Anda di halaman 1dari 25

Misteri Tongkat Si Buta 2004

Setelah berguru di gua hantu, kini sang pendekar buta pun menjadi sosok paling digdaya.
Meski hanya dengan tongkat kayu di tangan, ia mampu mengalahkan lawan-lawannya
yang memegang aneka senjata mematikan. Seperti kebanyakan film laga lainnya, akhir
cerita ditutup dengan kemenangan si pendekar buta. Itulah kira-kira sekelumit alur cerita
“Si Buta Dari Gua Hantu”, film laga yang pernah beredar di negeri ini di masa lalu.
Entahlah, apa ilham di balik kisah tersebut, mungkinkah kisa nyata, atau sekedar
khayalan penulis skenarionya? Yang jelas, film ini sepertinya dibuat bukan sebagai film
fiksi ilmiah masa depan yang seringkali didasarkan fakta ilmiah. Namun, jika dikaitkan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini, film laga tersebut
sekarang bisa jadi dikatakan “fiksi ilmiah”, meskipun hingga taraf tertentu. Mengapa?
Pasalnya “tongkat si buta” itu kini telah ditemukan, meskipun “di gua kelelawar” dan
bukan di gua hantu.
Gambar di atas adalah batcane, dari kata “bat” (kelelawar) dan “cane” (tongkat). Terlihat
di sini adalah bagian tangkai yang digenggam oleh pengguna, yang memiliki perangkat
elektronik canggih. Sebagian besar laras panjangnya tidak terlihat pada gambar.
Kelelawar ciptaan Allah-lah ilham teknologi yang kemudian diberi nama dagang
UltraCane dan baru dipasarkan tahun ini.

Tahun 2004 ini merupakan ajang dipamerkannya “tongkat si buta” di Eropa dan Amerika.
Setelah dipajang di Los Angeles, AS pada bulan Maret 2004 dan di Frankfurt, Jerman
pada bulan Mei 2004; dua kota di Irlandia, Dublin dan Belfast baru saja menjadi tuan
rumah pameran bagi “tongkat si buta” ini pada tanggal 1 – 4 Juni 2004. Kota
Birmingham, Inggris, menyusul menjadi tempat terhormat yang akan mempertontonkan
“tongkat si buta” di depan umum pada tanggal 14 – 16 Juli 2004. Bagi Anda yang ingin
mengetahui lebih lanjut, silakan kunjungi situs http://www.seeingbetterireland.org dan
www.qac.ac.uk/sightvillage/6-1.html.

Begitu istimewakah tongkat ini hingga dipamerkan di tingkat dunia? Benar,


keistimewaannya tak hanya terletak pada keberadaannya, yang nyata-nyata ada dan
terbukti “sakti”; tidak seperti tongkat “Si Buta Dari Gua Hantu” yang khayalan film
belaka. Tongkat yang terilhami oleh kelelawar yang seringkali tinggal di gua-gua ini
terbukti sangat membantu para tunanetra. Meskipun tidak menjadi sehebat “Si Buta Dari
Gua Hantu”, para tunanetra yang telah memakainya sangat terkagum, menjadi lebih
percaya diri dan lebih leluasa berjalan. Desainnya yang bagus dan kelebihan lainnya
menjadikannya memenangkan penghargaan bergengsi.

Itulah tongkat tunanetra, yang awalnya dijuluki batcane (tongkat kelelawar) dan terakhir
diberi nama dagang UltraCane (tongkat hebat), buatan para ilmuwan dan insinyur asal
Eropa yang terilhami kelelawar buta. Allah SWT menciptakan kelelawar dengan
kelengkapan dan kemampuan navigasinya yang handal. Di balik kehebatan kelelawar,
tersembunyi ilmu dan pengetahuan Allah yang dipelajari manusia dalam merancang
aneka temuan teknologi mereka. Mahasuci Allah, Pencipta tanpa tara.
Surat Pembaca
“Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di
muka bumi) terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini.”(QS. Al
Jaatsiyah, 45: 4)

FOOTNOTE DAN TTS

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Salut untuk insight sebagai pionir majalah iptek Islam di Indonesia. Semoga tetap eksis di
jalurnya. Sebagai pelajar, khususnya di program IPA kami senang dengan hadirnya
insight sebagai pembawa info sains yang sesuai fakta dan data. Sekedar usulan, alangkah
baiknya bila insight memberikan foot note bagi istilah-istilah ilmiah untuk lebih
memahamkan pembaca, khususnya pelajar. Yang kedua, alangkah lebih serunya lagi bila
insight menyediakan kolom TTS yang berkaitan khusus tentang iptek. Jazakumullah.

Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Pembaca Insight ITC Baitussalam


Wonolopo Mijen Semarang Jateng 50215

BANYAK HIKMAHNYA

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, saya merasa sangat beruntung bisa mendapatkan majalah insight di usia
saya ini, 33 tahun. Banyak hikmah yang saya peroleh dengan membacanya, antara lain
pengetahuan saya tentang astronomi, biologi, sains, teknologi dll bertambah, dan yang
pasti saya merasa menjadi lebih mengenal Allah Sang Pencipta. Tidak ada kritik yang
layak buat saya sampaikan berhubung insight sudah porposional isinya kecuali satu saran
agar di tiap edisi ada semacam Teka Teki Silang yang berhubungan dengan isi majalah
insight. Terima kasih atas dibacanya surat saya ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yuliana
Jln .Jend. Sudirman.45 - 47
BINJAI - 20711 SUMATERA UTARA

IPTEK TERKINI
Assalamu’alaikum Wr .Wb,

Saya sangat senang ada majalah tentang iptek, karena akan membantu membentuk
generasi muda yang tidak ‘gaptek’. Kalau bisa saya minta kepada insight untuk
menampilkan rubrik tentang penemuanpenemuan terbaru tentang iptek dan beritaberita
hangat iptek terkini. Sehingga diharapkan akan membuka cakrawala generasi Indonesia
untuk terus menggali ilmu, karena kalau saya amati Indonesia sangat tertinggal jauh
dengan negaranegara lain. Terima kasih semoga dengan adanya majalah insight akan
membentuk generasi yang lebih baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ahmad Nurhakim. Astra TPB IPB C2


Jl. Pinus Darmaga, Bogor

Insight menjawab:

Terima kasih atas sambutan baik para pembaca setia insight. Demikian halnya dengan
segala masukannya. Banyak sekali surat pembaca dilayangkan ke redaksi yang meminta
quiz berupa TTS. Insya Allah, redaksi berusaha memberi yang terbaik untuk pembaca
sekalian, termasuk menampilkan TTS iptek di edisi mendatang.

Dari Kami
BIOMIMIKRI

Assalamu’alaikum wr. wb.

Pembaca budiman, sebagaimana dapat kita simak bersama, sejak edisi lalu, insight telah
memuat berita iptek terkini, yang mungkin belum pernah pembaca temukan di media
dalam negeri mana pun. Bulan lalu redaksi memuat tulisan tentang penelitian yang saat
ini tengah dilakukan, yakni teknologi penyala-ulang mesin turbin pesawat terbang yang
terilhami sejenis kumbang. Di edisi sekarang, kami menampilkan tulisan tentang produk
teknologi yang baru saja dibuat dan dipasarkan di tahun 2004 ini, yaitu UltraCane. Dan
insya Allah, bulan depan akan kami tampilkan sejumlah hal yang tak kalah serunya, yang
kami yakin belum banyak Anda ketahui, yakni sebuah gerakan baru di bidang iptek:
biomimicry, atau yang juga dijuluki biomimetics, biomimesis atau bionis. Ini adalah
sebuah kecenderungan baru di negara-negara maju untuk membuat teknologi terbaik
dengan meniru apa yang sudah Allah ciptakan di alam. Kini, pusat-pusat kajian maupun
kelompok penelitian ilmiah di bidang biomimicry atau biomimetics, telah banyak
didirikan di Eropa, Amerika, Australia dan bahkan di Asia, seperti di Jepang. Di
Indonesia sendiri, sepertinya hal ini belum ada, dan mudah-mudahan di antara Anda,
wahai pembaca budiman, ada yang memelopori membuat kajian iptek di bidang ini.
Mengapa tidak?
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Redaksi

Bahasan Utama 1
‘MELIHAT’ TANPA MATA

Beberapa tahun lalu, perangkat canggih bernama batcane, yang berarti tongkat kelelawar,
telah mendapatkan sejumlah penghargaan bergengsi di Eropa. Tongkat istimewa macam
apakah itu, apa kegunaannya, dan siapakah yang merancangnya? Sebelum mengulas
jawaban pertanyaan tersebut, ada baiknya terlebih dahulu kita selami ilham di balik
perangkat yang sekarang beralih nama menjadi UltraCane ini: kelelawar...

Kelelawar merupakan makhluk yang sangat menarik. Yang paling hebat dari keahliannya
adalah kemampuan luar biasa dalam menentukan arah terbangnya. Kemampuan
mengindera tempat dan benda dengan suara yang terpantul (gema) pada kelelawar
ditemukan melalui serangkaian percobaan oleh para ilmuwan. Mari kita simak lebih
dekat percobaan-percobaan tersebut untuk mengungkap rancangan yang luar biasa pada
makhluk ini.

Pada percobaan pertama, seekor kelelawar ditempatkan di sebuah ruangan gelap gulita.
Di salah satu sudut ruangan ini, seekor lalat ditempatkan sebagai mangsa untuk sang
kelelawar. Mulai saat itu, segala hal yang terjadi di ruangan tersebut dipantau dengan
kamera-kamera yang mampu melacak di kegelapan malam hari. Begitu lalat terbang,
kelelawar yang awalnya ditempatkan di sudut lain dalam ruangan ini dengan cepat
bergerak langsung ke tempat lalat berada dan menangkapnya. Dari percobaan ini
disimpulkan bahwa kelelawar tersebut memiliki indera sangat tajam dalam hal kepekaan,
sekalipun keadaannya gelap gulita. Meskipun begitu, apakah kepekaan kelelawar ini
dikarenakan oleh indera pendengaran? Ataukah ia memiliki penglihatan yang terang di
malam hari?

