Anda di halaman 1dari 17

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PADA KORIDOR KOMERSIAL

DI KAWASAN PECINAN JALAN CIBADAK BANDUNG

DENGAN PENDEKATAN
DESIGN and NON-DESIGN PROBLEM;
WELL-DEFINED and WICKED PROBLEMS;
WELL STRUCTURED, MODERATELY-STRUCTURED, and ILL-STRUCTURED
PROBLEMS

DISUSUN SEBAGAI SYARAT


MATA KULIAH
METODE RANCANG KOTA

OLEH:
HAKAM KURNIAWAN
25619901

Dosen:
Dr. RM. PETRUS NATALIVAN INDRADJATI ST, MT

MAGISTER RANCANG KOTA


ASEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ 4
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 6
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 6
1.2 Metode Penelitian ............................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7
1.4 Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 7
BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI ............................................................... 8
2.1 Gambaran Umum Objek studi .......................................................................... 8
2.2 Aksesibilitas ..................................................................................................... 8
2.3 Fungsi .............................................................................................................. 8
2.4 Batasan Studi................................................................................................... 9
2.4.1 Batasan Analisa Permasalahan ................................................................. 9
2.4.2 Batasan Waktu Pengamatan ..................................................................... 9
BAB 3 ANALISIS DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ....................................... 10
3.1 Landasan Teori .............................................................................................. 10
3.2 Identifikasi Permasalahan .............................................................................. 12
3.3 Klasifikasi Permasalahan ............................................................................... 13
BAB 4 KESIMPULAN .............................................................................................. 16
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.1 Kriteria Perancangan Kawasan Perdagangan .................................. 10


