Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

1. Pengembangan industri-industri oleokimia yang menghasilkan produk-


produk turunan dari minyak nabati perlu terus dilakukan. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan nilai ekonomi dari minyak nabati yang
ketersediaannya cukup melimpah di negara kita, contohnya saja CPO

2. Pada tahun 2016, CPO diproduksi secara global sekitar 64,5 juta metrik ton
dengan Indonesia (35 juta metrik ton) dan Malaysia (20 juta metrik ton)
yang saat ini keduanya merupakan produsen dan eksportir utama

3. Salah satu produk turunan minyak nabati yang potensial dikembangkan


adalah isopropil ester asam lemak. Kebutuhan produk isopropil ester asam
lemak makin meningkat dari waktu ke waktu.

4. Isopropil ester asam lemak sangat banyak diminati karena asam lemak ini
dapat digunakan sebagai bahan baku dari berbagai macam produk seperti
kosmetik (emollient/pelembab), makanan dan industri seperti polimer,
resin (plasiticizer), dan pelumas, sebagai bahan baku pada bidang farmasi,
sebagai bio-lubricant dan sebagai bio-solvent (Seo dkk., 2017).

5. Selain itu, Grandview research menyebutkan bahwa harga penjualan ester


asam lemak secara global pada tahun 2014 telah menyentuh angka USD
1,83 miliar dan diproyeksikan akan meningkat hingga tahun 2022.

6. Pengolahan CPO menjadi produk-produk turunan lain diharapkan dapat


memenuhi kebutuhan negara, menghemat devisa negara, menciptakan
lapangan kerja baru dalam upaya membantu mengurangi pengangguran
dan kemiskinan di Indonesia, serta menjadi salah satu komoditi ekspor
penting bagi negara kita.

Proses produksi isopropil ester asam lemak terbagi menjadi 3 yaitu


pirolisis, transesterifikasi dan mikroemulsi. Berikut merupakan perbandingan
proses ketiganya. Dilihat dari segi....

Dari beberapa uraian tersebut, kami memilih proses transesterifikasi karena......


Berikut merupakan flowsheet proses dari pabrik isopropil ester asam lemak

ESTERIFIKASI

1. CPO dipompa dari tangki penampung bahan baku (T-101) menuju heater
(E-101) untuk dinaikkan suhunya menjadi 50ºC. Selanjutnya, CPO
diumpankan ke reaktor (R-101) untuk melalui proses esterifikasi.

2. Isopropanol (T-103) dan HCl (T-102) diumpankan ke mixer (M-101) untuk


menggabungkan bahan menjadi suatu campuran yang homogen agar
proses esterifikasi dapat berlangsung dengan cepat. Setelah mencapai
homogen, larutan isopropanol dan HCl diumpankan ke reaktor (R-101)
yang telah berisi CPO. Proses esterifikasi berlangsung pada suhu 75ºC dan
tekanan 1 atm.

3. Setelah itu, hasil reaksi yang berupa trigliserida dan H2O, serta sisa
isopropanol dan HCl masuk ke decanter (DE-101). Decanter berfungsi
untuk memisahkan cairan atau suspensi berdasarkan berat jenisnya.

4. Trigliserida yang telah terpisah dipompakan ke reaktor (R-102) untuk


melalui proses transesterifikasi. H2O serta sisa isopropanol dan HCl yang
telah terpisah dari trigliserida diumpankan ke kolom distilasi (CD-101)
untuk melalui proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih
komponen-komponen zatnya.

5. Air yang telah terpisah diturunkan suhunya dan dibuang ke lingkungan.


Isopropanol dan HCl selanjutnya dibalikkan kembali menuju (M-101) agar
dapat digunakan kembali pada proses esterifikasi selanjutnya.

TRANSESTERIFIKASI

1. Trigliserida hasil esterifikasi masuk ke reaktor (R-102) untuk melalui


proses transesterifikasi.

2. Isopropanol yang berada pada silo (SL-102) dan KOH yang berada pada
silo (SL-101) diumpankan ke mixer (M-102) untuk dihomogenkan. Setelah
itu, campuran isopropanol dan KOH dipompa menuju reaktor (R-102)
untuk melalui proses transesterifikasi bersama trigliserida.

3. Reaksi transesterifikasi berlangsung pada suhu 75 ºC dan tekanan 1 atm.

4. Hasil transesterifikasi yang berupa crude isopropil ester asam lemak dan
gliserol diumpankan ke ke kolom distilasi (CD-102) untuk melalui proses
pemisahan. Hasil pemisahan yang berupa campuran isopropanol dan KOH
dibalikkan kembali menuju (M-102) agar dapat digunakan kembali pada
proses transesterifikasi selanjutnya.

5. Sedangkan untuk crude isopropil ester asam lemak dan gliserol


dipompakan menuju decanter (DE-102) untuk melalui proses pemisahan
kembali.

NETRALISASI

1. Hasil pemisahan yang berupa isopropil ester asam lemak dipanaskan


kembali untuk menghilangkan sisa isopropanol dan KOH yang tersisa.

2. Isopropil ester asam lemak murni kemudian dipompakan menuju tangki


penyimpanan produk (T-107).

3. Sedangkan hasil pemisahan decanter (DE-102) yang berupa gliserol yang


masih mengandung KOH diumpankan ke reaktor (R-103) untuk
direaksikan dengan H3PO4 yg berasal dari tangki (T-104). H3PO4 yang
diumpankan bereaksi dengan KOH dan menghasikan K3PO4 serta H2O.

4. Reaksi pada reaktor (R-103) yang berupa gliserol, K3PO4 dan H2O
diumpankan ke decanter (DE-103) untuk dilakukan pemisahan kembali.
5. Hasil pemisahan berupa gliserol murni disimpan pada tangki penyimpanan
produk (T-105) sebagai produk samping.

6. Sedangkan untuk hasil pemisahan yang berupa K3PO4 dan H2O


dipanaskan kembali untuk menghilangkan kandungan H2O. K3PO4 murni
disimpan pada tangki penyimpanan produk (T-106) sebagai produk
samping.
Pabrik isopropil ester asam lemak ini direncanakan akan didirikan di Kecamatan
Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Pemilihan lokasi ini didasarkan
atas beberapa pertimbangan yaitu:
1. Sumber bahan baku
2. Letak pasar
3. Transportasi
4. Tenaga kerja
5. Air listrik dan bahan bakar
6. Cuaca dan kondisi alam

Kemudian, bentuk badan usaha pada pabrik isopropil ester asam lemak ini
adalah PT (Perseroan Terbatas) dengan struktur organisasi perusahaan
organisasi garis dan staf. Berikut meupakan Bagan Struktur Organisasi
Perusahaan Pabrik Isopropil Ester Asam Lemak

Anda mungkin juga menyukai