potensi konstan.
Elektrode Pembanding penghubung Ganda
Dr. Suyanta, M.Si pada bukunya Potensiometri (2013:63) menjelaskan
bahwa elektroda cairan penghubung ganda umumnya menggunakan larutan KCl
pekat sebagai larutan penghubung dalam dan larutan pengatur kekuatan ion pada
jembatan luar.
Pengaduk Magnetik
Pengaduk magnetik atau yang dalam Bahasa Inggris berarti magnetic
stirrer, menurut (Digital Meter Indonesia, Magnetic stirrer, https://digital-meter-
indonesia.com/magnetic-stirrer/, diakses tanggal 4 September 2019) merupakan
suatu alat yang digunakan untuk pengadukan cairan kimia yang menggunakan
putaran medan magnet untuk memutar stir bars (juga disebut “flea”) sehingga
membantu proses homogenisasi. Seperti namanya, alat ini tidak dapat dilepaskan
dengan magnetic bar yang berfungsi untuk melakukan pengadukan tersebut.

Metode Pengujian Titrasi dengan Perak Nitrat


Cawan Porselen Putih Kapasitas 80 mL
Disebutkan pada sebuah laporan bahwa cawan porselen putih digunakan
sebagai wadah untuk mengeringkan suatu zat (LAPORAN KIMIA ALAT
LABORATORIUM, https://www.slideshare.net/HelvyEffendi/laporan-kimia-alat-
laboratorium, diakses tanggal 4 September 2019) dengan cara memasukkan larutan
yang akan dikristalisasi ke dalam cawan porselen.
Batang Pengaduk 2,54 cm/ dapat menggunakan Pengaduk Magnetik
Batang pengaduk dengan fungsi untuk mengocok atau mengaduk suatu
larutan telah disebutkan melalu penjelasan alat laboratorium (LAPORAN KIMIA
ALAT LABORATORIUM, https://www.slideshare.net/HelvyEffendi/laporan-
kimia-alat-laboratorium, diakses tanggal 4 September 2019) bahwa cara kerja yang
dilakukan adalah dengan memasukan batang pengaduk ke dalam larutan yang akan
dicampur.

Metode Pengujian Titrasi dengan Mercuri


Mikroburet
Menurut Purwanti (2008:13) buret berupa tabung kaca bergaris dan
memiliki kran di ujungnya. Ukurannya mulai dari 5 dan 10 mL (mikroburet) dengan
skala 0,01 mL, dan 25 serta 50 mL dengan skala 0,05 mL dengan fungsi untuk
mengeluarkan larutan dengan volume tertentu yang biasanya digunakan untuk
titrasi. (Tools & Techniques basic laboratory,
https://slideplayer.info/slide/12628474/, diakses tanggal 4 September 2019)
Timbangan Analitik
Alat penghitung satuan massa suatu benda dengan teknik digital dan tingkat
ketelitian yang cukup tinggi (TWIN’S BLOG, Neraca Analitik,
https://oktavianipratama.wordpress.com/2012/11/13/neraca/, diakses tanggal 4
September 2019) memiliki sebuah prinsip kerja yaitu dengan penggunaan sumber
tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan peneraan terlebih dahulu sebelum
digunakan kemudian bahan diletakkan pada neraca lalu dilihat angka yang tertera
pada layar, angka itu merupakan berat dari bahan yang ditimbang.
Botol Kimia berwarna Coklat
Berdasarkan sebuah penjelasan (WIKIPEDIA, Peralatan kaca
laboratorium, https://id.wikipedia.org/wiki/Peralatan_kaca_laboratorium, diakses
tanggal 4 September 2019) botol berwarna coklat tua biasanya digunakan untuk
menghindarkan zat yang disimpan dari cahaya luar. Botol ini digunakan untuk
menyimpan larutan indikator campuran.
Labu Erlenmeyer
Melalui prinsip kerja yaitu labu erlenmeyer dengan tutup asah digunakan
untuk pencampuran reaksi dengan pengocokkan kuat (Tugas Instrumentasi,
https://www.academia.edu/8353066/TUGAS_INSTRUMENTASI, diakses
tanggal 4 September 2019) sedangkan labu erlenmeyer tanpa tutup asah biasanya
digunakan untuk mencampurkan reaksi dengan kecepatan lemah, serta labu
erlenmeyer tanpa tutup asah digunakan untuk titrasi dengan pengocokkan lemah
hingga sedang.

