Anda di halaman 1dari 13

1

EVALUASI STATUS KEBERLANJUTAN AGROPOLITAN


PONCOKUSUMO, MALANG, JAWA TIMUR
A. Faruq Hamdani1, Benny Joy2, dan E. Kusnadi Wikarta2

ABSTRAK
Kawasan Agropolitan Poncokusumo merupakan salah satu kawasan pengembangan agropolitan di
Kabupaten Malang. Dibalik keunggulan lokal yang ada disana, nampak pula permasalahan dari segi
lingkungan, sosial, dan ekonomi. Berbagai permasalahan tersebut perlu dianalisis secara komprehensif guna
pembangunan perdesaan menjadi lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi status keberlanjutan
Agropolitan Poncokusumo, dari dimensi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan
metode analisis Multidimensional Scaling (MDS) dengan bantuan software Rap-Agro (Rapid Appraisal for
Agropolitan Status). Hasil analisis keberlanjutan menunjukkan posisi keberlanjutan dimensi lingkungan
dengan nilai 52,80 (cukup keberlanjutan), dimensi sosial dengan nilai 48,41 (kurang berkelanjutan), dimensi
ekonomi dengan nilai 50,21 (cukup berkelanjutan), dan secara multidimensional dengan nilai 50,65 (cukup
berkelanjutan).

Kata Kunci: agropolitan, keberlanjutan.

EVALUATING THE STATUS OF AGROPOLITAN SUSTAINABILITY


IN PONCOKUSUMO, MALANG, JAWA TIMUR
A. Faruq Hamdani1, Benny Joy2, dan E. Kusnadi Wikarta2

ABSTRACT
Agropolitan Poncokusumo region is one of development region in Malang. Even though there are
many local superiorities, it still has many problems that must be analyzed comprehensively to support rural
development to be better. This research is aimed to evaluate sustainable Agropolitan Poncokusumo from
environment, social, and economy dimensions. It is used Multidimensional Scalling (MDS) analysis method
with Rap-Agro (Rapid Appraisal for Agropolitan Status) software. The results of agropolitan status that is
analyzed fromenvironment dimension shows 52,80 (sufficiently sustainable), social dimension 48,41 (low
sustainable), environment dimension 50,21 (sufficiently sustainable), and multidimensional analysis 50,65
(sufficiently sustainable).

Keywords: agropolitan, sustainability.

1
Mahasiswa pada Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Padjadjaran, (hamdani_af@ymail.com).
2
Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Padjadjaran.
2

PENDAHULUAN perbaikan terhadap aspek keberlanjutan yang


Agropolitan merupakan suatu model berpengaruh terhadap status keberlanjutan
pembangunan yang mengandalkan disentralisasi, agropolitan (Suyitman, 2009).
pembangunan infrastruktur setara kota di wilayah Berdasarkan permasalahan yang telah
perdesaan sehingga mendorong kegiatan ekonomi diuraikan maka penelitian ini bertujuan untuk
(Pranoto, 2005). Pengembangan agropolitan mengevaluasi status keberlanjutan Agropolitan
ditujukan untuk meningkatkan produksi pertanian, Poncokusumo dari tiga pilar keberlanjutan yaitu:
mendukung tumbuhnya industri agro-processing aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Melalui
skala kecil dan menengah, serta mendorong evaluasi keberlanjutan akan diketahui nilai status
keberagaman aktivitas ekonomi di perdesaan keberlanjutan dan atribut sensitif yang perlu
(Rustiadi, dkk., 2011). diperbaiki guna peningkatan pembangunan
Agropolitan Poncokusumo merupakan perdesaan.
salah satu wilayah agropolitan di Kabupaten
Malang. Wilayah ini dinilai sangat potensial
dibidang pertanian, khususnya produk tanaman
pangan dan holtikultura. Baladina (2012) METODOLOGI PENELITIAN
menyebutkan Kecamatan Poncokusumo sebagai Metode Penelitian
lokasi agropolitan memiliki keunggulan komparatif Metode yang digunakan dalam penelitian
lokasi, seperti musim, ketinggian, dan kesesuaian ini adalah metode pendekatan campuran
lahan komoditas pertanian yang ditanam. (quantitative less dominant qualitative). Metode
Kecamatan Poncokusumo dibalik kuantitatif digunakan untuk menganalisis status
keunggulan lokal yang ada juga dijumpai berbagai keberlanjutan melalui wawancara terstruktur serta
permasalahan. Penggunaan pupuk kimiawi yang kuisioner kepada masyarakat, sedangkan metode
melebihi batas, tingkat pendidikan petani yang kualitatif dilakukan melalui wawancara lebih
rendah dengan mayoritas lulusan sekolah dasar, mendalam kepada key informant tentang kegiatan
tingkat pendapatan di bawah upah minimum pertanian dan status keberlanjutan.
regional, dan keterbatasan jumlah pasar di
Kecamatan Poncokusumo merupakan beberapa Jenis dan Sumber Data
permasalahan yang dijumpai. Perlunya evaluasi Jenis data yang diperlukan dalam evaluasi
keberlanjutan Agropolitan Poncokusumo dari keberlanjutan Agropolitan Poncokusumo adalah
berbagai permasalahan yang ada untuk mengetahui data primer dan data sekunder. Data primer berupa
status keberlanjutan kedepannya. Penilaian wawancara menggunakan kuisioner kepada
evaluasi keberlanjutan melalui tiga pilar masyarakat dan pakar. Data sekunder berupa data
keberlanjutan, yakni aspek lingkungan, sosial, dan Kecamatan Poncokusumo dalam Angka,
ekonomi. Melalui evaluasi keberlanjutan Kabupaten Malang dalam Angka, data dari dinas
agropolitan akan mempermudah dalam melakukan pertanian, peta wilayah, serta studi literatur.
3

