Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

CINTA TAARUF DAN PERNIKAHAN

Disusun oleh :

ALFIANSYAH EGID P (B32160613)


IHSAN SEKTI H(B32160569)
INTAN DWI AGUSTIN (B32160789)
MEGA UTAMI (B32160819)
RIZKIANA KHALILAH (B32160538)
VIRA ARISKA NURUL AINI (B32160696)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


2016
CINTA

Cinta dalam pandangan islam seperti iman, yaitu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan,
dan dibuktikan dengan tindakan. Karena mencintai merupakan salah satu ciri orang-orang
beriman.

DEFINISI CINTA
Diyakini dengan hati, yaitu cinta datang bukan berasal dari dorongan nafsu. Tetapi, cinta
datangnya dari iman di dalam diri yang mengedepankan akhlak mulia dan ketaqwaan kepada
Allah swt. Karena cinta atas dasar nafsu takkan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman di
jiwa, kecuali kesengsaraan dan kehinaan yang berkepanjangan.

Diucapkan dengan lisan, yaitu cinta diucapkan kepada seseorang yang kita cintai, dan itu
termasuk sunnah karena Rasulullah sendiri menganjurkannya. Namun ada aturannya, yaitu cinta
diucapkan kepada yang sudah mukhrim (halal), teman yang shalih, dan yang paling penting
adalah kepada orang tua.

Dibuktikan dengan tindakan, karena Rasulullah saw pernah berkata bahwa jika ada seorang laki-
laki mencintai seorang perempuan, maka melamarnya untuk dijadikan istri merupakan bentuk
dari pembuktian cintanya. Jika menyukai, segera nikahi. Tetapi kalau belum mampu, maka
berpuasalah, Yaitu kendalikan nafsu dan cintai dalam diam. Itu semua demi menjaga kesucian
diri sendiri dan kusucian dia yang dicintai.

Cinta secara hakikatnya jika dipandang secara umum yaitu sedia mengorbankan waktu, tenaga,
dan harta kita hanya untuk sesuatu yang kita cintai. Sedangkan cinta secara hakikatnya jika
dipandang secara syari'at islam yaitu mencintai seseorang atas dasar ketaqwaan kita kepada
Allah swt. Jadi, kalau bisa kita simpulkan dari dua pandangan tersebut bahwa, cinta secara
hakikatnya yaitu sedia mengorbankan waktu, tenaga, dan harta kita kepada Allah swt. dengan
tujuan untuk kemaslahatan manusia.
Pada realitanya betapa banyak orang yang mengatakan cinta kepada Allah, namun sangat sedikit
yang berani berkorban yang terbaik untuk-Nya dan agama-Nya. Untuk mendapatkan kesenangan
dunia, kita berani berkorban apa saja milik kita yang terbaik. Namun untuk meraih kebahagiaan
akhirat, surga dan ridha Allah kita hanya berkorban seadanya.

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut, tetapi cinta adalah
anugerah Allah yang indah dan suci, jika manusia dapat menilai kesuciannya. Islam sangat
menjaga kesucian cinta, sehingga tidak ada istilah pacaran. Tak perlu pacaran, karena jodoh
sudah diatur. Yang terpenting adalah kita menata diri kita menjadi orang yang baik, dan insya
Allah jodoh kita pun baik. Allah akan memberikan pasangan jiwa yang sesuai dengan perangai
kita, jika ingin dapat yang baik, maka jadilah orang baik. Seperti pada firman Allah berikut ini :

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk
perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-
laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu
bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia
(surga).(QS An-Nur:26)

Ingatlah bahwa cinta sejati hanyalah milik Allah. Cinta manusia hanya akan membuatmu terluka,
maka cintailah manusia karena Allah. Cinta karena Allah adalah cinta yang membuatmu semakin
dekat dengan Allah, cintai seorang yang bersamanya kamu bisa merasakan manisnya iman.
Ketika cinta hadir sebagai kesakitan, maka itu bukanlah cinta sejati. Karena cinta sejati hadir
sebagai kebahagiaan yang indah. Carilah cinta yang bersamanya bertambah keimananmu dan
memuliakan dirimu juga kehormatan dirimu. Jatuhkanlah cintamu kepada seseorang yang siap
menangkapnya, jangan biarkan cintamu jatuh kepada orang yang belum siap sehingga jatuh dan
pecah berkeping-kepinglah hatimu.

Arti Cinta dalam Pandangan Islam - Cinta merupakan anugerah karena dengan adanya
perasaan cinta kasih akan memberikan rasa damai, keindahan dan rasa aman. Orang yang
mempunyai perasaan cinta kasih, hidupnya akan terasa bahagia, bergairrah, penuh inspirasi dan
lebih kreatif.