Labu Ukur
Berdasarkan penjelasan pada sebuah laporan bahwa prinsip kerja labu ukur
yang memiliki ketelitian tinggi sehingga sering digunakan untuk mengukur larutan
secara teliti beserta fungsinya yaitu untuk mencampurkan larutan. (Tugas
Instrumentasi, https://www.academia.edu/8353066/TUGAS_INSTRUMENTASI,
diakses tanggal 4 September 2019).
Corong Gelas
Corong gelas dengan sebuah prinsip kerja yang telah dijelaskan yaitu untuk
membantu memasukkan cairan dalam suatu wadah dengan ukuran mulut kecil yang
digunakan untuk menyaring zat cair atau sampel padat. (Tugas Instrumentasi,
https://www.academia.edu/8353066/TUGAS_INSTRUMENTASI, diakses
tanggal 4 September 2019).
Pipet Tetes
Prinsip kerja dari alat ini sendiri adalah untuk menambahkan cairan tetes
demi tetes hingga volume tepat beserta fungsinya yaitu untuk memindahkan larutan
dari satu wadah ke wadah yang lainnya. (Tugas Instrumentasi,
https://www.academia.edu/8353066/TUGAS_INSTRUMENTASI, diakses
tanggal 4 September 2019).
Kertas Saring
Fungsi kertas saring adalah untuk memisahkan partikel suspensi dengan
cairan atau untuk memisahkan antara zat terlarut dengan zat padat desikator yang
berguna untuk mengeringkan padatan. (Fungsiklopedia.Com, Fungsi Kertas
Saring, http://www.fungsiklopedia.com/fungsi-kertas-saring/, diakses tanggal 4
September 2019).

PERATURAN YANG DIGUNAKAN


Metode uji A, B, dan C telah divalidasi sesuai ASTM D 2777- 77, dan hanya
Metode uji B yang juga memenuhi ASTM D 2777 – 86. Untuk penjelasan
selanjutnya, mengacu pada pasal 14, pasal 21, dan pasal 29.
Acuan normatif
Standar ASTM
D 1066, Practice for Sampling Steam.
D 1129, Terminology Relating to Water.
D 1193, Specification for Reagent Water.
D 2777, Practice for Determination of Precision and Bias of Applicable Test
Methods of Comittee D 19 on Water.
D 3370, Practices for Sampling Water from Closed Conduits
D 4127, Terminology Used with Ion-Selective Electrodes
D 5810, Guide for Spiking into Aqueous Samples.
D 5847, Practice for Writing Quality Control Specifications for Standard Test
Methods for Water Analysis
E 200, Practice for Preparation, Standardization, and Storage of Standard and
Reagent Solutions for Chemical Analysis
Istilah dan definisi
Istilah yang digunakan dalam metode uji ini, mengacu ke ASTM D 1129 dan
ASTM D 4127.

CARA MENGOLAH DAN MENGANALISIS HASIL UJI


Pereaksi dan bahan
Hidrogen peroksida (H2O2 30%)
Larutan hidrokuinon (10g/L) larutkan 1 g hidrokuinon murni dalam air dan
encerkan sampai 100 mL)
Larutan standar merkuri nitrat (0,025 N)
Larutan indikator campuran
Asam nitrat pekat (3+997)
Kertas indicator pH
Larutan standar natrium klorida(o,o25 N)
Larutan natrium hidroksida (10 g/L)

Metode uji A titrasi dengan merkuri


Mengolah dan menganalisis hasil uji
Metode uji titrasi dengna merkuri
Klorida (mg/L) = [(V1 – V2) x N x 35453]/S
Keterangan :
V1 = larutan Hg (NO3)2 yang digunakan untuk titrasi contoh uji (mL)
V2 = larutan Hg (NO3)2 yang digunakan untuk titrasi blanko (mL)
N = Normalitas larutan Hg(NO3)2
S = Contoh uji yang digunakan (mL)