Tabel 3.2.1 Tabel Identifikasi Permasalahan ....................................................... 12
Tabel 3.3.1 Klasifikasi Permasalahan Design dan Non-Design .......................... 13
Tabel 3.3.2 Klasifikasi Permasalahan Design ...................................................... 14
Tabel 3.3.3 Klasifikasi Permasalahan Non-Design .............................................. 14
Tabel 3.3.4 Struktur Permasalahan dengan menggunakan System
Transformation.................................................................................................................. 15
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Bandung merupakan salah satu kota kolonial di pulau jawa yang memiliki sejarah
terkait dengan permukiman komunitas Tionghoa diawal kedatangannya.. Pada awal sejarah
berdirinya Kota Bandung pada tahun 1800-an. Sejarah bedirinya komunitas Tionghoa di kota-
kota kolonial di Indonesia sangat dibatasi oleh pemerintah yang berkuasa pada saat itu. Pada
saat itu, pemerintah Kolonial memberlakukan peraturan wijkenstelsel bagi vreemde
oosterlingen (Pendatang asia timur). Sebagai penanggung jawab lingkungan yang telah
ditentukan pemerintah, maka di angkatlah seorang tokoh masyarakat atau Wijkmeester yang
bertanggung jawab untuk mengepalai dan menjaga kondusifitas Kawasan Chineesche Kamp
atau pecinan.
Pemusatan komunitas pada etnis yang tionghoa yang terjadi di sekitar Kota Bandung
pada saat itu menimbulkan rasa kebersamaan sesame etnis menjadi lebih solid. Solidaritas
dan kesadaran akan sesama kelompok menjadi tinggi dan eksklusif. Kondisi konsentrasi
kelompok etnis tionghoa dalam ruang Urban serba terbatas dan sangat dikendalikan oleh
pemerintahan yang berkuasa pada saat itu, sehingga menjadikan hanya beberapa aktivitas
perekonomian saja yang dapat dilakukan. Salah satu aktivitas yang memungkinkan adalah
kegiatan perekonomian di bidang perdagangan saja.
Adaptasi diantara peraturan-peraturan yang sangat ketat tersebut akhirnya diapresiasi
oleh pemerintahan kolonial dan pemerintah kolonial memberikan apresiasi stad en voorsteden
(Kota Terdepan) dengan Chineesche Wilkelbuurt di beberapa Kawasan perdagangan etnis
Tionghoa di daerah urban, yang salah satunya juga didapatkan oleh pecinan yang berada di
Kota Bandung. Hambatan yang awalya dibuat oleh pemerintahan kolonial untuk membatasi
aktivitas pendatang justru malah berefek pada terkumpulnya modal dan berputarnya aktivitas
perdagangan yang ada di dalam Kawasan pecinan.
Di karenakan aktivias perkonomian utama bergerak di bidang perdagangan,
komunitas Tionghoa cenderung bermukim di sekitar simpul transportasi baik itu jalan raya
maupun jalan kereta api, stasiun kereta, dan pasar sebagai pusat perdagangan.
Ciri khusus lain dari pecinan adalah berupa hunian atau bangunan yang dibangun
secara berderet dan menyambung sepanjang jalan utama. Fungsi tempat berdagang dan
tempat tinggal yang dijadikan satu atau bercampur menghasilkan bentuk bangunan dengan
dinding muka masing-masing bangunan dapat dibuka lebar pada saat pagi dan pada sore hari
dapat ditutup kembali pada saat sore hari ketika kegiatan berhenti.
Dengan potensi sejarah dan daya tarik yang dimiliki, saat koridor jalan cibadak
direncanakan sebagai Kawasan komersial dengan daya tarik sejarah pecinan yang melekat
pada benak masyarakat Kota Bandung, sebagai salah satu pusat perdagangan yang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan faktor historis yang ada.
Perkembangan yang lebih dipengaruhi oleh faktor historis yang ada, kalah dibandingkan
pusat-pusat perdagangan baru yang muncul di Kota Bandung. Akibatnya Kawasan jalan
cibadak cenderung mengalami degradasi dari segi citra Kawasan yang dulunya merupakan
pusat pertumbuhan kota dan menjadi kebanggan bagi warganya kini mulai ditinggalkan dan
berimbas kepada turunnya kegiatan perdagangan yang ada pada Kawasan, kekumuhan, dan
kerusakan bangunan yang dibiarkan. Hal ini mengindikasikan adanya persoalan yang terjadi
pada Kawasan jalan cibadak.
Selanjutnya persoalan yang timbul dan sudah dijabarkan secara singkat diatas akan
dikaji dan distrukturkan secara lebih jelas. Diharapkan hasil identifikasi masalah yang terjadi
pada Kawasan jalan cibadak dapat memberikan kejelasan terkait berbagai permasalahan
yang terjadi pada Kawasan koridor jalan cibadak.
1.2 Metode Penelitian
Proses identifikasi permasalahan yang terjadi pada Kawasan dilakukan dengan cara
observasi pada Kawasan, kemudian menganalisis permasalahan terkait degradasi kualitas
Kawasan komersial yang ada di jalan cibadak. Kemudian akan di bandingkan dengan standar
dan landasan teori yang sesuai dengan konteks permasalahan yang terjadi di koridor jalan
cibadak.
Dalam proses identifikasi permasalahan yang terjadi di sekitar koridor jalan cibadak
akan menggunakan tahapan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data dan observasi di Kawasan koridor jalan cibadak.
2. Mengidentifikasi permasalahan mengenai aktivitas komersial di jalan cibadak.
3. Klasifikasi permasalahan sesuai jenis Design Problems dan Non-Design
Problems
4. Menstrukturkan permasalahan menggunakan metode ekspolarasi struktur
persoalan menurut (Jones, 1979) dan (Dunn, 1994)
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui dan mengkategorikan permasalahan yang terjadi di dalam Kawasan studi
dan menjelaskan fenomena yang terjadi di sekitar Kawasan jalan cibadak. Mengidentifikasi
dan menstrukturkan permasalahan dengan metode klasifikasi design dan non design
problem. Hal ini bertujuan untuk membantu proses perancangan di kemudian hari.
1.4 Tinjauan Pustaka
BAB 2
GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