Teknik Pengumpulan Data ܰ݅


݊௜ = ‫݊ݔ‬
Teknik pengumpulan data yang dilakukan ܰ
Ket: ni = sampel ke i
adalah melalui wawancara, kuisioner, survei
Ni = populasi ke i
lapangan, serta pengumpulan dokumentasi sesuai N = populasi
n = jumlah sampel
dengan topik penelitian tentang evaluasi
Agropolitan Poncokusumo.
Berdasarkan rumus tersebut maka

Teknik Penentuan Responden didapatkan jumlah proporsional untuk masing-

Penentuan sampel atau responden masing zonasi penelitian, seperti yang tercantum

penelitian dipilih berdasarkan keterkaitannya pada Tabel 1.

dengan pertanian dan kawasan agropolitan.


Tabel 1. Sampel Responden Masyarakat
Responden dibedakan menjadi dua yakni Zonasi
responden dari masyarakat yang terlibat dalam Komoditas
No Sampel Responden
Unggulan
usaha pertanian dan responden dari para pakar. Pertanian
1. Responden Masyarakat 1 Apel 27
Pemilihan sampel responden dari 2 Sayuran 49
3 Tebu 6
masyarakat ditentukan secara stratified random
4 Jagung 14
sampling. Pertama, penentuan jumlah Total 96
keseluruhan responden dengan menggunakan
rumus dari Lynch, yakni: 2. Informan Pakar

ܰ ܼଶ‫(݌‬1 − ‫)݌‬ Pemilihan sampel responden dari para


݊=
ܰ ‫ ܦ‬ଶ + ܼଶ (‫(݌‬1 − ‫))݌‬ pakar digunakan untuk menjawab pertanyaan
Ket: n = ukuran sampel wawancara yang tidak dapat diajukan kepada
N = ukuran seluruh populasi
masyarakat karena keterbatasan pengetahuan
Z = jumlah variable normal (1,96) untuk
reliable 0,95 mereka. Responden pakar dengan statusnya
p = proporsi yang paling luas (0,5)
sebagai key informant dipilih dengan beberapa
D = sampling eror (10%)
pertimbangan kriteria yakni, mempunyai
Berdasarkan rumus diatas dengan jumlah
pengalaman dan wawasan sesuai dengan bidang
total populasi masyarakat yang bekerja disektor
yang dikaji, bersedia, dan berada di lokasi yang
pertanian sebesar 17.820 jiwa, maka didapatkan
dikaji. Responden pakar yang diambil di penelitian
total responden penelitian sebanyak 96 jiwa.
ini yakni:
Jumlah sampel responden tersebut
kemudian distrata sesuai dengan zonasi penelitian.
Zonasi penelitian didasarkan pada wilayah tanam
pertanian, Penghitungannya dilakukan secara
proporsional dengan rumus:
4

Tabel 2. Informan Pakar 3. Penyusunan indeks dan status keberlanjutan


No Responden Pakar Jumlah
1 Kabid Pengolahan Pemasararan Agropolitan Poncokusumo dengan penilaian
Hasil dan Pengembangan
skor dari masing-masing atribut dari hasil
Sumberdaya Pertanian Dinas 1
Pertanian dan Perkebunan wawancara tersruktur yang kemudian dianalisis
Kabupaten Malang
2 Kasi Ekonomi dan Perdagangan
1
secara multi dimensi untuk menentukan posisi
(Ekdang) Kecamatan Poncokusumo
3 Ketua UPT BP/ PPL (Penyuluh keberlanjutan.
1
Pertanian) Kecamatan Poncokusumo
4 Mantri Tani Kecamatan
4. Melakukan analisis Monte Carlo untuk
1
Poncokusumo meminimalisir kesalahan dalam proses analisis
5 Kepala Desa Wonorejo 1
6 Kepala Desa Dawuhan 1 yang dilakukan, dengan taraf kepercayaan 95%.
7 Perangkat Desa Poncokusumo 1
8 Kaur Umum Desa Ngadireso 1 5. Melakukan analisis Leverage untuk mengetahui
9 Kepala Gapoktan Sido Mukti 1
atribut sensitif yang perlu diperbaiki untuk
Total 9
meningkatkan status keberlanjutan.
Metode Analisis Data
Analisis keberlanjutan kawasan agropolitan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan
melalui pendekatan analisis Multidimensional
Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa
Scaling (MDS) dengan bantuan software Rap-Agro
Timur. Waktu penelitian lapangan dilakukan pada
(modifikasi dari Rapfish) for Microsoft Excel.
bulan Januari-Maret 2014.
Analisis ini untuk mengetahui keberlanjutan secara
multidisipliner. Teknik ini digunakan melalui
beberapa tahapan (Kavanagh dan Pitcher, 2004), HASIL DAN PEMBAHASAN

