Anda di halaman 1dari 99

UNIVERSITAS INDONESIA

AUDIT ATAS TRANSAKSI PEROLEHAN ASET TETAP


PADA PT JBU

LAPORAN MAGANG

ALEXANDER PANANGIAN
0806391070

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2013

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

AUDIT ATAS TRANSAKSI PEROLEHAN ASET TETAP


PADA PT JBU

LAPORAN MAGANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Ekonomi

ALEXANDER PANANGIAN
0806391070

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2013

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR

Sembah dan sujud bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas tuntunan dan segala yang
telah diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penyusunan
laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa tuntunan Tuhan melalui
berbagai pihak, dari masa awal perkuliahan sampai pada saat ini, akan terasa
sangat berat dan mustahil bagi saya untuk dapat menyelesaikan laporan magang
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan rasa terima kasih saya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus
2. Ibu Dian Nastiti S.E., Ak., M.Com., selaku dosen pembimbing saya yang
telah begitu pengertian, sabar, dan tulus mengiringi langkah-langkah
terakhir saya di FEUI, tidak akan pernah cukup ucapan terima kasih saya
untuk apa yang telah Ibu Dian berikan.
3. Dosen-dosen pengajar FEUI beserta staf-staf lainnya tanpa terkecuali yang
telah memberikan segala bentuk ilmu selama saya di FEUI.
4. Keluarga besar KAP RW yang telah memberikan saya kesempatan dan
pengalaman berharga dalam Program Magang ini.
5. Papa dan Mama sebagai orang tua sekaligus sahabat yang selama ini telah
memberikan warna-warni kehidupan saya, memaklumi dan memaafkan
segala kekurangan saya, menjadi motivasi dan kenangan indah di hidup
saya sampai detik ini dan hingga akhir hayat saya. Tidak akan ada yang
bisa saya lakukan untuk membalas kesabaran dan kasih sayang kalian.
Senang bisa menjadi anak kalian dan semoga kita bisa bertemu lagi hingga
di kehidupan yang lain.
6. Keluarga besar saya yang telah memberikan arti tersendiri dari sebuah kata
"keluarga", terutama Abang Anton dan Abang Andre. Banyak hal yang
telah kita lalui bersama, suatu kehormatan bagi saya bisa menjadi adik
kalian. Semoga hidup dan jalan kalian selalu diringankan dan didampingi
oleh Tuhan.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


7. Seluruh Senior di FEUI angkatan 1995-2005 yang telah mengajarkan
berbagai hal mulai dari awal saya memijakkan kaki di FEUI hingga ketika
saya harus berpijak pada kaki saya sendiri. Terima kasih telah menjadikan
saya bagian dari kalian, dan telah menjadikan saya manusia yang tangguh.
Maaf nama kalian tidak saya sebutkan satu per satu, tetapi nama kalian
terukir jelas di hati dan kenangan saya.
8. Yan Raymond Denis Simanjuntak S.E. sebagai seorang saudara, sahabat,
teman seperjuangan, partner, penjaga kewarasan, teman sekamar,
penolong, penghibur, pemberi ide, dan juga sekaligus beban. Terima kasih
kawan atas lima tahun kebersamaan yang berhasil kita lalui. Semoga saya
tidak terlalu menjadi beban bagi hidupmu, dan semoga engkau dapat
memaafkan segala kesalahan saya.
9. Dua orang wanita yang akan selalu hidup dalam mimpi dan kenangan
saya. Terima kasih atas segala warna dan corak yang pernah kalian
lukiskan pada lembar kehidupan saya. Semoga kalian bisa memaafkan
segala keburukan serta kekhilafan saya, dan semoga Tuhan selalu
memberikan kalian yang terbaik.
10. Seluruh orang Kantin FEUI yang selalu memberikan senyuman serta
kesabaran pada saya. Upah kalian besar di Surga, terima kasih semuanya.
11. Teman dan junior FEUI 2006-2011 yang tidak mungkin disebutkan semua.
Terima kasih atas rokok, makan siang, dan makan malamnya.

Akhir kata, saya berharap Tuhan berkenan membalas segala kebaikan semua yang
disebutkan maupun yang tidak sempat disebutkan. Semoga laporan magang ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.
Depok, 18 Juni 2013

Alexander Panangian

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Alexander Panangian


Program Studi : Akuntansi
Judul : Audit atas Transaksi Perolehan Aset Tetap pada PT JBU

Laporan magang ini menjelaskan proses audit umum KAP RW atas laporan
keuangan tahunan PT JBU, khususnya transaksi perolehan aset tetap (kapal tunda
dan kapal tongkang). Tujuan dari audit ini untuk memperoleh keandalan atas
transaksi terkait perolehan aset tetap. Keseluruhan proses audit berfokus pada Uji
Substantif atas Transaksi dan Uji atas Saldo Terperinci berdasarkan pada Program
Audit KAP RW. Proses audit ini menemukan beberapa dokumen pendukung
transaksi yang tidak lengkap, sementara dokumen lainnya lengkap. Namun, KAP
RW tetap mengeluarkan opini Wajar Tanpa Pengecualian untuk Laporan
Keuangan PT JBU. Laporan Magang ini disertakan dengan saran bagi PT JBU
dan KAP RW.

Kata kunci:
Perolehan aset tetap, uji substantif atas transaksi, uji atas saldo terperinci

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


ABSTRACT

Name : Alexander Panangian


Study Program : Accounting
Title : Audit of Fixed Assets Acquisition on PT JBU

This internship report explains KAP RW general audit process of PT JBU's annual
financial statements, particularly in transaction of fixed assets acquisition (tugboat
and barge). Audit aims to get a reliable assurance of PT JBU's fixed assets related
transaction. The entire audit process focus on the Substantive Test of Transaction
and Test of Detail Balance based on KAP RW Audit Program. This audit process
finds that some of supporting documents for fixed assets related transactions is
incomplete, while the others are complete. However, KAP RW still issued
Unqualified opinion for PT JBU's financial statements. This reports concludes
with recommendations for PT JBU and KAP RW.

Keywords:
Fixed assets acquisition, substantive test of transaction, test of detail balance

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Program Magang 1
1.2. Tujuan Program Magang dan Penulisan Laporan Magang 1
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang 3
1.4. Pelaksanaan Program Magang 3
1.5. Ruang Lingkup Laporan Magang 5
1.6. Metode Penulisan Laporan Magang 5
1.7. Sistematika Penulisan 6

2. LANDASAN TEORI 8
2.1. Audit atas Laporan Keuangan Secara Umum 8
2.1.1. Definisi Audit 8
2.1.2. Tujuan Audit 8
2.1.3. Hasil Audit 10
2.1.4. Prosedur Audit 11
2.2. Siklus Pengeluaran 15
2.3. Pengendalian Internal atas Siklus Pengeluaran 17
2.3.1. Pengendalian Internal dalam Aktivitas Pemesanan Aset 17
2.3.2. Pengendalian Internal dalam Aktivitas Penerimaan dan
Penyimpanan Aset 19
2.3.3. Pengendalian Internal dalam Aktivitas Approve and Pay
Vendor Invoices 20
2.4. Akun Siklus Pengeluaran Terkait Transaksi Perolehan Aset Tetap 21
2.4.1. Aset Lancar 22
2.4.2. Aset Tidak Lancar 25
2.4.3. Liabilitas Jangka Pendek 28

3. PROFIL DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 31


3.1. KAP RW 31
3.2. PT JBU 33
3.2.1. Informasi PT JBU 33
3.2.2. Kegiatan Usaha PT JBU 34

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


3.3. Pengeluaran dan Aktivitas Kunci Pengendalian Internal PT JBU 36
3.3.1. Jenis-Jenis Pengeluaran di PT JBU 36
3.3.2. Prosedur Pengeluaran Terkait Perolehan Aset Tetap PT JBU 38

4. PEMBAHASAN 45
4.1. Proses Audit atas Transaksi Perolehan Aset Tetap PT JBU 45
4.1.1. Perencanaan dan Perancangan Pendekatan Audit 46
4.1.2. Test of Control dan Substantive Test of Transactions PT JBU 48
4.1.3. Analytical Procedures dan Test of Detail Balances PT JBU 53
4.1.4. Penyelesaian dan Hasil Audit 58
4.2. Analisis Terhadap Proses Audit PT JBU 59
4.2.1. Audit Planning dan Substantive Test of Transaction 59
4.2.2. Test of Detail Balance dan Hasil Audit 62

5. KESIMPULAN DAN SARAN 65


5.1. Kesimpulan 65
5.2. Saran 66
5.2.1. Saran Bagi PT JBU 66
5.2.2. Saran Bagi KAP RW 66

DAFTAR REFERENSI 67

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Program Audit KAP RW Tahun 2011 68
Lampiran 2. Invoice Uang Muka PT BVS 77
Lampiran 3. Invoice Uang Muka PT SSM 78
Lampiran 4. Invoice Uang Muka Capella Ltd. 7 Agustus 2012 79
Lampiran 5. Invoice Uang Muka Capella Ltd. 14 Agustus 2012 80
Lampiran 6. Payment Application kepada PT BVS 81
Lampiran 7. Payment Application kepada PT SSM 82
Lampiran 8. Payment Application kepada Capella Ltd. 7 Agustus 2012 83
Lampiran 9. Payment Application kepada Capella Ltd. 25 September 2012 84
Lampiran 10. Confirmation of Receipt dari Capella Ltd. 85

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Prosedur Pengendalian Aktivitas Pemesanan Aset 18


Tabel 2.2. Prosedur Pengendalian dalam Aktivitas Penerimaan dan
Penyimpanan Aset 19
Tabel 2.3. Prosedur Pengendalian Aktivitas Approve and Pay Vendor
Invoices 20
Tabel 4.1. Kesimpulan Prosedur Audit di PT JBU 64

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perencanaan Audit dan Merancang Pendekatan Audit 12


Gambar 2.2 Metodologi Audit Siklus Pengeluaran 14
Gambar 2.3 Data Flow Diagram Siklus Pengeluaran 16
Gambar 3.1 Struktur Korporasi PT TRAM ..................................................... 35
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT JBU ......................................................... 36
Gambar 3.3 Context Diagram Sistem Perolehan Aset Tetap ........................... 39
Gambar 3.4 Data Flow Diagram Proses Perolehan Aset Tetap ...................... 40

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Program Magang


Tantangan dan persaingan dunia kerja hari ini semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya mobilisasi masyarakat dalam mencari kerja dan bertambahnya
jumlah penduduk Indonesia. Para pencari kerja berlomba-lomba meningkatkan
kompetensi diri untuk menarik perhatian perusahaan, di saat perusahaan ingin
merekrut orang-orang yang berkualitas demi memenuhi kriteria yang diinginkan.

Sumber daya manusia merupakan aspek yang penting bagi perusahaan dalam
menghadapi tantangan zaman seperti sekarang ini. Manusia dengan kompetensi
dan kreatifitas yang tinggi, tidak hanya dari aspek akademis tetapi juga terampil
dan berpengalaman, menjadi suatu keunggulan kompetitif (competitive
advantage) tersendiri bagi perusahaan dalam bersaing dengan kompetitornya.

Menyadari kebutuhan mahasiswa akan peningkatan kompetensi diri melalui


pengalaman kerja dan kebutuhan perusahaan akan sumber daya manusia yang
memiliki kualitas yang baik dari aspek personal maupun aspek profesionalisme,
institusi pendidikan banyak menggelar Program Magang.

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), fakultas ekonomi tertua di


Indonesia dengan tradisi sebagai pencetak lulusan di bidang ekonomi dan bisnis
yang berkualitas tinggi, adalah salah satu fakultas yang menyediakan Program
Magang sebagai prasyarat kelulusan yang merupakan pilihan selain skripsi untuk
Departemen Akuntansi.

1.2 Tujuan Program Magang dan Penulisan Laporan Magang


Tujuan dari Program Magang adalah untuk mengimplementasikan teori yang
didapatkan oleh mahasiswa ketika masa perkuliahan, serta mendapatkan
pengalaman dari aktifitas magang di tempat kerja untuk menjadikan modal
pemahaman yang lebih mendalam pada dunia kerja. Secara khusus, Program

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Magang yang diambil semester ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik (KAP),
maka pelaksanaan Program Magang untuk mahasiswa yang bekerja di KAP lebih
memiliki tujuan sebagai berikut:
- Mengetahui implementasi dan teori audit yang diterapkan oleh kantor
akuntan publik
- Memudahkan mahasiswa dalam memahami aktifitas audit kantor akuntan
publik dan akuntansi perusahaan dalam dunia kerja yang sebenarnya
sebelum lulus dari dunia perkuliahan
- Mempersiapkan mental mahasiswa dalam memasuki dunia kerja
- Melatih soft skills mahasiswa dalam lingkungan dunia kerja seperti
ketepatan waktu, manajemen waktu, tata krama, public speaking,
kepercayaan diri, dan lainnya
- Meringankan beban perusahaan dengan menambah tenaga kerja untuk
periode peak season karena periode mahasiswa melaksanakan Program
Magang untuk semester ini ialah bulan Januari-April di saat KAP harus
menerbitkan Laporan Keuangan beserta Laporan Auditor Independen
(LAI)

Program Magang yang diadakan oleh FEUI memiliki durasi sekurang-kurangnya


selama tiga bulan. Setelah menjalani masa magang tersebut, mahasiswa peserta
Program Magang diwajibkan untuk membuat sebuah Laporan Magang. Laporan
ini merupakan resume kegiatan yang dilakukan mahasiswa di perusahaan tempat
magang disertai dengan landasan teorinya. Penulisan Laporan Magang ini
bertujuan untuk:
- Memenuhi prasyarat kelulusan Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
- Menjadi kesempatan belajar mahasiswa dalam membuat laporan tertulis
berdasarkan pengalaman magang
- Memaparkan aktifitas selama mengikuti Program Magang sebagai
tanggung jawab mahasiswa yang menggunakan nama Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia saat melamar Program
Magang di KAP tempat mahasiswa berkerja

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


- Memfasilitasi mahasiswa lain yang berikutnya ingin membuat Laporan
Magang sebagai referensi mereka membuat laporan
- Memberikan pengetahuan mengenai aktifitas Program Magang di KAP
kepada mahasiswa lain dan para pembaca

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang


Penulis melaksanakan Program Magang di Kantor Akuntan Publik (KAP) RW
yang memiliki afiliasi dengan McMillan Woods sejak tahun 2011. KAP RW
berkantor di Graha Mampang Lt. 2, Jalan Mampang Prapatan Raya No. 100,
Jakarta Selatan. Masa magang yang dijalani oleh Penulis di KAP ini adalah tiga
bulan dimulai dari tanggal 1 Februari 2013 hingga 30 April 2013.

