Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENGELOLAAN (MANAJEMENT) SAMPAH DI RS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas mata kuliah Manajemen Patient Safety

Disusun Oleh :

Yustika Amalia (172426045 DP)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (DIII)


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu
Jl. Merapi raya No. 43 Kebun Tebeng Bengkulu Telpon 073621977

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengelolaan
Sampah/Limbah di Rumah Sakit”. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan baik materil maupun spiritual dalam
menyelesaikan makalah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, demikian saya telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Untuk kesempurnaan penulisan di masa yang akan
datang, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangatlah diharapkan. Dan saya
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Agar menciptakan
lingkungan yang bebas dari sampah.

Bengkulu, Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................…... 1
A. LatarBelakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................….. 2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................…… 3
A. Pengertian………...........................................................................…….. 3
B. Limbah Rumah Sakit………….............................................................. 5
C. Karakteristik limbah rumah sakit……………………………………… 5
D. Dampak Lingkungan Rumah Sakit……………………………………….. 8
E. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 22
D. Kesimpulan…………………………………………….………………… 22
E. Saran……………………………………………………..……………….. 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya
di kota-kota besar semakin meningkat pendirian Rumah Sakit (RS). Sebagai
akibat kualitas efluensampah rumah sakit tidak memenuhi syarat. sampah
rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit
dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam
sampah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab
penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kholera, disentri dan
hepatitis sehingga sampah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan
(BAPEDAL, 1999).
Dalam profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan, 1997
diungkapkan seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan
121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 Rumah Sakit di Jawa dan
Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg
pertempat tidur perhari. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi sampah
(Sampah Padat) berupa sampah domestic sebesar 76,8 persen dan berupa
sampah infeksius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi
sampah (Limbah Padat) Rumah Sakit sebesar 376.089 ton per hari dan
produksi air sampah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut
dapat dibayangkan betapa besar potensi Rumah Sakit untuk mencemari
lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta penularan
penyakit.
Sekitar 75 %-90% sampah merupakan sampah yang
tidak mengandung resiko atau sampah umum kebanyakan berasal dari
aktivitas administratif. Sisanya 10%-25% merupakan sampah yang
dipandang berbahaya dan menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap
kesehatan masyarakat maupun kesehatan lingkungan. Berdasarkan hasil
kajian sanitasi rumah sakit di Indonesia pada tahun 2003 yang dilakukan
oleh Ditjen PPM dan PL yang bekerja sama dengan WHO, timbulan sampah
kegiatan rumah sakit sekitar 0,14% kg/tempat tidur/hari, dengan kategori 3%

1
sampah kimia dan kurang dari 1 % berupa tabung dan thermometer pecah
(Modul Pelatihan dan Pengelolaan RS dan Puskesmas 2009).
Pengangkutan yang tidak rutin dilakukan setiap hari mengakibatkan
sering terjadi peningkatan volume sampah sehingga terjadi penimbunan
sampah yang banyak. Pihak pengelola rumah sakit terkadang memutuskan
untuk membakar sampah untuk mengurangi volume sampah yang tertimbun.
Namun hal ini tentunya sangat berdampak terhadap masyarakat di
lingkungan rumah sakit. Seharusnya sampah sebelum dibuang atau diangkut
untuk dikelola selanjutnya, tidak boleh ada penimbunan sampah (Depkes RI,
2002)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak limbah rumah sakit terhadap lingkungan.
2. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan dampak limbah rumah
sakit
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Limbah
2. Untuk mengetahui karakteristik Limbah Rumah Sakit
3. Untuk mengetahui teknik- teknik Pengolhan Limbah Rumah Sakit

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan dengan inti
kegiatannya berupa pelayanan medis. Pelayanan rumah
sakit pada hakekatnya merupakan sistem proses yang
aktivitasnya saling tergantung satu dengan lainnya. Unsur-unsur yang
saling berinteraksi dalam mendukung terciptanya pelayanan prima
adalah sumber daya manusia (medis, paramedis dan non medis),
sarana dan prasarana, peralatan, obat-obatan, bahan pendukung dan
lingkungan.
Lingkungan rumah sakit meliputi lingkungan dalam
gedung (indoor) dan luar gedung (outdoor) yang dibatasi oleh pagar
lingkungan. Lingkungan indoor yang harus diperhatikan adalah udara,
lantai, dinding, langit-langit, peralatan termasuk mebel air, serta obyek
lain yang mempengaruhi kualitas lingkungan seperti air, makanan, air
limbah, serangga dan binatang pengganggu, sampah dan sebagainya.
Sedangkan lingkungan outdoor meliputi selasar, taman, halaman,
parkir terutama terhadap kebersihan dan keserasiannya.
2. Limbah Rumah Sakit
Sebagaimana termaktub dalam Undang-undang No. 9 tahun 1990
tentang Pokok-pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk
menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan
dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan penanggulangan
pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat.
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang
berupa benda cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah
sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit

3
yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran
lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Unsur-unsur yang
terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit, yaitu:
a. Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.
b. Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.
c. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.
d. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan
fasilitas yang diperlukan.
Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan
menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-
peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur
pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Di
samping itu secara bertahap dan berkesinambungan.
Departemen Kesehatan mengupayakan instalasi pengelolaan limbah
rumah sakit. Sehingga sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah
telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu
untuk disempurnakan. Namun harus disadari bahwa pengelolaan limbah
rumah sakit masih perlu ditingkatkan lagi.
B. Limbah Rumah Sakit
Limbah (waste) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan,
tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sedangkan FKM-UI
mendefinisikan limbah/sampah ialah benda bahan padat yang terjadi karena
berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tak disenangi
dan dibuang dengan cara saniter kecuali buangan dari tubuh manusia
(Kusnoputranto, 1986).
Menurut Arifin (2008), limbah rumah sakit adalah semua sampah dan
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya. Menurut Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004, limbah
rumah sakit yaitu semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair dan gas.

4
Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun
dan radoiaktivitas. Menurut Depkes RI (1997) keterpaparan air limbah dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Keterpaparan kimiawi: hasil pembuangan limbah kimiawi dimanfaatkan
oleh mikroba yang terdapat di lingkungan air sebagai makanannya,
selain itu limbah kimiawi di dalam air membentuk suspensi sebagai
koloid atau partikel. Bahan organik dan garam anorganik masuk kedalam
air secara domestik atau industrial umumnya memberikan kontribusi
terhadap pencemaran air. Pemeriksaan air secara kimiawi digunakan test
BOD, COD, TSS dan pH. Jika sekitar 5 (lima) hari limbah kimiawi
menjadi karbon dioksida, secara konvensional bahan organik mengalami
dekomposisi yang menstabilisasi polutan organik dalam lingkungan
alamiahnya. Biological Oxygen Demmand adalah ukuran penggunaan
oksigen oleh mikroorganisme.
2. Keterpaparan Fisik: keterpaparan fisik air dapat dilihat dari bau, warna
dari air limbah keabu-abuan dan mengandung kerosin.
3. Keterpaparan Biologi: limbah berbahaya secara biologis jika terdapatnya
mikroorganisme patogen yang endemik yang memberi dampak pada
kesehatan masyarakat.
C. Karakteristik Limbah Rumah Sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya.Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat
dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan
kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat
maupun cair.
Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan,
gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau
pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya
atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.

5
Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet
pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki
potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau
tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.
Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan yang dapat
menyebabkan infeksi atau cidera karena mengandung bahan kimia
beracun atau radio aktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat
besar bila benda tajam tadi digunakan untuk pengobatan pasien infeksi
atau penyakit infeksi.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif)
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit
menular.
3. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan
cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik
didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc

6
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-
obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau
dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi
obat-obatan.
6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi,
dan riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran
nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair
atau gas. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
8. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah
sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang
dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan
perlengkapan medis.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non
medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi
kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang
pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa
makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang
dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik,
kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-
macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat

7
pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada
(laboratorium, klinik dll).
Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat
patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan
mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat
kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya
seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lainlain.
Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah
sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan
sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya
yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental
Managemen System) dan diadopsi Internasional Organization for
Standar (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di bidang
pengelolaan lingkunan dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di
dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.
D. Dampak Lingkungan Rumah Sakit
1. Pengertian
Dampak lingkungan Rumah Sakit mempunyai arti yang luas baik
dari segi dampak/akibat maupun penyebabnya, tetapi dalam mekalah ini
yang akan dibicarakan adalah dampak akibat limbah Rumah Sakit,
masalah serta upaya penanggulangannya.
Pada setiap tempat di mana orang berkumpul akan selalu dihasilkan
limbah dan memerlukan pembuangan, demikian pula Rumah Sakit yang
merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang
sakit maupun sehat menghasilkan limbah. Secara garis besar ada 3 (tiga)
macam limbah Rumah Sakit yaitu limbah padat (sampah), limbah cair
dan limbah klinik.
a. Sampah- Sampah (Limbah Padat)
Rumah Sakit dapat dianggap sebagai mata rantai penyebaran
penyakit menular karena sampah menjadi tempat tertimbunnya
mikro organisme penyakit dan sarang serangga serta tikus. Di
samping itu kadang-kadang dapat mengandung bahan kimia beracun