Untuk menjawab pertanyaan ini, percobaan kedua dilakukan. Pada suatu sudut di ruangan
yang sama, sekelompok ulat bulu diletakkan dan ditutupi selembar koran. Begitu
dilepaskan, kelelawar tidak membuang-buang waktu untuk mengangkat lembaran koran
tersebut dan memakan ulat-ulat tadi. Hal ini membuktikan, kemampuan penentuan arah
milik kelelawar tidak ada kaitannya dengan indera penglihatan.

Para ilmuwan melanjutkan percobaan mereka terhadap kelelawar: sebuah percobaan baru
dilakukan di ruangan yang berbentuk lorong panjang. Pada salah satu ujung lorong
terdapat seekor kelelawar dan di ujung lainnya ada sekelompok kupu-kupu. Di samping
itu, serangkaian dinding-dinding penyekat disusun berderet dan tegak lurus terhadap
dinding lorong tersebut. Di tiap penyekat, ada satu lubang tunggal yang cukup besar bagi
kelelawar untuk terbang melewatinya. Akan tetapi, lubang-lubang ini ditempatkan pada
titik berbeda di setiap dinding penyekat. Dengan demikian, kelelawar harus terbang
dengan jalur berliku melaluinya sebelum mencapai kupu-kupu di ujung lainnya.

Para ilmuwan memulai pengamatannya segera setelah kelelawar dilepaskan ke dalam


lorong gelap tersebut. Ketika kelelawar sampai pada penyekat pertama, ia menentukan
tempat lubangnya dengan mudah dan melewatinya dengan baik. Hal yang sama terpantau
di seluruh dinding penyekat: kelelawar terlihat tidak hanya tahu di mana penyekat berada
melainkan juga di mana tepatnya lubang berada. Setelah melalui lubang terakhir, sang
kelelawar pun mencapai kupu-kupu, dan mengisi perut dengan hasil tangkapannya.
Percobaan menunjukkan bahwa kelelawar mampu dengan mudah menentukan kedudukan
dan terbang melalui lubang di dinding dalam gelap gulita.

Terpesona dengan apa yang mereka amati, para ilmuwan memutuskan melakukan
percobaan terakhir untuk memahami tingkat kepekaan penginderaan kelelawar.
Tujuannya kali ini adalah untuk menentukan batas kemampuan penginderaan kelelawar
lebih jelas. Sekali lagi, lorong panjang disiapkan dan kawat baja bergaris tengah sekitar
0,6 mm, atau setipis beberapa helai rambut, digantungkan dari atap hingga terjulur ke
lantai lorong. Kawat-kawat ini ditempatkan secara acak di seantero ruang lorong. Para
peneliti semakin terkagum, karena sang kelelawar menyelesaikan penerbangannya tanpa
terantuk pada satu rintangan kawat pun. Kemampuan terbang ini menunjukkan, kelelawar
mampu mengenali rintangan setipis 0,6 mm.

Penelitian setelahnya mengungkap bahwa kemampuan penginderaan luar biasa kelelawar


terkait dengan perangkat yang disebut echolocation (ekolokasi) pada tubuh kelelawar.
Ekolokasi adalah teknik menentukan keberadaan tempat dan benda-benda dengan
menggunakan gema (pantulan suara). Untuk menentukan keberadaan benda-benda di
sekitarnya, termasuk benda hidup, kelelawar memancarkan suara berfrekuensi tinggi.
Tatkala mengenai benda-benda tersebut, gelombang suara ini lalu terpantul kembali ke
arah kelelawar. Meskipun tidak terdengar oleh manusia, pantulan suara ini dapat
ditangkap dan diindera oleh kelelawar, sehingga memungkinkannya mendapatkan sebuah
gambaran atau "peta" lingkungan sekitarnya. Jadi, penginderaan kelelawar atas seekor
lalat dimungkinkan oleh adanya suara yang dipantulkan kembali pada kelelawar dari lalat
tersebut.

Kelelawar yang menentukan letak dengan gema ini mengingat setiap gelombang suara
yang dikeluarkannya dan membandingkan yang asli dengan gema yang kembali
kepadanya. Waktu yang habis antara dikeluarkannya suara dengan diterimanya gema
yang datang memberikan penginderaan dan penentuan yang tepat mengenai jarak sasaran
dari sang kelelawar. Sebagai contoh, pada percobaan ketika kelelawar menangkap ulat-
ulat di lantai, kelelawar mengindera ulat dan bentuk ruangan dengan memancarkan suara
bernada tinggi dan mengindera sinyal-sinyal yang terpantul. Lantai memantulkan suara
tersebut, sehingga kelelawar dapat menentukan jaraknya terhadap lantai. Sebaliknya, ulat
bulu yang berada di lantai berjarak sekitar 0,5 - 1 cm lebih dekat ke kelelawar daripada
jauhnya dengan lantai, karena permukaan atas tubuh ulat berjarak 0,5 – 1 cm dari
permukaan lantai tempat sang ulat berada. Di samping itu, sang ulat melakukan gerakan-
gerakan kecil dan ini pada akhirnya mengubah frekuensi yang terpantul. Dengan cara
inilah kelelawar mampu menentukan keberadaan ulat bulu di lantai. Ia memancarkan
sekitar 20 ribu gelombang per detik dan mampu mengenali semua suara yang terpantul.
Bahkan, ketika ia melakukan hal ini, kelelawar itu sendiri pun dalam keadaan terbang.

Penelitian yang seksama atas semua kenyataan ini dengan jelas mengungkap rancangan
yang hebat dalam penciptaan kelelawar. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab Allah,
sang Pencipta kelelawar, memiliki Pengetahuan dan Keahlian dalam mencipta tanpa tara.
Allah tidak perlu contoh dalam mencipta apa pun sekehendakNya, karena Dialah Al
Baadi, Pencipta paling pertama tanpa contoh. Mahasuci Allah, sebaik-baik Pencipta.·

Bahasan Utama 2
MISTERI LINTASAN LURUS

"Perjalanan yang dulu biasa memakan waktu 25 menit dengan tongkat panjang, kini 5
menit lebih cepat dengan menggunakan ‘Tongkat Kelelawar’”, kata Andrew Saies.
Andrew merupakan salah satu di antara ‘para pendekar bertongkat kelelawar’ yang kini
bisa berkelana lebih leluasa berkat tongkat itu. Sebelum membahas tongkat ‘sakti’
kelelawar temuan para ilmuwan Eropa ini, sekali lagi marilah kita kaji kehebatan jurus
‘sang guru’, yakni kelelawar...

Masih ada sifat menakjubkan lain dari sistem ekolokasi kelelawar atau perangkat untuk
menentukan tempat dengan gema. Pendengaran kelelawar telah tercipta sedemikian rupa
sehingga ia tidak dapat mendengar suara lain selain dari yang dipancarkannya sendiri.
Rentang frekuensi yang mampu didengar oleh makhluk ini sangat sempit, yang lazimnya
menjadi hambatan besar untuk hewan ini karena Efek Doppler, sebuah istilah ilmiah di
bidang fisika tentang gelombang suara. Menurut Efek Doppler, jika sumber suara dan
penerima suara keduanya sama-sama tak bergerak, maka penerima akan mengindera
frekuensi yang sama dengan yang dipancarkan oleh sumber suara. Akan tetapi, jika salah
satunya bergerak, frekuensi yang diterima akan berbeda dengan yang dipancarkan. Dalam
hal ini, frekuensi suara yang dipantulkan dapat jatuh ke wilayah frekuensi yang tidak
dapat didengar oleh kelelawar. Jika ini yang terjadi, maka kelelawar tentu akan
menghadapi masalah karena tidak dapat mendengar pantulan suaranya dari lalat yang
bergerak menjauh.

Akan tetapi, hal tersebut tidak pernah menjadi masalah bagi kelelawar karena ia
menyesuaikan frekuensi suara yang dikirimkannya terhadap benda bergerak seolah sang
kelelawar telah memahami Efek Doppler. Misalnya, kelelawar mengirimkan suara
berfrekuensi tertinggi terhadap lalat yang bergerak menjauh sehingga pantulannya tidak
hilang dalam wilayah rentang suara yang tak terdengar oleh sang kelelawar. Jadi,
bagaimana pengaturan ini terjadi?
Di dalam otak kelelawar, terdapat dua jenis neuron (sel saraf) yang mengendalikan
perangkat penginderaan dengan gelombang suara milik kelelawar. Sel saraf jenis pertama
mengindera suara ultrasonik (suara di atas jangkauan pendengaran kita) yang terpantul,
dan jenis yang kedua memerintahkan otot menghasilkan jeritan untuk membuat gema
penentuan tempat. Kedua jenis sel saraf ini seolah bekerja sama dalam suatu kesesuaian
sempurna sehingga penyimpangan amat kecil dalam sinyal terpantul akan
memperingatkan sel jenis kedua dan menghasilkan frekuensi jeritan senada dengan
frekuensi gema. Karenanya, tinggi nada suara ultrasonik kelelawar berubah menurut
keadaan sekitarnya untuk mendapatkan daya guna sebesar-besarnya.

Sistem sonar atau perangkat penentuan keberadaan benda dan tempat melalui pantulan
suara kelelawar tersebut sungguh rumit dan sempurna di setiap rinciannya. Karenanya,
hal ini tidak mungkin dapat dijelaskan dengan proses evolusi melalui mutasi acak tak
disengaja. Keberadaan serentak semua bagian sistem itu mutlak diperlukan agar dapat
bekerja dengan baik. Selain harus mengeluarkan suara bernada tinggi, kelelawar juga
harus mengolah sinyal terpantul, terbang berkelak-kelok, serta menyesuaikan jeritan
sonarnya. Semua ini dikerjakan pada saat yang sama. Sudah pasti semua ini tidak dapat
diterangkan sebagai peristiwa tanpa sengaja. Sebaliknya, ini pertanda pasti tentang betapa
sempurnanya Allah menciptakan kelelawar.