yakni: Status Keberlanjutan Agropolitan


Status keberlanjutan Agropolitan
Poncokusumo dikaji melalui analisis Multi
Tabel 3. Kategori Status Keberlanjutan
Pengembangan Kawasan Agropolitan Dimensional Scaling (MDS) dengan bantuan
Nilai Indeks Kategori
0,00-24,99 Buruk (Tidak Berkelanjutan) software Rap-Agro berdasarkan tiga dimensi
Kurang (Kurang keberlanjutan. Lingkungan, sosial, dan ekonomi
25,00-49,99
Berkelanjutan)
Cukup (Cukup menjadi dimensi utama yang tersusun atas
50,00-74,99
Berkelanjutan) beberapa variabel yang memberikan pengaruh
75,00-100,00 Baik (Sangat Berkelanjutan)
Sumber: Kavanagh and Pitcher, 2004. terhadap status keberlanjutan.
1. Penentuan atribut dimensi keberlanjutan, yang
mencakup lingkungan, sosial, dan ekonomi. Tabel 4. Hasil Analisis Keberlanjutan
Agropolitan Poncokusumo
2. Penilaian setiap atribut berdasarkan kriteria
Dimensi Status
Monte
setiap dimensi. Setiap atribut dalam dimensi Keberlanju Keberlanjutan Stress R2
Carlo
tan Nilai Kategori
keberlanjutan yang diberikan skor berdasarkan Lingkungan 52,80 Cukup 0,14 0,94 52,35
Sosial 48,41 Kurang 0,15 0,89 48,21
scientific judgment dari peneliti, dengan rentang Ekonomi 50,21 Cukup 0,15 0,95 48,89
skor buruk – baik dalam skala ordinal. Multi
50,65 Cukup 0,13 0,96 50,85
Dimensi
5

Hasil analisis menunjukkan dimensi menunjukkan nilai 0,94, sehingga cukup akurat
keberlanjutan, baik dimensi lingkungan, sosial, dan dan dapat dipertanggungjawabkan karena nilai
ekonomi memiliki nilai cukup akurat dan dapat stress lebih kecil dari 0,25 dan nilai koefisien
dipertanggungjawabkan. Nilai stress menunjukkan determinasi (R2) mendekati nilai 1 (Kavanagh and
rentang antara 0,13-0,15 dan koefisien determinasi Pitcher, 2004).
(R2) yang berkisar 0,89-0,96. Berdasarkan
Rap-Agro Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
Kavanagh dan Pitcher (2004), hasil analisis 60

dianggap cukup akurat dan dapat dipertanggung 40

jawabkan jika nilai stress lebih kecil dari 0,25 dan

Other Distingishing Features


20

2
nilai koefisien determinasi (R ) mendekati nilai 1. 0
0 20 40 60 80 100 120

Hasil analisis keberlanjutan menggunakan -20

Rap-Agro dan analisis Monte Carlo tidak -40

menunjukkan perbedaan signifikan. Analisis -60


Agropolitan Status

Monte Carlo dilakukan dengan tingkat


Gambar 1. Posisi status keberlanjutan Rap-
kepercayaan 95% dengan pengulangan sebanyak
Agro dimensi lingkungan dan kestabilan nilai
25 kali. Perbedaan yang tidak terlalu signifikan ordinasi dengan analisis Monte Carlo
antara analisis Rap-Agro dengan Monte Carlo
Atribut yang memberikan pengaruh
berarti menunjukkan kesalahan analisis data yang
terhadap status keberlanjutan Agropolitan
dilakukan dapat diperkecil.
Poncokusumo dimensi lingkungan ada tujuh
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
atribut, yakni: keanekaragaman varietas tanaman,
indeks keberlanjutan dimensi lingkungan dengan
jenis saprodi, penggunaan saprodi, pengolahan
nilai 52,80 dengan status cukup berkelanjutan,
limbah, ketersediaan sumberdaya air, bencana
dimensi sosial dengan nilai 48,41 dengan status
alam, dan intensitas konversi lahan pertanian.
kurang berkelanjutan, dan dimensi ekonomi
Untuk melihat atribut sensitif yang memberikan
dengan nilai 50,21 dengan status cukup
pengaruh terhadap status keberlanjutan dimensi
berkelanjutan. Agar kedepannya nilai indeks ini
lingkungan dilakukan melalui analisis Leverage.
semakin meningkat maka perlu perbaikan terhadap Leverage of Attributes