8
dan benda benda tajam yang dapat menimbulkan penyakit atau
cidera.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatuproses. Sampah merupakan didefinisikan oleh
manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses
alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-
produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut
berlangsung.
Berdasarkan sifatnya sampah terdiri dari Sampah organik - dapat
diurai (degradable), dan Sampah anorganik - tidak terurai
(undegradable). Berdasarkan bentuknya sampah terdiri dari Sampah
padat, sampah cair, sampah alam, sampah manusia, sampah
konsumsi, dan limbah radioaktif.
b. Limbah Cair
Limbah cair Rumah Sakit adalah semua limbah cair yang berasal
dari ruangan-ruangan atau unit di Rumah Sakit yang kemungkinan
mengandung mikro organisme, bahan kimia beracun dan radio aktif.
c. Limbah klinis
Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan gizi, "Veteranary", Farmasi atau sejenis serta limbah yang
dihasilkan di Rumah Sakit pada saat dilakukan
perawatan/pengobatan atau penelitian. Bentuk limbah klinis antara
lain berupa benda tajam, limbah infeksius, jaringan tubuh, limbah
cito toksik. limbah Farmasi, limbah kimia, limbah radio aktif dan
limbahplastik.
2. Dampak
Ketiga limbah di atas secara langsung maupun tidak langsung
menimbulkan gangguan kesehatan dan membahayakan bagi pengunjung
maupun petugas kesehatan. Ancaman ini timbul pada saat penanganan,
penampungan, pengangkutan dan pemusnahannya. Keadaan ini terjadi
karena :

9
a. Volume limbah yang dihasilkan melebihi kemampuan
pembuangannya.
b. Beberapa di antara limbah berpotensi menimbulkan bahaya apabila
tidak ditangani dengan baik.
c. Limbah ini juga akan menimbulkan pencemaran lingkungan bila
dibuang
d. sembarangan dan akhirnya membahayakan serta mengganggu
kesehatan masyarakat.
3. Masalah
Beberapa hal yang patut jadi pemikiran bagi pengelola rumah sakit,
dan jadi penyebab tingginya tingkat penurunan kualitas lingkungan dari
kegiatan rumah sakit antara lain disebabkan, kurangnya kepedulian
manajemen terhadap pengelolaan lingkungan karena tidak memahami
masalah teknis yang dapat diperoleh dari kegiatan pencegahan
pencemaran, kurangnya komitmen pendanaan bagi upaya pengendalian
pencemaran karena menganggap bahwa pengelolaan rumah sakit untuk
menghasilkan uang bukan membuang uang mengurusi pencemaran,
kurang memahami apa yang disebut produk usaha dan masih banyak lagi
kekurangan lainnya (Sebayang dkk, 1996). Untuk itu, upaya-upaya yang
harus dilakukan rumah sakit adalah, mulai dan membiasakan untuk
mengidentifikasi dan memilah jenis limbah berdasarkan teknik
pengelolaan (Limbah B3, infeksius, dapat digunapakai atau guna ulang).
Meningkatkan pengelolaan dan pengawasan serta pengendalian terhadap
pembelian dan penggunaan, pembuangan bahan kimia baik B3 maupun
non B3. Memantau aliran obat mencakup pembelian dan persediaan serta
meningkatkan pengetahuan karyawan terhadap pengelolaan lingkungan
melalui pelatihan dengan materi pengolahan bahan, pencegahan
pencemaran, pemeliharaan peralatan serta tindak gawat darurat
(Sebayang dkk, 1996).
Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Mengingat
dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang

10
baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana,
keuangan dan tatalaksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan
tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan (Said, 1999). Limbah rumah Sakit bisa
mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis
rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang.
Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan
anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan
lain-lain. Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah
mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-
limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme
patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan
penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang
disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadal,
kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta
penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masib buruk.
Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika
dilakukan dengan memilah-milah limbah ke dalam pelbagai kategori.
Untuk masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah
yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah
sejauh mungkin menghindari resiko kontaminsai dan trauma (injury).
jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian berikut ini (Shahib dan
Djustiana, 1998) :
a. Limbah Klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin,
pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin
berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan
populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh karena itu perlu diberi
label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah jenis tersebut
ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota
badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin
dan produk darah.