Cinta mengisyaratkan kemurnian hati, ketentraman jiwa dan saling mengasihi, itulah perasaan
cinta yang sesungguhnya, cinta karena Allah, cinta yang mengharapkan keridhoan dari Allah.
Dan apabila kita menemukan adanya cinta yang membawa keburukan dan kepedihan, maka itu
adalah cinta yang didasari oleh navsu semata, yang didorong oleh hasutan atau bujukan syaitan,
maka cinta yang seperti ini hanya akan membawa malapetaka atau kemusnahan.

Ada beberapa Arti Cinta dalam Pandangan Islam, seperti yang dikisahkan dalam Al-quran
berikut ini:

1. Cinta Mawaddah

Cinta mawaddah diartikan sebagai cinta yang menggebu-gebu atau membara. Maksudnya adalah
jika seseorang memiliki cinta seperti ini ia akan selalu ingin berduaan, tidak mau terpisah walau
sedetikpun dan selalu ingin memenuhi dahaga cintanya, karena ia yang memonopoli cinta dan
hampir tidak bisa lagi untuk memikirkan hal lain.

2. Cinta Rahmah

Cinta rahmah merupakan jenis cinta yang dilandasi dengan rasa kasih sayang, kelembutan,
kehangatan, melindungi dan rela berkorban. Orang-orang yang mempunyai jenis cinta ini, akan
beranggapan bahwa kebahagiaan orang yang dicintainya adalah kebahagiaan bagi dirinya juga,
walaupun ia harus menderita, karena ia lebih memperhatikan dan menyayangi orang yang
dicintainya daripada dirinya sendiri.

3. Cinta Mail
Cinta mail adalah cinta yang sangat membara, tapi hanya beberapa saat saja atau bersifat
sementara. Ketika seseorang mengalami cinta seperti ini, semua perhatiannya akan tertuju pada
cinta yang dirasakan saat itu, sehingga hal yang lainnya kurang bahkan tidak diperhatikan.
Dalam al-quran cinta ini termasuk dalam konteks poligami

4. Cinta Syaghaf

Jenis cinta ini adalah cinta yang begitu memabukkan, membuat orang tergila-gila, karna perasaan
yang sangat mendalam, sehingga seseorang yang terkena cinta seperti ini bisa menjadi lupa diri,
seperti orang tidak waras dan bahkan hampir tak menyadari apa yang telah dilakukannya.
Contohnya rasa cinta Zulaikha kepada Nabi Yusuf A.s

5. Cinta Rofah

Cinta rofah diartikan sebagai cinta dengan perasaan kasih yang mendalam hingga tak
menghiraukan norma-norma kebenaran dan aturan agama. Contonya seorang ibu yang begitu
sangat menyayangi anaknya sehingga untuk membangunkan anaknya sholat ia tidak tega, atau
selalu membela anaknya meskipun ia tau anaknya salah. Atau misalnya seperti seseorang yang
saling mencintai begitu dalam hingga tak pedulikan hal-hal yang melanggar ajaran agama,
seperti melakukan zina.

6. Cinta Shobwah

Cinta shobwah dapat diartikan sebagai cinta buta, karena perasaan cinta ini akan mendorong
seseorang untuk berprilaku menyimpang hingga orang yang dicintainya tak sanggup mengelak
atau terlalu memaksa. Ibaratkan cinta Zulaikha pada Nabi Yusuf, dimana zulaikha setiap saat
menggodanya dan beliau tak sanggup mengelaknya, melainkan hanya bisa berdoa dan
memohon kepada Allah agar bisa dijauhkan dari zulaikha.

7. Cinta Syauq
Jenis cinta ini adalah cinta yang digambarkan dengan perasaan rindu. Dimana kerinduan inilah
yang menghadirkan rasa sayang dan ingin menyatu. Dalam surat Al-Ankabut Ayat 5 diartikan
bahwa barang siapa yang rindu berjumpa dengan Allah pasti waktunya akan datang.

8. Cinta Kulfah

Cinta kulfah merupakan rasa cinta dan kasih yang disertai dengan kesadaran untuk mendidik
kepada hal-hal yang baik, hal-hal positif yang bisa mengarahkannya pada sesuatu yang baik dan
benar meskipun itu terasa sulit. Contohnya seorang Ibu yang menyuruh anaknya untuk
membersihkan kamar sendiri, mencuci pakaian sendiri, menyapu, dsb yang bersifat mendidik
tapi tetap harus sesuai kemampuannya.

Apakah Islam mengakui cinta?

Karena Islam adalah agama yang fitrah, maka Islam mengakui tentang hal ini. Hal yg sangat
mendasar dalam diri manusia. Namun Islam membagi beberapa tingkatan tentang cinta. Dan
tingkatan cinta ini akan selalu ada dalam kehidupan ini sampai saatnya bumi dan seisinya
dihancurkan oleh Allah.
Adapun dasar tentang tingkatan cinta dalam Islam, adalah firman Allah pada QS. 9 (At Taubah):
24).