atribut-atribut sensitif yang berpengaruh dalam Intensitas konversi


lahan pertanian
3.37

setiap dimensi. Bencana alam 7.99

Ketersediaan
11.85
sumberdaya air
Attribute

Pengolahan limbah 2.19

Status Keberlanjutan Dimensi Lingkungan Penggunaan saprodi 12.15

Jenis saprodi 8.04

Hasil analisis keberlanjutan dimensi Keanekaragaman


variates tanaman
1.86

lingkungan menunjukkan nilai 52,80 yang berarti 0 2 4 6 8 10 12


Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute
14

Removed (on Status scale 0 to 100)

cukup berkelanjutan. Sedangkan nilai stress


Gambar 2. Analisis distribusi sensitivitas
sebesar 0,14 dan nilai koefisien determinasi
melalui analisis Leverage
6

Berdasarkan hasil analisis Leverage yang mencukupi kebutuhan sumberdaya air di lokasi
nampak pada Gambar 2 didapatkan hasil yang penelitian. Sumber mata air yang tersedia di
memberikan sensitivitas utama terhadap status Kecamatan Poncokusumo antara lain sumber
keberlanjutan dimensi lingkungan yang dominan dewo, nongkojajar, umbulan, hayek-hayek, ringin,
adalah penggunaan saprodi dengan nilai 12,15, agung, aren, jamini, darungan, serta coban pelangi.
ketersediaan sumber daya air dengan nilai 11,85, Ketiga, jenis saprodi menjadi atribut yang
jenis saprodi dengan nilai 8,04, dan bencana alam sensitif dikarenakan pemilihan jenis saprodi yang
dengan nilai 7,99. tepat akan meningkatkan produksi pertanian dan
Pertama, aspek penggunaan saprodi menjaga kesuburan tanah, namun jika pemilihan
menjadi nilai yang sensitif dikarenakan jenis saprodi yang tidak tepat akan terjadi hal yang
penggunaannya dikalangan petani yang tidak sebaliknya. Penggunaan pupuk anorganik dan
sesuai dengan dosis yang ditentukan. Penggunaan penggunaan pupuk organik yang seimbang
saprodi yang sesuai dengan dosis tertentu akan diharapkan tetap mampu menjaga produksi
lebih baik dibandingkan dengan penggunaan dosis pertanian dan meregenerasi unsur hara yang
yang berlebihan. Berdasarkan hasil penelitian para tersedia dalam tanah. Hasil penelitian
petani dalam penggunaan saprodi melebihi dosis menunjukkan penggunaan saprodi oleh para petani
yang ditentukan. Berdasarkan hasil wawancara dan di Agropolitan Poncokusumo masih didominasi
observasi di lapangan menunjukkan para petani oleh jenis bahan anorganik atau kimiawi, baik
cenderung menggunakan takaran dari mereka berupa pupuk maupun jenis pestisida. Jenis pupuk
sendiri. Penggunaan takaran oleh petani ternyata kimiawi yang sering digunakan adalah pupuk
melebihi dosis yang telah ditentukan pada bungkus Urea, ZE, serta Phonska. Sementara penggunaan
saprodi. Jarang dijumpai petani dengan pestisida adalah jenis fungisida berupa Asmec,
menggunakan takaran yang sesuai aturan dalam Antrocol, serta Topsin-M. Penggunaan pupuk
bungkus pupuk maupun pestisida. organik hanya digunakan oleh beberapa petani,
Kedua, aspek ketersediaan air menjadi baik berupa pupuk organik dari pabrik maupun
atribut yang sensitif dikarenakan pentingnya pupuk kandang. Para petani mengungkapkan jika
sumberdaya air dalam bidang pertanian. Tanpa menggunakan pupuk kimiawi lebih meningkatkan
ketesediaan air yang cukup maka kegiatan produksi pertanian dibandingkan menggunakan
pertanian tidak bisa dijalankan secara optimal dan pupuk organik. Hal ini berdampak terhadap
akan mengurangi produksi pertanian. Berdasarkan menurunya kualitas fisik dan kimia tanah. Karena
hasil penelitian menunjukkan ketersedian unsur hara yang tersedia dalam tanah terus
sumberdaya air yang ada di Agropolitan menerus digunakan tanpa adanya upaya
Poncokusumo tergolong mencukupi, baik selama memperbaiki.
musim penghujan maupun musim kemarau. Keempat, bencana alam menjadi atribut
Meskipun ada beberapa dusun yang hanya tersedia yang sensitif dikarenakan bencana alam bisa
air ketika musim penghujan namun tetap mendukung proses produksi pertanian atau
7
RAP-Agro Ordination
menghambat produksi pertanian. Intensitas
60
kejadian yang cukup sering terjadi maka akan
40
menghambat produksi pertanian dan bahkan dapat