Penelitian ilmiah lebih jauh mengungkap contoh-contoh baru serangkaian keajaiban pada
penciptaan kelelawar. Melalui setiap penemuan baru yang menakjubkan, dunia ilmu
pengetahuan mencoba memahami bagaimana sistem ini bekerja. Sebagai contoh,
penelitian baru terhadap kelelawar telah mengungkap temuan yang amat menarik dalam
tahun-tahun belakangan. Beberapa ilmuwan yang ingin menguji sekelompok kelelawar
yang tinggal di suatu gua, memasang pemancar pada beberapa anggota kelompok
kelelawar itu. Kelelawar-kelelawar pun teramati meninggalkan gua di malam hari dan
mencari makan di luar hingga fajar. Para peneliti menyimpan rekaman perjalanan ini.
Mereka menemukan bahwa sebagian kelelawar melakukan perjalanan sejauh 50-70
kilometer dari gua tersebut. Temuan paling mengejutkan adalah mengenai
kepulangannya, yang dimulai sesaat sebelum terbit matahari. Semua kelelawar terbang
pulang dalam garis lurus ke gua masing-masing dari titik mana pun mereka berada.
Bagaimana kelelawar dapat mengetahui di mana dan sejauh mana jarak keberadaan
mereka dari gua asal mereka?

Kita masih belum mendapatkan pengetahuan terperinci tentang cara mereka menemukan
jalan pulang. Ilmuwan tidak meyakini sistem pendengarannya berperan besar atas
perjalanan pulang itu. Karena kelelawar sepenuhnya buta cahaya, para ilmuwan berharap
menemukan suatu sistem lain yang mengejutkan. Pendek kata, ilmu pengetahuan terus
mencari sejumlah keajaiban baru tentang penciptaan dalam diri kelelawar, satu di antara
ribuan makhluk ciptaan Allah, Pencipta Maha Sempurna. Kelelawar hanyalah satu di
antara berjuta makhluk ciptaan Allah. Pada satu binatang ini saja,
Bahasan Utama 3
TEKNOLOGI KELELAWAR BAGI TUNANETRA
Seorang pemakai ‘Tongkat Kelelawar’

Inovasi teknologi UltraCane telah membawa perubahan besar bagi mobilitas tunanetra
maupun penderita ganggguan penglihatan yang pada tahun 2003 diperkirakan berjumlah
25 juta di negara maju.

Untuk menentukan arah ataupun mencari mangsa di malam hari, kelelawar menggunakan
suatu teknik yang dinamakan ekolokasi (dari istilah echolocation; echo: gema, suara
terpantul, dan location: penentuan letak, tempat benda). Ekolokasi adalah penentuan letak
keberadaan suatu benda dengan memanfaatkan gelombang suara yang terpantul dari
benda tersebut. Perangkat yang ada pada tubuh kelelawar ini mirip prinsip kerja sonar
dan radar dewasa ini. Tapi, sonar alami ini telah terpasang pada tubuh kelelawar sejak
puluhan juta tahun yang lalu.

Suara yang dipancarkan kelelawar termasuk ke dalam kelas frekuensi ultrasonik dan
tidak dapat didengar manusia. Gelombang suara yang terpantul – yang disebut echo atau
gema – diterima oleh alat pengindera alami yang disebut tragus dan diteruskan ke otak
untuk diterjemahkan menjadi citra lingkungan sekitarnya dalam benak kelelawar. Dengan
kata lain kelelawar bergerak di alam nyata dengan panduan citra semu dalam pikirannya,
yang sama persis dengan gambaran lingkungan sebenarnya. Dengan kemampuan ini
kelelawar dapat terbang leluasa dalam kegelapan untuk mencari makan tanpa khawatir
menabrak benda-benda lain.

Tongkat Kelelawar Si Buta

Perangkat ekolokasi pada kelelawar ini memberi ilham bagi sejumlah ilmuwan Inggris
untuk merancang alat bantu elektronik bagi para tunanetra. Meski tampak seperti tongkat
logam putih biasa yang umum dipakai tunanetra, namun alat baru ini punya kelebihan:
memunculkan citra buatan (semu) dalam otak penggunanya tentang gambaran tiga
dimensi lingkungan sekitarnya. Alat ini diproduksi oleh Sound Foresight Ltd., perusahaan
yang didirikan pada 1998 dan pada mulanya hanyalah sebuah wahana tidak resmi untuk
tukar pikiran antarpeneliti di Universitas Leeds, Inggris. Para peneliti di bidang biologi,
elektronik dan ultrasonik ini saat itu mempunyai gagasan menggabungkan keahlian
mereka di bidang ultrasonik dan pengetahuan tentang pencitraan di dalam otak. Mereka
bermaksud membuat suatu alat yang nyata-nyata diperlukan oleh mereka yang
penglihatannya terganggu. Meski kini dinamakan UltraCane (tongkat Ultra), namun
awalnya alat ini dijuluki Batcane yang berarti tongkat kelelawar, sesuai dengan yang
mengilhaminya. UltraCane menerapkan dua jenis teknologi:
Logo Sound Foresight Ltd., perusahaan yang meluncurkan UltraCane
Pertama, alat yang menerapkan teknologi terkini ini mencontoh perangkat ekolokasi
kelelawar yang mampu menemukan arah di kegelapan. UltraCane dapat memancarkan
pulsa-pulsa gelombang suara ultrasonik yang tak terdengar telinga manusia. Ketika
mengenai benda-benda di sekeliling, termasuk yang terletak setinggi kepala penggunanya
seperti kaca-spion truk, gelombang tersebut kemudian dipantulkan. Pantulan gelombang
suara yang juga tak terdengar telinga manusia ini lalu ditangkap oleh alat penerima pada
UltraCane. Pantulan suara yang diterima UltraCane ini diubah menjadi getaran yang
dirasakan oleh tangan pemakai, dan kemudian diteruskan ke otak. Informasi yang
dihasilkan oleh pantulan suara ultrasonik ini meliputi daerah depan, sisi kiri-kanan dan
juga bagian atas kepala pemakai. Kemampuan ini sangat membantu pemakai mengetahui
benda-benda penghalang di atas tanah maupun yang terjulur dari atas, baik yang ada di
depan, di sekeliling, di atas kepala maupun yang dekat kepala.
UltraCane berawal dari cita-cita beberapa pakar dari Universitas Leeds, Inggris: Prof.
Deborah Withington (tengah), ahli zoologi yang menekuni pengkajian tentang bagian
otak yang bernama superior colliculus, organ yang bekerja di bawah sadar dan menerima
informasi melalui tiga indera: penglihatan, pendengaran dan sentuhan; Dr. Dean Waters
(kiri), yang menghabiskan banyak waktunya dengan kelelawar, mempelajari bagaimana
kelelawar menggunakan ekolokasi tanpa indera penglihatan; dan Prof. Brian Hoyle
(kanan), pakar elektronika.

Kedua, alat yang dihidupkan oleh baterai jenis AA ini menerapkan sistem informasi
umpan balik yang mudah dipahami sistem pencitraan pada bagian tertentu dari otak
manusia. Hal ini memudahkan pemakai memahami kondisi di sekitarnya dengan segera,
tanpa perlu menyentuhkan tongkat UltraCane pada benda penghalang. Tongkat elektronik
ini dapat memberitahu pemakai tentang adanya benda penghalang pada jarak hingga tiga
meter di depannya.

Adanya benda penghalang ini beserta jaraknya akan diberitahukan kepada pemakai
melalui getaran tombol-tombol di bawah jari-jemari pemakai yang menggenggam alat
ini. Semakin dekat jarak pemakai dengan benda tersebut, frekuensi getaran yang
dirasakan semakin meningkat. Getaran yang dirasakan pada jari kemudian dikirim ke
otak sehingga dapat diterjemahkan menjadi citra buatan tiga dimensi dalam benak
pemakai. Dengan sedikit latihan, pemakai akan mendapatkan kemudahan dalam
mengetahui keadaan sekitarnya dan meningkatkan keleluasaan pemakai dalam bergerak.
Seperti kata Alexandra Bradstreet, seorang pemakai UltraCane, yang dilansir pada situs
resmi Sound Foresight Ltd. (www.soundforesight.co.uk) :

“Saat menggunakan alat ini, orang-orang mengira saya sedang berpura-pura buta, karena
saya dapat mengatakan pada mereka di mana letak benda-benda, kemudian
mendekatinya, dan menemukan arah dengan baik di tempat yang berbeda tanpa banyak
pertolongan dari orang lain. Terkadang saya takjub dengan diri saya sendiri.”
Pengguna UltraCane merasakan rintangan-rintangan di sekitar setelah gelombang yang
dipancarkan UltraCane dipantulkan oleh aneka rintangan di sekeliling pemakai.
Gelombang pantulan ini ditangkap kembali oleh UltraCane dan kemudian dirasakan oleh
tangan pemakai yang menggenggamnya. Otak pemakai kemudian menerjemahkan apa
yang dirasakan pada tangannya sebagai rintangan di sekelilingnya.

Dalam merancang “tongkat kelelawar” ini, Sound Foresight Ltd. bekerja sama dengan
Cambridge Consultant Ltd., sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perancangan dan
pengembangan produk, proses dan sistem baru yang inovatif. Perusahaan inilah yang
membantu mengembangkan dan membuat membuat bentuk jadi rancangan awal
UltraCane. Kerjasama ini pada akhirnya membuahkan hasil dengan diluncurkannya
Batcane yang kemudian disebut UltraCane. Sejumlah contoh alat ini telah dibuat untuk
tujuan ujicoba di empat negara: Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan Kanada. Saat ini,
dengan harga 399 poundsterling Inggris atau sekitar Rp 4 juta, UltraCane telah
mengalami berbagai penyempurnaan dari produk-produk serupa sebelumnya. Hal ini
ditujukan untuk meningkatkan keleluasaan ruang gerak dari para pemakainya, serta
sejumlah kemudahan yang diberikannya. Andrew Diston, Direktur Asosiasi Konsultan
Cambridge berkata :

“Alat ini adalah produk yang sangat kami banggakan, sebagian karena kebebasan yang
akan diberikannya pada pemakai, dan sebagian karena sifat teknologi yang kami
gunakan. Sisi yang benar-benar cerdas adalah meskipun alat ini menggunakan teknologi
sangat canggih, pengguna tidak memerlukan pengetahuan teknis apa pun...”