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta


kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad
di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Hikmah dari Cinta:


1. Cinta adalah proses ujian yg keras dan pahit dalam kehidupan manusia. Apakah cinta itu
dalam perjalanannya akan menghantarkannya kepada jalan yg mulia atau menghempaskannya
kepada jalan yg hina.
2. Jika tidak ada cinta maka di dunia ini tidak akan ada inovasi, pembangunan dan peradaban.
3. Keberadaan cinta merupakan faktor dominan dalam melestarikan eksistensi manusia dan
interaksinya dengan sesama manusia

Cinta jenis ini ada beberapa macam:


1. Mencintai thougut dan sesembahan selain Allah, seperti menyembah manusai, batu dsb.
(Qs. 2: 165)
Diantara manusia ada orang2 yg menyembah tuhan2 selain Allah. Mereka mencintai tuhan itu
sebagaimana mereka ( org2 mukmin yg mukhlis) mencintai Allah. Adapun org2 yg beriman jauh
lebih besar cintanya kepada Allah (disbanding cinta org2 kafir terhadap tuhan2 mereka)

2. Menjalin tali kasih kepada musuh2 Allah.


(Qs. 60:1)
Hai org2 yg beriman, jgnlah kalian menjadikan musuhKU dan musuh kalian sebagai teman2
setia, yg kalian sampaikan kepada mereka (rahasia org2 mukmin) karena kasih sayang (kepada
mereka), padahal sebenarnya mereka telah ingkar terhadap kebenaran (kitab dan Rasul) yg
datang kepada kalian..

3. Mengumbar syahwat dan berkubang dalam Lumpur kekejian dan kehinaan.


(Qs.3:14)
Dijadikanlah indah pada (hati) manusia kecintaan kepada apa2 yg diingini, yaitu wanita2

4. Mencintai ayah,ibu,anak, istri, suami, keluarga, karir, tanah air melebihi cintanya kepada
Allah, RasulNya dan Jihad dijalannya.
(Qs.9:24)
Jika bapak2, anak2, saudara2, pasangan2, dan kaum keluarga kalian, harta kekayaan yg kalian
usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah2 tempat tinggal yg kalian
sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2
yg fasik

Nabi salallahu alaihiwassalam bersabda:


Tidak sempurna iman seseorag dari kalian hingga aku lebih dia cintai daripada bapak-ibunya,
anaknyadan seluruh manusia. (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Menuhankan hawa nafsunya,


(Qs. 45:23)
Bagaimanakah pendapatmu tentang org menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan
Allah membirakannya sesat berdasarkan ilmuNya?
Dengan demikian bagi seorang mukmin yg telah diliputi oleh manisnya iman, maka ia tidak akan
rela jika dirinya diliputi oleh cinta pada tingkatan yg rendah yg akan membunuh karakter
manusia dan menghancurkan kemuliaannya. Bahkan ia akan menjaga kesetiaannya hanya kepada
Allah saja. Dia akan menjaga cintanya untuk tidak akan memberikannya kepada musuh-musuh
Islam, Dia akan menjaga syahwatnya, dan tidak melakukannya dijalan yg bahtil.Dia tidak akan
mencintai kekayaannya, pasangan, anak, orag tuanya, keluarganya, kedudukannya melebihi
cintanya kepada Allah, RasulNya dan jihad dijalanNya.
Pada akhirnya hanya diri kita sendiri yg akan menentukan pada tingkatan cinta yg mana kita
berada. Dan hal ini hanya Allah dan diri kita saja yg tahu.

Firman Allah :
Katakanlah : Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya,
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah maha pengampun lagi maha
penyayang. ( Q.s. Ali Imran 3:31)
Cinta adalah perasaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya hati orang yang
mencintai terhadap orang yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang
selalu ceria. Cinta dalam pengertian seperti ini adalah merupakan perasaan mendasar dalam diri
manusia yang tidak dapat terlepas. Dalam banyak hal, cinta untuk mengontrol keinginan kearah
yang lebih baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika seseorang yang mencintai menjadikan
cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan,
sebagaimana kehidupan orang-orang pilihan dan suci dan orang orang yang bertaqwa yang
selalu berbuat baik.
Dalam agama Islam diajarkan bahwa perasaan cinta ditujukan semata mata kepada sang
pencipta, sehingga cinta kepada-Nya jauh melebihi cinta pada sesama makhluknya.Justru, cinta
pada makhluknya dicurahkan semata-mata karena mencintai-Nya.

firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah 165,


Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman
amat sangat cintanya kepada Allah.
Allah menyampaikan mengenai perbedaan dan garis pemisah antara orang-orang yang beriman
dengan yang tidak beriman melalu indikator perasaan cintanya. Orang yang beriman akan
memberikan porsi, intensitas, dan kedalaman cintanya yang jauh lebih besar pada Allah.
Sedangkan orang yang tidak beriman akan memberikannya justru kepada selain Allah, yaitu
pada makhluk, harta, atau kekuasaan.
Cinta dalam islam terbagi dalam tingkatan-tingkatan, Adapun dasar tentang tingkatan
cinta dalam Islam, adalah firman Allah
Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, pasangan-pasangan, dan kaum
keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, lebih kalian cintai daripada
Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS. 9
(At Taubah): 24).
Cinta pada tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulnya dan jihad didalamnya. Cinta
pada tingkatan menengah adalah cinta terhadap orang tua,anak, keluarga, pasangan dan saudara.
Adapun cinta pada tingkatan terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan terhadap
harta,keluarga melainkan cintanya terhadap Allah, rasul-Nya dan jihad didalamnya.

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. " (Qs. Ar-Ruum (30): 21)

TAARUF

1. Apakah defenisi dari Ta'aruf ?

Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka,
atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga
dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga
dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk
bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah - taaruf dengan mempertemukan yang
hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal.

Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan, taaruf sangat
berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi
pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan taaruf adalah dari segi
tujuan dan manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat.
Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.
2. Apakah Perbedaan Pacaran dan Ta'aruf ?

Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan dilakukan dengan cara
yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli
motor second, tapi tidak melakukan pemeriksaan, dia cuma memegang atau mengelus motor itu
tanpa pernah tahu kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka kap
mesinnya. Bagaimana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan motor itu.

Sedangkan taaruf adalah seperti seorang montir motor yang ahli memeriksa mesin, sistem
kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan sebagainya. Bila ternyata cocok, maka
barulah dia melakukan tawar-menawar. Ketika melakukan taaruf, seseorang baik pihak pria atau
wanita berhak untuk bertanya yang mendetil, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik,
sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya. Karena bila tidak
jujur, bisa berakibat fatal nantinya. Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon
pembeli tidak pernah boleh untuk membawa pergi motor itu sendiri.

3. Ada Suatu Pertanyaan Seperti ini ?

a. Bagaimana hukum berkunjung ke rumah akhwat (wanita) yang hendak dinikahi dengan tujuan
untuk saling mengenal karakter dan sifat masing-masing?


..

Katakan kepada kaum mukminin hendaklah mereka menjaga pandangan serta kemaluan mereka
hingga firman-Nya- Dan katakan pula kepada kaum mukminat hendaklah mereka menjaga
pandangan serta kemaluan mereka .
Dalam Shahih Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma dia berkata:


:




Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang pandangan yg tiba-tiba ?
maka beliau bersabda: Palingkan pandanganmu.
Adapun suara dan ucapan wanita pada asal bukanlah aurat yg terlarang. Namun tdk boleh bagi
seorang wanita bersuara dan berbicara lbh dari tuntutan hajat dan tdk boleh melembutkan suara.
Demikian juga dgn isi pembicaraan tdk boleh berupa perkara-perkara yg membangkitkan
syahwat dan mengundang fitnah. Karena bila demikian mk suara dan ucapan menjadi aurat dan
fitnah yg terlarang. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Maka janganlah kalian berbicara dgn suara yg lembut sehingga lelaki yg memiliki penyakit dlm
kalbu menjadi tergoda dan ucapkanlah perkataan yg maruf .

Adalah para wanita datang menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan di sekitar
beliau hadir para shahabat lalu wanita itu berbicara kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam menyampaikan kepentingan dan para shahabat ikut mendengarkan. Tapi mereka tdk
berbicara lbh dari tuntutan hajat dan tanpa melembutkan suara.

4. Proses Ta'aruf

Lalu bagaimana proses taaruf yang syari sehingga menuju pernikahan yang barokah? Yang
pertama yaitu tidak boleh menunggu, misalnya jarak antara taaruf dengan pernikahan selama
satu tahun. Si akhwat diminta menunggu selama satu tahun karena ikhwannya harus bekerja
terlebih dahulu atau harus menyelesaikan kuliah dulu. Hal ini jelas mendzolimi akhawat karena
harus menunggu, dan juga apa ada jaminan bahwa saat proses menunggu itu tidak ada setan yang
mengganggu?? Yang kedua adalah tidak boleh malu-malu, jadi kalau memang sudah siap untuk
menikah sebaiknya segera untuk mengajukan diri untuk bertaaruf. Apabila malu-malu maka ya
gak jadi-jadi prosesnya, nah jadi repot sendiri kita. Kemudian yang ketiga dapat melalui jalur
mana saja. Maksudnya adalah kita bisa meminta bantuan siapa saja untuk mencarikan calon
pendamping kita, mulai dari orang tua, murobbi, saudara, kawan atau orang-orang yang dapat
kita percaya.
Etika selama bertaaruf yaitu jangan terburu-buru menjatuhkan cinta. Misalnya ketika kita
mendapatkan satu biodata calon pasangan tanpa mengenal lebih dalam, tiba-tiba sudah yakin
dengan pilihan itu. Alangkah baiknya jika mengenal lebih dalam mulai dari kepribadian, fisik,
dan juga latar belakang keluarganya, sehingga nanti tidak seperti membeli kucing dalam karung.
Akan tetapi tidak terburu-buru dalam menjatuhkan cita itu juga tidak boleh terlalu lama dan
bertele-tele. Sebaiknya menanyakan hal yang penting dan to the point. Hal ini juga untuk
menghindari godaan setan yang lebih dahyat lagi. Proses taaruf dikatakan selesai jika sudah
mendapatan tiga hal yaitu
1. Tentang budaya keluarga,
2. proyeksi masa depan dan ketiga visi hidup dari masing masing.