2.1 Gambaran Umum Objek studi


Keawasan studi terletak di kecamatan astanaanyar, kelurahan cibadak. Terdiri atas 9
RW dan 76 RT dengan memiliki luasan sebesar 75,368 Ha. Secara administratif ruas jalan
cibadak dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kebon Jeruk
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Panjunjunan
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Bojongloa Kaler
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Karanganyar

Gambar 1. 1 Batasan Lokasi objek studi


Sumber: Analisa Penulis

Kawasan studi yang terletak di kelurahan cibadak memiliki luasan kurang lebih 5,5 Ha
dengan batasan Jalan Sudirman, Jalan Astana Anyar, dan Jalan Cibadak. Selain itu, Kawasan
studi dilalui oleh sungai citepus yang merupakan Kawasan lindung. Kawasan studi secara
administrative terletak di RW 1 yang terdiri dari 4 RT.
2.2 Aksesibilitas
Pada koridor jalan cibadak merupakan tipe jalan lokal primer dengan lebar jalan 8
meter dan sirkulasi 2 arah. Jalan cibadak dilengkapi dengan jalur pejalan kaki di kedua sisi
jalan. Bangunan di koridor jalan cibadak secar umum di dominasi oleh bangunan yang
difungsikan sebagai banguan komersial. Lalu lintas kendaraan yang terjadi di wilyah ini sangat
tinggi, karena pada ruas jalan ini merupakan golongan arteri skunder.
2.3 Fungsi
Sebagai salah satu pusat komersial yang sudah beraktifitas sejak dari masa kolonial,
koridor jalan cibadak menurut tata guna lahan yang sudah ditetapkan sebagai area dominan
perdagangan dan jasa yang telah di sahkan oleh Pemerintah Kota Bandung di dalam RDTR
2015-2035. Koridor jalan cibadak merupakan sebuah Kawasan di Kota Bandung yang
menyediakan berbagai keperluan harian dengan skala grosir.
Fungsi komersial dan retail sangat berpengaruh di dalam Kawasan ini, biasanya terjadi
pada hari kerja diantara senin dan jumat. Sedangkan perkiraan waktu yang biasa terjadi
kepadatan diantara sekitar jam 07:30 – 17:00. Pada saat siang hari, dikarenakan fungsi
komersial yang menjadi penggerak utama Kawasan mengakibatkan kepadatan dibeberapa
titik pengamatan.
2.4 Batasan Studi
2.4.1 Batasan Analisa Permasalahan
Analisa permasalahan yang dilakukan akan memiliki batasan baik secara desain
maupun non-design yang berkaitan dengan proses perancangan kota pada area public. Area
public adalah semua area yang dapat diakses oleh public secara bebas tanpa adanya
batasan, misalnya seperti jalan raya, jalur pedestrian, ruang terbuka hijau, parking on street
atau off street.
2.4.2 Batasan Waktu Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada keseluruhan koridor jalan yang sudah dipilih, dengan
pertimbangan waktu yang sesuai dengan kepadatan aktifitas di sekitar Kawasan. Sampling
dalam pemlihan waktu pengamatan dianggap mampu mewakili aktifitas yang terjadi pada
koridor jalan cibadak pada satuan waktu tertentu.
BAB 3
ANALISIS DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