Other Distingishing Features


mengancam kegagalan panen para petani. 20

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan selama 0 48.41


0 20 40 60 80 100 120

kurang lebih 5 tahun terakhir tidak ada bencana -20

alam yang memberikan pengaruh negatif terhadap -40

kondisi pertanian. Bencana alam yang terjadi di


-60

Agropolitan Poncokusumo yang berpengaruh Agropolitan Status

terhadap pertanian adalah erupsi gunung Semeru, Rap-Agro Ordination - Monte Carlo Scatter Plot

60

tanah longsor, serta banjir. Berdasarkan hasil


40

penelitian, bencana alam erupsi gunung semeru


Other Distingishing Features
20

sejak tahun 2004 sudah tidak terjadi lagi,


0
0 20 40 60 80 100 120

sedangkan bencana longsor dan banjir tercatat


-20

masih sering terjadi. Berdasarkan data dari Badan -40

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kab. -60


Agropolitan Status

Malang pada tahun 2012 terjadi tanah longsor di Gambar 3. Posisi status keberlanjutan Rap-
Agro dimensi sosial dan kestabilan nilai ordinasi
Desa Sumberejo dan Desa Ngadas. Pada tahun
dengan analisis Monte Carlo
2013 terjadi bencana tanah longsor di Desa
Sumberejo dan Desa Pandasari, serta banjir di Atribut yang memberikan pengaruh
Desa Pajaran. terhadap status keberlanjutan Agropolitan
Poncokusumo terhadap dimensi sosial ada enam
Status Keberlanjutan Dimensi Sosial atribut, yakni: tingkat pendidikan, tingkat
penyerapan lapangan kerja, kelembagaan petani,
Hasil analisis keberlanjutan dimensi sosial
status kepemilikan lahan, kerjasama, dan hubungan
menunjukkan nilai 58,41 yang berarti kurang
masyarakat dalam kegiatan pertanian. Untuk
berkelanjutan. Sedangkan nilai stress sebesar 0,15
melihat atribut sensitif yang memberikan pengaruh
dan nilai koefisien determinasi menunjukkan nilai
terhadap status keberlanjutan dimensi sosial
0,89, sehingga cukup akurat dan dapat
dilakukan melalui analisis Leverage.
dipertanggungjawabkan karena nilai stress lebih
kecil dari 0,25 dan nilai koefisien determinasi (R2)
mendekati nilai 1 (Kavanagh and Pitcher, 2004).
8

Leverage of Attributes
di Agropolitan Poncokusumo, selama masih ada
Hubungan masyarakat dalam kegiatan
0.47
lahan pertanian untuk mereka kerjakan mereka
pertanian

Kerjasama 20.06 akan terus menggarap lahan tersebut.


Status kepemilikan lahan 29.33 Kepemilikan lahan berdasarkan hasil wawancara
Attribute

Kelembagaan petani 22.50 didominasi oleh warga lokal dengan kepemilikan


Tingkat penyerapan lapangan kerja 14.04
lahan pertanian didominasi oleh usaha turun
Tingkat pendidikan 4.94
temurun keluarga.
0 5 10 15 20 25 30 35
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute
Removed (on Status scale 0 to 100)
Kedua, kelembagaan petani memberikan
atribut sensitif terhadap status keberlanjutan
Gambar 4. Analisis distribusi sensitivitas
melalui analisis Leverage dikarenakan melalui adanya kelembagaan petani
akan lebih mudah dalam interaksi peningkatan
Berdasarkan hasil analisis Leverage yang kegiatan pertanian. Tingginya jumlah kelembagaan
nampak pada Gambar 4 didapatkan hasil bahwa petani jika mampu berinteraksi dan
yang memberikan sensitivitas utama terhadap mengembangkan program perbaikan pertanian
status keberlanjutan dimensi sosial adalah status maka akan meningkatkan keuntungan bagi para
kepemilikan lahan dengan nilai 29,53, petani. Berdasarkan hasil penelitian menunukkan
kelembagaan petani dengan nilai 22,50, serta kelembagaan petani di Agropolitan Poncokusumo
kerjasama dengan nilai 20,06. tinggi, dengan setiap desa memiliki setidaknya satu
Pertama, kepemilikan lahan memberikan kelompok tani. Berdasarkan data dari Badan
atribut sensitif terhadap status keberlanjutan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Pertanian
dikarenakan perbedaan status kepemilikan lahan (BKP3) Kecamatan Poncokusumo 2014 jumlah
dapat memberikan andil terhadap rusaknya sistem kelompok tani total ada 55. Kelompok tani tersebut
pertanian. Status hak sewa atas lahan pertanian tersebar di setiap desa di Agropolitan
dapat mendorong penyewa melalukan eksploitasi Poncokusumo.
berlebihan terhadap kondisi lahan pertanian dalam Ketiga, kerjasama memberikan atribut
mengejar keuntungan ekonomi, tanpa sensitif terhadap status keberlanjutan dikarenakan
memperhatikan kualitas lahan. Jika para pemilik melalui kerjasama antar petani pada tingkat desa,
lahan mendukung dalam pengelolaan usaha tani kecamatan, kabupaten, maupun provinsi akan lebih
yang berorientasi lingkungan, maka cara membuka pengetahuan tentang pertanian. Melalui
memperlakukan lahan akan berbeda (Salikin, kerjasama antar petani dalam tingkatan yang
2003). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan berbeda diharapkan mampu meningkatkan
mata pencaharian utama warga di Agropolitan keuntungan bagi para petani. Berdasarkan hasil
Poncokusumo adalah bertani, sehingga mayoritas penelitian menunjukkan kerjasama antar petani
mereka menggarap lahan pertanian. Lahan dalam peningkatan hasil produksi pertanian sangat
pertanian tidak saja yang dimiliki pribadi tetapi rendah. Sebagian besar petani mandiri dalam usaha
juga yang dimiliki orang lain. Prinsip para petani pertanian mereka. Tingginya jumlah kelembagaan
9