Nah jika ketiga hal ini sudak didapatkan maka proses taaruf selesai, dan berlanjut ke tingkat
berikutnya apakan dilanjutkan atau tidak. Jika iya maka segera untuk ditindak lajuti bersama
dengan pihak keluarga kedua belah pihak kalau istilah jawanya rembug tuwo. Dan ingat pada
saat proses menunggu datangnya hari bahagia itu godaan setan akan bertumpuk-tumpuk, akan
ada saja yang menggoda kita melalui berbagai macam hal. Jadi untuk menghindari itu perbanyak
dzikir mengingat Allah, dan memperbaiki hubungan dengan Allah. Karena dengan itu maka
Allah akan senantiasa melindungi hati kita, pikiran kita dan tindakan kita dari hal-hal yang
dilarang.

Dengan demikian jelaslah bahwa pacaran bukanlah alternatif yang ditolerir dalam Islam untuk
mencari dan memilih pasangan hidup. Menjadi jelas pula bahwa tidak boleh mengungkapkan
perasaan sayang atau cinta kepada calon istri selama belum resmi menjadi istri. Baik ungkapan
itu secara langsung atau lewat telepon, ataupun melalui surat. Karena saling mengungkapkan
perasaan cinta dan sayang adalah hubungan asmara yang mengandung makna pacaran yang akan
menyeret ke dalam fitnah. Demikian pula halnya berkunjung ke rumah calon istri atau wanita
yang ingin dilamar dan bergaul dengannya dalam rangka saling mengenal karakter dan sifat
masing-masing, karena perbuatan seperti ini juga mengandung makna pacaran yang akan
menyeret ke dalam fitnah. Wallahul mustaan (Allah-lah tempat meminta pertolongan).
Adapun cara yang ditunjukkan oleh syariat untuk mengenal wanita yang hendak dilamar adalah
dengan mencari keterangan tentang yang bersangkutan melalui seseorang yang mengenalnya,
baik tentang biografi (riwayat hidup), karakter, sifat, atau hal lainnya yang dibutuhkan untuk
diketahui demi maslahat pernikahan. Bisa pula dengan cara meminta keterangan kepada wanita
itu sendiri melalui perantaraan seseorang seperti istri teman atau yang lainnya. Dan pihak yang
dimintai keterangan berkewajiban untuk menjawab seobyektif mungkin, meskipun harus
membuka aib wanita tersebut karena ini bukan termasuk dalam kategori ghibah yang tercela. Hal
ini termasuk dari enam perkara yang dikecualikan dari ghibah, meskipun menyebutkan aib
seseorang. Demikian pula sebaliknya dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal
lelaki yang berhasrat untuk meminangnya, dapat menempuh cara yang sama.

Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits Fathimah bintu Qais ketika dilamar oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm, lalu dia minta nasehat kepada Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam maka beliau bersabda:

Adapun Abu Jahm, maka dia adalah lelaki yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari
pundaknya . Adapun Muawiyah, dia adalah lelaki miskin yang tidak memiliki harta.
Menikahlah dengan Usamah bin Zaid. (HR. Muslim)

Para ulama juga menyatakan bolehnya berbicara secara langsung dengan calon istri yang dilamar
sesuai dengan tuntunan hajat dan maslahat. Akan tetapi tentunya tanpa khalwat dan dari balik
hijab. Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti (130-129/5 cetakan Darul Atsar)
berkata: Bolehnya berbicara dengan calon istri yang dilamar wajib dibatasi dengan syarat tidak
membangkitkan syahwat atau tanpa disertai dengan menikmati percakapan tersebut. Jika hal itu
terjadi maka hukumnya haram, karena setiap orang wajib menghindar dan menjauh dari fitnah.