1.4 Pelaksanaan Program Magang


Penulis menjalani Program Magang di KAP RW dengan posisi sebagai Junior
Auditor. Adapun tugas dan tanggung jawab yang diemban Penulis tidak berbeda
dengan Junior Auditor lainnya, baik yang sudah menjadi karyawan maupun yang
masih dalam masa percobaan. Jam kerja yang ditetapkan KAP RW adalah dari
jam 08.00 – 17.00. Tetapi Penulis dapat bekerja lebih dari jam kerja yang
semestinya tergantung dengan kebijakan Senior ataupun Manager Auditor-in-
Charge.

Tugas yang dilakukan oleh Penulis adalah membantu melakukan proses audit
hingga Laporan Keuangan beserta Laporan Auditor Independen dapat diterbitkan,
sesuai dengan arahan Senior-in-Charge dan keperluan bagi tim audit. Selama tiga
bulan menjalani Program Magang ini, Penulis mendapat penugasan dalam tiga tim
audit yang berbeda untuk melaksanakan pengauditan atas:

a) PT SRB dan PT MRB


Pada penugasan pertama ini, Penulis melaksanakan general audit atas
Laporan Keuangan PT SRB dan PT MRB untuk periode akuntansi yang
berakhir per tanggal 31 Desember 2012. PT SRB dan PT MRB merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan. Tim

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


audit dalam penugasan ini terdiri dari empat orang, seorang Senior-in-
Charge, seorang Junior Auditor, dan dua orang peserta magang, termasuk
Penulis sendiri. Masa penugasan audit pertama ini adalah dua belas hari
kerja.

b) PT AHL
Penulis mendapatkan penugasan kedua untuk melaksanakan general audit
atas Laporan Keuangan PT AHL untuk periode akuntansi yang berakhir
per tanggal 31 Desember 2012. PT AHL merupakan sebuah perusahaan
yang bergerak dalam industri ekspor-impor kertas berkualitas khusus.
Pada penugasan kedua ini, Penulis ditugaskan untuk melakukan test of
detail Bank, Account Receivable, Account Payable, Sales, Inventory, serta
melakukan rekap pajak perusahaan. Tugas-tugas tersebut dilakukan
Penulis dengan melakukan konfirmasi pihak ketiga untuk saldo bank,
piutang dan hutang dagang, vouching dokumen pendukung penjualan dan
pembelian, stock opname persediaan barang dagang pada gudang yang
berlokasi di daerah Serang – Banten, serta melakukan rekap pajak
perusahaan berdasarkan dokumen-dokumen pajak yang sah. Masa
penugasan kedua ini adalah dua puluh hari kerja.

c) PT JBU
Penulis mendapatkan penugasan terakhir pada Program Magang ini untuk
melakukan general audit Laporan Keuangan PT JBU periode akuntansi
yang berakhir per tanggal 31 Desember 2012. PT JBU adalah sebuah
perusahaan yang bergerak pada industri pelayaran dan pengangkutan laut
(shipping) yang merupakan afiliasi dari PT TRAM. Perusahaan ini baru
didirikan pada bulan Maret 2012, berdasarkan akta pendiriannya.

Penulis melakukan uji terperinci (test of detail) saldo Bank, uang muka
pembelian aset tetap, serta utang pembelian aset tetap. Penulis juga
melakukan proposed reclassification journal entries atas uang muka
pembelian terhadap aset tetap perusahaan, dibawah pengawasan dan

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


bimbingan dari Senior-in-Charge secara penuh. Hal yang dilakukan terkait
kegiatan diatas adalah melalui konfirmasi pihak ketiga dan pihak berelasi,
vouching dokumen-dokumen pendukung seperti memorandum of
understanding, invoice, serta grosse akta atas pembelian kapal (tugboat
dan barge). Penulis juga dilibatkan secara mendalam hingga kepada
penerbitan Laporan Keuangan yang telah diaudit beserta Laporan Auditor
Independen. Tim audit ini terdiri dari satu orang Senior-in-Charge, satu
orang Junior Auditor, dan Penulis sendiri. Masa penugasan audit terakhir
ini adalah selama dua puluh lima hari kerja.

1.5 Ruang Lingkup Laporan Magang


Pengeluaran dari PT JBU terdiri atas tiga jenis yaitu uang muka pembelian aset
tetap, utang pembelian aset tetap, serta biaya umum dan administrasi. Dalam
Laporan Magang ini, Penulis hanya akan membahas terkait penugasan terakhir di
PT JBU, khususnya pada proses audit terhadap siklus pengeluaran PT JBU terkait
transaksi perolehan aset tetap berupa kapal tunda dan kapal tongkang (tugboat dan
barge) yang berakhir per tanggal 31 Desember 2012, perihal biaya umum dan
administrasi tidak akan dibahas oleh Penulis. Topik ini dipilih karena Penulis
mendapatkan penugasan yang cukup dalam untuk melakukan proses audit pada
transaksi perolehan aset tetap di PT JBU, serta nilai dari transaksi yang dinilai
sangat material bagi perusahaan. Nilai total uang muka pembelian aset tetap lebih
dari 90% nilai total aset, berdasarkan pecatatan Neraca Saldo perusahaan (in
house) PT JBU.

1.6 Metode Penulisan Laporan Magang


Metode yang dilakukan oleh Penulis dalam Laporan Magang ini adalah metode
observasi dengan melihat langsung pekerjaan auditor, termasuk terlibat langsung
sebagai auditor dan melaksanakan prosedur audit. Data-data yang didapatkan dan
digunakan dalam penulisan Laporan Magang ini sebagian besar berdasarkan hasil
dari observasi langsung dan proses audit pada perusahaan terkait. Beberapa
informasi yang melekat pada data-data diubah untuk menjaga kerahasiaan
perusahaan objek penulisan Laporan Magang maupun KAP.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


1.7 Sistematika Penulisan
Laporan Magang ini dibagi dalam lima bab dan setiap bab memiliki sub bab
dengan rincian sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang Penulis melakukan Program
Magang Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), yaitu sebagai salah satu
pilihan dalam memenuhi prasyarat kelulusan mahasiswa akuntansi FEUI. Selain
itu bab ini juga memaparkan tujuan Program Magang dan penulisan Laporan
Magang, waktu dan tempat pelaksanaan Program Magang, ruang lingkup Laporan
Magang, dan ditutup dengan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI


Bab kedua ini membahas mengenai teori-teori serta standar dari sisi akuntansi dan
audit yang berkaitan dengan audit siklus pengeluaran yang terkait dengan
transaksi perolehan aset tetap, yang akan digunakan sebagai landasan untuk
melakukan analisis serta pembahasan. Berbagai landasan teori dikumpulkan dari
berbagai referensi dan akan dicantumkan pada bagian daftar pustaka.

BAB 3 PROFIL DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


Pada bab ini penulis memaparkan tentang profil KAP RW sebagai perusahaan
tempat magang, serta profil dan informasi penting PT JBU sebagai perusahaan
yang menjadi objek penulisan Laporan Magang.

BAB 4 PEMBAHASAN
Bab ini membahas serta menganalisis prosedur audit yang dilakukan oleh KAP
RW atas PT JBU terkait dengan akun uang muka pembelian aset tetap, aset tetap,
serta utang pembelian aset tetap untuk periode yang berakhir per 31 Desember
2012. Bab ini juga dilengkapi dengan data-data terkait untuk menunjang analisis
Penulis dengan mengaitkan teori yang tercantum pada BAB 2, tanpa menyebutkan
sumber dan nama perusahaan secara detail demi menjaga kerahasiaan perusahaan
dan klien perusahaan.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab terakhir dari Laporan Magang dimana Penulis memaparkan
kesimpulan atas pembahasan dari bab-bab sebelumnya serta saran dan
rekomendasi untuk PT JBU, KAP RW, dan peserta Program Magang.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Audit atas Laporan Keuangan Secara Umum


2.1.1 Definisi Audit
Auditing merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi yang didapatkan
dengan kriteria yang telah ditetapkan, selain itu proses audit harus dilakukan oleh
orang yang berkompeten dan independen (Arens et al. 2009).

Dalam melakukan proses audit, harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat
diverifikasi dan beberapa standar yang dapat digunakan oleh auditor untuk
mengevaluasi informasi tersebut. Standar tersebut dapat berupa prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK).

2.1.2 Tujuan Audit


Para pemegang kepentingan membutuhkan suatu dasar atau informasi dalam
mengambil sebuah keputusan. Namun terdapat risiko bahwa informasi yang
diperolehnya salah sehingga keputusan yang dibuatnya pun menjadi tidak tepat.
Dalam dunia bisnis, laporan keuangan merupakan sumber informasi suatu
perusahaan atas kondisi keuangannya. Dengan membaca laporan keuangan suatu
perusahaan seharusnya seorang investor, regulator, kreditur ataupun pihak-pihak
lain yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan tersebut (stakeholder) dapat
mengambil keputusan ekonomis yang tepat.

Namun, seperti yang diceritakan pada ilustrasi awal, terdapat risiko bahwa
informasi yang diberikan tidak tepat, sehingga keputusan ekonomis stakeholder
juga menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Arens, et al. (2009),
terdapat beberapa penyebab mengapa terdapat risiko informasi:

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


• Informasi yang tersedia dibuat oleh pihak yang tidak memiliki hubungan
dengan pemakai informasi, sehingga terdapat kemungkinan informasi
yang didapat telah dilebih-lebihkan, baik dengan sengaja maupun tidak
sengaja.
• Perbedaan motif antara penyedia informasi dengan pemakai informasi
dalam penyusunan informasi tersebut.
• Semakin besar perusahaan, semakin besar pula transaksinya. Hal ini
menimbulkan risiko terjadinya kesalahan atas informasi–informasi dengan
nilai yang kecil dibandingkan dengan total transaksi perusahaan.
• Transaksi saat ini semakin kompleks sehingga sulit untuk melakukan
pencatatan secara memadai.

Untuk memperkecil risiko atas informasi tersebut, pengguna informasi, khususnya


informasi laporan keuangan, menginginkan agar laporan keuangan (informasi)
telah diaudit oleh auditor independen. Dengan laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh auditor independen, maka pengguna laporan keuangan setidaknya
merasa bahwa informasi yang terdapat di dalam laporan tersebut telah disajikan
secara wajar, andal dan memadai sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

Pada dasarnya, pengauditan dilakukan untuk memberi keyakinan yang memadai


kepada pengguna laporan keuangan bahwa informasi yang terdapat di dalam
laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Untuk mencapai tujuan tersebut,
setiap kegiatan audit memiliki tujuan spesifik terkait tiga hal berikut ini, yaitu
terkait transaksi, terkait dengan saldo akun, dan terkait dengan penyajian dan
pengungkapan (Arens, et al. 2009).

Tujuan audit terkait transaksi adalah auditor memperoleh keyakinan bahwa (1)
transaksi yang benar-benar terjadi telah dicatat oleh pembuat laporan keuangan
(occurence), (2) pencatatan atas suatu transaksi telah dilakukan secara lengkap
untuk akun-akun yang memang perlu untuk dicatat (completeness), (3) seluruh
transaksi dicatat sesuai dengan jumlah yang seharusnya (accuracy), (4) transaksi

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


dicatat pada akun yang tepat (classification), dan (5) transaksi yang dicatat
hanyalah transaksi yang terjadi pada periode pelaporan (cut-off).

Tujuan audit terkait dengan saldo akun adalah auditor memperoleh keyakinan
bahwa (1) keberadaan aset, liabilitas, dan modal yang terdapat dalam laporan
keuangan terbukti (existance), (2) saldo suatu akun tertentu merupakan jumlah
dari seluruh transaksi yang membentuknya (completeness), (3) seluruh aset,
liabilitas dan modal telah dicatat dan dihitung secara memadai (valuation and
allocation), serta (4) pengakuan atas aset maupun liabilitas dan modal telah
disajikan sesuai dengan hak dan kewajiban perusahaan (rights and obligation).

Yang terakhir merupakan tujuan audit terkait dengan penyajian dan


pengungkapan, yaitu auditor memperoleh keyakinan bahwa (1) seluruh transaksi
yang dicatat dalam laporan keuangan memang benar-benar terjadi dalam periode
laporan keuangan yang bersangkutan, (2) seluruh transaksi yang seharusnya
menjadi bagian dari laporan keuangan telah dicatat, (3) seluruh transaksi telah
dicatat pada jumlah yang tepat, (4) seluruh transaksi telah dicatat pada akun yang
sesuai, dan (5) seluruh transaksi yang dicatat pada periode laporan keuangan
terkait.

2.1.3 Hasil Audit


Hasil akhir dari seluruh rangkaian audit adalah opini auditor independen atas
laporan keuangan perusahaan yang diauditnya (auditee). Opini tersebut haruslah
didasarkan pada apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan sesuai dengan
standar keuangan yang berlaku umum. Terdapat empat opini audit (Arens et al.,
2009), yaitu:
• Wajar tanpa pengecualian (Unqualified). Opini audit ini diberikan apabila
pada kondisi (1) seluruh bagian laporan keuangan – laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus
kas – tersedia tanpa terkecuali, (2) terpenuhinya ketiga standar umum
audit, (3) terpenuhinya ketiga standar pekerjaan lapangan (field work), (4)
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


berlaku umum termasuk catatan atas laporan keuangan, dan (5) tidak
terdapat kondisi yang membutuhkan penambahan paragraf penjelas.
• Wajar dengan paragraf penjelasan (Unqualified with explanatory
paragraph or modified wording). Opini diberikan dengan kondisi laporan
keuangan telah disajikan secara wajar, namun auditor merasa perlu untuk
memberikan informasi tambahan atas laporan keuangan tersebut.
• Wajar dengan pengecualian (Qualified). Opini ini diberikan dengan
kondisi dimana Laporan Keuangan telah disajikan secara wajar namun
terdapat pengecualian pada beberapa area atau akun pada Laporan
Keuangan, atau terdapat beberapa pembatasan ruang lingkup audit.
• Tidak wajar (adverse). Auditor memberikan opini adverse dengan kondisi
bahwa Laporan Keuangan disajikan dengan tidak wajar.
• Tidak memberikan pendapat (disclaimer). Opini disclaimer diberikan
dengan kondisi auditor tidak dapat memberikan opini atas kewajaran
laporan keuangan atau dengan kondisi bahwa posisi auditor tidak
independen.