Inovasi teknologi UltraCane telah meningkatkan kemampuan ruang gerak tunanetra


maupun penderita ganggguan penglihatan yang pada tahun 2003 diperkirakan berjumlah
25 juta di negara maju. Sumbangsih yang besar ini, disamping keunggulan teknologi
yang digunakannya, menyebabkan UltraCane banyak mendapat penghargaan. Di
antaranya adalah Tomorrow's World Health Innovation Award, oleh NESTA (the National
Endowment for Science, Technology & the Arts) pada tahun 2002, Design Application of
the Year Award yang didukung oleh Sony untuk kategori industri elektronik Eropa pada
tahun 2003, dan Smart Funding Innovation Award. Kelebihan UltraCane lain adalah
bahwa para pengguna hanya perlu latihan sebentar agar dapat memanfaatkannya. Sektiar
73% pengguna merasa percaya diri menggunakan UltraCane meski hanya seminggu
berlatih. Manfaat besar ini diamini oleh para profesional, seperti Alan Brooks:
UltraCane, perangkat canggih bagi tunanetra yang menirusistem ekolokasi kelelawar

“...para pengembang [UltraCane] telah menghabiskan waktu untuk bertanya pada para
tunanetra, dan melibatkan mereka dalam ujicoba. Saya yakin ini akan benar-benar
bermanfaat bagi para penggunanya dari kalangan tunanetra dan mereka yang terganggu
penglihatannya.” (Alan Brooks, New Initiatives Manager The Guide Dogs for the Blind
Association)

Sehebat-hebatnya UltraCane, masih belum mampu menandingi sang pemberi ilham,


kelelawar. Kelelawar mampu menentukan seluruh informasi yang diperlukannya dengan
cukup cermat tentang jenis, ukuran, bentuk, makhluk hidup atau benda mati pada jarak 5
meter. Hebatnya lagi, kelelawar mampu melakukannya sambil bermanuver di udara.
Kemampuan ini tentunya tidak dapat dilakukan UltraCane sekalipun.
Tiga penghargaan yang diperoleh UltraCane

Demikianlah, kelelawar sebagai makhluk yang tidak berakal tetapi mampu melakukan
hal-hal yang cukup rumit yang tidak dapat diimbangi alat ciptaan manusia meskipun
menggunakan teknologi canggih seperti UltraCane di atas. Perbandingan di atas
menunjukkan lagi kepada kita salah satu bukti kehebatan ciptaan Allah. Pada segala
sesuatu di alam semesta terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya, terdapat tanda-tanda
keesaan-Nya, bagi mereka yang mau berpikir. (SoundForesight Ltd., dll/ foto:
SoundForesight/kontributor, Dian Hidayat, adalah alumni jurusan Teknik Elektro USU,
saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan PW IRM SU dan
tinggal di Medan. Email : d14n_hm@yahoo.com ) ·

Biokimia
LEBIH HEBAT DARIPADA LAMPU LISTRIK

Oleh para pakar dari perusahaan Inggris, Biotrace International, cahaya kunang-kunang
dipakai dalam teknologi pendeteksi kuman mematikan seperti E. coli atau legionella.
Penggunaan alat ini telah merambah industri makanan. Sekitar 15 juta paket alat tersebut
telah terjual.

Di malam hari, di sekitar kebun atau semak yang gelap, ada kalanya kita melihat cahaya
berpendar kuning atau hijau seperti lampu. Cahaya sekecil potongan kuku jari manis
tersebut melayang-layang di atas tanah. Itulah kunang-kunang yang dalam bahasa Inggris
disebut ”firefly”. Makhluk ini termasuk sejenis serangga bercahaya dari kelompok
kumbang (Coleoptera-Lampyridae).

“Saya Ada di Sini!”

Tampak oleh manusia, cahaya kunang-kunang layaknya kerlipan lampu kecil yang biasa
saja. Namun, penelitian mengungkap, ternyata ini adalah komunikasi dengan irama
kerlipan tertentu, menyerupai sandi Morse yang dipakai manusia dalam telegram. Pakar
biologi menemukan, cahaya yang dikeluarkan sang kumbang berperan dalam
menemukan pasangan kawin. Saat usia kawin tiba, sang jantan mencari pasangan
betinanya dengan memancarkan cahaya berkerlip. Kunang-kunang betina di sekitar yang
melihatnya akan mengeluarkan cahayanya untuk menjawab sang jantan. Sang betina
seolah memberitahu, ”saya di sini!” Dengan jawaban ini, sang jantan mengirimkan sinyal
cahaya berikutnya dengan posisi semakin mengarah ke betina. Betina pun akan
menjawab lagi, dan seterusnya, seolah saling bersahutan hingga akhirnya pasangan itu
bertemu untuk kawin.
Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan.
Betina jenis ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain,
misalnya Photuris. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photuris
pun terjebak dan dimakan oleh Photuris betina.

Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan


antar-sesama jenisnya tentang ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan
burung pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan cahaya
kunang-kunang berasa pahit. Kalaupun ada serangga pemangsa yang nekad, mereka
biasanya memakan tubuh kunang-kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian
belakang, kecuali bagian perut yang tidak dimakannya.

Lampu Dingin
Kunang-kunang ini dari spesies Pyractomena angulata, satu dari 175 spesies kunang-
kunang yang ada di Amerika Serikat. (karya Arwin Provonsa, Purdue University,
Department of Entomology)

Mengapa kunang-kunang bisa membawa ‘lampu’ ke sana kemari tanpa kepanasan? Para
peneliti tertarik akan fenomena tersebut. Karena, cahaya bola lampu listrik yang dikenal
selama ini bila menyala maka lama-kelamaan akan memanas. Dilihat dari efisiensi
energi, bola lampu listrik temuan Edison hanya mampu menghasilkan cahaya sekitar 10%
dari seluruh energi listrik yang dialirkan, sebagian besar sisanya berubah menjadi panas.
Ini menyebabkan cahaya lampu listrik panas. Sebaliknya, organ penghasil cahaya dalam
tubuh kunang-kunang melepaskan sekitar 100% energi berupa cahaya. Ini menjadikan
cahayanya dingin. Bayangkan jika cahaya kunang-kunang panas mirip lampu pijar,
mereka mungkin akan terbakar dan mati.

Cahaya kunang-kunang dikeluarkan oleh organ khusus yang tersusun atas sel-sel
penghasil cahaya yang disebut fotosit. Organ ini terletak pada ruas ke-4 atau ke-5 dari
tubuhnya. Kerlipan cahaya kunang-kunang merupakan hasil reaksi kimia yang
melibatkan zat kimia bernama luciferin yang dihasilkan sel-sel penghasil cahaya. Melalui
serangkaian tahapan reaksi kimia, luciferin dengan bantuan enzim luciferase dan
beberapa zat tertentu bereaksi membentuk sejumlah zat kimia baru dengan melepaskan
hampir 100% energi dalam bentuk cahaya. Energi yang terbuang sebagai panas sangat
sedikit sekali. Bandingkan dengan lampu listrik buatan manusia.
Selain bersinar, lampu listrik buatan manusia memancarkan energi panas yang besar.
Sebaliknya, reaksi kimia dalam tubuh kunang-kunang melepaskan sekitar 100% energi
berupa cahaya.

Untuk menjadi bentuknya yang sekarang, lampu pijar harus melalui proses penelitian
panjang, yaitu 50 tahun lebih. Perkembangan bola lampu listrik dimulai dari sejak Sir
Humprey Davy di tahun 1811. Thomas Alva Edison berhasil mengembangkannya
menjadi bola lampu listrik di tahun 1878. Saat itu Edison mengirim orang ke berbagai
penjuru dunia untuk mencari bahan terbaik sebagai kawat pijar (”filamen”) bola lampu.
Ia mencoba tak kurang dari 6000 bahan kawat atau serat, termasuk dari tumbuhan seperti
bambu, sebelum akhirnya ditemukan filamen awet yang tidak mudah terbakar dalam bola
kaca tak-beroksigen. Edison-lah yang lalu membidani berdirinya perusahaan Edison
General Electric, yang kini menjadi raksasa dunia: General Electric.

Begitulah, sejak Thomas Edison hingga kini, tak ada teknologi lampu listrik yang
menyamai lampu kunang-kunang yang dingin. Diperlukan kecerdasan dan kerja keras
banyak orang untuk menemukan bola lampu listrik terbaik. Lalu kecerdasan siapakah
yang menciptakan cahaya dingin kunang-kunang? Mungkinkah kunang-kunang sendiri
yang melakukan penelitian, mencoba-coba ribuan zat kimia, dan akhirnya menemukan
sendiri lampu hebatnya? Mustahil, sebab ia makhluk tak berakal. Lagi pula, kunang-
kunang dan cahayanya harus sudah ada sejak pertama kali ia diciptakan. Sebab, tanpa
cahayanya, kunang-kunang takkan mampu berkembang biak dan sudah punah dari dulu.
Semua ini mengarahkan kita pada kesimpulan: kunang-kunang dan cahayanya bukanlah
terbentuk setahap demi setahap dengan sendirinya, melalui peristiwa alamiah belaka, dan
tanpa penciptaan cerdas sengaja. Sedari awal, kumbang bercahaya ini mestilah diciptakan
secara sempurna, lengkap dengan cahayanya oleh Pencipta Mahacerdas. Dialah Allah,
sebaik-baik Pencipta.

Saklar Berukuran Molekul

Kunang-kunang memancarkan cahaya tidak terus-menerus, melainkan berkerlap-kerlip


atau pergantian antara menyala dan padam. Ini berarti ada mekanisme tertentu dalam
tubuhnya yang berperan menyalakan dan mematikan cahaya, ibarat tombol atau saklar
lampu listrik yang menyambung dan memutus arus listrik yang mengalir ke bola lampu
tersebut. Saklar ‘lampu kunang-kunang’ telah lama menjadi teka-teki bagi ilmuwan.
Namun, beberapa tahun lalu, Barry Trimmer dan timnya dari Tufts Univeristy, Amerika
Serikat, melaporkan temuannya tentang saklar kunang-kunang dalam jurnal ilmiah
terkemuka, Science. Barry Trimmer berkata: "Kita telah mengetahui segi kimia yang
menjadikan kunang-kunang bercahaya, tapi kita kini mendapatkan jawaban dari teka-teki
yang selama ini tak-terjawab yang menjelaskan bagaimana mereka mampu
menghidupkan dan mematikan saklarnya.” (BBC News, Sci/Tech, 28 Juni 2001).