Perkara ini diistilahkan dengan taaruf. Adapun terkait dengan hal-hal yang lebih spesifik yaitu
organ tubuh, maka cara yang diajarkan adalah dengan melakukan nazhor, yaitu melihat wanita
yang hendak dilamar. Nazhor memiliki aturan-aturan dan persyaratan-persyaratan yang
membutuhkan pembahasan khusus .
NIKAH

Pengertian Nikah

Nikah menurut bahasa berarti menghimpun atau mengumpulkan. Pengertian nikah menurut
istilah adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrim sebagai suami istri dengan tujuan membina suatu rumah tangga yang bahagia
berdasarkan tuntunan Allah Swt.

Pengertian pernikahan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun1974 tentang Perkawinan,


perkawinan yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.

Nikah siri
Ada dua pemahaman mengenai pengertian nikah siri di kalangan masyarakat Indonesia.

1. Nikah siri diartikan sebagai suatu akad nikah yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama,
tetapi syarat serta hukumnya sudah sesuai dengan hukum agama Islam.
2. Nikah siri diartikan sebagai suatu pernikaan yang dilakukan tanpa adanya wali nikah yang sah
dari pihak perempuan.

Lantas dari semua itu, bagaimana sih sebenarnya nikah siri itu sendiri menurut hukum Islam?

Ada beberapa penjelasan mengenai hukum melakukan nikah siri menurut syariat agama Islam.

1. Hukum Pernikahan tanpa Wali

Wali nikah menurut mayoritas ulama merupakan salah satu rukun sahnya akad nikah. Jika salah
satu rukun tidak terpenuhi, maka bisa dipastikan nikah tersebut menjadi tidak sah. Kalau pun ada
sebagaian orang yang berpendapat bahwa wali nikah tidak termasuk salah satu rukun nikah,
maka pendapat tersebut sangatlah lemah.

2. Nikah Siri yang Tidak dicatatkan pada Lembaga Catatan Sipil Negara

Pernikahan semacam ini sah jika memenuhi rukun-rukun pernikahan yakni adanya wali, dua
orang saksi serta ijab qabul.

Nabi sudah menganjurkan umatnya untuk memberi tahu pernikahan dengan


mengadakan walimah. Acara walimah ini sangat dianjurkan oleh Nabi meskipun hukumnya tidak
sampai sunah muakkad.

Banyak sekali hal positif yang bisa didapat ketika seseorang menyelenggarakan walimah. Antara
lain bisa mencegah terjadinya firnah, memudahkan masyarakat sekitar untuk memberikan
kesaksian jika ada persoalan yang menyangkut kedua mempelai, serta bisa memudahkan
masyarakat untuk mengetahui bahwa seseorang telah menikah atau belum.

Nikah siri biasanya dilakukan oleh para pejabat serta orang-orang kaya. Mereka melakukannya
tanpa sepengetahuan dari istri dan dengan sengaja tidak dicatatkan di KUA. Sebenarnya secara
syariat hal tersebut boleh dilakukan, sehingga halal untuk berhubungan seperti suami istri.
Namun, di Indonesia sendiri Nikah Siri masih dianggap tabu.

Mengingat keutamaan walimah itu sendiri, ada baiknya jika tidak dalam keadaan terdesak
sebaiknya tidak melakukan nikah siri.

Hukum Nikah

Hukum menikah dalam islam adalah sunah muakad, tetapi bisa berubah sesuai dengan kondisi
dan niat seseorang. Jika seseorang menikah dengan diniatkan sebagai usaha untuk menjauhi dari
perzinahan, hukumnya sunah. Akan tetapi, jika diniatkan untuk sesuatu yang buruk, hukumnya
menjadi makruh, bahkan haram.

Salah satu ayal alquran yang berisi perintah menikah yaitu sebagai berikut yang artinya : "Dan
diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari
jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir". (Q.S. Ar-Rum, 30:21)

Rukun Nikah

Rukun nikah merupakan hal-hal yang harus dipenuhi agar pernikahan menjadi sah. Rukun nikah
dalam islam itu ada 5, yaitu sebagai berikut.

Ada mempelai yang akan menikah.

Ada wali yang menikahkan.

Ada ijab dan kabul dari wali dan mempelai laki-laki.

Ada dua saksi pernikahan tersebut.

Kerelaan kedua belah pihak atau tanpa paksaan.


Syarat Nikah

Syarat syarat nikah yaitu sebagai berikut.

Calon suami telah balig dan berakal.

Calon istri yang halal dinikahi.


Lafal ijab dan kabul harus bersifat selamanya.

Ijab artinya mengemukakan atau menyatakan suatu perkataan. Kabul artinya menerima.
Jadi, ijab kabul artinya seseorang menyatakan sesuatu kepada lawan bicaranya, kemudian
lawan bicaranya menyatakan menerima.