2.1.4 Prosedur Audit


Menurut Arens, et al. (2009) terdapat empat fase audit yaitu:
I. Perencanaan dan perancangan pendekatan audit.
II. Melaksanakan test of controls dan substantive test of transactions.
III. Melaksanakan analytical procedures dan test of detail balances.
IV. Penyelesaian kegiatan audit dan mengeluarkan laporan audit.

Fase pertama audit dilakukan secara umum untuk keseluruhan ruang lingkup
pengauditan. Pada fase ini auditor menentukan pendekatan yang digunakan dalam
menghitung besaran bukti audit yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan audit
secara keseluruhan dalam memberikan opini atas laporan keuangan. Terdapat dua
pertimbangan utama yang mempengaruhi auditor dalam memilih pendekatan itu:
• Kecukupan bukti yang dibutuhkan auditor dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya; dan
• Biaya pengumpulan bukti haruslah diminimalisasi.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Terdapat delapan langkah yang dapat digunakan auditor dalam merencanakan dan
merancang program auditnya (lihat gambar 2.1).

Menerima klien dan melaksanakan initial audit planning

Memahami bisnis dan industri klien

Menilai risiko bisnis klien

Melakukan prosedur analitis awal

Menetapkan materialitas dan menilai acceptable audit risk dan inherent risk

Memahami pengendalian internal dan control risk

Mengumpulkan informasi untuk menilai fraud risk

Menyusun rencana audit dan program audit secara keseluruhan

Gambar 2.1 Perencanaan Audit dan Merancang Pendekatan Audit


Sumber: Auditing and Assurance Services an Indonesian adaptation edition (Arens, et al. 2009)

Menurut Arens, et al. (2009) dalam menilai risiko bisnis klien terdapat lima aspek
yang harus dipertimbangkan oleh auditor yaitu Lingkungan Industri dan
Eksternal, Proses dan Operasi Bisnis, Manajemen dan Tata Kelola, Strategi dan
Tujuannya, Performa dan Pengukuran. Dengan memahami kelima aspek tersebut,
auditor dapat melakukan penilaian atas risiko bisnis klien dengan lebih tepat dan
dapat menentukan besaran materialitas serta sampel bukti audit yang akan
digunakan dalam proses audit.

Dalam FASB Nomor 2, Materialitas didefinisikan sebagai besarnya kelalaian atau


kesalahan saji dari informasi akuntansi, yang mungkin saja dapat menyebabkan
perubahan pengambilan keputusan dari seseorang atau terpengaruh oleh kesalahan
saji atau kelalaian tersebut. Dalam proses audit, materialitas akan mempengaruhi

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


opini yang dikeluarkan oleh auditor dengan cara menetapkan tingkat materialitas
dari kelalaian atau salah saji. Jika auditor dengan melakukan tes terdapat salah saji
yang melampaui tingkat materialitas tertentu, maka akan dilakukan prosedur lebih
lanjut untuk menggali informasi mengenai ketidakwajaran tersebut.

Arens, et al. (2009) menyatakan ada beberapa faktor yang berpengaruh pada
penilaian awal materialitas, yaitu:
• Materialitas itu relatif bukan sesuatu konsep yang pasti dan absolut
Materialitas pada setiap perusahaan atau klien akan berbeda-beda dan
tidak dapat disamakan tergantung pada skala dari perusahaan itu sendiri.
Hal ini disebabkan suatu besaran tingkat materialitas salah saji pada
perusahaan skala besar dapat dianggap wajar, tetapi pada perusahaan skala
menengah atau kecil dianggap tidak wajar.

• Suatu dasar ditentukan untuk mengevaluasi materialitas


Standar Audit 312 mewajibkan auditor untuk mendokumentasikan dasar
dalam penentuan tingkat materialitas. Menurut Arens, et al. (2009),
disebabkan oleh kerelatifan dari materialitas itu sendiri. Biasanya dasar
yang digunakan adalah laba bersih, penjualan bersih, laba kotor, ataupun
nilai bersih aset.

• Faktor kualitatif dapat mempengaruhi materialitas


Jumlah salah saji bisa menjadi material tergantung pada faktor-faktor
sebagai berikut, yaitu manajemen menganggap salah saji yang disebabkan
oleh fraud jauh lebih penting dibandingkan karena ketidaksengajaan, salah
saji dari kewajiban kontraktual akan lebih material, salah saji dalam
earning akan sangat material dalam persentase.

Pada fase kedua (lihat gambar 2.2), auditor melakukan test of control dan
substantive test of transaction. Pada tahap ini auditor dapat menurunkan risiko
pengendalian apabila ia mendapatkan keyakinan bahwa pengendalian internal
telah berjalan secara efektif. Keyakinan ini didapatkan dengan melakukan

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


pengujian atas pengendalian internal klien secara langsung. Pengendalian internal
yang efektif secara langsung berhubungan dengan risiko audit. Hal ini berkenaan
dengan jumlah sample yang akan diuji dalam pekerjaan lapangan yang bersifat
substantif.

Gambar 2.2 Metodologi Audit Siklus Pengeluaran


Sumber: Auditing and Assurance Services an Indonesian Adaptation ed (Arens et al. (2009)

Setelah mendapatkan keyakinan atas pengendalian internal klien, auditor


melaksanakan pengujian substantif atas transaksi. Pengujian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pencatatan yang dilakukan oleh klien dengan melakukan verifikasi
atas jumlah moneter transaksi yang terjadi. Untuk alasan efektivitas, auditor
biasanya melakukan test of control dan substantive test of transaction secara
bersamaan.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Tahapan ketiga yang dilakukan oleh auditor adalah melaksanakan prosedur
analitis dan melakukan pengujian atas saldo akun. Prosedur analitis dilakukan
dengan membandingkan dan menghubungkan akun-akun yang ada untuk melihat
apakah saldo akun-akun atau data-data tersebut terlihat masuk akal. Apabila
terdapat perbedaan yang signifikan sebagai hasil pengujian ini, auditor harus
tanggap terhadap akun tersebut karena terdapat risiko telah terjadi kesalahan catat
atau terdapat transaksi yang tidak tercatat.

Pengujian atas saldo akun merupakan prosedur spesifik untuk memastikan tidak
terjadi salah saji atas laporan keuangan dalam jumlah yang signifikan. Prosedur
ini dilakukan dengan mencari informasi atau data-data laporan keuangan klien
kepada pihak eksternal yang terkait. Pengujian ini sangat penting dalam
pelaksanaan kegiatan audit karena bukti yang didapat dari prosedur ini
kebanyakan berasal dari pihak yang independen. Bukti yang seperti ini merupakan
bukti yang memiliki kualitas tinggi.

2.2 Siklus Pengeluaran


Siklus pengeluaran adalah suatu rangkaian aktivitas bisnis dan pemrosesan
informasi yang dilakukan berulang-ulang terkait dengan pembelian dan
pembayaran atas barang dan jasa (Romney dan Steinbart, 2009). Dapat dikatakan
sebagai aktivitas bisnis karena sebuah perusahaan harus mengorbankan sumber
daya yang dimilikinya dalam proses menciptakan nilai tambah (creating value
added). Pengorbanan tersebut harus dicatat dengan memadai sehingga dapat
memberikan informasi yang berguna (useful) dan relevan (relevant) sebagai dasar
dari pembuatan suatu keputusan ekonomis maupun non-ekonomis oleh seluruh
pemegang kepentingan (stakeholders).

Romney dan Steinbart (2009) menyatakan bahwa tujuan utama dari siklus
pengeluaran adalah meminimalkan total biaya dalam mengakuisisi dan mengelola
persediaan, perlengkapan, aset tetap, aset lain-lainnya serta berbagai macam jasa
yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan operasinya. Manajemen
perusahaan harus mampu memonitor dan mengevaluasi tingkat efisiensi dan

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


efektivitas dari proses siklus pengeluaran untuk mencapai tujuan tersebut. Secara
keseleruhan, siklus pengeluaran disajikan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Data Flow Diagram Siklus Pengeluaran


Sumber : Romney dan Steinbart (2012)

Dari gambar 2.3, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam
siklus pengeluaran. Selain itu, siklus pengeluaran juga mempengaruhi beberapa
akun sekaligus. Penjelasan mengenai akun-akun terkait proses audit transaksi

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


pembelian aset tetap yang dipengaruhi oleh siklus ini akan dijelaskan pada sub-
bab terakhir.

2.3 Pengendalian Internal atas Siklus Pengeluaran


Perusahaan umumnya sudah memiliki sistem formal untuk mendefinisikan dan
mengkomunikasikan nilai-nilai inti dari perusahaan dalam bentuk visi, misi, dan
tujuan organisasi (beliefs systems) serta sistem untuk mengkomunikasikan batasan
dan aturan organisasi untuk dihormati dalam bentuk kode etik, perencanaan
strategis, dan sistem penganggaran (boundary systems). Namun, manajemen tetap
harus melindungi perusahaan dari kemungkinan kesalahan yang disengaja
(violation) maupun tidak disengaja (unintentional) oleh pegawai. Oleh karena
risiko tersebut, maka manajer harus menerapkan pengendalian dan pengamanan
untuk meyakinkan bahwa seluruh informasi transaksi telah dicatat secara wajar
dan tidak terjadi penggunaan aset perusahaan demi kepentingan pribadi
pegawainya. Sistem dan prosedur inilah yang disebut sebagai pengendalian
internal (Simons, 2000).

Dalam rangka penerapan pengendalian dan pengamanan tersebut, perusahaan


harus merancang suatu sistem pengendalian internal yang efektif dan
menjalankannya secara konsisten di seluruh aktivitas bisnisnya. Namun, Penulis
hanya akan memaparkan bagaimana aktivitas pengendalian di dalam siklus
pengeluaran terkait transaksi pembelian aset, sesuai dengan topik penulisan
laporan magang ini.

2.3.1 Pengendalian Internal dalam Aktivitas Pemesanan Aset


Dalam merancang sebuah sistem pengendalian, manajemen haruslah dapat
mendeteksi ancaman-ancaman yang mungkin dilakukan oleh pegawai, sehingga
manajemen dapat mencapai tujuan dalam aktivitas ini, yaitu pengadaan aset bagi
perusahaan dengan material dan spesifikasi sesuai dengan yang diinginkan oleh
perusahaan. Romney dan Steinbart (2009) mengidentifikasi bahwa terdapat enam
ancaman terkait dengan aktivitas pemesanan aset, yaitu (1) kehabisan barang
(stockouts), (2) pemesanan barang-barang yang tidak dibutuhkan, (3) memesan

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


barang pada harga yang tinggi, (4) memesan barang dengan kualitas rendah, (5)
memesan dari supplier yang tidak diotorisasi, dan (6) kickbacks.

Tabel 2.1 Prosedur Pengendalian Aktivitas Pemesanan Aset

Ancaman atau Risiko Pengendalian Internal


Kehabisan atau Pencatatan secara perpetual, menggunakan teknologi
kekurangan persediaan bar code atau RFID, menghitung jumlah persediaan
secara periodik.
Memesan barang yang Mengharuskan dokumen permintaan barang disetujui
tidak dibutuhkan oleh level manajemen yang lebih tinggi.
Memesan barang pada Membuat daftar harga barang yang sering dibeli,
harga yang tinggi pembelian aset dengan harga tinggi lewat proses
tender terbuka, pemesanan pembelian telah disetujui
oleh level manajemen yang lebih tinggi, dan
pengendalian atas budget.
Memesan barang Memesan barang kepada supplier dengan reputasi
dengan kualitas rendah yang baik, dokumen pemesanan barang harus disetujui
oleh level manajemen yang lebih tinggi, memonitor
kinerja supplier, dan pengendalian atas budget.
Memesan barang dari Dokumen pembelian harus disetujui oleh level
supplier yang tidak manajemen yang lebih tinggi, membatasi akses atas
diotorisasi supplier master file, membatasi penggunaan dokumen
pengadaan barang.
Kickback Menetapkan peraturan yang tidak memperbolehkan
pegawai menerima hadiah dari vendor, memberikan
pelatihan, merotasi pegawai pembelian, memberikan
waktu berlibur kepada pegawai pembelian, meminta
kepada pegawai pembelian untuk menjelaskan alasan
pemilihan supplier, dan audit terhadap supplier.
Sumber : Romney dan Steinbart (2012)

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Dokumen-dokumen yang terkait dalam aktivitas ini menurut Arens, et al. (2009)
adalah: (1) dokumen permintaan barang (purchase requisition) dan (2) dokumen
pembelian barang (purchase order).

2.3.2 Pengendalian Internal dalam Aktivitas Penerimaan dan Penyimpanan


Aset
Tujuan utama aktivitas penerimaan dan penyimpanan aset adalah untuk
memverifikasi penerimaan atas aset yang dipesan oleh perusahaan dan
mengamankannya dari kerugian maupun pencurian. Ancaman-ancaman yang
mungkin timbul berhubungan dengan tujuan aktivitas ini adalah (1) menerima
barang yang tidak sesuai dengan pesanan, (2) kesalahan dalam menghitung barang
yang diterima, dan (3) pencurian atas barang yang telah diterima perusahaan.
Tabel 2.2 menjelaskan tentang prosedur pengendalian yang dapat diterapkan
untuk menekan tingkat risiko pada aktivitas penerimaan dan penyimpanan aset.