11
b. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya
diotoklaf sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus
diberi label biohazard.
c. Limbah Bukan Klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan
plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak
menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena
memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan
mambuangnya.
d. Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai
serangga seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus
merupakan gangguan bagi staff maupun pasien di rumah sakit.
e. Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian
infeksi di rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu diatur
dengan baik.
Secara garis besar masalah yang dihadapi di Indonesia adalah sebagai
berikut :
a. Di Lingkungan Rumah Sakit
1) Sebagian besar bangunan Rumah Sakit di Indonesia pada saat ini
tidak dilengkapi dengan sarana pembuangan limbah yang
memadai seperti
2) "Spoel Hok", sehingga pencemaran lingkungan lebih mudah
terjadi.
3) Belum semua Rumah Sakit dilengkapi dengan sarana
pembuangan sampah yang memenuhi syarat karenabatasan lahan
dan kendala biaya.
4) Sikap dan perilaku petugas termasuk para manajer Rumah Sakit
yang belum mendukung dalam setiap upaya penanggulangan
limbah

12
5) Adat dan kebiasaan buruk dari masyarakat kita yang disebabkan
ketidaktahuan dan tingkat pendidikan yang kurang.
6) Belum tersedianya dana kahusus baik untuk penelaahan maupun
penyediaan sarana pembuangan limbah Rumah Sakit yang
tercantum dalam APBN, APBD ataupun sumber dana lainnya.
7) Biaya pembuatan sarana pembuangan dirasakan masin terlampau
mahal, sehingga perlu dibuat suatu sarana yang lebih sederhana,
lebih mudah namun memenuhi syarat.
b. Di Luar Lingkungan Rumah Sakit
1) Kebutuhan hidup dari para pemulung yang sulit dihindarkan
2) Seyogyanya suatu kota perlu memiliki saluran air limbah, namun
saat ini belum tersedia sehingga sangat disarankan untuk diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air perkotaan
E. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
1. Limbah padat
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan,
perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan
pengelolaan, limbah klinis dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi
berikut :
a. Golongan A :
1. Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari
kamar bedah.
2. Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
3. Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan swab dan dreesing.
b. Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda
tajam lainnya.
c. Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang
termasuk dalam golongan A.

13
d. Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
e. Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-
pad, dan stomach.
Pelaksanaan pengelolaan
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah klinis perlu dilakukan
pemisahan penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah
pendahuluan.
a. Pemisahan
 Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang
terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam
bak penampungan limbah klinis yang mudah dijangkau bak sampah
yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah
Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari
sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh. Kemudian
diikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak
sampah klinis.
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila
mencapai tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan
sampah. Sampah tersebut kemudian dibuang dengan cara sebagai
berikut :
1) Sampah dari haemodialisis
Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa
juga digunakan autoclaving,tetapi kantung harus dibuka dan
dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus
secara efektif.
(Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di
bawah tekanan dengan tujuan sterilisasi terutama untuk limbah
infeksius).
2) Limbah dari unit lain :

14
Limbah hendaknya dimusnahkan
dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa menggunakan cara
lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.
Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus
disetujui oleh pimpinan yang bertanggungjawab, kepala Bagian
Sanitasi dan Dinas Kesehatan c/q Sub Din PKL setempat.
Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya
ditampung pada bak limbah klinis atau kantong lain yang tepat
kemudian dimusnahkan dengan incinerator.
Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya
dimusnahkan dengan incinerator. Incinerator harus dioperasikan
di bawah pengawasan bagian sanitasi atau bagian laboratorium.
 Golongan B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan
keadaan tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak
tahan benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval
maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya diikat dan
ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan
dimasukkan denganincinerator.
b. Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai
dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk
dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan
(atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :
1) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
2) Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang
disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan
kantong berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.
3) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai
yang tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci.
4) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari
binatang, dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.

15
5) Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila
mungkin) Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan
pendahuluan (jadi bisa digolongkan dalam sampan klinis),
dapat ditampung bersama sampah lain sambil menunggu
pengangkutan.
c. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan
intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik
penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator
(pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya
digunakan kereta dorong.
Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah
klinis harus didesain sedemikian rupa sehingga :
1) Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus
2) Tidak akan menjadi sarang serangga
3) Mudah dibersihkan dan dikeringkan
4) Sampah tidak menempel pada alat angkut
5) Sampah mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali
Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus
diangkut ke tempat lain :
1) Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat
truk pengangkut. Dan harus dilakukan upaya untuk men-
cegah kontaminasi sampah lain yang dibawa.
2) Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan
tidak terjadi kebocoran atau tumpah.
2. Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam
mikroorganisme, bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh
fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain
sebagai berikut:
a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)