Dalam pernikahan, yang dimaksud dengan ijab kabul adalah seorang wali atau wakil dari
mempelai perempuan mengemukakan kepada calon suami anak perempuannya/perempuan
yang dibawah perwaliannya, untuk menikahkannya dengan lelaki yang mengambil
perempuan tersebut sebagai istrinya. Lalu lelaki yang bersangkutan menyatakan menerima
pernikahannya itu.

Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa: Sahl bin Said berkata, seorang perempuan
datang kepada Nabi saw. untuk menyerahkan dirinya, dia berkata, "Saya serahkan diriku
kepadamu." Lalu ia berdiri lama sekali (untuk menanti). Kemudian seorang laki-laki
berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah kawinkanlah saya dengannya jika engkau tidak
berhajat kepadanya." Lalu Rasulullah saw. bersabda "Aku kawinkan engkau kepadanya
dengan mahar yang ada padamu." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Hadis Sahih tersebut menerangkan bahwa Rasulullah saw. telah mengijabkan seorang
perempuan kepada Sahl dengan mahar atau maskawinnya ayat alquran dan Sahl
menerimanya.
Dua orang saksi.

Menurut jumhur ulama, akad nikah minimal dihadiri oleh dua orang saksi. Saksi dalam
akad nikah harus memenuhi syarat-syarat berikut.
-Cakap bertindak secara hukum (balig dan berakal).
-Minimal dua orang.
-Laki-laki.
-Merdeka.
-Orang yang adil.
-Muslim.
-Dapat melihat (menurut ulama mazhab Syafii).
Adanya wali.

Dari Abu Musa r.a., Nabi saw. bersabda, "Tidaklah salahsatu pernikahan tanpa wali."
(H.R. Abu Dawud dan disahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam sahih Sunan Abu Dawud
no. 1.836). Wali yang mendapat prioritas pertama di antara sekalain wali-wali yang ada
adalah ayah dari pengantin wanita. Kalau tidak ada barulah kakeknya (ayahnya ayah),
kemudian saudara lelaki seayah seibu atau seayah, kemudian anak saudara lelaki. Sesudah
itu barulah kerabat-kerabat terdekat yang lainnya atau hakim.

Wali nikah harus memiliki syarat-syarat tertentu. Syarat wali nikah tersebut adalah antara
lain sebagai berikut.
-Laki-laki.
-Balig dan berakal sehat.
-Beragama islam.
-Merdeka.
-Memiliki hak perwalian.
-Tidak ada halangan untuk menjadi wali.
-Adil
Tujuan pernikahan dalam islam

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi


2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan.
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
5. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih
:

:


.

Empat hal yang merupakan kebahagiaan; isteri yang shalihah, tempat tinggal yang luas,
tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang merupakan kesengsaraan;
tetangga yang jahat, isteri yang buruk, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang jelek.

Menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih, dan penjelasan para ulama bahwa di antara ciri-
ciri wanita shalihah ialah :

1. Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya,


2. Taat kepada suami dan menjaga kehormatannya di saat suami ada atau tidak ada serta menjaga
harta suaminya,
3. Menjaga shalat yang lima waktu,
4. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan,
5. Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj)
seperti wanita Jahiliyyah. [7]
6. Berakhlak mulia,
7. Selalu menjaga lisannya,
8. Tidak berbincang-bincang dan berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya karena
yang ke-tiganya adalah syaitan,
9. Tidak menerima tamu yang tidak disukai oleh suaminya,
10. Taat kepada kedua orang tua dalam kebaikan,
11. Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dengan syariat.
Apabila kriteria ini dipenuhi -insya Allah- rumah tangga yang Islami akan terwujud.

Sedangkan ciri-ciri laki shalih diantaranya :

1. Memiliki agama yang kuat


Selalu menjaga ketaatannya pada Allah dan Rasulullah, menjaga sholatnya dan dilakukan
berjamaah dan tepat waktu, karena laki-laki sangat dianjurkan sholat berjamaah di
masjid, menjalankan amalan-amalan sunnah, rajin dalam beribadah dan menuntut ilmu, selain
itu juga selalu memelihara diri dari perbuatan yang dibenci Allah. InsyaAllah ketika laki-laki
telah memiliki keteguhan iman yang kuat dan bertaqwa kepada Allah SWT, ia akan bersinar dan
memiliki wajah yang tenang. Laki-laki yang seperti ini tentu amat sangat didambakan oleh
semua wanita shalihah.

2. Berakhlakul karimah
Point utama bagi laki-laki sholeh yakni berakhlak atau berbudi pekerti dan berperangai yang
baik. Akhlak merupakan cerminan seseorang, jika akhlaknya baik maka orang tersebut baik
secara umum, jika akhlaknya buruk maka kejelekanpun menjadi lebel untuk seseorang yang
tidak bisa menjaga adabnya.