Saklar berukuran molekul ini ternyata adalah zat kimia Nitrit Oksida (NO) yang
dihasilkan dalam tubuh kunang-kunang. Dalam penelitian itu, kunang-kunang yang
ditempatkan di kotak kecil tertutup dan diberi zat NO ternyata memancarkan cahaya
terus-menerus tanpa terputus-putus. Nitrit Oksida juga ada pada tubuh manusia, dan
berperan menjaga tekanan darah dengan melebarkan pembuluh darah, membantu sistem
kekebalan tubuh menghadapi kuman penyakit, dan menghantarkan sinyal antar-sel saraf
otak.

Detektor Bakteri dan Sel Kanker


Kolam renang, tempat pemandian umum dan industri makanan termasuk yang
diuntungkan dengan adanya kunang-kunang. Perangkat pendeteksi kuman mematikan
yang mencemarinya kini telah dibuat dengan ilham dari kunang-kunang.
Cahaya kunang-kunang kini dipakai dalam teknologi pendeteksian kuman mematikan,
seperti E. coli atau legionella, dalam kolam renang dan tempat pemandian. E coli adalah
bakteri penyebab penyakit saluran pencernaan manusia, sedangkan bakteri legionella
merupakan bakteri penyebab penyakit paru-paru (sejenis pneumonia) dengan tingkat
kematian penderita 5-15%. Kehadiran kuman tersebut di kolam renang tentunya tidak
diinginkan. Para pakar dari Biotrace International telah berhasil membuat perangkat yang
dapat mengenali keberadaan kuman-kuman tersebut dalam hitungan detik; lebih baik
daripada cara lama yang memakan waktu berhari-hari. Alat ini bekerja menggunakan
enzim luciferase kunang-kunang, yang akan menghasilkan cahaya ketika mengenai
kuman bakteri tersebut. Jumlah bakteri yang ada pun dapat ditentukan berdasarkan
kekuatan cahaya yang dihasilkan. Penggunaan alat ini telah merambah industri makanan,
dan sekitar 15 juta paket alat tersebut telah terjual, demikian menurut BBC News, 9 Mei
2003.

Dua tahun lalu, meski baru tahap uji pada tikus, hasil kerja peneliti University of
California, at Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat, menemukan bahwa zat kimia yang
menjadikan kunang-kunang bercahaya mungkin dapat membantu dokter mengetahui
penyebaran kanker prostat sehingga dapat melakukan pengobatan langsung ke arah
sasaran. Teknik rekayasa genetika digunakan untuk mengirim gen-gen zat kimia
penghasil cahaya kunang-kunang langsung ke sel-sel kanker pada tikus percobaan.
Setelah tiga minggu, kamera pencitra berhasil mengetahui sel-sel kanker pada sum-sum
tulang belakang dan paru-paru karena cahaya kunang-kunang yang dipancarkan sel
tersebut. Dr. Lily Wu, asisten profesor di UCLA, berkata: "Sekali Anda mengetahui di
mana kanker itu berada, Anda mendapatkan pegangan untuk mengobatinya. Ini jauh lebih
baik daripada mengobati keseluruhan tubuh dengan pengobatan kimia. Dengan
melekatkan cahaya pada sel-sel kanker, kita dapat berkata, ‘nah, itu dia di sana’, dan
kemudian membidiknya.” (BBC, Health, 22 Juli 2002). Kelebihan cara ini adalah,
meskipun cahaya yang dihasilkan redup dan berada di dalam tubuh, namun masih bisa
dideteksi dari luar menggunakan perangkat sensor tercanggih.

Dr. Theodossiss Theodossiou, dokter dari National Medical Laser Center Univeristy
College, London juga menggunakan teknologi pencahayaan kunang-kunang dalam
mengembangkan terapi fotodinamika. Teknik ini berupaya menghancurkan sel kanker
dari dalam tubuh dengan menyisipkan gen yang akan menjadi sumber cahay

LEBIH HEBAT DARIPADA LAMPU LISTRIK

Oleh para pakar dari perusahaan Inggris, Biotrace International, cahaya kunang-kunang
dipakai dalam teknologi pendeteksi kuman mematikan seperti E. coli atau legionella.
Penggunaan alat ini telah merambah industri makanan. Sekitar 15 juta paket alat tersebut
telah terjual.

Di malam hari, di sekitar kebun atau semak yang gelap, ada kalanya kita melihat cahaya
berpendar kuning atau hijau seperti lampu. Cahaya sekecil potongan kuku jari manis
tersebut melayang-layang di atas tanah. Itulah kunang-kunang yang dalam bahasa Inggris
disebut ”firefly”. Makhluk ini termasuk sejenis serangga bercahaya dari kelompok
kumbang (Coleoptera-Lampyridae).

“Saya Ada di Sini!”

Tampak oleh manusia, cahaya kunang-kunang layaknya kerlipan lampu kecil yang biasa
saja. Namun, penelitian mengungkap, ternyata ini adalah komunikasi dengan irama
kerlipan tertentu, menyerupai sandi Morse yang dipakai manusia dalam telegram. Pakar
biologi menemukan, cahaya yang dikeluarkan sang kumbang berperan dalam
menemukan pasangan kawin. Saat usia kawin tiba, sang jantan mencari pasangan
betinanya dengan memancarkan cahaya berkerlip. Kunang-kunang betina di sekitar yang
melihatnya akan mengeluarkan cahayanya untuk menjawab sang jantan. Sang betina
seolah memberitahu, ”saya di sini!” Dengan jawaban ini, sang jantan mengirimkan sinyal
cahaya berikutnya dengan posisi semakin mengarah ke betina. Betina pun akan
menjawab lagi, dan seterusnya, seolah saling bersahutan hingga akhirnya pasangan itu
bertemu untuk kawin.

Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan.
Betina jenis ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain,
misalnya Photuris. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photuris
pun terjebak dan dimakan oleh Photuris betina.

Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan


antar-sesama jenisnya tentang ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan
burung pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan cahaya
kunang-kunang berasa pahit. Kalaupun ada serangga pemangsa yang nekad, mereka
biasanya memakan tubuh kunang-kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian
belakang, kecuali bagian perut yang tidak dimakannya.

Lampu Dingin
Kunang-kunang ini dari spesies Pyractomena angulata, satu dari 175 spesies kunang-
kunang yang ada di Amerika Serikat. (karya Arwin Provonsa, Purdue University,
Department of Entomology)

Mengapa kunang-kunang bisa membawa ‘lampu’ ke sana kemari tanpa kepanasan? Para
peneliti tertarik akan fenomena tersebut. Karena, cahaya bola lampu listrik yang dikenal
selama ini bila menyala maka lama-kelamaan akan memanas. Dilihat dari efisiensi
energi, bola lampu listrik temuan Edison hanya mampu menghasilkan cahaya sekitar 10%
dari seluruh energi listrik yang dialirkan, sebagian besar sisanya berubah menjadi panas.
Ini menyebabkan cahaya lampu listrik panas. Sebaliknya, organ penghasil cahaya dalam
tubuh kunang-kunang melepaskan sekitar 100% energi berupa cahaya. Ini menjadikan
cahayanya dingin. Bayangkan jika cahaya kunang-kunang panas mirip lampu pijar,
mereka mungkin akan terbakar dan mati.
Cahaya kunang-kunang dikeluarkan oleh organ khusus yang tersusun atas sel-sel
penghasil cahaya yang disebut fotosit. Organ ini terletak pada ruas ke-4 atau ke-5 dari
tubuhnya. Kerlipan cahaya kunang-kunang merupakan hasil reaksi kimia yang
melibatkan zat kimia bernama luciferin yang dihasilkan sel-sel penghasil cahaya. Melalui
serangkaian tahapan reaksi kimia, luciferin dengan bantuan enzim luciferase dan
beberapa zat tertentu bereaksi membentuk sejumlah zat kimia baru dengan melepaskan
hampir 100% energi dalam bentuk cahaya. Energi yang terbuang sebagai panas sangat
sedikit sekali. Bandingkan dengan lampu listrik buatan manusia.
Selain bersinar, lampu listrik buatan manusia memancarkan energi panas yang besar.
Sebaliknya, reaksi kimia dalam tubuh kunang-kunang melepaskan sekitar 100% energi
berupa cahaya.

Untuk menjadi bentuknya yang sekarang, lampu pijar harus melalui proses penelitian
panjang, yaitu 50 tahun lebih. Perkembangan bola lampu listrik dimulai dari sejak Sir
Humprey Davy di tahun 1811. Thomas Alva Edison berhasil mengembangkannya
menjadi bola lampu listrik di tahun 1878. Saat itu Edison mengirim orang ke berbagai
penjuru dunia untuk mencari bahan terbaik sebagai kawat pijar (”filamen”) bola lampu.
Ia mencoba tak kurang dari 6000 bahan kawat atau serat, termasuk dari tumbuhan seperti
bambu, sebelum akhirnya ditemukan filamen awet yang tidak mudah terbakar dalam bola
kaca tak-beroksigen. Edison-lah yang lalu membidani berdirinya perusahaan Edison
General Electric, yang kini menjadi raksasa dunia: General Electric.

Begitulah, sejak Thomas Edison hingga kini, tak ada teknologi lampu listrik yang
menyamai lampu kunang-kunang yang dingin. Diperlukan kecerdasan dan kerja keras
banyak orang untuk menemukan bola lampu listrik terbaik. Lalu kecerdasan siapakah
yang menciptakan cahaya dingin kunang-kunang? Mungkinkah kunang-kunang sendiri
yang melakukan penelitian, mencoba-coba ribuan zat kimia, dan akhirnya menemukan
sendiri lampu hebatnya? Mustahil, sebab ia makhluk tak berakal. Lagi pula, kunang-
kunang dan cahayanya harus sudah ada sejak pertama kali ia diciptakan. Sebab, tanpa
cahayanya, kunang-kunang takkan mampu berkembang biak dan sudah punah dari dulu.
Semua ini mengarahkan kita pada kesimpulan: kunang-kunang dan cahayanya bukanlah
terbentuk setahap demi setahap dengan sendirinya, melalui peristiwa alamiah belaka, dan
tanpa penciptaan cerdas sengaja. Sedari awal, kumbang bercahaya ini mestilah diciptakan
secara sempurna, lengkap dengan cahayanya oleh Pencipta Mahacerdas. Dialah Allah,
sebaik-baik Pencipta.