Tabel 2.2 Prosedur Pengendalian dalam Aktivitas Penerimaan dan


Penyimpanan Aset

Ancaman atau Risiko Pengendalian Internal


Menerima barang yang Menetapkan prosedur yang mengharuskan pegawai
tidak dipesan penerimaan barang untuk melakukan verifikasi atas
barang yang diterima dengan dokumen pembelian.
Kesalahan menghitung Menggunakan teknologi bar code atau RFID,
barang yang diterima mendokumentasikan kinerja pegawai penerimaan,
dan memberikan insentif untuk setiap pencatatan
yang akurat.
Pencurian atas Pengendalian atas akses terhadap tempat
persediaan penyimpanan, menghitung jumlah persediaan secara
periodik dan mencocokkannya dengan pencatatan
yang ada, terdapat dokumentasi atas pengeluaran
barang, dan pemisahan tugas yang memadai.
Sumber : Romney dan Steinbart (2012)

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Arens, et al. (2009) mengidentifikasi dokumen-dokumen yang terkait dalam
aktivitas ini adalah: (1) dokumen penerimaan barang, (2) tagihan supplier, (3)
debit memo, (4) voucher package. Sedangkan jurnal pencatatan yang terkait
dengan kegiatan ini adalah (1) catatan transaksi pembelian, (2) jurnal pembelian,
(3) master file utang dagang, (4) trial balance utang dagang, dan (5) saldo utang
per supplier.

2.3.3 Pengendalian Internal dalam Aktivitas Approve and Pay Vendor


Invoices
Tujuan aktivitas approve and pay vendor invoices adalah memastikan bahwa
perusahaan hanya membayar barang atau jasa yang dipesan dan telah diterima.
Menurut Romney dan Steinbart (2009), terdapat enam ancaman atas aktivitas ini,
yaitu (1) kegagalan dalam mendeteksi kesalahan tagihan supplier, (2) membayar
barang yang tidak pernah diterima, (3) kegagalan untuk mendapatkan potongan
harga dari supplier, (4) membayar tagihan yang sama lebih dari satu kali, (5)
kesalahan dalam mencatat utang, dan (6) penyalahgunaan kas maupun cek
perusahaan. Prosedur pengendalian atas aktivitas approve and pay vendor
invoices dijelaskan melalui tabel 2.3.

Tabel 2.3 Prosedur Pengendalian Aktivitas Approve and Pay Vendor Invoices

Ancaman atau Risiko Pengendalian Internal


Kegagalan dalam Memeriksa keakuratan tagihan dengan menghitung
mendeteksi kesalahan ulang perhitungan matematis antara harga dengan
tagihan supplier jumlah serta mencocokkan harga dan jumlah yang
terdapat di tagihan dengan dokumen pembelian,
memberikan pelatihan kepada pegawai akuntansi.
Membayar barang yang Membandingkan antara tagihan dari supplier dengan
tidak pernah diterima dokumen penerimaan gudang atas kuantitas barang
yang diterima, untuk tagihan atas jasa manajemen
dapat membandingkannya dengan budget
perusahaan dan review dari departemen beban.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Ancaman atau Risiko Pengendalian Internal
Kegagalan untuk Penyusunan dokumen (file) dilakukan dengan baik
mendapatkan potongan dengan mengurutkan tagihan berdasarkan tanggal
harga dari supplier jatuh temponya, dan membandingkan budget
perputaran kas yang mengindikasikan expected cash
inflow dengan utang.
Membayar tagihan yang Tagihan yang akan dibayar harus dilengkapi dengan
sama lebih dari satu kali dokumen pembelian dan dokumen penerimaan,
pembayaran dilakukan berdasarkan pada dokumen
tagihan yang asli, seluruh dokumen baik tagihan
maupun dokumen pembelian dan penerimaan
(voucher package) yang telah lunas ditandai bahwa
telah dibayar (marked “paid”), serta mengendalikan
akses terhadap supplier master file.
Kesalahan dalam Membandingkan perubahan atas akun utang kepada
mencatat hutang supplier sebelum dan setelah dibayar dengan jumlah
pembayaran tagihan.
Penyalahgunaan kas Membatasi akses terhadap cek kosong perusahaan,
maupun cek perusahaan pemisahan tugas yang memadai antara pemegang
akun utang dan kasir, rekonsiliasi bank oleh pegawai
yang independen atas proses pengeluaran kas.
Sumber : Romney dan Steinbart (2012)

Arens, et al. (2009) menyatakan bahwa dokumen dan pencatatan terkait dengan
aktivitas ini adalah (1) cek, (2) catatan transaksi pengeluaran kas, dan (3) jurnal
pengeluaran kas.

2.4 Akun Siklus Pengeluaran Terkait Transaksi Perolehan Aset Tetap


Dalam sub-bab ini membahas tentang pencatatan akuntansi tiap proses siklus
pengeluaran terkait transaksi pembelian aset tetap. Pembahasan dalam sub-bab ini
seputar perlakuan akuntansi atas akun-akun tersebut sesuai dengan Standar

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Akuntansi Keuangan (SAK) dan metode-metode yang umum digunakan oleh
perusahaan.

Akun-akun yang terkait dengan siklus pengeluaran di PT JBU adalah kas dan
setara kas, uang muka pembelian aset tetap, aset tetap, utang pembelian aset tetap,
dan beban umum administrasi (general and administrative expense). Akun-akun
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai akun-akun yang disajikan dalam neraca
dan dalam laporan laba rugi. Akun-akun neraca dapat dibagi lagi ke dalam akun
aset lancar, akun aset tidak lancar, serta akun liabilitas jangka pendek. Sedangkan
akun terkait siklus pengeluaran yang disajikan dalam laporan laba rugi adalah
akun-akun beban.

2.4.1 Aset Lancar


Aset lancar adalah kas dan setara kas serta aset lainnya yang dimiliki perusahaan
dan diekspektasikan dapat dan akan diubah menjadi kas, atau dijual, atau
digunakan dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi (Kieso,
Weygrandt, dan Warfield. 2008). PSAK No. 1 (Revisi 2009) paragraf 63
menyatakan sebuah aset dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
• Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk
menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal;
• Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
• Entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan; atau
• Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2: Laporan Arus
Kas) kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk
menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode
pelaporan.

Berdasarkan pada klasifikasi PSAK No. 1 tersebut, maka akun-akun pada PT JBU
yang termasuk dalam aset lancar adalah:

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


a. Kas dan setara kas
Menurut Kieso et al. (2009), kas merupakan instrumen finansial dan tergolong
bagian dari aset lancar yang memiliki sifat paling likuid, digunakan sebagai
alat tukar (medium of exchange) serta dasar dalam menghitung dan
menentukan nilai pos akuntansi lainnya. Yang termasuk dalam akun kas dan
setara kas adalah uang logam, mata uang, dana yang siap digunakan dalam
deposito bank, petty cash funds, dan change funds. Sedangkan kas menurut
PSAK No. 2 (Revisi 2009) paragraf 6, terdiri dari saldo kas (cash on hand)
dan rekening giro (demand deposit). Sementara, definisi setara kas adalah
investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan
cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki
risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.

Lebih lanjut mengenai setara kas yang dijelaskan pada paragraf 7, setara kas
dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi
atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan sebagai setara kas, suatu
investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang dapat
ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.
Karenanya, suatu investasi pada umumnya memenuhi syarat sebagai setara
kas hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu, misalnya tiga bulan atau
kurang sejak tanggal perolehannya.

Kas di perusahaan biasanya berbentuk kas kecil (petty cash). Kas kecil
dibentuk karena tidak praktisnya penggunaan cek apabila digunakan untuk
pengeluaran dengan nominal kecil. Jumlah kas kecil yang dibentuk
berdasarkan pada estimasi kebutuhan akan kas kecil selama suatu periode
terentu, seperti satu minggu atau satu bulan. Biasanya manajemen menerapkan
aturan atas kas kecil terkait batas minimum untuk diisi kembali, batas
maksimum, dan jenis pengeluaran yang diperbolehkan menggunakan kas
kecil.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Bagian kedua dari kas dan setara kas adalah kas pada bank. Tujuan utama
perusahaan menempatkan kas di bank adalah untuk pengendalian (Warren, et
al. 2008). Disamping itu, akun perusahaan di bank juga dapat berfungsi
sebagai pencatatan independen atas transaksi kas, yang dapat digunakan
sebagai verifikasi atas pencatatan yang dilakukan perusahaan. Manfaat
terakhir dari akun bank bagi perusahaan adalah fasilitas transfer dana, yang
dapat digunakan untuk pembayaran, penagihan, maupun pemindah-bukuan
antar akun bank yang dimiliki perusahaan.

Terkait dengan siklus pengeluaran, akun kas akan dikurangkan untuk


pembayaran langsung barang dan jasa, maupun pembayaran barang dan jasa
yang diperoleh secara kredit.

b. Uang muka pembelian aset tetap


Uang muka pembelian aset tetap merupakan pembayaran di awal (advance
payment) atas pembelian kapal tunda dan kapal tongkang (tugboat and barge)
sebagai aset tetap dari PT JBU yang akan digunakan oleh perusahaan untuk
jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Contoh atas jenis akun ini
adalah uang muka pembelian tongkang. PT JBU menerapkan pendekatan aset
dalam mencatat uang muka pembelian aset tetap. Berikut adalah ilustrasi
pencatatan uang muka pembelian aset tetap dengan pendekatan aset:

PT JBU membeli sebuah kapal tongkang untuk digunakan sebagai aset


tetapnya pada tanggal 1 Januari 2012 sebesar Rp.20.000.000.000,00
dengan uang muka pembelian 10% dari nilai buku aset, dan pelunasan
ketika kapal telah selesai diproduksi.

Pencatatan pada saat PT JBU membayar uang muka pembelian aset tetap:
1 Jan 2012 Uang Muka Pembelian - Kapal Rp. 2.000.000.000,00
Kas pada Bank ABC Rp. 2.000.000.000,00

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Pada saat akhir tahun ketika kapal telah selesai diproduksi uang muka pembelian
aset tetap harus diakui sebagai bagian dari nilai perolehan aset tetap karena secara
aktual nilai uang muka pembelian aset tetap merupakan sebagian pembayaran dari
pembelian kapal tongkang tersebut:
31 Des 2012 Aset Tetap – Kapal Rp.20.000.000.000,00
Uang Muka Pembelian - Kapal Rp. 2.000.000.000,00
Utang Pembelian Aset Tetap Rp.18.000.000.000,00

2.4.2 Aset Tidak Lancar


Aset tidak lancar adalah aset entitas yang tidak termasuk klasifikasi kategori yang
telah dijelaskan sebelumnya pada PSAK No. 1 (Revisi 2009) paragraf 63. Maka
akun yang termasuk aset tidak lancar pada PT JBU adalah:
a. Aset tetap
Warren, et al. (2008) mendefinisikan aset tetap sebagai aset yang dimiliki atau
digunakan oleh perusahaan dan tidak ditawarkan untuk dijual sebagai bagian dari
operasi normal perusahaan, memiliki manfaat untuk jangka waktu yang panjang
atau bersifat permanen, serta bersifat tangible. Aset tetap biasa juga disebut
sebagai aset property, plant and equipment (PPE). PSAK No. 16 (Revisi 2011)
paragraf 6 mendefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode.

Definisi aset tetap menurut Arens et al. (2009): “Property, Plant, and Equipment
(PPE) adalah aset yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, digunakan
untuk sarana menjalankan bisnis dan tidak untuk diperjual-belikan.”

PSAK No. 16 (Revisi 2011) paragraf 6 juga mendefinisikan bahwa biaya


perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari
imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan
atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada
saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika (PSAK
No. 16 Revisi 2011 paragraf 7):
• Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa
depan dari aset tersebut; dan
• Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
PSAK No. 16 (Revisi 2011) paragraf 16 menjelaskan bahwa biaya perolehan aset
tetap meliputi:
• Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-
potongan lain;
• Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa
aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai
dengan intense manajemen;
• Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset
tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama
periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.

Kieso, Weygrandt, dan Warfield (2008) mengidentifikasi terdapat lima jenis biaya
perolehan aset tetap, yaitu:
a. Cost of land.
Merupakan biaya perolehan atas aset tetap berupa tanah. Yang termasuk dalam
biaya perolehan tanah adalah (a) biaya pembelian tanah, (b) biaya untuk mengurus
aspek administrasi dalam proses kepemilikan tanah, (c) biaya yang dikeluarkan
agar tanah sesuai dengan kondisi yang diinginkan, (d) asumsi terdapat biaya
berupa kewajiban tertentu atas tanah, dan (e) penambahan tertentu pada tanah
yang memiliki umur manfaat.

b. Cost of building.
Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sebuah bangunan. Biaya ini
terdiri dari (a) biaya material, pekerja, overhead, serta (b) biaya profesional dan
izin.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


c. Cost of equipment.
Yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya pembelian peralatan, ongkos kirim,
biaya asuransi pengiriman, biaya instalasi dan perakitan, serta biaya untuk uji
coba.

d. Self-constructed asset.
Merupakan aset tetap yang diproduksi sendiri oleh perusahaan. Biaya perolehan
pada aset tetap jenis ini adalah direct cost dan overhead cost selama proses
produksi aset tersebut. Terdapat dua pendekatan dalam menentukan overhead cost
yaitu (a) tidak memasukkan fixed overhead ke dalam biaya perolehan; dan (b)
memasukkan seluruh komponen overhead cost ke dalam biaya perolehan.

e. Interest cost during construction.


Biaya berupa bunga atas dana yang dipakai dalam membangun sebuah aset tetap
akan menambah nilai perolehan aset tersebut (capitalized). Terdapat tiga
pendekatan dalam mengukur nilai perolehan berdasarkan pada interest cost during
construction, yaitu: (a) tidak mengkapitalisasi biaya bunga pada nilai perolehan
aset; (b) memasukkan seluruh biaya atas dana yang digunakan, baik yang dapat
diidentifikasi maupun tidak; dan (c) mengkapitalisasi biaya bunga yang aktual.

Berdasarkan PSAK No. 16 (Revisi 2011) paragraf 24, aset tetap mungkin
diperoleh dalam pertukaran aset nonmoneter, atau kombinasi aset moneter dan
nonmoneter. Pada pertukaran aset biaya perolehan dari aset tersebut diukur pada
nilai wajar kecuali:
• Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau
• Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur
secara andal.

