Anda di halaman 1dari 3

CINTAI PENICPTANYA BARU CIPTAANNYA

Oleh
Niko Anjaswana
Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Teknik dan Sains
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Cinta adalah fitrah yang dimiliki setiap insan. Musisi Rhoma Irama
berkata dalam lagunya “ Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga” tanpa
adanya cinta, baik berbicara dari konteks manapun cinta itu mendasari akan
semua lingkup aktivitas kehidupan. Biasanya cinta selalu dikaitkan dengan
perasaan kasih sayang terhadap lawan jenis. Kata “Cinta” selalu menjadi
kontadiktif pandangan oleh semua kalangan. Namun apakah benar ruang lingkup
cinta hanya sebatas itu saja? Dalam islam, pengertian cinta sangatlah luas. Cinta
yang utama adalah kepada Sang Pencinta, Allah Subhanallah Ta’ala. Kemudian
kepada Rasul dan keluarga serta semua ciptaannya dari Sang Pencipta.

1. Cinta kepada Allah Ta’ala

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan


selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman mereka sangat mencintai Allah.”(Al-Baqarah ayat 165)

2. Cinta kepada manusia

Meliputi mencintai Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, cinta kepada lawan jenis
(pasangan hidup) dan cinta kepada sesama kaum muslim.

3. Cinta kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam

“Katakanlah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah


(sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu,
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali ‘Imran: 31)

4. Cinta kepada lingkungan dan makhluk hidup lain

Makna cinta yang terakhir dalam islam adalah cinta kepada lingkungan. Seperti
tumbuhan, air, termasuk binatang. Cara untuk mewujudkannya yakni dengan
merawatnya dan tidak merusak alam.
Dalam ajaran islam telah dikenal sejak zaman dahulu kala, tepatnya sejak
Nabi Adam ‘alaihis salam dan Siti Hawa diciptakan. Makna cinta dalam islam
sendiri sangatlah suci. Cinta haruslah didasari oleh kasih sayang dan dibuktikan
dengan perbuatan. Dan apa-apa yang kita cintai di bumi ini haruslah karena Allah
Ta’ala karena Allah S.W.T selaku pencipta segala yang ada di bumi maka ketika
kita bicara cinta cinta paling tinggi dan paling besar adalah pada penciptanya
“Allah S.W.T”. Sangat tidak baik, bahkan berbahaya jika kita mencintai hanya
karena nawa nafsu makanya terkadang ada pribahasa bahwa “Cinta itu buta”.
Tetapi apabila cinta di dasari pada Allah Ta’ala maka insha allah kita terhindar
dari yang namanya cinta karena nafsu, karena konotasi cinta karena nafsu itu
buruk dan nafsu adalah sumbernya berbagai keburukan. Ketika kita mencintai
Allah yang notabendnya kita belum tau seperti apa wujudnya? Bentuknya?
padahal dia adalah sang pencipta kita dengan ketulusan hati yang suci maka cinta
kepa Allah itu nikmatnya tiada tara. Pakar budayawan Sujiwotejo pernah berkata
dalam acara stasiun tv nasional “Ketika melihat dan mencintai perempuan sexy
yang berpakain terbuka sudah terlihat tubuhnya dan sudah menjadi bahan
pandangn secara gratisan itu biasa dan lama lama bosan karena cinta yang di pakai
itu cinta hawa nafsu, Tapi ketika melihat ukhty – ukhty yang bercadar dan hanya
terlihat matanya timbul penasaran yang mendalam dan bertanya Tanya seperti apa
gerangan perempuan itu hingga menimbulkan cinta dan kerinduan yang teramat
terdalam dan takan semudah itu luntur rasa cintanya itu karena cinta
menggunakan perasan” Sudah tahu Allah S.W.T adalah pencipta kita dan ia yang
memberi segalanya pada kita maka cintailah ia sebelum mencintai hambanya. Saat
hambanya atau ciptaanya yang pastinya sudah tau fisiknya kecantikan ataupun
kebaikan dan keunggulan lainnya Maka Allah lah yang paling membuat kita
bergetar dan penasaran seperti apa Ia, ia yang menciptakan ciptannya yang
sesempurna ini menurut hati yang telah terlena karena cinta lalu seperti apa
Penciptanya? Kesempurnaan yang tiada bandingannya Allahlah yang maha
Sempurna dan Segalanya.

Anda mungkin juga menyukai