DI
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : SABARIAH
MPM : 0711010100
UNIT : II
DOSEN PEMBIMBING : Drs. IBRAHIM SUFIE M.Pd
c c
c
c
c
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah
memberikan kepada kita sehat badan maupun pikiran,baik nikmat iman maupun
nikman islam yang sangat bagi kehidupan kita dan tak lupa pula selawat dan salam
selalu kita limpahkan kebaginda Rasulullah SAW.yang telah membawa umatnya dari
alam jahilliah ke alamislamiah,dari alam kebodohan kea lam yang penuh ilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Akhirnya kepada ALLAH jualah semua kita kembalikan dengan iringan doa
sehingga makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi saya dan dapat
menambah pengetahuan bagi kita semua
Pada massa sekarang bola lampu telah menjadi bagian penting dalam
kehidupan manusia. Kini, jutaan bola lampu mungil bersama-sama menerangi kota-
kota besar di seluruh dunia. Penerangan menjadi suatu simbol penting bagi
peradaban ini. Namun, ada sumber penerangan lain. Kita tentunya pernah menjumpai
cahaya kecil yang menerangi kegelapan malam hari. Cahayanya begitu kuat dan
terang, namun sumber penerangan ini sangatlah berbeda dengan bola lampu. Bahkan
ia sama sekali bukanlah benda, melainkan makhluk hidup. Ia adalah seekor kunang-
kunang.
Jika kita lihat cahaya kunang-kunang yang begitu indah, ketika matahari
mulai terbenam dan malam mulai gelap. Kelap-kelip seperti lampu yang
berterbangan di angkasa, layaknya ribuan bintang yang menghiasi tata surya.
Sebagian dari orang mungkin pernah menangkapnya yang terpesona oleh
keanehannya karena perut serangga itu bercahaya layaknya lampu kedap-kedip di
kota-kota besar. Bagian perut kunang-kunang yang terlihat bercahaya itu sejak dulu
sungguh menarik perhatian manusia.
Makhluk kecil ini menghasilkan cahaya dalam tubuhnya meski ia tidak
memiliki bola lampu. Meskipun tidak menggunakan listrik, ia memiliki teknologi
yang jauh lebih hebat. Teknologi ini lebih efektif dari bola lampu yang mampu
merubah sepuluh persen saja dari energinya menjadi cahaya, sedangkan sembilan
puluh persen sisanya berubah dan hilang menjadi panas. Sebaliknya, kunang-kunang
mampu menghasilkan hampir seratus persen cahaya dari energi yang ada. Ini
dikarenakan disain sempurna pada sistem penghasil cahaya yang dimilikinya.
Sudah begitu banyak penelitian mengenai fenomena romantik pada
serangga yang bercahaya di malam hari itu. Peneliti sudah banyak tahu tentang
bagaimana energi kimiawi pada makhluk biologis bisa dikonversi menjadi cahaya.
Fenomena ini dikenal dengan nama bioluminescent. Salah satu spesies ubur-ubur laut
juga dikenal mempunyai kemampuan bioluminescent ini. Tetapi belum banyak yang
tahu misteri tentang penyebab adanya cahaya kedap-kedip pada kunang-kunang.
Untuk itu perlu diungkap lebih dalam lagi tentang misteri terbentuknya kedap-kedip
cahaya kunang-kunang.
! ""#
Berdasarkan latar belakang di atas kita dapat mengambil suatu rumusan masalah,
yaitu sebagai berikut:
1.Y Apakah penyebab dari adanya cahaya kedap-kedip pada kunang-kunang di
malam hari yang menghiasi gelapnya malam?
2.Y Apakah fungsi dari cahaya kedap-kedip pada kunang-kunang tersebut?
$ %
Berdasarkan rumusan masalah di atas kita dapat mengambil suatu tujuan makalah, yaitu
sebagai berikut:
1.Y Ingin mengetahui penyebab dari adanya cahaya kedap-kedip pada kunang-
kunang di malam hari yang menghiasi gelapnya malam
2.Y Ingin mengetahui fungsi dari cahaya kedap-kedip pada kunang-kunang tersebut
&' ("
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
rY Meningkatkan pengetahuan tentang penyebab adanya cahaya kunang-kunang.
rY Meningkatkan pengetahuan tentang fungsi dari cahaya kunang-kunang
rY Memberi masukan kepada masyarakat tentang pengembangan sumber cahaya
yangbaik.
BAB I I
Pembahasan
2.1 KLASIFIKASI
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Infrakelas : Neoptera
Superordo : Endopterygota
Ordo : Coleoptera
Subordo : Polyphaga
Infraordo : Elateriformia
Superfamili : Elateroidea
Famili : Lampyridae Latreille, 1817
Subfamilies : Cyphonocerinae, Lampyrinae, Luciolinae, Ototetrinae,
Photurinae
Genus incertae sedis: Pterotus
Ciri-ciri kunang-kunang
1.Y Mempunyai dua pasang sayap
2.Y Sayap depan keras,tebal mengandung zat tanduk disebut dengan elytra,sayap
belakang seperti selaput.
3.Y Mengalami metamorfosis sempurna
4.Y Tipe mulut menggigit.