Biasanya terdapat pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan setelah


memperoleh aset tetap. Biaya tersebut dapat berupa biaya perawatan
(maintenance cost) dan biaya yang dapat memperpanjang umur aset tetap atau
menambah kinerja aset tetap (improvement). Untuk jenis pengeluaran yang kedua,

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


perusahaan dapat mengkapitalisasinya dan menambah nilai aset tetap tersebut.
Kieso, Weygrandt, dan Warfield (2008) menjelaskan terdapat tiga pendekatan
dalam mengkapitalisasi pengeluaran setelah pengakuan aset:
• Pendekatan Substitusi. Pendekatan ini dapat digunakan apabila aset lama
masih memiliki carrying amount. Pada pendekatan ini nilai dan biaya atas
aset lama dibuang dan digantikan dengan nilai aset yang baru.
• Mengkapitalisasi biaya baru. Pada pendekatan ini biaya yang dikeluarkan
untuk meningkatkan kemampuan aset tetap dicatat secara terpisah dan
tetap mengakui aset lama di dalam bukunya.
• Mengurangi akumulasi depresiasi. Pendekatan ini digunakan apabila biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak menambah kualitas atau kinerja
aset tetap, namun hanya menambah masa manfaat aset tersebut.

Aset tetap memiliki peran penting bagi perusahaan dalam menciptakan profit bagi
perusahaan. Sesuai dengan matching concept expenses against revenues, berarti
perusahaan harus mengakui beban atas penggunaan aset tetapnya, berupa
depresiasi. Kieso, Weygrandt, dan Warfield (2008) menyatakan:

”depreciation is the accounting process of allocating the cost of tangible


assets to expense in a systematic and rational manner to those periods
expected to benefit from the use of asset.”

PSAK No. 16 (Revisi 2011) paragraf 63 mengakui tiga metode dalam menghitung
penyusutan, yaitu metode garis lurus (straight line methods), metode saldo
menurun (diminishing balance method), dan metode jumlah unit (sum of the unit
method).

2.4.3 Liabilitas Jangka Pendek


Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban (utang) yang harus dipenuhi (dibayar)
dengan menggunakan aset lancar dan jatuh tempo dalam waktu relatif dekat,
biasanya kurang dari atau sama dengan satu tahun (Warren, et al. 2008). Secara
garis besar kewajiban jangka pendek terdiri dari:

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


a. Utang dagang (account payable). Utang dagang pada umumnya berasal dari
pembelian barang atau jasa yang digunakan dalam operasi perusahaan.
Biasanya tempo pelunasan utang dagang adalah kurang dari enam bulan.
Proporsi utang dagang di banyak perusahaan umumnya menempati urutan
teratas dalam kewajiban lancar.
b. Utang jangka panjang yang akan jatuh tempo (current portion of long-term
debt). Merupakan pengakuan atas cicilan (installment) yang harus dibayar
perusahaan atas kewajiban jangka panjangnya kurang dari atau dalam satu
tahun ke depan.
c. Surat utang (notes payable). Transaksi yang menggunakan surat utang
biasanya adalah pembelian atas barang atau jasa. Surat utang ini dapat juga
digunakan sebagai pengganti atas perjanjian utang dagang. Perbedaan utama
antara surat utang dengan utang dagang adalah terdapatnya bunga di dalam
surat utang.

Berdasarkan PSAK No. 1 (Revisi 2009) paragraf 66, suatu liabilitas


diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika:
• Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus
operasi normalnya;
• Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
• Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua
belas bulan setelah periode pelaporan; atau
• Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
liabilitas selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode
pelaporan.

Beberapa liabilitas jangka pendek, seperti utang dagang, beberapa akrual untuk
biaya karyawan dan biaya operasi lainnya, merupakan bagian modal kerja yang
digunakan dalam siklus operasi normal. Maka entitas mengklasifikasikan
liabilitas-liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek meskipun liabilitas
tersebut akan jatuh tempo untuk diselesaikan lebih dari dua belas bulan setelah
periode pelaporan.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Salah satu akun liabilitas jangka pendek dari PT JBU yang berkaitan dengan
transaksi pembelian aset tetap adalah akun utang pembelian aset tetap. Utang
pembelian aset tetap diklasifikasikan dalam liabilitas jangka pendek karena PT
JBU berniat untuk melakukan pelunasan dalam jangka waktu kurang dari satu
tahun sejak terjadinya pengakuan atas utang tersebut. Akun tersebut mencatat
pengakuan atas aset tetap yang telah selesai diproduksi oleh supplier dan telah
tercatat di pelabuhan berdasarkan grosse akta pendaftaran kapal, namun belum
dilunasi oleh PT JBU. Untuk nilai aset tetap yang masih dalam proses
pembangunan, belum dilakukan pengakuan atas utang pembelian aset tetap. Aset
tetap yang masih dalam proses pembangunan dijadwalkan akan selesai dalam
waktu kurang dari satu tahun, sesuai dengan penjadwalan yang telah dinyatakan
dalam Kontrak Pembangunan Kapal.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


BAB 3
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 KAP RW
Kantor Akuntan Publik RW didirikan dan disahkan dengan akta notaris No. 4
tanggal 20 Juli 2004 oleh Notaris Wahyuni Martaningrum, S.H. KAP RW
memiliki afiliasi dengan McMillan Woods sejak tahun 2011. KAP RW berkantor
di Graha Mampang Lt. 2, Jalan Mampang Prapatan Raya No. 100, Jakarta Selatan.

KAP RW menawarkan jasa assurance, perpajakan, jasa akuntansi, dan jasa


konsultasi bisnis guna memberikan value added kepada klien perusahaan
multinasional, sektor publik, dan seluruh perusahaan di Indonesia. Klien dari KAP
RW berasal dari berbagai jenis industri. Oleh karena itu, auditor KAP RW
dituntut untuk mengembangkan terus pengetahuan akuntansi dan auditnya.
Berikut adalah deskripsi jasa-jasa yang ditawarkan oleh KAP RW:

- Assurance
Jasa ini merupakan jasa yang membantu perusahaan menyesuaikan
dengan peraturan dan persyaratan laporan perusahaan melalui provisi
dari jasa audit, termasuk audit laporan keuangan, audit kepatuhan,
audit investigasi, audit internal, dan audit sistem informasi.

- Perpajakan
KAP RW memberikan value added kepada kliennya dengan
memberikan mereka kemungkinan untuk mengelola biaya pajak
dengan cara yang terbaik seefisien mungkin serta mengurangi risiko
perpajakan. Perpaduan antara kemampuan dan pengalaman KAP RW
menentukan solusi terbaik bagi masalah perpajakan klien. Jasa
perpajakan ini meliputi jasa perencanaan pengelolaan pajak, meninjau
analisis pajak, pelatihan perpajakan perusahaan, jasa pelaporan pajak,
dan administrasi pajak.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


- Jasa Akuntansi
Jasa akuntansi KAP RW disesuaikan dengan cara pendekatan personal
terbaik untuk memenuhi kebutuhan akan informasi keuangan yang
dapat diandalkan dan terkini bagi setiap kliennya. Jasa akuntansi ini
meliputi jasa analisis laporan keuangan, pengembangan dan drafting
panduan prosedur akuntansi, jasa pengelolaan kas, serta jasa staf
akuntansi.

- Jasa Konsultasi Bisnis


KAP RW memiliki rekam jejak yang telah terbukti membuat kliennya
dapat menciptakan nilai tambah bagi kesejahteraan para pemegang
sahamnya. KAP RW juga memiliki kapasitas dan jaringan dengan
institusi keuangan dan pemerintahan. Jasa konsultasi bisnis ini
meliputi pendirian perusahaan dan restrukturisasi, proses Initial Public
Offering (IPO), akuisisi dan penggabungan perusahaan, penilaian
perusahaan, keuangan perusahaan, peningkatan proses bisnis, dan juga
penilaian risiko.

KAP RW membagi perusahaan-perusahaan klien menjadi beberapa sektor industri


yang bertujuan sebagai peningkatan fokus dalam menjalankan bisnisnya.
Pembagian sektor-sektor industri tersebut adalah sebagai berikut:
- Energy, Utilities, and Mining
Sektor ini berfokus pada perusahaan yang beroperasi pada industri
pertambangan, minyak dan gas, utilitas, dan energi.
- Financial Service
Sektor ini berfokus pada perusahaan yang bergerak pada bidang
keuangan, yakni bank, perusahaan sekuritas, perusahaan asuransi, dan
lainnya.
- Consumer Industrial Products and Services
Sektor ini berfokus pada perusahaan dalam industri perkebunan, retail,
produk konsumen, operasi pelabuhan, logistik, otomotif, serta farmasi.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


- Sustainability and Climate Change Indonesia
Sektor ini berfokus pada perusahaan atau sektor non-profit yang ingin
mencapai tujuan yang dimiliki. Jasa yang diberikan berbagai macam,
mulai dari konsultasi masalah perpajakan dan akuntansi, strukturisasi
investasi, kebijakan dan pengawasan, serta strategi tanggung jawab
perusahaan, termasuk hal sosial dan lingkungan.
- Technology, Information, Communication, and Entertainment Media
Sektor ini berfokus pada perusahaan yang bergerak di bidang
teknologi, informasi, komunikasi, dan media.

KAP RW memiliki lima orang partner yang dipimpin oleh seorang managing
partner. Partner dibantu oleh bagian quality control untuk mengevaluasi hasil
fieldwork yang telah dilaksanakan oleh tim audit. Biasanya, dalam satu tim dalam
sebuah penugasan audit terdiri dari Manager in Charge, Supervisor in Charge,
Senior in Charge dan Junior Auditor. Seperti sudah diterangkan sebelumnya,
Penulis bertugas sebagai Junior Auditor selama menjalani program magang di
KAP RW. Seluruh prosedur audit KAP RW dalam rangka melaksanakan proses
audit umum atas laporan keuangan mengacu kepada Program Audit yang dimiliki
KAP RW tahun 2011 (Lampiran 1), khususnya uji substantif atas transaksi.

3.2 PT JBU
Pada sub-bab ini akan membahas beberapa informasi penting dan sekilas tentang
kegiatan usaha PT JBU yang merupakan objek Penulisan Laporan Magang.

3.2.1 Informasi PT JBU


PT JBU resmi didirikan pada 5 Maret 2012 berdasarkan pada akta pendirian
perseroan terbatas No. 4 oleh Notaris Harra Mieltuani Lubis S.H. Akta pendirian
tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusi Republik
Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-19894.AH.01.01.Tahun 2012.

Kemudian PT JBU mengalami perubahan anggaran dasar dengan akta No. 11


tanggal 23 Oktober 2012 dari Notaris yang sama, tentang perubahan susunan

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Direksi Perusahaan dan peningkatan modal dasar berikut dengan modal disetor
dan ditempatkan dalam Perusahaan. Akta perubahan tersebut telah mendapatkan
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dengan Surat Keputusan No. AHU-55212.AH.01.02. Tahun 2012, dengan Nomor
Daftar Perusahaan AHU-0093612.AH.01.09. Tahun 2012 tanggal 25 Oktober
2012. Sesuai dengan pasal 3 Akta Pendirian Perusahaan, Perusahaan memiliki
usaha dalam bidang Pelayaran dan Pengangkutan Laut Dalam Negeri.

PT JBU adalah anak perusahaan langsung dari PT BSU, yang memiliki afiliasi
dengan PT TRAM yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Dari 52.320
lembar total saham yang telah diterbitkan oleh PT JBU, PT BSU sebagai induk
perusahaan memiliki sebanyak 52.319 lembar saham. PT JBU beralamat di
Gedung Mayapada Tower Lt. 11, Jalan Jend. Sudirman Kav. 28, Kelurahan Karet
Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.

3.2.2 Kegiatan Usaha PT JBU


Dikarenakan PT JBU adalah perusahaan yang baru didirikan, maka PT JBU
belum memiliki pendapatan usaha. Hal ini juga disebabkan karena kapal yang
merupakan aset tetap untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan baru dapat
diselesaikan beberapa oleh supplier pada akhir Tahun 2012. PT JBU juga belum
memiliki karyawan untuk mengisi beberapa posisi jabatan, karena perusahaan
belum akan beroperasi secara normal dalam waktu dekat. Contohnya seperti Staf
Teknologi Informasi, Staf Pemasaran, dan Staf Operasional yang belum terisi
posisinya ini menjadikan Standard Operational Procedure secara keseluruhan
dari PT JBU belum dapat berjalan sepenuhnya.

PT JBU telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi dalam proses


pencatatan transaksinya, seluruhnya diinput ke dalam sistem. Sistem akuntansi,
keuangan, maupun perpajakan dari PT JBU dengan menggunakan software SAP
dan Microsoft Excel. Namun masih ada beberapa hal yang dilakukan secara
manual, contohnya seperti pencatatan check register dan lainnya. Mata uang
fungsional perusahaan menggunakan Dolar Amerika Serikat atau mata uang asing

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


lainnya, tidak menggunakan mata uang Rupiah Indonesia. Tetapi dikarenakan PT
JBU belum memiliki izin Kementerian Keuangan untuk menyajikan Laporan
Keuangan dalam mata uang asing, maka Laporan Keuangan PT JBU tetap
disajikan dalam nilai Rupiah Indonesia.

Laporan Keuangan dari PT JBU akan dikonsolidasikan dengan Laporan Keuangan


PT BSU sebagai Induk Perusahaan. Laporan Keuangan PT BSU juga akan
dikonsolidasikan kepada induk perusahaannya yaitu PT TRAM. Maka hasil dari
audit PT JBU dan PT BSU yang dilakukan oleh KAP RW, akan diberikan kepada
auditor induk dari PT TRAM untuk proses konsolidasian. Sesuai dengan
peraturan yang berlaku, laporan auditor induk akan diserahkan kepada
BAPEPAM-LK, karena PT TRAM sudah merupakan perusahaan yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia.