3. Haus akan ilmu


Seseorang yang sholeh tidak akan pernah puas terhadap ilmu yang diperoleh, akan selalu merasa
kurang, karena ia tau bahwa ilmu jika dipelajari tidak akan pernah habis. Dan semakin banyak
ilmu yang diketahui akan semakin membuatnya rendah hati dan bukan siapa-siapa.

4. Bertanggung jawab
Orang laki-laki juga dilihat dari bagaimana cara dia memperlakukan kedua orangtuanya, orang-
orang terdekatnya, juga terhadap apa yang dia lakukan. Laki-laki sholeh tidak mungkin
mengabaikan apa yang telah menjadi hak dan kewajibannya baik terhadap Rabbnya,
pekerjaannnya, dirinya sendiri dan orang lain.
5. Amanah
Laki-laki yang baik dan sholeh harus bersifat amanah atau dapat dipercaya, tidak mengabaikan
tugas yang telah diberikan kepadanya dan tidak menyalahgunakan kuasa & kedudukannya.

6. Tegas
Tegas bukan berarti galak, tetapi tidak plin plan dan tegas dalam mempertahankan martabatnya
dan tegas dalam menyampaikan nasehat-nasehat serta kebaikan. Karena laki-laki adalah imam
bagi istri dan anak-anaknya, sehingga dibutuhkan ketegasan, namun tetap memiliki hati yang
lembut, sopan tutur katanya, tidak mudah menyakiti hati orang lain, serta berhati mulia.

7. Tidak boros dan bakhil


Tidak salah menggunakan dan membelanjakan uangnya, mengeluarkan segala sesuatunya tidak
berlebihan. Tidak hanya uang atau materi, tetapi hal lain seperti dalam hal makan, tidak
berlebihan namun juga tidak pelit. Semua sesuai pada porsinya. Karena segala sesuatu yang
berlebihan itu tidak baik.

8. Bergaul dengan orang-orang sholeh


Berkumpul di masjlis dzikir atau selalu berkumpul dengan orang-orang yang mengajak pada
kebajikan. Bagaimana dia dikatakan sholeh, namun setiap harinya berkumpul dengan orang-
orang yang melalaikan agama. Menjauhi pergaulan bebas, seperti bergaul antara laki-laki dan
perempuan tanpa batas, dan tetap menjaga maruahnya dihadapan Allah SWT.

9. Menjaga pandangan
Tidak hanya wanita yang harus menjaga pandangannya, laki-laki sholehpun selalu menjaga
pandangannya dari perbuatan maksiat, tidak suka melihat sesuatu yang belum halal, selalu
menundukkan kepala dan tidak menatap wanita bukan muhrimnya apalagi sampai berlaku atau
bertindak lebih dari itu. Tidak hanya mata, namun juga mampu menjaga tangan, hati dan juga
pikirannya dari hal-hal yang tidak dianjurkan oleh agama.

10. Rendah hati dan pemaaf


Tidak sombong, selalu menjaga lisannya dengan berkata santun dan pilihan kata-kata yang baik,
tidak membanggakan diri dan selalu rendah hati pada siapapun serta selalu memaafkan segala
kesalahan orang lain.

11. Kharismatik dan selalu menjaga kebersihan diri


Laki-laki yang memiliki karisma, selalu tampil dengan busana yang rapi dan menjaga badannya
untuk selalu bersih. Bersih tidak hanya dengan mandi sehari minimal 2 kali, tetapi juga menjaga
dari bau badan tak sedap.

12. Sabar dan ikhlas


Memiliki hati yang sabar dan ikhlas dalam menerima segala ujian dari Allah. Bukan uring-
uringan, lemah, apalagi sampai berputus asa. Karena selalu yakin bahwa Allah selalu bersama
orang-orang yang bertaqwa.

13. Memiliki cinta dan kasih sayang


Laki-laki sholeh tentu memiliki hati yang luas juga penuh cinta dan kasih sayang. Dapat dilihat
dari bagaimana ia memperlakukan ibunya, bapaknya, saudara-saudaranya, serta orang-orang
mukmin lainnya. Dari cinta dan kasih sayang yang luas, maka akan timbul pengertian dan
perhatian. Sungguh luar biasa cukup sempurnanya seorang laki-laki jika memiliki tanggung
jawab, cinta dan kasih sayang serta penuh perhatian.
KESIMPULAN

Cinta berasal dari hati yang tulus, dibuktikan dengan perbuatan perbuatan, setelah itu
akan muncul pengorbanan untuk mewujudkan cinta tersebut. Untuk memunculkan cinta perlu
adanya taaruf yang artinya proses saling mengenal dan memahami dengan seseorang yang
dimaksud. Proses taaruf dikatakan selesai jika sudah mendapatan tiga hal, yaitu tentang budaya
keluarga, proyeksi masa depan, lalu visi hidup dari masing masing. Jika sudah saling yakin,
harus dilanjutkan dengan pernikahan.

Anda mungkin juga menyukai