3.1 Landasan Teori


Sebagai fasilitas kegiatan manusia, orientasi desain pusat kegiatan komersial harus
mengacu pada aspek kemanusiaan atau penggunanya, tanpa mengabaikan aspek efisiensi
ruang, biaya, serta aspek fungsionalnya sehingga mampu memberikan rasa aman dan
nyaman. Unsur desain sebuah pusat kegiatan komersial menjadi sangat penting, dan
persyaratan mendasar yang harus dimiliki adalah maximum visibilitas atau ketampakan,
aksesibilitas dan keamanan. Dari ketiga hal tersebut mempengaruhi pergerakan di dalam
ruang (Bromley, 1993).
Sedangkan dari sumber lituratur lain yang memiliki keterkaitan dengan aspek
pembahasan yang di jadikan landasan teori menyebutkan bahwa tujuan utama
pengembangan fasilitas jalur pejalan adalah keamanan atau keselamatan dan perbaikan
gambaran fisik system untuk meningkatkan kenyamanan, keamanan, keselamatan,
kesenangan, kesinambungan, kelengkapan dan daya tarik. Fasilitas pejalan yang pantas
seharusnya memenuhi kriteria transportasi secara umum yaitu aman, nyaman dan lancar
(Fruin, 1979).
Pusat perdagangan komersial juga diharapkan dapat menawarkan dan menjamin
lingkungan belanja yang memperhatikanaspek kenyamanan, keamanan, keselamatan dan
kesenangan, agar dapat menarik banyak pengunjung datang karena pusat perdagangan yang
aman, nyaman, selamat dan menyenangkan merupakan bagian penting dari fasilitas dan
perdagangan dan komersil yang sangat diperlukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan
pengaruh kuat pada keinginan pengunjung sehingga menjadikan daya tarik bagi pengunjung
dan pengguna. Untuk lebih jelasnya, berikut kriteria perencanaan Kawasan perdagangan
komersial sebagai berikut:
Tabel 3.1.1 Kriteria Perancangan Kawasan Perdagangan
Aspek Variable Indikator
Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki •Terlindung dari cuaca dan adanya tempat bernaung
bagi pejalan dalam melakukan perjalanannya
•Bentuk fisik trotoar tidak terputus dan landai
•Kebebasan bergerak bagi pejalan, tidak terhalangi
oleh penggunaan jalur pejalan yang tidak semestinya.
•Adanya perhatian terhadap penyandang cacat.
Ruang terbukan •Adanya ruang-ruang terbuka umum ketersediaan
dan penghijauan taman-taman, plaza dan ruang terbuka yang tertata
dengan baik untuk tempat berkumpul dan interaksi.
•Dapat menyerap panas matahari dan meredam
kebisingan.
Parkir dan •Dekat dengan tempat kegiatan perdagangan.
ketersediaan •Tersedia fasilitas kendaraan umum termasuk juga
kendaraan penyediaan fasilitas transportasi lainnya seperti
bermotor jaringan jalan yang baik, halte dan sebagainya.
Aksesibilitas •Kemudahan pencapaian ke Kawasan perdagangan,
tidak mengalami kesulitan dipengaruhi oleh kondisi
jalan dan sirkulasi kendaraan.
Tata Bangunan •Adanya keteraturan bangunan dan kepadatan
bangunan yang memadai
Keamanan Jalur Pejalan •Adanya aktivitas pejalan dan jalur kendaraan guna
membangun aktivitas koridor yang aktif.
Aspek Variable Indikator
Aktivitas •Aktivitas Kawasan sepanjang hari di dalam Kawasan.
Kawasan
Penerangan •Penerangan yang cukup dan penampakan atau
visibility yang baik atau pemandangan yang tidak
terhalangi.
Keselamatan Struktur •Menjamin bangunan Gedung yang dapat mendukung
Bangunan beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia.
•Menjamin keselamatan manusia dan kemungkinan
kecelakaan atau luka yang disebabkab oleh
kegagalan struktur bangunan.
•Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau
kerusakan benda yang disebabkab oleh perilaku
struktur.
Bahaya •Setiap bangunan untuk fungsi umum harus dilengkapi
Kebakaran dengan petunjuk dan cara-cara pencegahan,
penanggulangan, penyelamatan dari bahaya
kebakaran, pendeteksian sumber kebakaran dan
tanda-tanda penunjuk arah jalan keluar yang jelas.
•Pusat perbelanjaan yang berlantai luas, selain harus
dilengkapi dengan tangga darurat yang suai dengan
standar, dinding tahan api minimal 2 jam, dan adanya
ruang antara yang disebut fire zone.
Jalur Pejalan •Menghindari terjadinya konflik antar pengguna
Kawasan dengan kendaraan bermotor.
•Menghindari dari bahaya terperosok, menabrak tiang
atau pohon dan sebagainya.
Kesenangan Jalur Pejalan •Jalur pejalan yang terlihat menarik baik dari segi
kegiatan di sekitar jalur tersebut atau keindahan
misalnya cenderung adanya etalase pertokoan yang
estetis agar bertujuan untuk memberikan pengalaman
ruang yang baik terhadap jalur pejalan.
•Jalur pejalan diupayakan dalam jalur terpendek dan
jelas yang dapat membuat pejalan menjadi mudah,
bebas dari penundaan pergerakan dari satu tempat ke
tempat yang lainnya, yang diakibatkan kepadatan
pejalan.
Daya Tarik •Estetis, rekreatif, menarik dan prestisus
Kawasan •Adanya atraksi Kawasan yang unik, sebagai daya
tarik, percampuran antara fungsi, seni, arsitektur dan
kegiatan di ruang public.
•Anchor tenan/Store (magnet Kawasan) berupa
department store, restaurant, bioskop, keberadaan
PKL, landmark Kawasan perdagangan yang berbeda
dengan Kawasan lainnya. Dapat berupa sign board,
bangunanm sculpture dan lain-lain dapat berpotensi
sebagai anchor Kawasan dan dapat membentuk
image tertentu pada Kawasan perdagangan.
Penampilan •Ekspresi bangunan
Bangunan •Fasade bangunan yang menarik.
Fasilitas •Ketersediaan jenis barang dan jasa yang memenuhi
Perdagangan target pasarnya.
Aspek Variable Indikator
•Tersedianya fasilitas penunjang, sarana dan
prasarana pendukung, toilet umum, dan sarana
penunjang lainnya yang diperlukan untuk menunjang
kegiatan di dalam Kawasan.
Sumber: (Bromley, 1993) (Fruin, 1979) (De Chiara & Lee, 1975) (Granham, 1984) (Pignataro, 1976)
(Trancik, 1984) (KEPMENPU, 1998)