Berikut adalah struktur korporasi dari grup PT TRAM dan struktur organisasi PT
JBU:

PT TRAM

HTS TD HS HLS TS TDS PT IGR PT BSU

JML TSB PB PT JBU

Gambar 3.1 Struktur Korporasi PT TRAM


Sumber: Laporan Keuangan PT TRAM 2012, dengan pengubahan

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


RUPS

Komisaris

Direktur

Kepala Bagian Sekretaris Kepala Bagian


Keuangan Perusahaan Operasional

Staf Staf
Staf Staf Staf
Akuntansi Sumber Staf Hukum
dan Kasir Daya Perusahaan
Teknologi Pemasaran Operasional
Informasi Perusahaan Perusahaan
Keuangan Manusia

Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT JBU


Sumber: Dokumen Internal PT JBU 2012

3.3 Pengeluaran dan Aktivitas Kunci Pengendalian Internal PT JBU


3.3.1 Jenis-Jenis Pengeluaran di PT JBU
Dalam siklus pengeluaran PT JBU, jenis pengeluaran dapat dikelompokan
kedalam dua jenis transaksi yaitu transaksi pengeluaran kas dan setara kas dengan
nominal kurang dari atau sama dengan Rp.200.000 dan transaksi pengeluaran
dengan nominal lebih dari Rp.200.000. Pengeluaran dengan nominal lebih dari
Rp.200.000 akan menggunakan buku cek perusahaan atau bilyet giro, ataupun
fasilitas transfer antar bank melalui rekening perusahaan, sedangkan jenis
pengeluaran dengan nominal kurang dari atau sama dengan Rp.200.000 akan
menggunakan kas kecil yang dimiliki oleh PT JBU. Kas kecil ini akan dilakukan
isi ulang (reload) setiap satu bulan sekali, atau dapat berubah sewaktu-waktu
tergantung pada kebutuhan yang terjadi di PT JBU.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


a. Pengeluaran dengan Kas Kecil
Jenis transaksi pengeluaran PT JBU dengan nominal kurang dari atau sama
dengan Rp.200.000 biasanya merupakan pengeluaran atas keperluan perlengkapan
kantor atau biaya-biaya administrasi kecil. Transaksi pengeluaran ini juga dapat
terjadi untuk insentif kurir PT JBU dan pembelian kebutuhan konsumsi.

Pengeluaran untuk insentif kurir dibayarkan dengan sistem pembayaran dimuka


(advance) ketika kurir telah mendapatkan tugas dan akan berangkat ke tujuan.
Pengeluaran insentif ini dimaksudkan sebagai uang jalan bagi kurir yang
mengantarkan dokumen penting PT JBU, uang jalan ini termasuk beban
konsumsi, beban transportasi serta beban sejenis. Kurir yang telah mendapatkan
tugas tertulis beserta otorisasi atau tanda tangan kepala bagian terkait, dapat
mencairkan insentifnya kepada bagian keuangan melalui kasir PT JBU. Kasir
akan memverifikasi otorisasi dari surat tugas tersebut dan mendokumentasikan
transaksi pengeluaran yang terkait sebagai bentuk aktivitas kunci pengendalian
internal.

Kemudian untuk kebutuhan konsumsi PT JBU secara umum dibayarkan dengan


dua sistem, yaitu dengan sistem pembayaran dimuka dan pembayaran ketika ada
tagihan terkait. Kebutuhan konsumsi yang menggunakan sistem pembayaran
dimuka biasanya seperti pembelian gula, teh, kopi, dan kebutuhan sejenisnya.
Sedangkan pembayaran yang menggunakan sistem pembayaran ketika ada tagihan
yaitu seperti langganan air mineral galon dan langganan atas surat kabar harian.
Bentuk aktivitas kunci pengendalian internal dari PT JBU terhadap jenis transaksi
seperti ini adalah kasir mendokumentasikan pengeluaran yang terkait dan
meminta struk atau tagihan sebagai bukti terjadinya transaksi.

Prosedur pengisian kembali kas kecil dimulai dari kasir yang mengetahui jumlah
sisa saldo kas kecil terakhir dan terkini, dapat mengajukan pengisian kembali kas
kecil kepada Kepala Bagian Keuangan dilengkapi dengan dokumen pendukung
berupa bukti transaksi kas masuk dan keluar dari kas kecil PT JBU yang telah
didokumentasikan sebelumnya oleh kasir. Kemudian setelah Kepala Bagian

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Keuangan melakukan verifikasi dokumen-dokumen pendukung dan menyetujui
pengisian ulang kas kecil, akan dibuatkan cek pencairan untuk mengisi kembali
kas kecil yang akan disertai dengan tanda tangan atau otorisasi dari Direksi. Lalu
cek akan dicairkan oleh staf keuangan dan dokumen bukti pencairan akan dicatat
bagian akuntansi dan disimpan sebagai dokumen perusahaan. Tahapan otorisasi
Direksi dan verifikasi akhir yang dilakukan oleh Kepala Bagian Keuangan, serta
penyimpanan bukti pencairan cek tersebut adalah aktivitas kunci pengendalian
internal dari perusahaan.

b. Pengeluaran dengan Cek, Bilyet Giro, atau Transfer Antar Bank


Untuk jenis pengeluaran PT JBU yang bernominal lebih dari Rp.200.000 akan
menggunakan buku cek, bilyet giro, ataupun fasilitas transfer antar bank dan juga
harus disertai dengan invoice penagihan yang terkait. Jenis pengeluaran dengan
buku cek, bilyet giro, atau transfer antar bank ini dapat dibagi lagi kedalam dua
bagian yaitu pengeluaran rutin serta administrasi kantor, dan pengeluaran tidak
rutin. Untuk pengeluaran rutin dan administrasi kantor contohnya adalah seperti
biaya listrik, biaya telepon kantor, biaya air, pembayaran gaji, pembayaran pajak
dan biaya-biaya administratif lainnya. Untuk pengeluaran rutin tersebut tidak akan
dibahas lebih lanjut dalam laporan magang ini. Sedangkan untuk permintaan
pengeluaran tidak rutin yang akan dibahas lebih lanjut contohnya adalah seperti
pembayaran uang muka atau pelunasan yang terkait dengan transaksi perolehan
aset tetap yang akan dibahas selanjutnya pada bagian Proses Audit. Pada prosedur
jenis pengeluaran ini, bentuk pengendalian internal perusahaan berupa pemisahan
kewajiban dan wewenang, otorisasi dokumen terkait pada tiap tahapan, serta
penyimpanan seluruh dokumen terkait sebagai bukti sah terjadinya transaksi. Hal
tersebut ditunjukkan pada penjabaran prosedur pembayaran uang muka atau
pelunasan aset tetap yang akan dibahas selanjutnya.

3.3.2 Prosedur Pengeluaran Terkait Perolehan Aset Tetap PT JBU


Dalam hal siklus pengeluaran terkait pembelian aset tetap PT JBU yang berkaitan
dengan topik penulisan laporan magang ini, terdapat beberapa prosedur yang
harus dilalui. Prosedur-prosedur siklus pengeluaran tersebut terdiri dari prosedur

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


permintaan pembelian aset tetap, prosedur pemilihan supplier, prosedur
penerimaan aset tetap yang telah dipesan, dan prosedur pembayaran uang muka
maupun pelunasan pembelian aset tetap tersebut.

Bagian
Operasional Suppliers
Purchase
Order

Pengajuan
Pembelian Penawaran
Aset Tetap

Grosse
Kontrak dan
Akta Kapal Sistem Invoice
Perolehan
Aset Tetap

Invoice dan Bukti


Bukti Pembayaran
Pembayaran Slip
Pembayaran
Bank

Bagian
Akuntansi Bank

Gambar 3.3 Context Diagram Sistem Perolehan Aset Tetap


Sumber: Dokumen Internal PT JBU 2012, diolah kembali

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Bagian
Operasional
2.0
Undangan Pemilihan Penawaran
Rapat Supplier
Suppliers

1.0 Putusan
Permintaan Rapat
Pembelian Kontrak
Aset Tetap Keputusan
Pemilihan
Supplier
3.0
Tanda
Tangan
Bank Kontrak Invoice

Bukti Bayar

Cek atau Kontrak


Bilyet Giro

5.0 4.0
Penerimaan Penerimaan
Aset Tetap dan
Bukti Bayar Pembayaran
Invoice

Bukti Bayar dan Kontrak Invoice


Grosse Akta
Dokumen Kontrak
General Ledger

Grosse Akta Kapal

Gambar 3.4 Data Flow Diagram Proses Perolehan Aset Tetap


Sumber: Dokumen Internal PT JBU 2012, diolah kembali

a. Permintaan Terkait Pembelian Aset Tetap


Prosedur awal permintaan pembelian atas aset tetap ini diawali oleh Bagian
Operasional perusahaan yang membawa permasalahan perusahaan atas kebutuhan
aset tetap untuk melakukan operasi utamanya, ke dalam rapat dengan Direksi dan

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Komisaris. Dalam rapat tersebut, Bagian Operasional yang diwakilkan oleh
Kepala Bagian Operasional menyampaikan dan memaparkan secara jelas seluruh
aset tetap yang diperlukan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan kegiatan
operasional utama perusahaan. Prosedur tersebut memiliki kunci pengendalian
internal berupa syarat kehadiran yang harus dipenuhi dari seluruh pihak terkait,
dan didokumentasikan dalam hasil putusan rapat.

Keputusan rapat akan diambil oleh Direksi berdasarkan persetujuan Komisaris


setelah melakukan penilaian atas permintaan pembelian aset tetap tersebut.
Apabila permintaan pembelian tersebut dinilai oleh Direksi tidak perlu ataupun
belum dapat dilakukan karena keterbatasan dana, maka permintaan pembelian
akan ditolak. Dan apabila Direksi menyetujui permintaan pembelian yang
diajukan oleh Kepala Bagian Operasional, maka Direksi akan menugaskan Kepala
Bagian Operasional untuk memasuki prosedur berikutnya yaitu pemilihan
supplier.

b. Pemilihan Supplier Aset Tetap


Pada prosedur kedua ini, PT JBU menerapkan pemilihan supplier aset tetap
dengan metode Penunjukan Langsung. Sampai dengan berakhirnya periode
pencatatan akuntansi per 31 Desember 2012, PT JBU memiliki tiga supplier yaitu
PT BVS, PT SSM, dan Capella Ltd. Metode yang diterapkan PT JBU dalam
pemilihan ketiga supplier tersebut adalah Penunjukan Langsung. Ada metode lain
pemilihan supplier yang lebih baik untuk diterapkan oleh PT JBU kedepannya
yaitu metode Pelelangan Kontrak. Tetapi sementara ini metode pemilihan tersebut
dinilai kurang efektif oleh PT JBU dikarenakan beberapa hal, yaitu:
• Proses Pelelangan harus melalui publikasi pada media massa nasional agar
dinilai tidak ada pembatasan informasi. Publikasi dengan menggunakan
media massa ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.
Sementara itu PT JBU sendiri merupakan perusahaan yang baru akan
beroperasi, maka dari itu segala bentuk biaya dinilai harus diminimalisasi
sedemikian rupa termasuk biaya publikasi tersebut.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


• PT JBU merupakan perusahaan yang baru saja didirikan pada tahun 2012
dan belum beroperasi secara normal. Hal ini dianggap akan mengurangi
minat para supplier aset tetap untuk menghadiri Proses Pelelangan yang
akan dilakukan oleh PT JBU. Dan tentu karena hal-hal tersebut, Proses
Pelelangan dinilai akan gagal dan tidak efektif pada akhirnya.

Kemudian dalam proses Penunjukan Langsung yang dilakukan oleh PT JBU,


setiap supplier akan memberikan tawaran kepada PT JBU atas berbagai alternatif
spesifikasi ataupun harga yang memungkinkan. Dari keseluruhan alternatif
tersebut Kepala Bagian Operasional berwenang atas nama PT JBU untuk menilai
dan memutuskan alternatif mana yang akan diambil. Kepala Bagian Operasional
berkewajiban untuk melaporkan seluruh kegiatan dalam prosedur pemilihan
supplier tersebut kepada Direksi beserta dengan landasan keputusan yang diambil.

Kemudian Direksi akan menilai kembali, apabila keputusan tersebut dirasakan


tidak tepat oleh Direksi dan Kepala Bagian Operasional tidak dapat menjelaskan
keputusannya tersebut, maka Kepala Bagian Operasional akan menerima
peringatan serius dan diminta untuk bertanggung jawab mengubah ataupun
membatalkan keputusan tersebut kepada supplier. Apabila keputusan Kepala
Bagian Operasional disetujui oleh Direksi, maka langkah selanjutnya dalam
prosedur ini adalah pembuatan dokumen Kontrak Pembangunan Kapal yang akan
ditandatangani oleh kedua belah pihak.

c. Penerimaan Aset Tetap yang Selesai Dibangun


Prosedur dari proses penerimaan aset tetap biasanya telah diatur secara terperinci
pada setiap Kontrak Pembangunan Kapal yang telah ditandatangani oleh kedua
belah pihak, pihak Penjual dan Pembeli. Tetapi akan dibahas kembali secara
umum dari keseluruhan kontrak, bagaimana prosedur yang dilakukan oleh PT
JBU dalam menerima aset tetap yang telah dipesan sebelumnya. Biasanya proses
penerimaan akan terlaksana apabila telah dipenuhinya proses pembayaran uang
muka ataupun cicilan yang telah disepakati dalam kontrak.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Proses awal dari prosedur penerimaan aset tetap ini, setelah dipenuhinya segala
persyaratan dan ketentuan pembayaran yang harus dilakukan, adalah pengantaran
kapal oleh pihak Penjual ke pelabuhan laut yang telah disepakati juga sebelumnya
dalam kontrak, misalnya pelabuhan laut di Batam. Dari pihak Penjual akan
menghubungi pihak Pembeli (PT JBU) agar datang atau setidaknya memberikan
kuasa pada pihak tertentu yang memiliki kompetensi untuk melakukan
pengecekan fisik dan spesifikasi atas aset tetap yang telah selesai dibangun.
Setelah pengecekan fisik dan spesifikasi kapal sesuai dengan yang disetujui kedua
belah pihak pada dokumen kontrak, akan dibuatkan dokumen Berita Acara Serah
Terima atas kapal tersebut, yang kemudian harus ditandatangani oleh kedua belah
pihak.

