Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KIMIA FARMASI II

OBAT UNTUK MENANGANI DIARE

KELOMPOK I :

Ana Septashary

Dita Apiska

Fety Fathonah

Nadia

Robih Ahdi

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG

2013
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian

Anti diare adalah obat-obat yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati
penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan
makanan. Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan banyak cairan kadang-
kadang disertai mulas (kejang-kejang perut) kadang-kadang disertai darah atau lendir.

Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus
sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus. Rangsangan ini dapat
ditimbulkan oleh:

Infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri E. coli


Infeksi oleh kuman Thypus (kadang-kadang) dan Kolera
Infeksi oleh virus misalnya influenza perut dan “travellers diarre”
Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
Keracunan makanan atau minuman
Gangguan gizi
Pengaruh enzim tertentu
Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan sebagainya)

Diare juga dapat merupakan salah satu gejala penyakit seperti kanker pada usus

B. Penggolongan

Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa:

1. Kemoterapi
2. Obstipansia
3. Spasmolitik
Sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare
akut seperti pada Gastro Enteritis ialah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan atau
elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena
dehidrasi dapat mengakibatkan kematian.

Gejala dehidrasi : haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (kehilangan
turgor), berkurangnya air kemih, berat badan turun dan gelisah. Pencegahan dehidrasi
dilakukan dengan pemberian larutan oralit, yaitu campuran dari:

NaCl 3,5 gram


KCl 1,5 gram
NaHCO3 2,5 gram
Glukosa 20 gram

atau dengan memberikan larutan infus secara intra vena antara lain:

Larutan NaCl 0,9% (normal saline)


Larutan Na.Laktat majemuk (ringer laktat)

Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis
penyebab diare melalui pemeriksaan yang teliti.

a) Kemoterapi
Untuk terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat
golongan sulfonamida atau antibiotika.

b) Obstipansia
Untuk terapi simpatomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare,yaitu dengan
cara :
Menekan peristaltik usus, misalnya Loperamid
Menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya Tannin
Pemberian absorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau racun
penyebab diare yang lain misalnya, Carboadsorben, Kaolin
Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lendir usus yang luka
c) Spasmolitika
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare
misalnya Atropin sulfat.
BAB II

ISI

Obstipansia adalah obat yang digunakan untuk terapi simtomatis (menghilangkan


gejala) yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:

1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi
air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti Derivat Petidin (Difenoksilat dan
Loperamida), Antokolinergik (Atropine, Ekstrak belladonna)

Derivat Pethidin (Meperidin = Dolantin)

• Penyerapan dalam saluran cerna cukup baik


• 40-50% diikat oleh protein plasma
• Kadar plasma tertinggi dicapai dlm 1-2 jam
• Waktu paro plasma 5 jam
• Dosis oral, i.m dan s.c.: 50-100mg, dapat diulang setiap 3 -4 jam

Stuktur Petidin
a. Difenoksilat (Lomotil)
• Penyerapan obat pd sal cerna cukup baik
• Kdr plasma tertinggi 2 jam stlh pemberian
• Waktu paro plasma 2,5 jam
• Dosis : 5 mg 4dd

Struktur Difenoksilat

b. Loperamid (Imodium)
• Kadar plasma tertinggi dalam 4 jam setelah pemberian oral
• Waktu paro 40 jam
• Dosis awal oral : 4mg, diikuti dgn dosis pemeliharaan 2mg, sampai diare berhenti.
HUBUNGAN PERUBAHAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS TURUNAN MEPERIDIN

R1 R2 R3 R4 NAMA OBAT AKTIVITAS


ANALGETIKA
H H COOC2H5 CH3 Meperidin 1
m-OH H COOC2H5 CH3 Bemidon 1,5

H H COOCH(CH3)2 CH3 Properidin 15


H 3-CH3 OCOC2H5 CH3 Alfaprodin 5
H 3-6- OCOC2H5 CH3 Trimeperidin 7,5
diCH3
H H COOC2H5 CH2CH2-benzena Feneridin 2,5
H H COOC2H5 CH2CH2-benzena-NH2 Anileridin 3,5
H H COOC2H5 C6H5 Difenoksilat - (konstipan)
CH2CH2-C- C6H5
CN
p-Cl H COOC2H5 C6H5 Loperamid - (konstipan)
CH2CH2-C- C6H5
O=C-N(CH3)2
H H -N-benzena CH2CH2-benzena Fentanil 940
COC2H5