petani tersebut masih tidak didukung dengan


seringnya interaksi antar kelompok. Berdasarkan
Gambar 5. Posisi status keberlanjutan Rap-
hasil wawancara dengan mantri tani, kelembagaan Agro dimensi ekonomi dan kestabilan nilai
ordinasi dengan analisis Monte Carlo
yang ada tidak berjalan optimal dikarenakan masih
adanya ikatan keluarga antar pengurusnya,
Atribut yang memberikan pengaruh
sehingga warga lain kurang mendapatkan respon
terhadap status keberlanjutan Agropolitan
yang optimal. Padahal dengan tingginya jumlah
Poncokusumo terhadap dimensi ekonomi ada
kelembagaan petani kemudian mampu berinteraksi
delapan atribut, yakni: tingkat pendapatan, harga
dan mengembangkan program perbaikan pertanian,
komoditas pertanian, jumlah pasar, keragaman
maka seyogyanya akan meningkatkan keuntungan.
produksi, daya saing produk, subsidi pemerintah,
keberadaan koperasi. Untuk melihat atribut sensitif
Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi
yang memberikan pengaruh terhadap status
Hasil analisis keberlanjutan dimensi keberlanjutan dimensi ekonomi dilakukan melalui
ekonomi menunjukkan nilai 50,21 yang berarti analisis Leverage.
cukup berkelanjutan. Sedangkan nilai stress Leverage of Attributes

Keberadaan koperasi 0.99


sebesar 0,15 dan nilai koefisien determinasi
Subsidi pemerintah 0.70

menunjukkan nilai 0,95, sehingga cukup akurat Daya saing produk 1.51
Attribute

Keragaman produksi 0.10

dan dapat dipertanggungjawabkan karena nilai Jumlah pasar 0.10

Keuntungan Usaha Pertanian 0.31


stress lebih kecil dari 0,25 dan nilai koefisien
Harga komoditas pertanian 0.75

determinasi (R2) mendekati nilai 1 (Kavanagh and Tingkat pendapatan 0.82

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Pitcher, 2004). Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute
Removed (on Status scale 0 to 100)
RAP-Agro Ordination

60 Up
Gambar 6. Analisis distribusi sensitivitas
melalui analisis Leverage
40

Berdasarkan hasil analisis Leverage seperti


Other Distingishing Features

20

Bad Good
yang nampak pada Gambar 6 didapatkan hasil
0
0 20 40 50.21
60 80 100 120
bahwa yang memberikan sensitivitas utama
-20

terhadap status keberlanjutan dimensi ekonomi


-40

yang dominan adalah daya saing produk dengan


-60 Dow n

Agropolitan Status
nilai 1,51, keberadaan koperasi dengan nilai 0,99,
Rap-Agro Ordination - Monte Carlo Scatter Plot

60
tingkat pendapatan 0,82, harga komoditas
40
pertanian dengan nilai 0,75, dan subsidi
pemerintah dengan nilai 0,70.
Other Distingishing Features

20

0
0 20 40 60 80 100 120
Pertama, daya saing produk memberikan
-20
pengaruh sensitif terhadap status keberlanjutan
-40
dikarenakan daya saing produk merupakan bagian
-60
Agropolitan Status
10