Saklar Berukuran Molekul

Kunang-kunang memancarkan cahaya tidak terus-menerus, melainkan berkerlap-kerlip


atau pergantian antara menyala dan padam. Ini berarti ada mekanisme tertentu dalam
tubuhnya yang berperan menyalakan dan mematikan cahaya, ibarat tombol atau saklar
lampu listrik yang menyambung dan memutus arus listrik yang mengalir ke bola lampu
tersebut. Saklar ‘lampu kunang-kunang’ telah lama menjadi teka-teki bagi ilmuwan.
Namun, beberapa tahun lalu, Barry Trimmer dan timnya dari Tufts Univeristy, Amerika
Serikat, melaporkan temuannya tentang saklar kunang-kunang dalam jurnal ilmiah
terkemuka, Science. Barry Trimmer berkata: "Kita telah mengetahui segi kimia yang
menjadikan kunang-kunang bercahaya, tapi kita kini mendapatkan jawaban dari teka-teki
yang selama ini tak-terjawab yang menjelaskan bagaimana mereka mampu
menghidupkan dan mematikan saklarnya.” (BBC News, Sci/Tech, 28 Juni 2001).

Saklar berukuran molekul ini ternyata adalah zat kimia Nitrit Oksida (NO) yang
dihasilkan dalam tubuh kunang-kunang. Dalam penelitian itu, kunang-kunang yang
ditempatkan di kotak kecil tertutup dan diberi zat NO ternyata memancarkan cahaya
terus-menerus tanpa terputus-putus. Nitrit Oksida juga ada pada tubuh manusia, dan
berperan menjaga tekanan darah dengan melebarkan pembuluh darah, membantu sistem
kekebalan tubuh menghadapi kuman penyakit, dan menghantarkan sinyal antar-sel saraf
otak.

Detektor Bakteri dan Sel Kanker


Kolam renang, tempat pemandian umum dan industri makanan termasuk yang
diuntungkan dengan adanya kunang-kunang. Perangkat pendeteksi kuman mematikan
yang mencemarinya kini telah dibuat dengan ilham dari kunang-kunang.

Cahaya kunang-kunang kini dipakai dalam teknologi pendeteksian kuman mematikan,


seperti E. coli atau legionella, dalam kolam renang dan tempat pemandian. E coli adalah
bakteri penyebab penyakit saluran pencernaan manusia, sedangkan bakteri legionella
merupakan bakteri penyebab penyakit paru-paru (sejenis pneumonia) dengan tingkat
kematian penderita 5-15%. Kehadiran kuman tersebut di kolam renang tentunya tidak
diinginkan. Para pakar dari Biotrace International telah berhasil membuat perangkat yang
dapat mengenali keberadaan kuman-kuman tersebut dalam hitungan detik; lebih baik
daripada cara lama yang memakan waktu berhari-hari. Alat ini bekerja menggunakan
enzim luciferase kunang-kunang, yang akan menghasilkan cahaya ketika mengenai
kuman bakteri tersebut. Jumlah bakteri yang ada pun dapat ditentukan berdasarkan
kekuatan cahaya yang dihasilkan. Penggunaan alat ini telah merambah industri makanan,
dan sekitar 15 juta paket alat tersebut telah terjual, demikian menurut BBC News, 9 Mei
2003.

Dua tahun lalu, meski baru tahap uji pada tikus, hasil kerja peneliti University of
California, at Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat, menemukan bahwa zat kimia yang
menjadikan kunang-kunang bercahaya mungkin dapat membantu dokter mengetahui
penyebaran kanker prostat sehingga dapat melakukan pengobatan langsung ke arah
sasaran. Teknik rekayasa genetika digunakan untuk mengirim gen-gen zat kimia
penghasil cahaya kunang-kunang langsung ke sel-sel kanker pada tikus percobaan.
Setelah tiga minggu, kamera pencitra berhasil mengetahui sel-sel kanker pada sum-sum
tulang belakang dan paru-paru karena cahaya kunang-kunang yang dipancarkan sel
tersebut. Dr. Lily Wu, asisten profesor di UCLA, berkata: "Sekali Anda mengetahui di
mana kanker itu berada, Anda mendapatkan pegangan untuk mengobatinya. Ini jauh lebih
baik daripada mengobati keseluruhan tubuh dengan pengobatan kimia. Dengan
melekatkan cahaya pada sel-sel kanker, kita dapat berkata, ‘nah, itu dia di sana’, dan
kemudian membidiknya.” (BBC, Health, 22 Juli 2002). Kelebihan cara ini adalah,
meskipun cahaya yang dihasilkan redup dan berada di dalam tubuh, namun masih bisa
dideteksi dari luar menggunakan perangkat sensor tercanggih.

Dr. Theodossiss Theodossiou, dokter dari National Medical Laser Center Univeristy
College, London juga menggunakan teknologi pencahayaan kunang-kunang dalam
mengembangkan terapi fotodinamika. Teknik ini berupaya menghancurkan sel kanker
dari dalam tubuh dengan menyisipkan gen yang akan menjadi sumber cahaya ke sel
kanker itu sendiri. Setelah bercahaya layaknya kunang-kunang, sel kanker dipicu untuk
menghasilkan zat racun yang kemudian memaksa sel kanker itu menghancurkan dirinya
sendiri.

Para peneliti juga terilhami menggunakan teknologi pencahayaan kunang-kunang untuk


berbagai hal, termasuk untuk memantau baik tidaknya teknik pengobatan baru bekerja.
Di Michigan University, Amerika Serikat, dilaporkan bahwa teknologi ini dapat dipakai
untuk mempercepat pengujian obat baru untuk penyakit seperti kanker, stroke, AIDS,
kelainan kekebalan tubuh, penyakit darah, kerusakan akibat serangan jantung, penyakit
karena kerusakan saraf, dan aneka kelainan lain yang memerlukan pembunuhan sel oleh
obat, atau untuk menghentikan kematian sel. Teknik ini juga dapat dipakai untuk
memonitor berbagai proses yang terjadi di tingkat sel.

Teknologi penggunaan cahaya kunang-kunang dalam beragam bidang oleh para pakar ini
pastilah bukti akan kesempurnaan penciptaan kunang-kunang yang tak dapat dibuat oleh
para pakar tersebut, dan mengilhami teknologi mereka. Semua ini merupakan cerminan
kecerdasan tak tertandingi dari sang Pencipta, Allah SWT. Dialah Yang Maha Pemurah,
yang menciptakan segala makhluk agar dipikirkan dan dimanfaatkan demi kemaslahatan
manusia. Seharusnyalah manusia mengagungkan Allah, menghamba dan bersyukur
kepadaNya. (Dr. Tati S. Subahar - Penulis adalah staf pengajar di Jurusan Biologi, Institut
Teknologi Bandung, Jalan Ganesa 10, Bandung – 40132. Tel./fax. (022) 2500258, e-mail
tati@bi.itb.ac.id).

Teknologi Desain
STASIUN KERETA API SERANGGA

Kemampuan menciptakan dari ketiadaan, tanpa contoh dan tanpa awal hanyalah milik
Allah semata. Bahkan manusia, sang perancang aneka teknologi itu sendiri adalah salah
satu ciptaan-Nya yang mengagumkan. Allah telah menciptakan seluruh makhluk-Nya
termasuk manusia dari ketiadaan dan menganugerahi manusia keahlian merancang.

Dalam banyak hal yang kita anggap adalah hasil rancangan manusia, ternyata sudah ada
contohnya di alam. Bentuk-bentuk dan produk-produk teknologi yang muncul melalui
penelitian tahun demi tahun, telah ada padanannya di alam sejak jutaan tahun
sebelumnya. Padanannya di alam ini selalu jauh lebih canggih dan sempurna. Sadar akan
kenyataan tersebut, para perancang, arsitek, dan ilmuwan memilih untuk mengikuti sifat-
sifat yang dicontohkan pada ciptaan Allah dalam merancang produk baru.
Di bidang arsitektur, bangunan yang dirancang meniru makhluk hidup di alam kini
merupakan fenomena baru, sehingga dikenallah istilah “Zoomorphic” atau arsitektur
meniru binatang. “Zoomorphic adalah perpaduan antara arsitektur dan biology”, menurut
Hugh Aldersey-Williams, kepala museum Victoria and Albert di London, Inggrism, yang
beberapa waktu lalu mengadakan pameran tentang zoomorphic. Sejumlah bangunan yang
terilhami binatang telah dididrikan, di antaranya meniru bentuk burung, ikan, udang,
paus, atau bentuk-bentuk biologis seperti tulang, iga, dan mata serangga. Salah satu
contohnya adalah stasiun kereta api di Prancis sebagaimana tampak pada gambar.

Tidak hanya arsitek yang memanfaatkan pengkajian terhadap penciptaan. Para insinyur
yang mengembangkan teknologi robot juga meneliti serangga sebagai sumber ilham.
Robot yang dibangun berdasarkan kaki serangga terbukti dapat berdiri dengan
keseimbangan yang lebih baik. Ketika bantalan penghisap dipasangkan pada kaki-kaki
robot ini, mereka mampu memanjat dinding layaknya seekor lalat. Suatu robot yang
dikembangkan oleh sebuah perusahaan Jepang mampu berjalan di langit-langit layaknya
serangga. Perusahaan tersebut menggunakan robot ini untuk memeriksa bagian bawah
jembatan dengan menggunakan sensor yang ditempelkan ke badannya.

Angkatan bersenjata Amerika diketahui meneliti mesin-mesin yang amat kecil (mesin
mikro) sejak lama. Menurut Professor Johannes Smith, suatu motor yang berukuran
kurang dari 1 milimeter mampu menggerakkan suatu robot seukuran semut. Robot seperti
ini sedang dipertimbangkan untuk digunakan sebagai pasukan kecil yang terdiri atas
robot-robot yang menyerupai semut untuk menembus dari balik pertahanan lawan tanpa
diketahui dan merusak mesin-mesin jet, radar dan pusat komputer. Dua perusahaan
industri terbesar di Jepang, Mitsubishi dan Matsushita, telah mengambil langkah awal
untuk bekerja sama dalam bidang tersebut. Hasil dari kerjasama tersebut adalah robot
yang amat kecil dengan berat 0,42 gram dan berjalan dengan kecepatan 4 meter per
menit.