3.2 Identifikasi Permasalahan

Tabel 3.2.1 Tabel Identifikasi Permasalahan

Aspek Variable Dokumentasi Permasalahan


Kenyamanan Pedestrian Sirkulasi trotoal
terganggu atau
terputus dikarenakan
adanya penghalang
berupa PKL.

Tidak tersedianya
guiding blok bagi
penyandang
disabilitas

Trotoar terputus atau


tidak berlanjut,
sehingga empersulit
pengguna disabilitas.

Ruang Tidak adanya ruang


Terbuka terbuka umum dan
Hijau taman. Dan juga di
lokasi ini minim
keberadaan vegetasi
peneduh.
Aspek Variable Dokumentasi Permasalahan
Keselamatan Pejalan Kaki Adanya ketinggian
lantai berlapis
sehingga berpotensi
membahayakan
pengguna.

Alih fungsi trotoar


menjadi area
berjualan. Sehingga
rawan menimbulkan
adanya masalah
perselisihan antar
pengguna.

Sumber: Analisis Penulis, 2019

3.3 Klasifikasi Permasalahan


Tabel 3.3.1 Klasifikasi Permasalahan Design dan Non-Design

Design Non-Design
Aspek Variable Urban Problem
Problem Problem
Kenyamanan Pedestrian Sirkulasi trotoal
terganggu atau
terputus
dikarenakan adanya
penghalang berupa
PKL.
Tidak tersedianya
guiding blok bagi
penyandang
disabilitas
Trotoar terputus
atau tidak berlanjut,
sehingga empersulit
pengguna
disabilitas.
Ruang Terbuka Tidak adanya ruang
Hijau terbuka umum dan
taman. Dan juga di
lokasi ini minim
keberadaan
vegetasi peneduh.
Keselamatan Pejalan Kaki Adanya ketinggian
lantai berlapis
sehingga berpotensi
membahayakan
pengguna.
Design Non-Design
Aspek Variable Urban Problem
Problem Problem
Alih fungsi trotoar
menjadi area
berjualan. Sehingga
rawan menimbulkan
adanya masalah
perselisihan antar
pengguna.
Sumber: Analisis Penulis, 2019