tidak terpisahkan dari ekonomi suatu daerah. kecil para petani yang mengajukan permodalan
Semakin tinggi daya saing produk maka akan dalam usaha pertanian ke lembaga formal
semakin meningkatkan tingkat ekonomi, (koperasi).
sebaliknya semakin rendah daya saing produk Ketiga, tingkat pendapatan memberikan
maka akan semakin menurunkan tingkat ekonomi pengaruh sensitif terhadap status keberlanjutan
daerah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dikarenakan rendahnya pendapatan petani akan
daya saing produk pertanian di Agropolitan berakibat pada rendahnya pemenuhan kebutuhan
Poncokusumo tergolong tinggi dan mencapai hidup, baik sandang, pangan, dan papan.
tingkat provinsi. Produk pertanian terjual tidak Beradasarkan hasil penelitian menunjukkan
hanya lintas kecamatan tapi juga sampai lintas pendapatan para petani masih di bawah upah
provinsi. Apel dan sayuran sudah sampai di Jakarta minimum regional (UMR) Jawa Timur.
dan Bali. Jagung pemasarannya di Pasar Gadang Berdasarkan hasil penelitian tingkat
Kabupaten Malang, Pasar Besar Kota Malang serta pendapatan para petani jika sebagai penggarap
Pasar Porong di Sidoarjo. Tebu diolah sendiri dan lahan orang lain maka dapat diklasifikasikan
di jual ke pabrik gula Krebet serta Kebon Agung menjadi dua sistem, yakni sistem perhari dan
yang keduanya berada di Kabupaten Malang. sistem borongan. Jika sistem pembayaran perhari,
maka pendapatan para petani setiap harinya
Kedua, keberadaan koperasi memberikan adalah + Rp.10.000-20.000 dengan jam kerja
pengaruh sensitif terhadap status keberlanjutan mulai jam 7.00-11.00. Ditotal dalam satu bulan
dikarenakan permodalan merupakan salah satu pendapatan yang dihasilkan oleh petani berkisar
faktor produksi penting dalam usaha pertanian antara + Rp. 300.000-600.000. Apabila sistem
(Nurmanaf, 2007). Permodalan baik dari borongan, maka pendapatannya + Rp. 800.00-
keberadaan koperasi maupun lembaga keuangan 1.000.000 dengan jangka kerja sesuai dengan para
mikro lain akan sangat membantu bagi para petani. penggarap lahan selama kurun waktu tertentu (10-
Keberadaan koperasi di Agropolitan Poncokusumo 15 hari). Jika pemilik lahan maka pendapatan
untuk membantu kegiatan perekonomian para yang didapatkan tergantung harga pasar dari hasil
petani hanya ada di desa tertentu. Desa yang panen. Ketika harga panen bagus maka
menyediakan koperasi antara lain Desa pendapatan yang didapatkan juga akan bagus,
Wonomulyo, Jambesari, Poncokusumo, dan namun jika harga panen rendah maka pendapatan
Wringinanom. Koperasi yang ada jarang sekali yang didapatkan rendah.
dimanfaatkan oleh para petani, mereka lebih Biaya produksi yang dibutuhkan oleh
memilih menjual ternak untuk melanjutkan usaha pemilik lahan yakni biaya perawatan dan biaya
pertanian. Selain menjual ternak, para petani juga buruh tani. Jika rata-rata kepemilikan lahan
lebih memilih meminjam uang kepada para juragan pertanian adalah 100 pohon Apel, dengan biaya
di desa dibandingkan meminjam ke koperasi. Fakta perawatan sebesar Rp.3000-5.000 untuk setiap
dilapangan memang menunjukkan hanya sebagian pohon dan biaya buruh perhari adalah sebesar
11

Rp.10.000-20.000, maka dalam masa panen empat kg. Sayuran sawi, kubis, kentang, jagung, serta
bulan biaya produksi yang dibutuhkan adalah tomat dihargai + Rp. 2500-3000 per kg, sayuran
berkisar Rp.1.500.000-2.900.000. Satu pohon Apel cabe dihargai + Rp. 4000-5000 per kg, kacang
yang rata-rata menghasilkan 20kg buah, maka panjang dihargai Rp. 500 – 1500 per kg. Tanaman
dengan 100 pohon akan dihasilkan 2.000kg buah tebu sistem penjualan ada dua jenis yakni sistem
Apel dalam masa panen empat bulan. Harga jual borongan dan sistem kwintal. Sistem borongan
apel yang berkisar Rp.3000-7.000 per harga terakhir panen pada tahun 2013 rata-rata
kilogramnya, maka keuntungan kotor yang dijual dengan harga + Rp. 40.000.000 per satuan
didapatkan adalah sebesar Rp.6.000.000- lahan atau Rp. 30.000 per kuintal.
14.000.000. Keuntungan bersih yang didapatkan Kelima, subsidi pemerintah memberikan
oleh petani melalui pendapatan kotor dikurangi atribut sensitif terhadap status keberlanjutan karena
biaya produksi adalah sebesar Rp. 4.500.000- subsidi pemerintah dapat mendukung usaha
11.700.000. Oleh karenanya pendapatan yang pertanian menjadi lebih baik. Bantuan pemerintah
didapatkan oleh pemilik lahan setiap masa panen akan sangat meringankan beban para petani.
(+ empat bulan) jika kualitas kurang bagus dan Berdasarkan hasil penelitian, petani di Agropolitan
harga rendah adalah sebesar Rp. 4.500.000, namun Poncokusumo mayoritas melakukan usaha
jika kualitas bagus dan harga bagus adalah sebesar pertanian secara mandiri tanpa bantuan dari
Rp. 11.700.000 pemerintah. Bantuan pemerintah yang mereka
Keempat, harga komoditas pertanian rasakan adalah berupa harga subsidi pupuk,
memberikan atribut sensitif terhadap status walupun fakta di lapangan pupuk yang bersubsidi
keberlanjutan dikarenakan harga komoditas masih dirasa mahal dan memberatkan bagi para
pertanian akan memberikan pengaruh terhadap petani. Belum lagi kelangkaan pupuk yang masih
keuntungan pertanian dan tingkat pendapatan sering dialami oleh para petani di Agropolitan
petani. Jika kondisi harga naik maka akan Poncokusumo.
memberikan pengaruh positif terhadap
kesejahteraan petani, namun jika harga turun akan Penilaian Keberlanjutan Multi Dimensi
Agropolitan Poncokusumo
memberikan pengaruh negatif terhadap
kesejahteraan para petani. Berdasarkan hasil Hasil analisis Rap-Agro dalam mendukung
wawancara harga jual diakui sesuai dengan rata- perencanaan pengembangan wilayah agropolitan
rata harga jual di pasaran, namun karena sistem diperoleh nilai status keberlanjutan sebesar 50,65
penjualan hasil panen tidak langsung dijual oleh dan termasuk dalam status cukup berkelanjutan.
petani ke pasar atau konsumen tetapi melalui Nilai ini didapatkan dari 21 atribut dari tiga
pengepul maka harga pasar ditentukan oleh para dimensi keberlanjutan.
pengepul. Apel dengan kualitas baik maka
dihargai + Rp. 6000-7000 per kg, jika kualitas
kurang baik maka dihargai + Rp. 3000-4000 per
12
RAP-Agro Ordination