Pereaksi
Hydrogen peroksida (30% H2O2)
Larutan indikator phenolphtalein(10 g/L)
Larutan indikator kalium kromat
Larutan standar, perak nitrat (0,025 N)
Larutan standar,natrium klorida (0,025 N)
Larutan natrium hidroksida (10 g/L)
Asam sulfat pekat (1 + 19)
Metode uji B titrasi dengan perak nitrat/argentometric
Klorida (mg/L) = [(V1 – V2) x N x 70906]/S
Keterangan :
V1 = larutan AgNO3 yang ditambahkan dalam titrasi contoh uji (mL)
V2 = larutan AgNO3 yang ditambahkan dalam titrasi contoh uji dengan setengah
contoh uji semula (mL)
N = Normalitas larutan AgNO3
S = Contoh uji yang digunakan (mL)

Pereaksi
Natrium bornat
Asam nitrat pekat(HNO3)
Larutan klorida (1000 mg/L)
Larutan standar klorida (100 mg/L, 10 mg/L, dan 1,0 mg/L
Larutan pengisi luar untuk elektrode pembanding penghubung ganda
Metode uji C elektroda – ion selektif.
Hitung persentasi pembaruan dari spike
P = 100 [A(VS + V) – B. VS]/ CV
Keterangan :
A = konsentrasi analit dalam contoh uji spiked (mg/L)
B = konsentrasi analit dalam contoh uji unspiked (mg/L)
C = konsentrasi analit dalam larutan spike (mg/L)
VS = Contoh uji yang digunakan (mL)
V = Volume yang ditambah dengan spike (mL)

CARA MENGOLAH DAN MENGANALISIS HASIL UJI


XRF (X-Ray Fluorescence)

Tabel 1
Hasil XRF beton sebelum dialiri klorida dan setelah dialiri klorida
pada kedalaman 1 cm dan 2 cm dari dasar beton
Tabel 1 memperlihatkan hasil pengujian komposisi beton sebelum dan
setelah dialiri klorida. Pada beton yang belum dialiri klorida memperlihatkan Ca
dominan dengan kandungan sebanyak 51,78% dari kandungan total, komposisi Si,
Fe, Al dan K secara berturut-turut memiliki kandungan sebanyak 29,37%,
12,21%,3,98%, dan 1,77%. Selain itu juga terdapat komponen seperti Ti, Zr, Nb,
Mo, Sn, Sb, In, dan Ru dalam jumlah yang relatif kecil.
Setelah dialiri klorida, kemudian di ambil serbuk pada kedalaman 1 cm dan
2 cm dari dasar beton. Dari tabel IV.3 diatas menunjukkan pada sampel dengan
kedalaman 1 cm muncul beberapa unsur seperti Cl sebanyak 1,76%, Cr sebanyak
0,161%, Ba sebanyak 0,108%, dan Ag sebanyak 0,0431%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan alat uji migrasi klorida maka terlihat
adanya perpindahan klorida ke dalam beton meskipun dalam jumlah yang tidak
terlalu besar yaitu hanya 1,76%, hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan
juga tidak terlalu lama.
Selain itu, sampel pada kedalaman 2 cm menunjukkan adanya unsur yang
hilang yaitu Al, Cl, Cr, Ba, dan Ag yang sebelumnya terdapat pada beton kedalaman
1 cm. Hal ini disebabkan karena penyerapan klorida tidak sampai pada kedalaman
2 cm sehingga unsur-unsur tersebut hanya menyerap hingga kedalaman 1 cm saja.

DAFTAR PUSTAKA
SNI 6439 2013
http://artikel-teknologi.com/prinsip-kerja-ph-meter/
http://nannananot.blogspot.com/2012/11/ion-selektif-elektroda-ise.html
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/suyanta-msi-dr/buku-
potensiometri.pdf
https://digital-meter-indonesia.com/magnetic-stirrer/
https://www.slideshare.net/HelvyEffendi/laporan-kimia-alat-laboratorium
https://slideplayer.info/slide/12628474/
https://oktavianipratama.wordpress.com/2012/11/13/neraca/
https://id.wikipedia.org/wiki/Peralatan_kaca_laboratorium
https://www.academia.edu/8353066/TUGAS_INSTRUMENTASI
http://www.fungsiklopedia.com/fungsi-kertas-saring/
http://anekakimia.blogspot.com/2011/06/analisa-instrumen-xrf.html
http://dunia-wahyu.blogspot.com/2011/11/x-ray-fluorosence-xrf.html
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/16644/JURNAL.pdf?se
quence=1

Anda mungkin juga menyukai