2.2YPENGERTIAN KUNANG-KUNANG
2.3.ANATOMI
rY memiliki bentuk tubuh pipih memanjang, agak cembung, bagian dorsal tubuh
ditumbuhioleh rambut-rambut halus, setae atau duri-duri kecil, dengan
panjang tubuh 5-20 mm.
rY Perbandingan panjang kepala dengan lebar kepala adalah 1 atau kurang dari
1. Kepalaseluruhnya tertutup oleh pronotum jika dilihat dari atas.
rY Mata terdiri dari mata majemuk(faset) dengan ommatidium tipe exocone,
tanpa mata tunggal (ocelli), diameter horizontalmata dua kali diameter
vertikal mata.
rY Antena 8-15 ruas, panjangnya kurang dari atau bisamencapai pertengahan
prothoraks. Tipe antena yaitu filiformis, moniliformis, serrate,flabellate atau
plumosa. Bagian anterolateral pronotum tidak mengeras.
rY Sayap belakang sudah berkembang, adayang tereduksi menjadi pendek dan
ada juga yang tidak memiliki sayap belakang.
rY Abdomen dengan ventrit abdominal 7-8 ruas. Tergit dan sternit ke-7
dipisahkan olehsutura. Ruas abdomen terakhir bercahaya, tetapi ada juga
tidak menghasilkan cahaya.
rY Lampyrinae tersebar hampir diseluruh wilayah di dunia, tetapi tidak
ditemukan diAustralia dan New Zealand. Daerah biogegografi yaitu Nearctic,
Palearctic, Neotropical,Afrotropical, dan Oriental.
&
))
Betina akan meletakan telur sekitar seratus butir atau lebih di tanah, didasar
pohon. Telur akan menetas dalam 2-4 minggu. Kebanyakkan larva kunang-kunang
ditemukan di kayu-kayu yang telah membusuk atau serasah hutan atau di daerah
lembab ditepi sungai dan kolam pada malam hari. Beberapa spesies asia hidup dalam
air (sehubungan ditemukanya insang trakeal ) yang hidup di bawah air.Larva instar
tiga sampai instar enam Luciola substiata berenang dan hidup di dalam air.Kecepatan
berenang larva tersebut lebih kurang 0,9 m/jam .Larva bersifat karnifora, memakan
serangga lain, siput dan ³slug´. spesies tropical genus Pyractomena bersifa arboreal,
memakan siput arboreal dan pupanya mengantung di bawah daun seperti hal kupu-
kupu chrysalis Larva akan hidup setara satu atau dua tahun .
*
+
1.Y ("("#,c
Pada bagian perut kunang-kunang terdapat lentera yang menjadi sumber
cahaya. Lentera serangga ini terdiri dari beberapa lapisan sel pemantul cahaya dan
satu lapisan yang terdiri dari ribuan sel photocyte. Sel photocyte ini terletak pada
cincin di sekeliling sel trakea. Sel ini banyak mengandung senyawa protein luciferin.
Luciferin kemudian bereaksi dengan ATP (adenosin triphosphat).
Perlu diketahui, ATP boleh disebut sebagai sumber bahan bakar bagi
energi cahaya bioluminescent. Luciferin menjadi aktif oleh adanya enzim luciferase.
Luciferin yang telah aktif ini kemudian bereaksi dengan oksigen. Hasil reaksi ini
adalah energi dalam bentuk cahaya kunang-kunang. Keseluruhan reaksi berlangsung
di dalam sel photocyte sehingga lantern dapat terlihat bercahaya (skema).Perut
kunang-kunang terlihat mengeluarkan flash secara periodik dan teratur. Hal ini diatur
oleh kerja saraf. Namun ternyata saraf pada kunang-kunang ini tidak terhubung
langsung dengan bagian sel photocyte.
Ujung dari saraf ditemukan berada pada sel trakea yang berada di samping
sel photocyte. Ada jarak 17 meter di antara keduanya. Jarak yang cukup jauh bagi
ukuran molekul. Lalu bagaimana saraf bisa mengirim sinyal sampai ke sel
photocyte? Peneliti kehilangan jejak penghubung antara saraf dan photocyte ini.
2.Y ("!"(-.-(..-
Prof Barry Trimmer dari Tufts University, Massachusetts, dalam
publikasinya pada majalah Science vol 292 tahun 2001 berhasil menguak proses
kimia pada mekanisme kedap-kedip cahaya kunang-kunang. Kuncinya adalah pada
molekul sederhana gas nitrogen monooksida (NO) yang berfungsi sebagai
penghantar sinyal flash.
Untuk menguak misteri ini, Prof Trimmer meletakkan kunang-kunang
dalam ruangan tertutup yang mengandung gas oksigen. Gas NO juga dialirkan ke
dalam ruangan. Pada kondisi demikian, ternyata kunang-kunang dapat bercahaya
dengan terang.
Cahayanya terlihat dapat bertahan lebih lama. Sebaliknya, jika aliran gas
NO dihentikan, cahaya kunang-kunang berangsur berkurang. Dari situlah mereka
memperkirakan bahwa gas NO memiliki andil dalam proses bercahaya kunang-
kunang tersebut.
Namun, dari itu saja belum dapat disimpulkan apakah gas NO berefek
secara langsung pada sel photocyte atau pada sel saraf. Untuk membuktikan itu,
mereka menggunakan lantera kunang-kunang yang telah dilepaskan sel sarafnya.
Sebagai gantinya, dimasukkan octopamine yang merupakan ujung sel saraf.
Pada kondisi seperti ini terlihat adanya sinar kedap-kedip pada lentera
serangga ini. Hal ini berarti ada senyawa penghantar (sensor) biokimia di antara
keduanya. Pada percobaan lainnya, ditambahkan senyawa yang dapat menangkap gas
NO secara efektif. Pada saat gas NO tidak ada dalam ruangan tersebut, ternyata tidak
ada cahaya yang timbul. Ini meyakinkan mereka akan pengaruh gas NO. Gas ini
ternyata memang berefek langsung memberi sinyal pada sel photocyte.
Mereka juga menemukan bahwa di antara ujung sel saraf dan photocyte
banyak terdapat enzim penghasil gas NO (nitric oxide synthetase atau NOS). Enzim
ini diaktifkan oleh octopamine untuk menghasilkan gas NO. Kemudian molekul kecil
ini dengan mudah melewati dinding membran sel untuk berdifusi ke dalam sel
photocyte.
3.Y "(#,
Cahaya ini sangatlah penting bagi kunang-kunang sebagai alat
komunikasi. Sepanjang sejarah, manusia telah menggunakan berbagai sarana untuk
berkomunikasi. Salah satunya adalah sandi morse, yang terdiri atas kombinasi sinyal
panjang dan pendek, dan dipakai pada telegram. Kunang-kunang menggunakan
sinyal cahaya untuk berkomunikasi, cara yang menyerupai sandi morse.
Kunang-kunang jantan menyalakan dan memadamkan cahayanya untuk
mengirim pesan kepada sang betina. Pesan ini berisi kode tertentu. Dan kunang-
kunang betina menggunakan kode yang sama untuk mengirim pesan balasan kepada
sang jantan. Sebagai hasil dari pesan timbal-balik ini, sang jantan dan betina
mendekat satu sama lain. Sejak saat ia dilahirkan, tiap kunang-kunang mengetahui
bagaimana berkirim pesan dengan cara ini, dan bagaimana memahami pesan yang
dikirim oleh yang lain. Singkatnya, masing-masing dari ribuan kunang-kunang yang
kita lihat bersama di kegelapan malam adalah sebuah keajaiban penciptaan.
Bisa juga signal cahaya ini dalam ritme yang berbeda digunakan untuk
berburu. Dan belakangan juga diketahui bahwa di antara masing-masing spesies
kunang-kunang yang berbeda punya kode kedipan cahaya yang berbeda. Kode yang
hanya bisa dipahami sesama spesiesnya.
Informasi tentang jenis makanan kunang-kunang ini belum jelas. Sebagian
informasi mengatakan bahwa kunang-kunang memakan serbuk sari dan nektar dan
hanya makan sedikit atau tidak makan. Di daerah empat musim, selama musim panas
kunang-kunang akan beristirahat diatas pohon atau ranting di tempat yang sejuk dan
lembab sepanjang hari dan akan aktif pada senja hingga tengah malam .
b. Pengaruh Langsung
Beberapa bahan pencemar yang terdiri dari bahan-bahan kimia yang berdaya
racun tinggi dapat langasung mematikan larva kunang-kunang. Reaksi fisiologi larva
terhadap pengaruh pestisida konsentrasi tinggi mukai terlihat setelah 30 sampai 60
menit sejak masuknya pestisida ke perairan. Pada konsentrasi rendah, reaksi ini
mulai terlihat dalam jangka waktu yang lebih lama.
Berdasarkan manfaat penyusunan makalah ini dan pembahasan di atas, disarankan
kepada masyarakat bahwa:
Untuk lebih meningkatkan lagi pengetahuan tentang kunang-kunang karena kita
tidak tahu apakah kunang-kunang masih memiliki keajaiban yang lebih unik lagi.
Dan diharapkan masyarakat mengembangkan keunikan yang dimiliki oleh kunang-
kunang untuk memajukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Negara kita.
c
Evin, Berbagai sumber.2007. Rahasia ³Si Penerbang Malam´: PT Paradigma Baru Globalindo
http://www.harian-global.com/news.php?extend.3442
Ignarro, Louis J. 2002. Nitrogen Monoksida Sebagai Penyandi. Jakarta: Koran Tempo
http://www.korantempo.com/news/2002/5/31/Ilmu%20dan%20Teknologi/39.html
Harunyahya.com. 2007. Hewan-hewan bercahaya. Jakarta: PT Bangun Satya Wacana
http://www.e-smartschool.com/PNU/004/PNU0040013.asp
Haryono, Agus. 2005. Kunci Misteri Cahaya Kunang-kunang. Peneliti Pusat Penelitian Kimia
LIPI, Kawasan Puspitek Serpong: Harian Kompas
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0505/27/ilpeng/1774910.htm