16
Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah
lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas;
maka biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota
(pedalaman) yang biasanya masih mempunyai lahan yang cukup.
Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :
1) Pump Swap (pompa air kotor).
2) Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.
3) Bak Klorinasi
4) Control room (ruang kontrol)
5) Inlet
6) Incinerator antara 2 kolam stabilisasi
7) Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.
b. Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment
System)
Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di
kota, karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi
dibuat bulat atau elips, dan air limbah dialirkan secara berputar agar
ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara
(aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk
mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah
jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum
atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan
dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur).
Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari :
1) Pump Swap (pompa air kotor)
2) Oxidation Ditch (pompa air kotor)
3) Sedimentation Tank (bak pengendapan)
4) Chlorination Tank (bak klorinasi)
5) Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2
petak).
6) Control Room (ruang kontrol)

17
c. Anaerobic Filter Treatment System
Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik
melalui filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah
mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff
tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan
menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan
senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses
oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida
ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan
oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah
klorin yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.
Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen
antara lain sebagai berikut :
1) Pump Swap (pompa air kotor)
2) Septic Tank (inhaff tank)
3) Anaerobic filter.
4) Stabilization tank (bak stabilisasi)
5) Chlorination tank (bak klorinasi)
6) Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)
7) Control room (ruang kontrol)
Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga
tergantung dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur,
maka kontruksi Anaerobic Filter Treatment System dapat
disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, misalnya :
1) Volume septic tank
2) Jumlah anaerobic filter
3) Volume stabilization tank
4) Jumlah chlorination tank
5) Jumlah sludge drying bed
6) Perkiraan luas lahan yang diperlukan
Secara singkat pengelolaan pengelolaan dan pembuangan limbah
medis adalah sebagai berikut :

18
a. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan
proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus
mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan
sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan
limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan
kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari
berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan
pembuangan.
b. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat,
tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau
pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan
dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan
standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan
kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam
Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong
berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah
infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik
untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam
dengan tulisan “domestik”
c. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan
intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik
penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator
(pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya
digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan
dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.
Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis
ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal

19
memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi
petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi
peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam
kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.
d. Pengolahan dan Pembuangan
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang
sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai
dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku
dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat.
Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin
diterapkan adalah :
1) Incinerasi
2) Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap
jenuh bersuhu 121 C)°
3) Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene
oxide atau formaldehyde)
4) Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan
cairan kimia sebagai desinfektan)
5) Inaktivasi suhu tinggi
6) Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60
7) Microwave treatment
8) Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau
ukuran sampah)
9) Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi
volume yang terbentuk.
e. Incinerator
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator
akan digunakan di rumah sakit antara lain : ukuran, desain,
kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang
akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan
pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang
berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks

20
rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk
melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.
Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi
volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah
termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius
menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas,
pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu
dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Sedangkan
kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt dimusnahkan
terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan
pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control
berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).
Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari
incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum
sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
2. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya diantaranya limbah benda tajam, limbah
infeksius tubuh, limbah sitotoksik,limbah kimia, limbah radioaktif ,
limbah plastik.
3. Pengolahan Limbah Rumah Sakit tergantung dari jenis Limbahnya
a. Limbah Padat : Pemisahan, penampungan, dan pengangkutan
b. Limbah Cair : Kolam Stabilisasi Air Limbah, Kolam oksidasi air
limbah, Anaerobic Filter Treatment System, Pengolahan dan
Pembuangan, Incinerator.
B. Saran
Adanya toksikologi limbah rumah sakit, disarankan agar petugas rumah
sakit dalam mengolah limbah agar lebih memperhatikan cara atau teknik-
teknik dalam mengolah jenis limbah yang ada di ruah sakit.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

Depkes RI 2009 , ’Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah


Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya’. Jakarta

Kusminarno, K., 2004, ‘Manajemen Limbah Rumah Sakit’, Jakarta

Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008, ‘Kajian Pengelolaan Limbah Padat
Medis Rumah Sakit’, Jakarta

Notoadmodjo, S., 2007, ‘Ilmu Kesehatan Masyarakat’, Rineka Cipta, Jakarta

Paramita, N., 2007, ‘Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Soebroto’, Jurnal Presipitasi Vol. 2 No.1 Maret 2007, Issn 1907-
187x, Semarang

23

Anda mungkin juga menyukai