Karya arsitektur hebat dan rancangan robot-robot ini adalah hasil gagasan dan kerja para
perancang dan pakar jenius. Lantas kecerdasan macam apakah yang menghasilkan karya
berupa binatang yang mengilhami karya mereka? Tentu saja, ilmu pengetahuan dan
kekuasaan tak terbatas milik Allah-lah yang berada di balik penciptaan binatang,
termasuk manusia yang mengambil contoh dari binatang itu. Allah mengajarkan
kesempurnaan desain dan rancangan ciptaan-Nya untuk ditiru manusia, sekaligus agar
manusia memahami kebesaran Sang Pencipta.

Keruntuhan Teori Evolusi


Benar-Benar Berwajah Kera
Makhluk yang dinamai Australopithecus oleh evolusionis sesungguhnya hanyalah jenis
kera yang telah punah...

Australopithecus berarti "kera daerah selatan". Seluruh spesies Australo- pithecus, yang
dimasukkan ke dalam pengelompokan yang berbeda, sebenarnya hanyalah jenis kera
punah yang menyerupai kera zaman sekarang. Ukuran tengkorak mereka adalah sama,
atau lebih kecil dari simpanse yang kita temui sekarang. Terdapat bagian-bagian
menonjol di bagian tangan dan kaki yang mereka gunakan untuk memanjat pohon, persis
seperti simpanse masa kini, dan kaki mereka memiliki kemampuan untuk berpegangan
pada dahan pohon. Banyak ciri lain seperti dekatnya jarak kedua mata, gigi geraham yang
tajam, struktur rahang bawah, lengan yang panjang, kaki yang pendek, yang
membuktikan makhluk ini tidaklah berbeda dari kera masa kini.

Evolusionis menyatakan, walaupun jenis Australopithecus memiliki anatomi kera,


mereka berjalan tegak seperti manusia.

Dua ahli anatomi terkenal tingkat dunia asal Inggris dan USA, Lord Solly Zuckerman dan
Prof. Charles Oxnard, telah melakukan penelitian mendalam tentang berbagai spesimen
Australopithecus. Penelitian mereka mengungkapkan makhluk ini bukanlah bipedal atau
berjalan dengan dua kaki, dan memiliki cara berjalan yang serupa dengan kera zaman
sekarang. Setelah meneliti tulang-tulang dari fosil tersebut selama 15 tahun, dengan
bantuan dana dari pemerintah Inggris, Lord Zuckerman dan timnya yang beranggotakan 5
orang spesialis sampai pada kesimpulan - walaupun Zuckerman sendiri adalah
evolusionis - bahwa Australopithecines hanyalah jenis kera biasa dan sama sekali bukan
bipedal – berjalan diatas dua kaki (Solly Zuckerman, Beyond The Ivory Tower, New
York: Toplinger Publications, 1970, hal. 75-94.). Di samping itu, Oxnard, yang juga
seorang evolusionis, juga menyerupakan struktur rangka Australopithecus dengan orang
utan modern. (Charles E. Oxnard, "The Place of Australopithecines in Human Evolution:
Grounds for Doubt", Nature, Vol 258, hal. 389.).

Analisis mendalam yang dilakukan oleh antropolog Amerika Holly Smith pada tahun
1994 tentang gigi-gigi Australopithecus menunjukkan bahwa Australopithecus adalah
sejenis kera. (Holly Smith, American Journal of Physical Antropology, Vol 94, 1994, hal.
307-325.)

Pada tahun yang sama, Fred Spoor, Bernard Wood dan Frans Zonneveld, seluruhnya ahli
anatomi, mencapai kesimpulan yang sama melalui metoda yang sama sekali berbeda.
Metoda ini berdasarkan pada analisis perbanding-an rongga semi-sirkular pada telinga
bagian dalam manusia dan kera yang berfungsi menjaga keseimbangan. Rongga telinga
bagian dalam dari semua spesimen Australopithecus yang diteliti oleh Spoor, Wood dan
Zonneveld ternyata sama seperti yang terdapat pada kera modern. (Fred Spoor, Bernard
Wood, Frans Zonneveld, "Implication of Early Hominid Labryntine Morphology for
Evolution of Human Bipedal Locomotion", Nature, Vol 369, 23 June 1994, hal. 645-648.)
Penemuan ini sekali lagi menunjukkan jenis Australopithecus adalah spesies yang
menyerupai kera modern.

Iptek Anak
SEBERAT 25-30 EKOR GAJAH

Penghuni terbesar lautan adalah ikan paus. Jenis ikan paus yang dikenal sebagai “ikan
paus biru” mempunyai berat lebih dari 150,000 kilogram dan panjangnya lebih dari 30
meter. Untuk bisa lebih membayangkan ukuran ikan paus ini, coba lihat bangunan
bertingkat lima, ikan paus biru panjangnya sama dengan tinggi bangunan tersebut.
Sementara itu, ingat bahwa berat ikan paus sama dengan berat 25 sampai 30 ekor gajah.

Baiklah, bagaimana seekor ikan raksasa dapat menyelam hingga kedalaman 800 – 1000
meter dan kembali ke permukaan dengan mudah? Sebagai contoh, bayangkan sebuah
kapal dengan bobot 150 ton dan panjang 30 meter. Jika kapal itu tenggelam ke dasar laut
sedalam 1000 meter, akan membutuhkan operasi besar-besaran selama bertahun-tahun
untuk mengangkatnya kembali. Namun dengan ijin Allah, seekor paus dapat muncul ke
permukaan dalam waktu 15 – 20 detik saja. Karena tulang ikan paus terbuat dari bahan
berongga yang terisi minyak, ia dapat dengan mudah mengapung di permukaan air.

Ikan paus juga sangat terampil menyelam. Allah telah menciptakan tubuhnya sangat
tahan terhadap tekanan yang tinggi di kedalaman air laut. Oksigen yang mengalir dalam
darah dan otot-ototnya bercampur dengan zat-zat kimia memberinya tenaga saat di dalam
air atau saat tidak bernapas. Paus mempunyai sistem peredaran darah yang khas yang
dapat mengalirkan darah secara langsung dari organ menuju otak. Melalui cara ini,
sampai saat ikan paus muncul di permukaan air untuk bernapas, ia tetap dapat mengirim
oksigen di dalam tubuhnya secara langsung ke otak, organ yang paling membutuhkan
oksigen.

Sistem hebat yang membuat kagum para ilmuwan ini adalah perwujudan dari kehebatan
Allah. Melalui cara ini ikan paus dapat tetap berada di bawah laut selama kurang lebih 15
– 20 menit tanpa bernapas. Selain itu, tidak seperti manusia, ikan paus tidak menderita
‘bend’ (kejutan) ketikan muncul secara cepat ke permukaan air.

Kalian mungkin akan bertanya apa itu ‘bend’. ‘Bend’ adalah rasa sakit akibat penurunan
tekanan di sekitar kita secara tiba-tiba. Saat penyelam ingin menyelam jauh ke dalam air,
mereka berhenti sejenak di kedalaman tertentu dan menyesuaikan tubuhnya dengan
tekanan di sekitarnya agar tidak terpengaruh oleh perubahan tekanan air. Cara ini
membuat mereka mampu menyelam sangat dalam secara perlahan-lahan. Tapi ingat
mereka perlu berhenti dan beristirahat pada jarak tertentu selama mereka kembali ke
permukaan air. Jika tidak, pembuluh darah penyelam akan sakit atau pecah yang dapat
mengakibatkan kematiannya. Ikan paus tidak mempunyai masalah tersebut, karena Allah
telah memberi makhluk hidup apa yang diperlukan untuk hidup di lingkungannya. Ikan
laut dapat hidup di lautan seperti halnya manusia yang dapat hidup di daratan.

Kalian mungkin tahu bahwa ikan paus menyemburkan air dari lubang di atas kepalanya.
Tahukah kalian bahwa lubang itu memang hidungnya? Ikan paus menggunakan
hidungnya hanya untuk bernapas. Banyak orang berpikir bahwa ikan paus hanya
menyemburkan air dari lubang tersebut. Yang benar adalah, ikan paus melepaskan udara
dari dalam paru-parunya. Karena udara ini mengandung uap air dan suhunya lebih panas
daripada udara luar, ini tampak sebagai air dari kejauhan.

Seperti mamalia lainnya, ikan paus juga menyusui anaknya. Tapi bayi ikan paus tidak
menyusu induknya karena mereka beresiko menelan air laut. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, air laut berbahaya bagi ikan paus. Yang menarik, seperti halnya
ikan lumba-lumba, ada otot yang mengelilingi kelenjar susu ikan paus betina. Ketika ikan
paus menggerakkan otot ini, tekanan yang dihasilkan membuat induk tersebut mampu
menyemprotkan air susu langsung ke dalam mulut bayinya. Air susu ikan paus berbeda
dengan yang biasa kita kenal. Bentuknya hampir seperti padatan dan sangat berlemak.
Karena wujudnya seperti itu, air susu tersebut tidak dapat tercampur dengan air laut. Zat
yang diminum – atau lebih tepatnya dimakan – bayi ikan paus tersebut akan terlarut di
dalam perut. Makanan yang terlarut ini juga mengandung air yang dibutuhkan oleh bayi
ikan paus. Seperti yang telah kita ketahui, Allah telah menyediakan bayi ikan paus
dengan makanan yang paling sempurna.

Lapisan berminyak, yang tembus pandang menutupi mata ikan paus untuk melindunginya
dari berbagai dampak membahayakan dari air laut. Ikan paus mempunyai indera peraba
dan pendengaran yang tajam. Ia mengetahui arah di dalam air dengan mengikuti gema
suara yang dibuatnya. Cara kerja indera tersebut mirip dengan radar. Sesungguhnya,
keistimewaan ikan paus ini menjadi ilham bagi pembuatan radar. Para ilmuwan
mempercayai bahwa suara-suara yang ditimbulkan oleh ikan paus berisi bahasa yang
sangat rumit. Bahasa ini sangat penting dalam hubungan dan komunikasi di antara
mereka.