Pihak Pembeli ataupun pihak yang telah diberikan kuasa oleh PT JBU selaku
pihak Pembeli juga berkewajiban untuk melakukan pendaftaran atas kapal
tersebut kepada pihak yang berwenang di pelabuhan laut tersebut. Dari proses
pendaftaran ini akan menghasilkan suatu dokumen legal yaitu Grosse Akta
Pendaftaran Kapal yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut. Dengan diterbitkannya Grosse Akta berarti hak
kepemilikan dan tanggung jawab atas kapal tersebut telah secara resmi berpindah
kepada PT JBU selaku pihak Pembeli. Dokumen-dokumen yang telah dibahas
inilah yang akan disimpan oleh PT JBU sebagai bentuk pengendalian internal
perusahaan atas penerimaan aset tetap.

d. Pembayaran Uang Muka atau Pelunasan atas Aset Tetap PT JBU


Dalam prosedur siklus pembelian aset tetap yang terakhir ini, diawali dengan
setiap invoice penagihan yang dikirimkan oleh supplier ke PT JBU akan diterima
oleh kasir PT JBU, kemudian kasir akan memberikan invoice tersebut kepada staf
keuangan untuk dibuatkan payment application. Setelah payment application
selesai dibuatkan dan diotorisasi staf keuangan terkait, dokumen tersebut beserta
invoice penagihan diserahkan kepada Kepala Bagian Keuangan PT JBU untuk
dilakukan verifikasi dokumen terlebih dahulu dan dibuatkan cek atau bilyet giro
sesuai dengan nominal yang tertagih. Setelah verifikasi dinilai cukup memadai

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


oleh Kepala Bagian Keuangan, cek atau bilyet giro akan dibuatkan dan diserahkan
kepada Direksi untuk dilakukan otorisasi akhir. Cek atau bilyet giro, maupun surat
kuasa untuk melakukan transfer keluar antar bank yang telah diverifikasi dan
diotorisasi oleh Direksi diserahkan kepada staf keuangan yang ditunjuk untuk
melakukan eksekusi pembayaran tersebut ke bank. Staf keuangan harus
menyimpan slip pembayaran yang telah diotorisasi oleh pihak bank, sebagai
dokumen bukti eksekusi pembayaran tersebut, dan kemudian disimpan untuk
dijadikan dokumen transaksi perusahaan.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


BAB 4
PEMBAHASAN

Pembahasan mengenai proses audit atas laporan keuangan PT JBU akan berfokus
pada proses audit yang terkait pada transaksi perolehan aset tetap perusahaan
berupa sepuluh set kapal tunda dan kapal tongkang (tugboat and barge) beserta
temuan bukti auditnya. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, PT JBU
merupakan suatu perusahaan jasa pelayaran dan pengangkutan laut (shipping)
yang baru saja didirikan pada 5 Maret 2012, berdasarkan akta pendiriannya. Maka
dari itu hanya terdapat beberapa transaksi dengan nilai materialitas tinggi dan
signifikan terhadap keseluruhan laporan keuangan PT JBU, salah satunya adalah
transaksi perolehan aset tetap, nilai total transaksi tersebut lebih dari 90% nilai
total aset PT JBU (berdasarkan Neraca Saldo in house PT JBU).

Pada bagian kedua dari bab ini, Penulis akan menganalisa prosedur audit
berdasarkan temuan bukti audit serta membahas akun-akun yang terkait dan
terpengaruh dari transaksi perolehan aset tetap tersebut. Mulai dari pencatatan
akun yang dilakukan oleh perusahaan, penyesuaian dan reklasifikasi akun yang
dilakukan oleh perusahaan dan tim auditor KAP RW, serta tanggung jawab tim
auditor KAP RW sebagai auditor anak perusahaan dalam rangka proses
konsolidasian kepada auditor induk perusahaan. Hasil opini yang dikeluarkan
dalam bentuk Laporan Auditor Independen (LAI) juga akan dibahas dalam
pembahasan terakhir ini.

4.1 Proses Audit atas Transaksi Perolehan Aset Tetap PT JBU


Menurut Arens, et al. (2009) setiap kegiatan dalam pengauditan memiliki tujuan
spesifik terkait tiga hal, yaitu terkait transaksi, terkait dengan saldo akun, dan
terkait dengan penyajian dan pengungkapan demi memberikan keyakinan yang
memadai kepada para pengguna laporan keuangan. Arens, et al. juga menjelaskan
proses audit ke dalam empat fase yaitu:

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


I. Perencanaan dan perancangan pendekatan audit
II. Melakukan test of control (TOC) dan substantive test of transaction (STOT)
III. Melakukan analytical procedures dan test of detail balances (TODB)
IV. Penyelesaian proses audit dan mengeluarkan laporan audit

4.1.1 Perencanaan dan Perancangan Pendekatan Audit


Dalam sub-bab ini Penulis akan membahas mengenai proses audit yang telah
dilakukan atas laporan keuangan PT JBU selama Program Magang dan akan
dikomparasikan dengan penjelasan teori menurut Arens, et al. Pada fase pertama
proses audit ini yaitu perencanaan dan perancangan pendekatan audit, merupakan
fase yang dilakukan oleh tingkatan level Manager in-charge serta Senior in-
charge di KAP RW. Pada fase ini tingkat materialitas kesalahan saji dan jumlah
besaran sample bukti audit yang dibutuhkan untuk memperoleh keyakinan atas
laporan keuangan ditentukan, serta bagaimana teknis proses audit lapangan yang
akan dilaksanakan kemudian oleh tim auditor.

Seperti yang telah dinyatakan pada Bab 2, dalam proses Evaluasi Risiko Bisnis
Klien yang termasuk kedalam fase pertama dari proses audit (Audit Planning),
menurut Arens, et al. terdapat lima aspek yang harus diperhatikan oleh auditor.
Salah satu contoh dari kelima aspek tersebut adalah Manajemen dan Tata Kelola
dari Perusahaan. Aspek ini dapat ditinjau dari dokumen-dokumen resmi atas rapat
Direksi dengan Pemegang Saham. Contoh yang terjadi pada PT JBU ini adalah
pergantian Direksi pada satu tahun pertama pendirian Perusahaan (ditandai
dengan adanya perubahan Akta Perusahaan dalam jangka waktu kurang dari satu
tahun sejak pendirian Perusahaan).

Dari hal diatas, auditor KAP RW menilai bahwa Risiko Bisnis dan Risiko
kesalahan saji dari informasi laporan keuangan PT JBU dianggap tinggi, tetapi tim
auditor KAP RW masih berkeyakinan dapat mengatasi masalah tersebut dengan
melakukan tes atau pengujian terhadap populasi transaksi PT JBU. Ini juga
merupakan tahun pertama pendirian PT JBU, sehingga pengujian populasi masih
sangat memungkinkan untuk dilakukan oleh tim auditor KAP RW.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Batas materialitas yang digunakan oleh tim auditor KAP RW dalam proses audit
terhadap PT JBU adalah Performance Materiality (PM) yang merupakan batas
materialitas untuk satu saldo akun. PM juga berguna untuk menentukan akun
mana saja yang akan diuji oleh tim auditor, dalam hal ini tim auditor KAP RW
menguji keseluruhan akun yang terdapat pada PT JBU. Jika jumlah kesalahan saji
dari suatu saldo akun melebihi PM yang telah ditentukan, maka salah saji yang
terdapat pada akun tersebut tidaklah wajar. Besaran batas PM ialah 50% hingga
75% dari Overall Materiality (OM), jika perusahaan pada tahun-tahun
sebelumnya jarang atau tidak memiliki jurnal penyesuaian dan perusahaan tidak
memiliki tekanan pasar maka besaran PM yang digunakan adalah 75% dari OM.
Jika perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya sering memiliki jurnal penyesuaian
serta memiliki risiko perusahaan dan industri yang tinggi, maka besaran PM yang
digunakan adalah 50% dari OM. Pada proses audit PT JBU ini menggunakan
besaran PM 50% karena PT JBU diasumsikan oleh tim auditor KAP RW memiliki
risiko perusahaan dan industri yang tinggi, dan masih merupakan perusahaan yang
baru didirikan (PM dari PT JBU senilai US$ 462 per saldo akun).

Overall Materiality (OM) merupakan batas materialitas untuk laporan keuangan


secara keseluruhan dan untuk menentukan opini yang dikeluarkan atas laporan
keuangan yang telah diaudit. Dasar yang digunakan untuk perusahaan yang
berorientasikan profit seperti PT JBU, adalah laba/rugi total sebelum pajak (rugi
US$ 9.235). Dasar tersebut akan dikalikan dengan persentase tertentu, biasanya
persentase tersebut sebesar 10% untuk perusahaan yang berorientasikan profit dan
belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia seperti PT JBU, maka OM dari PT JBU
adalah senilai US$ 924.

Penulis mendapatkan penugasan audit pada salah satu transaksi bermaterialitas


tinggi yaitu transaksi perolehan aset tetap PT JBU (total nilai perolehan aset tetap
PT JBU senilai US$ 11.836.670), karena nilai pada akun-akun transaksi perolehan
aset tetap yang dimiliki PT JBU berada diatas tingkat Performance Materiality.
Teknik proses audit lapangan yang akan dilakukan oleh Penulis atas transaksi ini
mengacu kepada Program Audit KAP RW tahun 2011 (Lampiran 1).

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


4.1.2 Test of Control dan Substantive Test of Transactions PT JBU
Seperti dijelaskan oleh Arens et al. juga pada bab sebelumnya, bahwa test of
control (TOC) dan substantive test of transactions (STOT) dapat dilakukan secara
bersamaan oleh auditor dengan alasan efektivitas dan efisiensi. Hasil TOC akan
mempengaruhi jumlah besaran sample bukti audit yang dibutuhkan agar auditor
dapat memperoleh keyakinan. Apabila TOC dianggap gagal dan tidak
memberikan keyakinan yang memadai atas laporan keuangan kepada auditor,
maka besaran sample dalam pengumpulan bukti audit akan ditingkatkan.

Dalam proses audit laporan keuangan PT JBU ini, TOC tidak terlalu diutamakan.
TOC dan pemahaman pengendalian internal perusahaan yang dilakukan oleh tim
auditor KAP RW pada PT JBU hanya dengan melakukan walkthrough kepada
beberapa karyawan, terutama bagian akuntansi dan keuangan. Dari hal tersebut
auditor dapat melakukan observasi atas pemisahan kewenangan (segregation of
duty) dan otorisasi dokumen-dokumen transaksi perusahaan. Hal tersebut
disebabkan oleh penilaian tim auditor atas PT JBU yang baru memasuki tahun
pertama sehingga SOP dinilai tidak dapat diandalkan untuk memperoleh
keyakinan. Salah satu contohnya adalah keterbatasan jumlah staf keuangan dan
akuntansi yang menyebabkan tidak berjalannya pemisahan kewenangan seperti
yang telah dirancang pada siklus pengeluaran PT JBU, ditandai dengan identiknya
tanda tangan pemohon pada payment application dengan pemohon dalam slip
pembayaran bank. Maka dari hal tersebut, hasil dari perencanaan audit pada fase
pertama menggunakan populasi transaksi pada pengumpulan bukti audit untuk
memperoleh tingkat keandalan yang lebih memadai.

Selanjutnya bagian ini akan masuk kedalam tahap STOT atas laporan keuangan
PT JBU, terutama yang berkaitan dengan transaksi perolehan aset tetap. PT JBU
memiliki tiga supplier dalam hal pembelian aset tetap perusahaan berupa kapal
tunda dan kapal tongkang, yaitu PT BVS, PT SSM, dan Capella Ltd. Setelah
mendapatkan Neraca Saldo dari pencatatan perusahaan (in house), Penulis
ditugaskan untuk menyiapkan kertas kerja (working paper) terkait transaksi
perolehan aset tetap berdasarkan Program Audit Substantif (Lampiran 1) dari

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


KAP RW. Transaksi perolehan aset tetap berkaitan dengan beberapa akun yaitu
kas dan bank, uang muka pembelian aset tetap, aset tetap, dan utang pembelian
aset tetap. Program Audit STOT aset tetap KAP RW memiliki tujuan untuk
menguji eksistensi, kelengkapan, hak dan liabilitas, penilaian dan alokasi, serta
penyajian dan pengungkapan.

Dalam proses penyiapan kertas kerja untuk melakukan STOT, pertama Penulis
meminta daftar rincian dan dokumen-dokumen pendukung atas akun uang muka
pembelian aset tetap. Kemudian Penulis mendapatkan surat kontrak pembuatan
kapal yang ditanda-tangani PT JBU dan ketiga supplier yang telah disebutkan
sebelumnya selama tahun 2012. Lalu dokumen berikutnya adalah berupa invoice
penagihan uang muka pembuatan kapal, serta permohonan pembayaran (payment
application), cek atau slip pembayaran melalui bank dari PT JBU kepada ketiga
supplier. Tim auditor KAP RW juga telah meminta rekening koran dari seluruh
rekening bank yang dimiliki oleh PT JBU. Berdasarkan seluruh dokumen inilah
Penulis melakukan STOT berupa vouching.

a. Pembelian Kapal Tongkang (barge) kepada PT BVS


Vouching pertama dilakukan atas transaksi pembelian satu unit kapal tongkang
kepada PT BVS. Proses ini berawal dari rincian uang muka pembelian aset in
house klien yang mencatat uang muka pembelian aset kepada PT BVS adalah
sejumlah Rp.568.480.000 atau setara dengan SGD$ 76.000. Kemudian rincian
tersebut dibandingkan dengan invoice penagihan uang muka dari PT BVS
tertanggal 30 Mei 2012 (Lampiran 2). Dari invoice tersebut benar bahwa
pembayaran yang harus dilakukan PT JBU sebagai uang muka adalah senilai
SGD$ 76.000, besaran uang muka tersebut dinyatakan sebagai 20% dari harga
kapal tongkang.

Setelah jumlah in house dengan invoice penagihan sesuai dan kelengkapan


otorisasi dinilai cukup memadai, kemudian perusahaan mengeluarkan formulir
payment application No. 011/PV/VI/2012 tertanggal 10 Juni 2012 (Lampiran 6)
dengan jumlah dan keterangan yang sesuai dengan invoice penagihan tersebut.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Setelah payment application disetujui, perusahaan mengeluarkan cek dengan No.
AAH 133705 tertanggal 15 Juni 2012 dengan diotorisasi oleh Direktur PT JBU.

Cek tersebut dan slip pembayaran melalui bank juga dicocokkan jumlahnya
dengan payment application tertanggal 10 Juni 2012 tersebut, dan hasilnya sesuai.
Untuk memastikan bahwa pembayaran telah benar-benar dilakukan, slip
pembayaran melalui bank tersebut juga dicocokkan dengan rekening koran bank.
Pada rekening koran bank juga telah tercatat bahwa pada tanggal 15 Juni 2012 ada
transfer keluar ke PT BVS sejumlah Rp.568.480.000.

b. Pembelian Kapal Motor Tunda (tugboat) kepada PT SSM


Selanjutnya proses vouching kedua terhadap transaksi pembelian sepuluh unit
kapal motor tunda kepada PT SSM. Proses ini juga dimulai dari rincian uang
muka pembelian aset in house klien yang mencatat uang muka pembelian aset
kepada PT SSM sejumlah Rp.15.344.000.000 atau setara dengan US$ 1.600.000
untuk sepuluh unit kapal tersebut. Rincian tersebut dibandingkan dengan sepuluh
lembar invoice penagihan uang muka dari PT SSM tertanggal 14 Agustus 2012
yang masing-masing invoice bernilai US$ 160.000 (salah satunya disertakan pada
Lampiran 3). Dari keseluruhan invoice tersebut benar bahwa pembayaran yang
harus dilakukan PT JBU sebagai uang muka untuk sepuluh kapal tunda yang
dipesan adalah senilai US$ 1.600.000, besaran uang muka tersebut dinyatakan
sebagai 10% dari harga total sepuluh kapal motor tunda tersebut.