Tabel 3.3.2 Klasifikasi Permasalahan Design


Design Problem Well-defined Ill-defined Wicked-Defined
Tidak adanya ruang
terbuka umum dan
taman. Dan juga di
lokasi ini minim
keberadaan vegetasi
peneduh.
Tidak tersedianya
guiding blok bagi
penyandang
disabilitas
Trotoar terputus atau
tidak berlanjut,
sehingga mempersulit
pengguna disabilitas.
Adanya ketinggian
lantai berlapis
sehingga berpotensi
membahayakan
pengguna.
Sumber: Analisis Penulis, 2019

Tabel 3.3.3 Klasifikasi Permasalahan Non-Design


Design Problem Well-structured Moderately- Ill-Structured
Structured
Sirkulasi trotoal
terganggu atau
terputus dikarenakan
adanya penghalang
berupa PKL.
Alih fungsi trotoar
menjadi area
berjualan oleh
perseorangan.
Sehingga rawan
menimbulkan adanya
masalah perselisihan
antar pengguna.
Sumber: Analisis Penulis, 2019
Tabel 3.3.4 Struktur Permasalahan dengan menggunakan System Transformation
Second
First Intermediate Transformed
Existing System Intermediate
System System
System
Beberapa titik di Tidak sesuai dengan Tidak telitinya Weak administration
Kawasan studi tidak peraturan yang proses and official
terdapat guiding sudah ditetapkan perencanaan, capacities dan Lack
block untuk oleh pemerintah dan karena melupakan of sufficient
penyandang standar keamanan unsur vital yang Conceptual base for
disabilitas bagi penyandang diperlukan oleh Detailed planning
disabilitas. pengguna
disabilitas.
Pedestrian Dikarenakan tidak Tidak terfikirnya Lack of sufficient
dialihfungsikan oleh adanya tempat penyediaan petak Conceptual base for
oknum tertentu berjualan, dan yang digunakan Detailed planning
sebagai tempat menganggap trotoar sebagai tempat
berjualan (PKL) sebagai lahan yang berjualan.
strategis dan mudah
diakses.
Sumber: Analisis Penulis, 2019
BAB 4
KESIMPULAN

Secara umum, permasalahan yang terjadi di ruas jalan cibadak berkaitan dengan
kualitas design dan konstruksi serta diperparah dengan penyimpangan oknum masyarakat.
Turunnya citra Kawasan pada koridor jalan cibadak dan kesan kumuh yang sekarang terjadi
merupakan akumulasi dari permasalahan yang telah di jabarkan pada bagian Analisis dan
identifikasi permasalahan. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, diperlukan kerjasama
antara beberapa pihakterkait baik dari pemerintahan dan kesadaran dari pengguna yang ada
pada Kawasan tersebut. Hal ini demi terciptanya Kawasan yang baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bromley, R. D. (1993). Retail Change, Contemporary Issues. London: UCL Press.
De Chiara, J., & Lee, K. (1975). Urban Planning and Design Criteria. New York: Van Nostrand
Reinhold.
Dunn, W. N. (1994). Public Policy Analysis: An Introduction. Englewood Cliffs: Prentice Hall.
Fruin, J. J. (1979). Pedestrian Planning and Design, Metropolitan Association of Urban
Designers and Enviromental Planner. New York: Inc.
Granham, H. L. (1984). Maintaining The Spirit of Place, Process for the Preservation of Town
Character. Arizona: PDA Publisher Co.
Jones, J. C. (1979). Design Methods: Seeds of Human Futures. London: Wiley-Interscience.
KEPMENPU. (1998). Keputusan Menteri PU No 441/KPTS/1998. Jakarta: Republik
Indonesia.
Pignataro, L. J. (1976). Traffic Engineering: Theory and Practice. New Jersey: Prentice.
Trancik, R. (1984). Finding Lost Space, Theories of Urban Design. New York: Van Nostand
Reindhold Company.

Anda mungkin juga menyukai