Serajah
GEREJA SETAN dan BAPHOMET
(Menguak Sejarah Setanisme - bagian ke-2)

Setanisme secara singkat dapat diartikan sebagai penyembahan setan dan menjadikannya
sebagai tuhan. Selain menolak Allah, semua agama dan nilai keagamaan, gerakan jahat
ini memiliki ajaran melaksanakan hal-hal yang oleh agama dianggap berdosa. Setanisme
juga menerima setan, lambang kejahatan, sebagai pemimpin dan pembimbing.

Sejarah Gelap Setanisme


Kaum Setanis, yakni para pengikut ajaran setanisme, sudah ada dan melaksanakan
kegiatan keji mereka di setiap tahap sejarah dan dalam setiap peradaban, dari Mesir kuno
sampai Yunani kuno, serta sejak Abad Pertengahan sampai hari ini. Di antara abad ke-14
dan ke-16, para tukang sihir dan orang yang menolak agama sama-sama memuja setan.
Setelah tahun 1880-an, di Prancis, Inggris, Jerman, dan sekaligus di berbagai negara lain
di Eropa dan Amerika, Setanisme diatur dalam perkumpulan dan tersebar di kalangan
orang yang mencari keyakinan dan agama lain.

Penyembahan setan terus berlanjut sejak abad ke-19, mula-mula sebagai Setanisme
tradisional, lalu dalam aliran sesat yang lebih kecil yang merupakan pecahannya. Upacara
kejam yang dilakukan oleh tilamg sihir dan orang-orang tak bertuhan, pengorbanan anak
dan orang dewasa kepada setan, perayaan Misa Hitam dan upacara Setanisme tradisional
lainnya telah diwariskan diam-diam secara turun temurun.

Lambang Setanisme tradisional yang terpenting adalah dewa Romawi kuno Baphomet.
Pada waktu itu, Baphomet menjadi lambang bagi orang yang memuja setan. Para ahli
sejarah yang menelusuri asal-usul sosok berkepala kambing ini telah menemukan
beberapa petunjuk penting tentang kegiatan Setanis. Lambang Setanis terpenting kedua
adalah pentagram, yaitu bintang bersegi lima di dalam lingkaran. Yang menarik, ada dua
perkumpulan rahasia lainnya di samping para Setanis yang menggunakan Baphomet dan
pentagram sebagai lambang. Yang pertama adalah perkumpulan Kesatria Biara Yerusalem
(Knight Templars), yaitu perkumpulan yang dituduh oleh Gereja Katolik sebagai
penyembah setan, dan dibubarkan pada tahun 1311. Perkumpulan lainnya adalah
perkumpulan Mason yang telah bertahun-tahun lamanya menimbulkan rasa penasaran
karena kerahasiaan dan upacaranya yang aneh.

Banyak ahli sejarah, yang telah menyelidiki masalah itu, percaya bahwa terdapat
hubungan antara Kesatria Biara Yerusalem dengan perkumpulan Mason. Menurut
mereka, kedua kelompok itu saling melanjutkan satu sama lain. Sesudah Kesatria Biara
Yerusalem dilarang oleh Gereja, perkumpulan itu melanjutkan keberadaannya secara
rahasia dan akhirnya berubah menjadi paham Mason. Yang pasti tentang Freemasonry
adalah, perkumpulan ini bersifat amat rahasia, punya susunan organisasi, dengan anggota
di seluruh pelosok dunia. Uraian yang diberikan para ahli seperti Leo Taxil, yang pernah
menjadi seorang Mason, namun telah keluar dari perkumpulan itu, mengatakan bahwa
para Mason amat menghormati Baphomet dan melangsungkan upacara yang menyerupai
tata-cara penyembahan setan. Kenyataan lain yang menimbulkan kecurigaan adalah
bahwa banyak pengikut Setanisme yang kemudian menjadi anggota organisasi Masonis.

Kini, Setanisme telah meninggalkan upacara dan markasnya yang rahasia itu, untuk
keluar ke jalan-jalan. Para Setanis bergiat di setiap negara untuk menyebarkan ajarannya
dengan gigih dalam buku-buku, terbitan berkala, dan terutama di Internet dalam usaha
mereka menarik anggota. Tak peduli di negara mana pun mereka berada, para Setanis
menampilkan citra yang sama. Cara berpakaian, tata cara penyembahan, kesamaan surat
yang mereka tinggalkan sebelum melakukan bunuh diri dan ciri lainnya menunjukkan
bahwa Setanisme bukanlah gerakan biasa yang dipenuhi para penganggur, melainkan
sebuah organisasi yang sengaja bersandar pada landasan pemikiran.

Gereja Setan

Meskipun keberadaan para penyembah Setan telah diketahui selama bertahun-tahun, tak
seorang pun muncul dan mengakui secara terbuka bahwa mereka adalah penganut
Setanisme. Setanisme pertama kali menjadi gerakan yang terbuka dan teratur di tahun
1960-an di Amerika Serikat. Tanggal 30 April 1966, Gereja Setan dibentuk di California.
Pendiri gereja aneh ini adalah seorang penganut Setanisme yang bernama Anton Szandor
LaVey yang menyatakan dirinya sebagai pendeta tinggi. Dikenal sebagai Paus Hitam,
LaVey menulis buku-buku tempat dia merumuskan pandangan-pandangannya mengenai
Gereja Setan. Judul buku-buku itu menakutkan: “Kitab Suci Setan, Upacara Setanis,
Penyihir Setanis, Buku Catatan Setan dan Setan Berbicara”. LaVey meninggal di tahun
1997. Diperkirakan bahwa Gereja Setan memiliki sekitar 10 ribu anggota di Amerika
Utara, dan meskipun banyak menerima tuntutan hukum, kegiatan dan upacaranya terus
berjalan.

Setanisme dan Materialisme

Suatu ciri kaum Setanis masa kini adalah, mereka semua ateis (tidak mengakui Tuhan).
Mereka juga sekaligus kaum materialis, artinya, mereka hanya percaya kepada
keberadaan benda belaka. Mereka mengingkari adanya Tuhan dan semua makhluk gaib.
Oleh karena itu, kaum Setanis tidak percaya kepada setan sebagai makhluk yang nyata.
Meskipun disebut sebagai penyembah setan, mereka tidak mengakui adanya setan. Bagi
kaum Setanis, setan hanyalah lambang yang menyatakan permusuhan mereka terhadap
agama dan kekerasan hati mereka. Dalam sebuah tulisan yang berjudul “Pengantar
Setanisme” yang diterbitkan Gereja Setan, dinyatakan bahwa para Setanis sebenarnya
adalah ateis:

Setanisme adalah sebuah agama yang tak mengenal Tuhan, mirip seperti ajaran Budha.
Tidak ada yang perlu ditakuti selain akibat tindakan kita. Kaum Setanis tidak percaya
adanya Allah, malaikat, surga atau neraka, iblis, setan, ruh jahat, ruh baik, peri, atau
makhluk gaib yang jahat. …Setanisme bersifat ateis …Otodeis: kami menyembah diri
kami sendiri. …Setanisme adalah materialis … Setanisme adalah lawan agama. (Vexen
Crabtree, “A Description of Satanisme”)

Singkatnya, ini adalah hasil filsafat kebendaan dan tak mengenal Tuhan yang telah
tersebar sejak abad ke-19. Seperti filsafat ini, Setanisme menyandarkan diri pada teori
yang dianggap ilmiah: Teori Evolusi Darwin. (bersambung).

Tafakkur
Tidak Melebihi Kemampuan
Allah menguji setiap manusia dengan ujian yang beragam jenis. Akan tetapi, Dia tak
pernah membebani seseorang melebihi apa yang ia mampu. Ini adalah janji Allah,

"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak
memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya,
mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya." (QS. Al A'raaf, 7:
42)

Penyakit, kecelakaan, dan segala macam bentuk ujian yang dihadapi seseorang dalam
kehidupan dunia, adalah dalam batasan kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
Dalam beberapa peristiwa, seseorang bisa saja merasa telah melakukan segala yang
memungkinkannya keluar dari masalah, namun ia tidak kunjung melihat jalan keluar.
Karena lalai bahwa pasti ada kebaikan dalam peristiwa tersebut, ia memberontak dan
marah. Ini adalah tanggapan tak berguna yang diembuskan setan. Apa pun yang
dihadapinya dalam hidup, seorang mukmin yang ikhlas harus tetap ingat bahwa ia
dihadapkan pada keadaan yang di dalamnya ia dapat menetapi kebajikan dan kesabaran.
Jika ia putus asa, itu hanyalah tipu daya setan. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk
tidak berputus asa.

"Dan tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki dan


menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya? Sesungguhnya, pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman. Katakanlah,
'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan
kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang
azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).'" (QS. Az Zumar, 39: 52-54)

Seseorang yang menerima dan berusaha menetapi perintah Allah tersebut mengetahui
bahwa dari kebaikan akan timbul kebaikan pula. Seseorang yang putus asa akan sendirian
di dunia ini dan tidak mempunyai jalan keluar. Allah mengatakan pada kita bahwa
mereka yang putus asa terhadap kasih Allah adalah orang-orang yang tidak beriman,

"… dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf, 12: 87)

Dalam menetapi perintah Allah, seorang mukmin harus mencoba mendapatkan


pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang terjadi di sekitarnya melalui
perenungan. Ketika seorang mukmin menemukan kesulitan, kesulitan itu membuatnya
sadar bahwa ada kebaikan di dalamnya dan ia memastikan bahwa selama cobaan itu, ia
menjadi bersemangat, sabar, pemurah, setia, tekun, pengasih, dan penuh pengorbanan.
Sikap sabar, bijaksana, cerdas, tenang, memaafkan, menyayangi, semuanya menunjukkan
tingkatan kemuliaan seorang mukmin dan menawarkan kebahagiaan kepada manusia
yang hanya didapatkan dari keimanan.

Anda mungkin juga menyukai