Anda di halaman 1dari 3

Dasar Teori

Di dalam tubuh manusia terjadi proses metabolisme terjadi di beberapa sistem


diantaranya sistem pencernaan, sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Pada setiap sistem
tersebut nantinya pasti akan menghasilkan suatu zat sisa dan juga energi. Zat sisa yang di
hasilkan ini disebut juga dengan ekskresi. Sistem Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa
metabolisme yang sudah terakumulasi dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga.
Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostasis karena sistem ekskresi tersebut
membuang limbah metabolisme dan merespon terhadap ketidakseimbangan cairan tubuh dengan
cara mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan (Kadaryanto, 2006).
Pengeluaran zat sisa tersebut diperlukan sistem pengeluaran yang disebut sistem
ekskresi. Sistem ekskresi merupakan pengeluaran limbah hasil metabolisme pada organisme
hidup. Zat sisa metabolisme yang harus dikeluarkan antara lain karbondioksida (CO2), urea, air
(H2O), amonia (NH3), kelebihan vitamin, dan zat warna empedu. Organ pengeluaran zat sisa
pada manusia berupa ginjal, kulit, paru-paru dan hati. Hasil sistem ekskresi dapat dibedakan
menjadi : Zat cair yaitu berupa keringat, urine dan cairan empedu, Zat padat yaitu berupa feces,
Gas berupa CO2 dan Uap air berupa H2O (Hall, 2009).
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,
membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata 2
meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak
atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang (Fadhilah, 2012 ). Sebagai alat ekskresi.
kulit berfungsi mengeluarkan keringat. Fungsi kulit yang lain, antara lain melindungi tubuh
terhadap gesekan, kuman, penyinaran, panas. dan zat kimia; mengatur suhu tubuh; menerima
rangsang dari luar: serta mengurangi kehilangan air.
Salah satu fungsi dari kulit adalah meregulasi suhu tubuh atau pengaturan suhu tubuh
(Syaifudin. 2006). Mekanisme dari regulasi suhu tubuh adalah pertama suhu internal tubuh
dalam keadaan normal sekitar 36oC-38oC kemudian terjadi penurunan suhu di bawah suhu
normal hal tersebut membuat otak merespon perubahan suhu tersebut dan menstimuli terjadi nya
penutupan pembuluh darah untuk meminimkan pengeluaran panas keluar tubuh sehingga tubuh
akan kembali dalam keadaan normal, selain mestimuli penutupan pembuluh darah otak juga
menstimuli kontraksi otot menjadi lebih cepat atau mengigil sehingga nantinya akan
menghasilkan panas dan tubuh akan kembali lagi ke suhu normal. Sedangkan Saat terjadi
perubahan suhu tinggi, maka akan terjadi proses ekskresi oleh kulit dengan mengeluarkan
kelenjar keringat. Proses pengeluran keringat diatur oleh hipotalmus (otak). Hipotalamus dapat
menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika
hipotalamus mendapatkan rangsangan, misalnya berupa perubahan suhu pada pembuluh darah,
maka rangsangan tersebut diteruskan oleh saraf simpatetik ke kelenjar keringat. Selanjutnya
kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea dari kapiler darah dan kemudian
mengirimnya kepermukaan kulit dalam bentuk keringat (Yaswir dan Ira, 2012).
Kelenjar keringat ada dua jenis, yaitu kelenjar keringat merokrin dan apokrin, yang
berbeda cara sekresinya. cara kerjanya dikendalikan oleh sistem saraf otonom dan dengan
mekansme homoral (biasanya laki – laki menghasikan hormon yang lebih besar jika
dibandingkan dengan kelenjar pada wanita). Kelenjar ekrin ini berfungsi untuk
mendistribusikannya keseluruh bagian tubuh, tetapi dengan kepadatan yang bervariasi sesuai
dengan daerah tubuh. Biasanya kepadatan tertinggi adalah sekitar 250 kelenjar / cm2, dan
biasanya ditemukan pada telapak kaki, telapak tangan dan kulit kepala. Kelenjar keringat ekrin
ini merupakan kelenjar keringat yang lebih kecil dan tidak meluas ke dermis. Selain fungsi di
atas, pada umumnya terdapat tiga fungsi utama dari kelenjar ekrin ini, yaitu sebagai
termoregulasi, eksresi dan perlindungan. Kelenjar apokrin hanya terdapat pada kulit daerah
tertentu, misalnya areola mamma, ketiak, sekitar dubur, kelopak mata, dan labium mayus.
Kelenjar ini bergetah kental dan baru berfungsi setelah pubertas. Kelenjar bergetah lilin seperti
kelenjar serumen dan kelenjar Moll juga tergolong kelenjar ini. Baik kelenjar merokrin maupun
apokrin dilengkapi dengan sel mioepitel (Kalangi, 2013).