60
KESIMPULAN
Up

40
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi status
keberlanjutan Agropolitan Poncokusumo dapat
Other Distingishing Features

20

0
Bad
50.65
Good disimpulkan bahwa posisi keberlanjutan secara
0 20 40 60 80 100 120

multidimensional adalah cukup keberlanjutan,


-20

dengan beberapa atribut yang perlu diperbaiki.


-40

Down
Atribut yang sensitif yang perlu diperbaiki dan
-60
Agropolitan Status
dipertahankan dalam status keberlanjutan
Rap-Agro Ordination - Monte Carlo Scatter Plot

60
Agropolitan Poncokusumo adalah: pertama,
40
penggunaan saprodi, ketersediaan sumber daya air,
jenis saprodi, dan bencana alam dari segi dimensi
Other Distingishing Features

20

0
0 20 40 60 80 100 120 lingkungan. Kedua, status kepemilikan lahan,
-20
kelembagaan petani, serta kerjasama. Ketiga, daya
-40

saing produk, keberadaan koperasi, tingkat


-60
Agropolitan Status
pendapatan, harga komoditas pertanian, dan
Gambar 7. Posisi status keberlanjutan Rap-
subsidi pertanian.
Agro dan analisis Monte Carlo Agropolitan
Poncokusumo Melalui peningkatan perbaikan atribut sensitif
Hasil analisis Monte Carlo menunjukkan
maka diharapkan status keberlanjutan akan
bahwa nilai indeks keberlanjutan Agropolitan
semakin meningkatkan pembangunan di
Poncokusumo pada taraf kepercayaan 95%,
Kecamatan Poncokusumo.
menunjukkan hasil yang tidak mengalami
perbedaan signifikan dengan hasil analisis Rap-
DAFTAR PUSTAKA
Agro. Hal ini menunjukkan kesalahan analisis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanan
dapat diperkecil dalam hal pemberian skor setiap Penyuluhan.2014. Program Penyuluhan.
atribut keberlanjutan. Badan Pusat Statistik. 2012. Kecamatan
Poncokusumo Dalam Angka Tahun 2012.
Posisi cukup berkelanjutan dari hasil
Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Malang
analisis menunjukkan bahwa adanya keseimbangan Dalam Angka Tahun 2012.
antara tiga dimensi keberlanjutan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik. 2013. Kabupaten Malang
hasil penelitian wilayah Agropolitan Poncokusumo Dalam Angka Tahun 2013.

mampu menyeimbangkan antara kegiatan Baladina, Nur, Ratya Anindita, dan Resna Putri
N.K. 2010. Respon Petani Apel Terhadap
perekonomian, kondisi lingkungan hidup, serta Industrialisasi Pertanian. SEPA: Vol 8 No 2
interaksi sosial, walaupun masih perlunya Pebruari 2012.

perbaikan di masa depan agar posisi dan status Kavanagh, P., and T.J. Pitcher, 2004.
Implementing Microsft Excel Sofware for
keberlanjutan semakin meningkat. Rapfish: A technique for the Rapid Apraisal
Fisheries Status. Canada: University of
Bitish Colombia.
13

Nurmanaf, Rozany A. Lembaga Informal


Pembiayaan Mikro Lebih Dekat Dengan
Petani. Analisis Kebijakan Pertanian.
Volume 5 no 2, Juni 2007:99-109.
Pranoto, Sugimin. 2005. Pembangunan Perdesaan
Berkelanjutan Melalui Model
Pengembangan Agropolitan. Disertasi
Tidak Diterbitkan. Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan, IPB.
Rustiadi, Ernan., S. Saefulhakim, dan D.R. Panuju.
2011. Perencanaan Dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan
Yayasan Obor Indonesia.
Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian
Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai