Disusun Oleh :
Muhammad Youri Azreal
XII MIPA 2
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Teori Evolusi
Kelelawar ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Ir. Nana pada mata pelajaran Biologi Kelas XII. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Kelelawar dan teori tentang evolusinya bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.Nana, selaku Guru Mata Pelajaran
Biologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kepada saya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, baik di
internet/buku.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
2
Daftar Isi
BAB II Pembahasan
A. Kesimpulan................................................... 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evolusi adalah ilmu yang mempelajari sejarah asal-usul makhluk hidup dan
keterkaitan genetik antar makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup
yang lain. Hassan, dkk., 2014 mengemukakan bahwa evolusi, atau sering juga
disebut evolusi organik atau evolusi Biologi, adalah perubahan dari waktu ke
waktu pada satu atau lebih sifat terwariskan yang dijumpai pada populasi
organisme. Ciri-ciri yang terwariskan ini mencakup anatomi, biokimia, ataupun
perilaku yang berjalan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Evolusi
mempengaruhi setiap aspek bentuk dan perilaku organisme. Yang paling
menonjol adalah perilaku spesifik dan adaptasi fisik yang merupakan hasil
seleksi alam. Dalam jangka waktu yang sangat lama, evolusi akan
menyebabkan terjadinya spesiasi yaitu terbentuknya spesies baru.
Pada makalah ini akan dibahas tentang evolusi hewan yaiu evolusi kelelawar.
Kelelawar merupakan salah satu anggota mamalia yang termasuk ke dalam ordo
Chiroptera yang berarti mempunyai “sayap tangan”, karena kaki depannya
bermodifikasi sebagai sayap yang berbeda dengan sayap burung (DeBlase dan
Martin, 1981). Sayap kelelawar dibentuk oleh perpanjangan jari kedua sampai kelima
yang ditutupi oleh selaput terbang atau patagium, sedangkan jari pertama bebas dan
berukuran relatif normal. Antara kaki depan dan kaki belakang, patagium ini
membentuk selaput lateral, sedangkan antara kaki belakang dan ekor membentuk
interfemoral.
4
B. Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Moyang Kelelawar
Informasi yang diketahui sangat sedikit mengenai evolusi kelelawar, karena fosil yang
ditemukan 55 juta tahun yang lalu ternyata sudah seperti kelelawar yang ada pada
saat ini. Kelelawar pertama yang diketahui diberi nama Icaronycteris, hidup di
Amerika Utara dan memiliki lebar sayap sepanjang 37 cm. Sayapnya pendek dan
lebar. Kelelawar tidak sejak awal diciptakan dengan kemampuan navigasi untuk
melakukan manuver di kegelapan. Kelebihannya itu mungkin baru berkembang
setelah kelelawar bisa terbang. Hal tersebut dapat dilihat dari fosil spesies kelelawar
primitif yang ditemukan di Wyoming, AS. Kelelawar tersebut diperkirakan hidup
sekitar 52 juta tahun lalu. Dilihat dari tulang-belulangnya, kelelawar tersebut sudah
dapat terbang. Namun, hewan tersebut tidak memiliki tulang yang berfungsi dalam
proses navigasi berbasis gelombang suara yang sering disebut echolocation.
Kemampuan ini digunakan untuk menghindari penghalang di depannya saat terbang
atau posisi mangsanya. Kelelawar mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi dan
menerima pantulannya untuk mengukur jarak.
6
B. Evolusi Kelelawar
Sayap telah berkembang secara mandiri dalam vertebrata setidaknya tiga kali:
di pterosaurus, burung, dan kelelawar. Meskipun para ilmuwan tahu bahwa
pterosaurus, seperti kelelawar, terbang dengan sayap yang terdiri dari kulit
membentang dari tangan ke tubuh. Sayap burung, di sisi lain terdiri dari bulu.
Burung dan kelelawar, mempunyai sayap tebal di depan, cembung di atas,
dan cekung atau flat di bagian bawah. Sebagai bentuk ini irisan melalui udara,
zona tekanan rendah yang terbentuk oleh udara lebih cepat bergerak ke atas,
dan tekanan udara tinggi mendorong sayap ke bawah, menciptakan daya
angkat. Untuk meringankan tubuh mereka dan meminimalkan jumlah daya
angkat yang mereka harus membuat, baik burung dan kelelawar biasanya
relatif kecil, dan burung memiliki tulang berongga.
7
Penelitian terbaru dari Brown University menunjukkan kelelawar telah
berevolusi, khususnya pada bagian sayap. Sayap yang dimiliki hewan
tersebut diketahui mampu menyimpan energi pada saat terbang dari satu
tempat ke tempat lain. Dilansir Softpedia, Kamis (12/4/2012), salah satu
alasan mengapa hewan mamalia yang mampu terbang tersebut mampu
menyimpan energi adalah karena sayap mereka yang sangat fleksibel. Para
ilmuwan mengatakan bahwa temuan ini bisa bermanfaat bagi insinyur yang
bergelut di bidang penerbangan untuk desain sayap pesawat terbang.
8
gigitan dan bentuk tengkorak dalam keluarga kelelawar Dunia Baru, dan
memanfaatkan teknik statistik baru untuk melakukan penanggalan dan
pendokumetasian perubahan-perubahan dalam tingkat evolusi pada sifat-sifat
ini serta jumlah spesies dari waktu ke waktu.
9
Bisa menjadi sulit bagi para ahli Biologi evolusi untuk menunjukkan bahwa
sifat-sifat yang terkait dengan perubahan anatomi, juga disebut “inovasi
morfologi” seperti bentuk tengkorak yang baru, memberikan keuntungan
bertahan hidup bagi kelompok-kelompok tertentu ketika sumber makanan
baru, seperti buah keras, menjadi tersedia.
3. De-evolusi Kelelawar
10
sebaliknya mata yang kecil menunjukkan kalau hewan ini hidup di siang hari.
Walau petunjuk tidak langsungnya adalah hewan ini belum memiliki telinga
yang besar sehingga kemungkinannya condong kalau kelelawar purba aktif
mencari makan di siang hari. Keberadaan pemangsa seperti nenek moyang
burung memaksanya untuk berburu di malam hari, sehingga seperti pada
kelelawar masa kini, terbentuklah mata yang besar dan sistem indra sonar
yang bisa membantunya untuk mencari makan di malam hari. Sebagian
peneliti menduga sistem sonar canggih pada kelelawar pada awalnya
berkembang karena kelelawar purba berusaha mendengarkan suara-suara
halus dari gerakan serangga mangsanya di tengah gelapnya hutan yang
penuh dengan daun, ranting dan batang pohon.
Di masa kini di Selandia Baru ada spesies kelelawar ekor pendek (Mystacina
tuberculata) atau disebut pekapeka-tou-poto dalam bahasa Maori. Panjang
badan dari kepala sampai ujung badan antara 6 – 7 cm dan lebar sayap antara
28 – 30 cm. Berat kelelawar dewasa antara 10 – 22 gram sebelum diberi
makan. Hebatnya, setelah berburu dan makan semalaman, berat badannya
bisa bertambah 30%. Itu setara seorang manusia yang berat badannya 60 kg
bertambah 18 kg setelah makan. Selandia Baru hanya memiliki 2 spesies
kelelawar dan bisa dibedakan dengan mudah karena yang satunya memiliki
ekor, selain ada telinga yang besar dan runcing.
Kelelawar ekor pendek pemakan segala yang ada di hutan, tentunya yang
sesuai dengan ukuran badannya yang mungil. Mereka bisa terbang selain
juga mengorek-orek timbunan sampah daun di dasar hutan demi
mendapatkan serangga. Selain makan serangga mereka juga makan buah,
bunga dan spora.
Siang hari mereka tidur dan baru muncul antara 20 – 150 menit sebelum
matahari terbenam, lalu berburu sepanjang malam. Mereka hanya
menggunakan sekitar 30% waktu mereka untuk menangkap serangga yang
sedang terbang dan tinggi terbangnya biasanya kurang dari 2 meter dari atas
tanah. Sekitar 40% waktu berburu mereka digunakan untuk makan dari
tanaman, sisa 30% waktu digunakan untuk berburu di dasar hutan. Mereka
bisa berjalan dan berlari sambil melipat sayap-sayap mereka. Dengan
kelakuan ini, kelelawar ekor pendek menjadi spesies kelelawar yang paling
sedikit menggunakan sayapnya dan spesies kelelawar yang paling banyak
menggunakan kakinya untuk berjalan dan berlari. Spesies ini juga sudah
mengembangkan tulang panggul yang cocok untuk aktivitas berburu seperti
ini.
11
kelelawar betina yang sedang hamil, untuk melihat apakah mereka akan
keguguran karena konsumsi racun tikus, ternyata tidak ditemukan gejala sakit
pada kelelawar-kelelawar. Para peneliti yang mengawasi kelelawar juga
mendapati kalau sebenarnya kelelawar-kelelawar ini tidak secara langsung
memakan umpan berisi racun tikus, tapi karena sebagian serangga yang
dimakan sudah memakan umpan-umpan untuk tikus.
Jadi kelelawar purba adalah binatang pemanjat pohon yang tidak bisa terbang
dan tidak memiliki indra sonar, hanya memiliki kemampuan meloncat serta
meluncur. Kelelawar-kelelawar saat ini, hampir semuanya, menangkap
serangga sambil terbang. Lalu ada spesies kelelawar ekor pendek yang
kembali menggunakan kaki-kakinya sambil mengurangi penggunaan sayap-
sayapnya. Ini sebuah devolusi yang disebabkan oleh pola makan dan
ketersediaan mangsa.
Proses ini hanya memakan waktu sepersepuluh detik, cukup bagi kelelawar
untuk mengetahui apa yang ada di depannya, kemana arahnya dan berapa
kecepatannya. Hidungnya yang berbentuk aneh seperti misalnya kaki kuda,
trisula dengan tonjolan, membuatnya dapat mengeluarkan ultra bunyi.
Meskipun dalam kegelapan malam, kelelawar mampu melakukan manuver
kompleks untuk menangkap mangsanya karena memiliki kemampuan
ekolokasi. Kelelawar menentukan letak dinding, pohon, atau mangsanya
melalui pantulan gelombang ultrasonik yang dihasilkannya.
12
protein sama disebut prestin yang mempengaruhi sensitivitas pendengaran.
Peneliti lainnya menemukan beberapa sifat pada protein juga terjadi pada
mamalia lain.
Sebuah tanda tangan konvergensi di hampir 200 wilayah genom. Gen yang
terlibat dalam pendengaran lebih mungkin berevolusi sama di seluruh spesies
yang terlibat dalam sifat biologis lainnya. Beberapa gen yang terlibat dalam
penglihatan juga membawa sinyal terkuat konvergensi. "Kejutan terbesar.
Evolusi molekuler konvergen tampaknya meluas dalam genom" kata Frédéric
Delsuc, filogenetikawan Montpellier University di Perancis. Evolusi kadang-
kadang muncul dengan sifat-sifat baru melalui urutan langkah-langkah yang
sama, bahkan pada hewan yang sangat berbeda. Penelitian ini juga
menunjukkan evolusi konvergen adalah hal umum dalam genom.
1. Fosil
13
Gambar: Fosil kelelawar Onychonycteridae finneyi (Sumber Vaughan 1987)
Tim ahli paleontology dari Amerika Serikat dan Inggris telah berhasil
menentukan warna pada kelelawar yang telah punah berdasarkan fosil
dengan penanggalan sekitar 50 juta tahun. Penemuan ini merupakan pertama
kalinya bagi ilmuwan untuk mendeskripsikan warna tubuh mamalia yang telah
punah melalui analisis fosil. Tim yang dikepalai oleh Dr Jakop Vinther dari
University of Bristol, Inggris, menentukan warna dua spesies kelelawar,
Palaeochiropteryx sp. dan Hassianycteris sp., yang hidup di era Eocene,
sekitar 56-33,9 juta tahun lalu.
14
Caitlin Colleary, mahasiswa pascadoktoral di Virginia Polytechnic Institute and
State University.
3. Embriologi Perbandingan
15
4. Variasi Kelelawar
Dalam pokok-pokok pikiran Darwin dinyatakan bahwa tidak ada dua individu
di dunia ini yang bener-benar sama. Variasi antar individu juga merupakan
petunjuk terjadinya evolusi. Variasi menunjukka adanya perbedaan sifat yang
diturunkan oleh induk ke generasi berikutnya. Berikut adala variasi pada
kelelawar.
5. Spesiasi
16
Dr. Emma Teeling mengemukakan penelitian ini adalah unik dalam arti bahwa
spesiasi yang “sedang beraksi” pada populasi yang saat ini menyimpang
secara ekologis. Populasi ini adalah mamalia terkecil di dunia, kelelawar lebah
(Craseonycteris thonglongyai) hanya ditemukan di Thailand dan Burma.
Proses evolusi ini memiliki skala waktu untuk mengidentifikasi sifat dari
proses-proses yang mengakibatkan spesiasi alam. Studi ini menunjukkan
bahwa dalam kasus spesies ini ada aliran gen terbatas yang dihasilkan dari
jarak geografis.