Kelenjar keringat menyerap air dan garam, terutama garam dapur dan darah di
pembuluh kapiler. Keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori di permukaan kulit akan
menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh menjadi tetap. Pada keadaan normal. keringat akan
keluar dari tubuh sebanyak sekitar 50 mL setiap jam. Beberapa faktor yang dapat memacu
pengeluaran keringat. antara lain peningkatan aktivitas tubuh. peningkatan suhu lingkungan, dan
goncangan emosi. Emosi akan merangsang saraf simpatis untuk memperkecil pengeluaran
keringat dengan cara mempersempit pembuluh darah (Setiawan dan Pieter, 2018).

Setiap orang memproduksi keringat dalam jumlah yang berbeda-beda. Ini karena
kelenjar keringat dalam tubuh tiap orang berbeda pula sifatnya. Maka, sulit untuk menentukan
secara akurat sebanyak apa keringat yang normal diproduksi tubuh dalam situasi tertentu. .
perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal :
1. Jenis Kelamin. Laki-laki cenderung lebih mudah berkeringat daripada perempuan. Padahal,
perempuan punya kelenjar keringat yang lebih banyak dari laki-laki. Rata-rata keringat yang
diproduksi wanita adalah 0,57 liter per jam sementara rata-rata keringat pria tercatat sejumlah
1,12 liter per jam. Meskipun wanita tidak banyak mengeluarkan keringat, tubuh wanita lebih
mampu menjaga suhu normal tubuh. Keringat diproduksi untuk mendinginkan badan
ketika suhu tubuh terlalu panas. Sementara itu, pada wanita keringat yang diproduksi jauh
lebih efektif untuk mengembalikan suhu tubuh normal. Sehingga wanita tak perlu berkeringat
sebanyak pria saat suhu tubuh meningkat.
2. Berat badan. Orang yang kelebihan berat badan atau mengalami obesitas cenderung lebih
mudah berkeringat. Ini karena saat beraktivitas, orang dengan berat badan berlebih
membutuhkan lebih banyak energi. Energi yang dihasilkan oleh proses metabolisme tubuh
pun jadi lebih besar. Akibat proses metabolisme tersebut, suhu inti tubuh pun akan meningkat.
Untuk mendinginkannya, kulit akan kemudian mengeluarkan keringat.
3. Pola makan. Orang yang setiap hari rutin minum beberapa cangkir kopi akan lebih mudah
berkeringat. Karena bersifat diuretik, kopi bisa memicu sistem sekresi Anda, baik melalui air
seni atau keringat. Minuman beralkohol bersifat diuretik pula dan bisa meningkatkan produksi
keringat.
4. Kondisi psikologis. Mudah berkeringat memang bisa jadi tanda kondisi psikologis tertentu
seperti stres, kecemasan, atau rasa gugup.
5. Hyperhidrosis. Hiperhidrosis adalah kondisi medis yang ditandai dengan berkeringat secara
berlebihan, bahkan bisa sampai mengganggu fungsi normal sehari-hari. Kondisi ini dipicu
oleh berbagai hal, mulai dari siklus menstruasi atau menopause, kehamilan, infeksi, hingga
penyakit seperti hipertiroid atau hipoglikemia.

Daftar Pustaka
Fadhilah, A. N., Destiani, D., Dhamiri, D. (2013). Perancangan Aplikasi Sistem Pakar Penyakit
Kulit Pada Anak Dengan Metode Expert System Development Life Cycle. Jurnal
Algoritma. Vol 9 (13).
Hall, E John. (2009). Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kadaryanto, et,al. (2006). Biologi 2. Jakarta: Yudhistira.
Kalangi, Sonny J. R. (2013). Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik (JBM), Vol 5(3) : 12-20
Setiawan, Stanley dan Pieter L. Suling. (2018). Gangguan Kelenjar Keringat Apokrin:
Bromhidrosis dan Kromhidrosis. Jurnal Biomedik (JBM), vol 10 (2) : 80-84
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Yaswir, Rismawati dan Ira Ferawati. (2012). Jurnal Kesehatan Andalas, vol 1(2) : 80-85

Anda mungkin juga menyukai