Sintesis dari senyawa turunan opioid dan morfin adalah dengan pemindahan
jembatan eter dan gugus fungsi pada cicin sikloheksana dan pemanjangan pada
levomethorphan and dextromethorphan. Proses pembentukan petidin (meperidin) dimana
struktur morfin berubah menjadi lebih sederhana, petidin merupakan golongan opiat
sintetis yang digunakan secara luas. Hanya ada cincin arimatis dan piperidin yang menjadi
kerangka utamanya. Petidin memiliki potensi yang lebih rendah dari morfin akan tetapi
masih diisinkan untuk diproduksi, ia memiliki atifitas analgesik yang singkat dan efek
konstipasi yang rendah dibandingkan dengan morfin serta tetap memiliki efek adiksi.
Antikolinergik
Anti Kolinergik (penghambat kolinergik) atau Parasimpatolitik yakni obat yang
digunakan untuk menghambat timbulnya efek akibat susunan syaraf parasimpatis
dan merupakan antagonis dari obat-obat parasimpatomimetik.
Antikolinergik adalah ester dari asam aromatik dikombinasikan dengan basa
organik. Ikatan ester adalah esensial dalam ikatan yang efektif antara antikolinergik
dengan reseptor asetilkolin. Obat ini berikatan secara blokade kompetitif dengan
asetilkolin dan mencegah aktivasi reseptor. Efek selular dari asetilkolin yang
diperantarai melalui second messenger seperti cyclic guanosine monophosphate
(cGMP) dicegah.Reseptor jaringan bervariasi sensitivitasnya terhadap blokade.
Faktanya : reseptor muskarinik tidak homogen dan subgrup reseptor telah dapat
diidentifikasikan, reseptor neuronal (M1),cardiak (M2) dan kelenjar (M3)
Efek yang penting ialah :
Penurunan tonus dan mobilitas saluran usus lambung
Midriasis
Ketegangan dari otot bronchus
Pengurangan sekresi dari kelenjar bronchus, air ludah dan kelenjar keringat
Perangsang dalam dosis besar dan diikuti terjadinya depresi dari susunan saraf
sentral
Dilatasi dari rahim.
Obat-obat yang termasuk dalam golongan obat antikolinergik adalah
- Artopin Sulfas
- Belladonnae Exztractum
- Belladonnae Tinctura
- Homatropini Hydrobromidum
- Hyoscini Hydrobromidum
- Trihexiphenidylum
- Orphenadrini Hydrochloridum (Moh. Anief,1993)

a. Atropin
Atropine adalah alkaloid belladonna yang mempunyai afinitas kuat terhadap
reseptor muskarinik. Obat ini bekerja kompetitif antagonis dengan Ach untuk
menempati kolinoreseptor. Umumnya massa kerja obat ini sekitar 4 jam.
Terkecuali, pada pemberian sebagai tetes mata, massa kerjanya menjadi lama
bahkan sampai beberapa hari.
Atropine mudah diadsorpsi, sebagian dimetabolisme dalam hepar dan
dieksresi ke dalam urine. Waktu paruhnya 4 jam.
Efek antikolinergik dapat menstimulasi ataupun mendepresi bergantung
pada organ target. Didalam otak, dosis rendah merangsang dan dosis tinggi
mendepresi. Efek oba ini juga ditentukan oleh kondisi yang akan diobati.
Misalnya, Parkinson yang dikarakteristikkkan dengan defisiensi dopamine yang
mengintensifkan efek stimulasi Ach. Antimuskarinik menumpulkan atau
mendepresikan efek ini. Pada kasus lain, efek obat ini pada SSP terlihat sebagai
stimulator.
Efek pada mata, midriasis dapat sampai sikloplegia (tidak berakomodasi).
Saluran cerna, atropine digunakan sebagai antispasmodic (mungkin
atropine merupakan obat terkuat untuk menghambat saluran cerna). Obat ini
tidak mempengaruhi sekresi asam lambung sehingga tidak bermanfaat
sebagai anti-ulkus. Pirenzepin adalah suatu antimuskarinik M1 yang bekerja
selektif untuk mengurangi sekresi asam lambung yang digunakan untuk
pengobatan ulkus peptikum.
Saluran kandung kemih, atropine digunakan untuk menurunkan
hipermotilitas kandung kemih, dan kadang-kadang masih digunakan untuk
enuresis pada anak yang mengompol. Oleh karena itu, agonis α-adrenergik
lebih efektif dengan efek samping yang lebih sedikit.
Kardiovaskuler, efek atropine pada jantung bergantung pada besar dosis.
Pada dosis kecil menyebabkan bradikardi. Atropine dosis tinggi terjaadi
penyekatan reseptor kolinergik di SA nodus, dan denyut jantung sedikit
bertambah (takikardi). Efek ini baru timbul bila atropine diberikan 1mg.

Kelenjar eksokrin, atropine menghambat sekresi kelenjar saliva sehingga


mukosa mulut menjadi kering (serostomia). Kelenjar saliva sangat peka
terhadap atropine. Hambatan sekresi kelenjar keringat menyebabkan suhu
tubuh jadi naik, juga kelenjar air mata juga mengalami gangguan.

Atropin dtemukan terutama pada Atropa belladonna dan Datura


stramonium. Atropin (hiosiamin) ditemukan dalam tumbuhan Atropa
Belladonna, atau Tirai Malam Pembunuh, dan dalam Datura Stramonium, atau
dikenal sebagai biji jimson ( biji Jamestown) atau apel berduri. Atropine alam
adalah l(-) hiosiamin, tetapi senyawanya sudah campuran (rasemik), sehingga
material komersilnya adalah rasemik d, l-hiosiamin.

Atropine

2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya Asam Samak


(Tannin) dan Tannalbumin, Garam-garam Bismuth dan Alumunium.

a. Tanin diketahui mempunyai beberapa khasiat, yaitu sebagai astringen, anti diare, anti
bakteri dan antioksidan.Tanin bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa
usus, khususnya usus besar. Serta sebagai penyerap racun dan dapat menggumpalkan
protein.
SIFAT UMUM TANIN.
Sifat Fisika.
Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut :
a. Jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa asam
dan sepat.
c. Jika dicampur dengan alkaloid dan glatin akan terjadi endapan
d. Tidak dapat mengkristal.
e. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
Sifat kimia

1) Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar


dipisahkan sehingga sukar mengkristal.
2) Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
3) Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi
warna.
(Najebb, 2009)

Tanin

3. Adsorbensia, misalnya Carbo Adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap


(adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang
adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga
mucilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan
suatu lapisan pelindung seperti Kaolin, Pektin (suatu karbohidrat yang terdapat
antara lain dalam buah apel).
Adsorben
Adsorben digunakan sebagai terapi simptomatik pada diare. Aksi kerja
adsorben tidak spesifik. Obat ini mempunyai kemampuan mengikat dan
mengaktivasi toksin bakteri, mengadsorbsi nutrient, toksin (racun), dan obat-obat
penyebab diare. Penggunaan adsorben harus dipisahkan dengan obat oral lainnya
selama 2-3jam. Adsorben yang digunakan dalam terapi simptomatik diare antara
lain karbon aktif, attapulgit.
a. Karbon Aktif
Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk yang
berasla dari material yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit kelapa, dan
sebagainya. Karbon aktif mempunyai bentuk sangat halus, tidak berbau, tidak berasa
dan berupa serbuk hitam.
Karbon aktif digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh
luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika arang
tersebut diaktivasi dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada
temperature tinggi. Arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia dan
arang yang demikian tersebut disebut sebagai arang aktif.
Karbon aktif dibuat di dalam tungku yang terbuat dari baja tahan karat yang
dilengkapi pemanas listrik dan termokopel, dengan kapasitas 400 gram. Mula-mula
serbuk gergaji sengon dipanaskan sampai suhu 300oC selama 5 jam, arang serbuk
sengon yang dihasilkan kemudian dipanaskan sampai suhu mencapai 850oC yang
selanjutnya diaktivasi dengan jalan mengalirkan uap H2O selama 30, 60, 90 dan 120
menit pada suhu uap 100oC dengan tekanan 0,5 kg/cm2 Tungku dipanaskan dengan
jalan mengalirkan arus listrik, kenaikan suhu diatur dengan cara mengatur termokopel
sampai dicapai suhu yang diinginkan.

b. Attapulgit

Attapulgite koloid aktif adalah magnesium alumunium silikat alamiah yang telah
dimurnikan dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk meningkatkan kemampuan
adsorpsinya. Berupa serbuk sangat halus, mempunyai pH antara 7,0-9,5. Attapulgite
koloid aktif yang memiliki daya adsorpsi digunakan sebagai adsorben pada
pengobatan diare.
Atapulgit bekerja dengan cara mengikat bakteri dan toksin dalam jumlah besar
sekaligus mengurangi pengeluaran air. atapulgit mengurangi pergerakan usus,
memperbaiki konsistensi tinja yang terlalu keras atau terlalu lembek, dan meredakan
kram perut yang berkaitan dengan diare. Aman untuk ibu hamil dan menyusui.
Indikasi: Pengobatan simptomatik pada diare yang tidak diketahui penyebabnya.
Kontra Indikasi: Penderita dimana konstipasi harus dihindari, hipersensitivitas dan
penderita obstruksi usus.
Efek Samping: Sembelit.
Struktur Attapulgit
c. Pectin

Serat Pectin merupakan senyawa polisakarida yang bisa larut dalam air dan
membentuk cairan kental (jelly) yang disebut mucilage/ mucilagines. Cairan ini dapat
berfungsi sebagai pelindung yang melapisi dinding lambung dan usus, sehingga akan
terlindungi bila terdapat luka, toksin kuman atau asam lambung yang berlebih. Karena
termasuk serat larut air, kelebihan pectin adalah tidak ikut terbuang bersama feces
(kotoran) dan akan tetap berada dalam system pencernaan. Pektin banyak terdapat pada
kulit buah apel, khususnya Apel Anna sebagai bahan baku pembuatan Cuka Apel. Serat
pectin ini memiliki beberapa fungsi antara lain :

1. Merangsang gerak peristaltic usus sehingga pencernaan terhadap makanan menjadi


lebih baik.
2. Membentuk volume makanan sehingga memberikan rasa kenyang.
3. Melunakkan dan memadatkan feses sehingga memudahkan defikasi (buang air besar)
dan mencegah konstipasi (sembelit).
4. Mencegah penyerapan lemak dan kolesterol, karena serat merangsang sekresi
(pengeluaran) getah empedu yang membuat lemak menjadi emulsi dan terbuang
bersama feses (kotoran).
5. Memperlambat penyerapan glukosa sehingga membantu mencegah kenaikan gukosa
(gula darah) pada penderita diabetes mellitus.
6. Membentuk lapiasan gel di dinding lambung sehingga efektif mengatasi penyakit
maag.
7. Mencegah terjadinya kanker usus terutama kanker colon (usus besar).
8. Pektin juga dikenal sebagai antikolesterol, bila berinteraksi dengan vitamin C dapat
menurunkan kolesterol darah. Selain itu, pectin juga dapat menyerap kelebihan air
dalam usus dan memperlunak feses serta mengikat dan menghilangkan racun dalam isi
usus.

Struktur Pectin
BAB III

KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan , perlakuan obat yang baik yaitu :

1. Menyediakan tempat khusus tertutup untuk menyimpan obat yang jauh dari jangkauan
anak-anak. Bisa berupa lemari obat tersendiri atau bagian dari lemari/rak/laci yang
diperuntukkan khusus untuk menyimpan obat.

2. Menyimpan obat pada wadah aslinya. Apabila berupa blister, jangan dibuka dari
blisternya bila tidak akan diminum.

3. Jangan pernah menyimpan tablet dan kaplet yang berbeda dalam satu wadah. Obat
lepasan hendaknya disimpan dalam wadah sendiri-sendiri. Usahakan wadah terbuat dari
kaca dan berwarna gelap transparan.

4. Hindarkan obat dari sinar matahari langsung dan udara panas.

5. Jangan menyimpan tablet/kaplet di kamar mandi atau dekat tempat cuci piring karena
uap air dapat merusak tablet/kaplet. Jangan menyimpan obat di dapur.

6. Usahakan obat dalam bentuk cairan jangan membeku. Untuk bentuk suspensi yang
berasal dari serbuk, setelah dicairkan, obat tidak boleh dikonsumsi lagi setelah satu
minggu. Untuk bentuk larutan, bila sudah dibuka dan bukan antibiotika yang habis, masih
bisa dikonsumsi setelah tiga bulan asal tidak mengalami kerusakan.

7. Jangan simpan obat di lemari pendingin kecuali kalau dianjurkan. Obat tertentu yang
harus disimpan dalam lemari es, segera simpan dalam lemari es, misal : anti hemoroid
yang dimasukkan lewat anus, tablet vagina, dll. Pisahkan obat dari makanan dalam tempat
tersendiri.

8. Jangan simpan obat di mobil untuk waktu yang lama.

9. Jangan meletakkan obat di atas barang elektronik. Barang elektronik biasanya akan
mengeluarkan panas yang bisa merusak obat.

10. Jangan simpan obat yang kadaluwarsa.

11. Jangan pernah meminum obat di tempat yang gelap.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001.Diare dan Konstipasi.http://diarekostipasi.blogspot.com (diakses tanggal 08

maret 2013)

Anonim, Penyebab Diare dan Gejala Diare, http://www.medicastore.com (diakses tanggal

08 maret 2013)

Anonim,2012. Pengobatan diare . http://studifarmasi.blogspot.com (diakses tanggal 08


maret 2013)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995

Haryanto,2010.Obat Anti Diare. http://panmedical.wordpress.com (diakses tanggal 08


maret 2013)

Neal M. J., 2005. At A Glance Farmakologi Medis Edisi 5. Jakarta : EGC

Prof . Dr. Elin yulinah Sukandar dkk,2008, ISO FARMAKOTERAPI, PT. ISFI : Jakarta

Barat.

Tjay, tan hoan & Kirana rahardja, 2002, Obat-Obat Penting edisi kelima, PT elex media

komutindo, jakarta

Zakyah,2011. Obat anti diare. http://zakyahblog.blogspot.com (diakses tanggal 08 maret


2013)

Anda mungkin juga menyukai