Temuan lain yang menarik dari studi ini adalah identifikasi gen “echolocation”
(RBP-J) menunjukkan tanda-tanda seleksi yang berbeda sesuai dengan
perbedaan dari echolocation pada populasi Thailand. Ini adalah asosiasi
pertama dari gen diidentifikasi dengan kapasitas echolocation. Gen ini terlibat
dalam pembentukan sel-sel rambut di koklea (organ reseptor terdengar di
telinga dalam). Seperti kelelawar menggunakan frekuensi tertinggi (di atas
200 kHz) dari semua mamali sistem pendengaran, terutama sel-sel rambut di
organ Corti, di mana suara diterima dan diperkuat, membutuhkan adaptasi
khusus.
Dari sudut pandang konservasi, ini adalah studi pertama untuk menyelidiki
struktur populasi dan sejarah evolusi mamalia terkecil di dunia, kelelawar
lebah, Craseonycteris thonglongyai. “Ini spesies kelelawar langka dan
terancam punah, terbatas pada wilayah 2000 km2 di daerah perbatasan
antara Thailand dan Burma dan dianggap salah satu dari sepuluh spesies
evolusioner yang berbeda dan secara global terancam punah. Secara
filogenetik diwariskan oleh kedua orang tua dan data ekologi menunjukkan
adanya dua spesies kelelawar lebah, satu di Thailand dan Burma, yang
dipisahkan ada sekitar 0,4 juta tahun. Terbatas penyebaran kemampuan
individu dikombinasikan dengan rentang yang sangat terbatas (kurang 2000
km2) menunjukkan bahwa kedua spesies terancam dan memerlukan rencana
pengelolaan dan konservasi yang berbeda.
17
6. Taksonomi Kelelawar
Anatomi atau bagian tubuh dari kelelawar dapat dilihat dari gambar 2 berikut
ini :
Klasifikasi kelelawar menurut Corbet & Hill (1992) adalah sebagai berikut :
18
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Infra kelas : Eutheria
Ordo : Chiroptera
Subordo : Megachiroptera
Famili : Pteropodidae
Subordo : Microchiroptera
Famili : Rhinolophidae, Hipposideridae, Megadermatidae, Craseonycteridae,
Rhinopomatidae, Nycteridae, Emballonuridae, Phyllostomidae, Mormoopidae,
Noctilionidae, Furipteridae, Thyropteridae, Mystacinidae, Myzopodidae,
Vespertilionidae, Molosidae dan Natalidae.
7. Keterkaitan Genetik
Salah satu alasan yang mendukung adalah: saraf superior colliculus (s.c)
kanan pada otak tengah Microchiroptera mengatur retina mata kiri dan
sebaliknya s.c kiri mengatur retina mata kanan. Hal ini ditemukan pada semua
Mamalia, kecuali primata.
19
ada di dunia (Safi & Kerth 2004). Menurut Suyanto et al. (1998) terdapat 10
famili, 49 genus, dan sekitar 151 jenis terdapat di Indonesia.
Mamalia muncul pada zaman Trias sekitar 200 juta tahun lalu. Masa eksaknya
belum pasti dan hal ini terutama karena masalah definisi semata. Jenkins et
al (1997) berpendapat mamalia pada masa yang lebih tua (Trias tengah) dari
ilmuan lainnya, berdasarkan fosil yang menunjukkan keanekaragaman yang
berarti saat 200 juta tahun lalu.
Mamalia berevolusi dari sejenis reptil, sejalan dengan evolusi dinosaurus yang
juga berasal dari jenis lain reptil purba. Transisi dari reptil menjadi mamalia
berada dalam deretan yang halus, diperkuat oleh bukti fosil dengan sejumlah
bentuk perantara, begitu mirip secara anatomi sehingga sulit memilih salah
satunya dan mengatakan “inilah mamalia pertama.” Salah satu perbedaan
kerangka penting antara reptil dan mamalia terletak pada telinga dalam,
dimana reptil hanya memiliki satu tulang sementara mamalia memiliki tiga
tulang, sehingga memperkuat jangkauan frekuensi dan sensitivitas telinga
mereka.
Mamalia plasenta atau secara formal bernama Eutheria, adalah mamalia yang
dilengkapi dengan plasenta, dan karenanya mampu merawat anak mereka di
dalam tubuh mereka sendiri untuk periode yang lebih panjang, berbeda
20
dengan marsupial dan monotremata petelur. Masa kemunculan mamalia
plasenta juga berada pada sekitar masa kepunahan massa di perbatasan
Kapur-Tersier (KT boundary). Masa kepunahan ini paling terkenal karena
punahnya dinosaurus.
21
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
23