Setelah jumlah in house dengan invoice penagihan sesuai serta keotentikan


otorisasi dinilai cukup memadai, kemudian perusahaan mengeluarkan formulir
payment application No. 022/PV/IX/2012 tertanggal 25 September 2012
(Lampiran 7) dengan jumlah dan keterangan yang sesuai dengan invoice
penagihan tersebut. Setelah payment application disetujui, perusahaan
mengeluarkan bilyet giro dengan No. AAL 568705 dengan diotorisasi oleh
Direktur PT JBU.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Bilyet giro No. AAL 568705 dan slip pembayaran melalui bank juga dicocokkan
jumlahnya dengan payment application tertanggal 25 September 2012 tersebut,
dan hasilnya sesuai. Untuk memastikan bahwa pembayaran telah benar-benar
dilakukan, slip pembayaran melalui bank tersebut juga dicocokkan dengan
rekening koran bank. Pada rekening koran bank telah tercatat bahwa pada tanggal
25 September 2012 ada transfer keluar sejumlah Rp.15.344.000.000.

c. Pembelian Kapal Tongkang (barge) kepada Capella Ltd.


Proses vouching terhadap transaksi pembelian kapal PT JBU yang terakhir adalah
vouching terhadap pembelian sepuluh unit kapal tongkang kepada Capella Ltd.
Proses tersebut dimulai dari rincian uang muka pembelian aset in house klien
yang mencatat terdapat empat kali pembayaran uang muka pembelian tongkang
kepada Capella Ltd. yang berjumlah total Rp.69.878.750.000 untuk sepuluh unit
kapal tongkang tersebut. Empat kali transaksi pembayaran uang muka pembelian
yang dicatat tersebut merupakan total dari transaksi tanggal 30 Mei 2012 sejumlah
Rp.42.540.000.000, tanggal 31 Mei 2012 sejumlah Rp.9.530.000.000, tanggal 7
Agustus 2012 sejumlah Rp.14.212.500.000, dan terakhir tanggal 25 September
2012 sejumlah Rp.3.596.250.000.

Rincian untuk transaksi tanggal 7 Agustus dan 25 September 2012 dibandingkan


dengan invoice penagihan uang muka dari Capella Ltd melalui PT SMI, selaku
pembuat kapal yang bekerja sama dengan Capella Ltd., tertanggal 7 Agustus 2012
(Lampiran 4) senilai US$ 1.500.000 atau setara dengan Rp.14.212.500.000, dan
invoice tertanggal 14 Agustus 2012 (Lampiran 5) senilai US$ 375.000 atau setara
dengan Rp.3.596.250.000. Berdasarkan kedua invoice tersebut benar bahwa
pembayaran uang muka pembelian sepuluh kapal tongkang yang dipesan oleh PT
JBU adalah senilai US$ 1.875.000 atau setara dengan Rp.17.808.750.000.

Setelah jumlah in house dengan invoice penagihan diverifikasi serta keotentikan


otorisasi dinilai cukup memadai, kemudian perusahaan mengeluarkan formulir
payment application No. 017/PV/VIII/2012 tertanggal 7 Agustus 2012 (Lampiran
8) dan No. 021/PV/IX/2012 tertanggal 25 September 2012 (Lampiran 9) dengan

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


jumlah dan keterangan yang sesuai dengan kedua invoice penagihan diatas.
Setelah payment application disetujui, perusahaan mengeluarkan cek dengan No.
AAH 133706 tertanggal 7 Agustus 2012 dan bilyet giro No. AAL 568706 dengan
otorisasi dari Direktur PT JBU.

Cek No. AAH 133706 dan slip pembayaran melalui bank dicocokkan jumlahnya
dengan payment application No. 017/PV/VIII/2012 tersebut, dan hasilnya sesuai.
Kemudian bilyet giro No. AAL 568706 beserta slip pembayaran bank juga
disesuaikan nominalnya dengan payment application No. 021/PV/IX/2012. Untuk
memastikan bahwa pembayaran telah benar-benar dilakukan, kedua slip
pembayaran bank tersebut juga dicocokkan dengan rekening koran bank. Pada
rekening koran bank tercatat bahwa pada tanggal 7 Agustus 2012 terjadi memo
debet sejumlah Rp.14.212.500.000, dan pada tanggal 25 September 2012 terdapat
transfer keluar sejumlah Rp.3.596.250.000.

Seperti yang disampaikan pada awal pembahasan terkait transaksi kepada Capella
Ltd. bahwa telah terjadi empat kali pembayaran uang muka pembelian, dan yang
kemudian akan dibahas selanjutnya adalah terkait dua transaksi tertanggal 30 dan
31 Mei 2012. Tim auditor KAP RW telah meminta dokumen-dokumen
pendukung transaksi tersebut, seperti invoice penagihan uang muka dari Capella
Ltd., payment application dari PT JBU, konfirmasi penerimaan pembayaran dari
Capella Ltd., hingga cek atau bilyet giro, beserta slip pembayaran bank yang
digunakan terkait transaksi tanggal 30 dan 31 Mei 2012, tetapi PT JBU tidak
dapat memberikan seluruh ataupun sebagian dari dokumen-dokumen pendukung
yang diminta tim auditor KAP RW.

Menanggapi hal tersebut, terkait proses STOT, tim auditor KAP RW mengambil
inisiatif untuk melakukan konfirmasi terperinci atas uang muka pembelian tanggal
30 Mei 2012 yang berjumlah Rp.42.540.000.000 dan tanggal 31 Mei 2012 yang
berjumlah Rp.9.530.000.000 (kedua jumlah berdasarkan in house PT JBU).
Dikarenakan Capella Ltd. berdomisili di Singapura, konfirmasi terperinci hanya
dapat dilakukan melalui fax ataupun surat elektronik (e-mail).

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Penulis ditugaskan untuk melakukan konfirmasi tersebut oleh Senior-in-Charge.
Dalam menunaikan tugas tersebut, Penulis mengalami berbagai macam kendala
contohnya seperti ketika Penulis meminta alamat e-mail Capella Ltd. kepada
bagian terkait di PT JBU, respon yang didapatkan relatif lama (sekitar lima hari
kerja). Selama lima hari tersebut Penulis selalu follow up perihal alamat e-mail
kepada PT JBU, namun tanggapan dari PT JBU terkesan menghindar dengan
berbagai macam alasan. Hal ini kemudian disampaikan kepada Senior-in-Charge,
dan setelah diskusi dengan tim auditor maka dilakukan alternatif cara
menggunakan fasilitas fax. Dalam menempuh alternatif cara ini pun tidak lepas
dari kendala yang menghambat. Kendala yang terjadi pada saat menempuh
alternatif cara ini adalah nomor fax dan nomor telepon Capella Ltd. yang
diperoleh dari PT JBU tidaklah aktif. Hal tersebut juga sudah dilaporkan kepada
tim auditor KAP RW serta ke pihak terkait PT JBU.

Tim auditor KAP RW mendesak PT JBU untuk memberikan pembuktian terkait


transaksi tanggal 30 dan 31 Mei 2012 ini, dan tanggapan PT JBU atas peristiwa
ini adalah tetap akan berusaha untuk mendapatkan alamat e-mail agar dapat
dilakukan konfirmasi. Selang beberapa hari setelahnya, PT JBU memberikan
pembuktian tetapi bukan dalam bentuk alamat e-mail seperti yang diminta, tetapi
sudah dalam bentuk confirmation of receipt dengan No. 05/VI/CPL/2012 yang
ditujukan langsung kepada PT JBU (Lampiran 10). Jumlah yang tercatat pada
konfirmasi tersebut sesuai dengan jumlah debet pada rekening koran bank
tertanggal 30 dan 31 Mei 2012 yang masing-masing berjumlah Rp.42.540.000.000
dan Rp.9.530.000.000.

4.1.3 Analytical Procedures dan Test of Detail Balances PT JBU


Proses pelaksanaan analytical procedures dan test of detail balances (TODB)
merupakan tahap atau fase yang ketiga dalam proses audit menurut Arens et al.
Dalam fase pertama yaitu proses perencanaan dan perancangan pendekatan audit
atas laporan keuangan PT JBU untuk periode yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2012, tim auditor KAP RW telah memutuskan bahwa proses analytical
procedures dinilai kurang dapat diandalkan untuk memperoleh keyakinan bagi

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


auditor dan tidak perlu lagi dilakukan. Menurut diskusi Penulis dengan tim auditor
KAP RW, hal tersebut disebabkan oleh tiga hal yaitu:
• PT JBU baru saja didirikan pada bulan Maret 2012 sehingga proses
membandingan akun-akun secara month to month ataupun year to year
tidak dapat memberikan hasil yang memadai.
• PT JBU belum beroperasi secara normal, hal ini salah satunya ditunjukan
dengan angka akun Pendapatan yang masih nihil, sehingga proses
perbandingan rasio-rasio keuangan PT JBU dengan industri sejenisnya
tidak dapat memberikan hasil kesimpulan yang tepat.
• Dalam fase pertama proses audit ini tim auditor telah memutuskan bahwa
STOT dan TODB pada populasi transaksi masih sangat memungkinkan
untuk dilakukan, sehingga prosedur analitis yang bertujuan untuk
mengurangi tingkat TODB tidak perlu lagi untuk dilakukan.

Memasuki proses pelaksanaan Test of Detail Balances (TODB), Penulis


ditugaskan oleh Senior-in-Charge untuk melakukan uji saldo terperinci beberapa
akun yang terkait transaksi perolehan aset tetap PT JBU diantaranya adalah saldo
kas dan setara kas, uang muka pembelian aset tetap, aset tetap, dan utang
pembelian aset tetap yang muncul karena transaksi perolehan aset tetap. Akun-
akun PT JBU selain itu ditugaskan kepada anggota tim auditor KAP RW lainnya,
sehingga pembahasan TODB yang dilakukan hanya terbatas pada akun-akun yang
telah disebutkan sebelumnya.

a. Akun Kas di Bank (Cash in Bank) PT JBU


TODB terkait akun kas dan setara kas yang dilakukan oleh Penulis lebih
difokuskan pada saldo kas di bank atas nama PT JBU. Untuk melakukan proses
TODB akun ini, Penulis mengacu pada pencatatan Neraca Saldo yang telah
dilakukan oleh PT JBU (in house Trial Balance) per 31 Desember 2012.
Kemudian dari in house Trial Balance ini dibandingkan dan dicocokkan dengan
rekening koran bank yang sebelumnya juga telah diminta oleh tim auditor KAP
RW.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


b. Akun Aset Tetap - Kapal PT JBU
Pada in house Neraca Saldo PT JBU per 31 Desember 2012, akun aset tetap masih
tercatat nihil nilainya. Kemudian dalam proses audit yang dilakukan tim auditor
KAP RW terhadap PT JBU saat itu menemukan temuan audit berupa dokumen
Berita Acara Serah Terima Kapal dan Grosse Akta Pendaftaran Kapal atas
beberapa kapal yang telah dipesan sebelumnya oleh PT JBU. Berdasarkan temuan
audit tersebut maka tim auditor harus melakukan jurnal penyesuaian (adjusting
journal entries), sesuai dengan PSAK Nomor 16 tentang Aset Tetap, untuk
mengakui telah adanya aset tetap PT JBU per 31 Desember 2012.

Bukti temuan audit ini adalah berupa tiga buah Grosse Akta Pendaftaran Kapal
yang telah dipesan PT JBU kepada Capella Ltd., tiga buah Grosse Akta
Pendaftaran Kapal yang telah dipesan kepada PT SSM, dan sebuah dokumen
Berita Acara Serah Terima Kapal yang telah dipesan kepada PT BVS, sehingga
keseluruhan berjumlah tujuh buah kapal. Dalam proses TODB terkait jurnal
penyesuaian akun aset tetap ini, Penulis melakukan perhitungan ulang
(recalculate) atas jumlah nilai yang seharusnya dicatat pada akun aset tetap
berdasarkan Surat Kontrak Pembangunan Kapal dan Surat Perjanjian Jual Beli
Kapal.

Berdasarkan tiga buah Grosse Akta Pendaftaran Kapal beserta Kontrak


Pembangunan Kapal tertanggal 7 Agustus 2012 terhadap pihak Capella Ltd.,
dinyatakan jelas bahwa harga satuan dari kapal tongkang yang terkait adalah
senilai US$ 2.243.000. Dan berdasarkan temuan audit tersebut dapat dihitung
untuk nilai aset tetap PT JBU atas ketiga kapal tongkang yang telah selesai
dibangun oleh Capella Ltd. adalah bernilai US$ 6.729.000. Berikutnya
berdasarkan tiga buah Grosse Akta Pendaftaran Kapal dan Kontrak Pembangunan
Kapal tertanggal 5 Desember 2012 terhadap pihak PT SSM, juga dinyatakan jelas
bahwa harga satuan dari kapal motor tunda yang terkait adalah senilai US$
1.600.000. Berdasarkan temuan audit tersebut dapat dihitung nilai aset tetap PT
JBU atas ketiga kapal motor tunda yang telah selesai dibangun oleh PT SSM
adalah bernilai US$ 4.800.000.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Terakhir berdasarkan sebuah dokumen Berita Acara Serah Terima Kapal
tertanggal 2 Oktober 2012 dan juga Kontrak Pembangunan Kapal tertanggal 30
Mei 2012 terhadap pihak PT BVS, telah dinyatakan bahwa harga satuan dari kapal
tongkang yang terkait adalah senilai SGD$ 380.000 atau setara dengan US$
307.670. Dan berdasarkan temuan audit tersebut dapat dinyatakan nilai aset tetap
PT JBU atas satu buah kapal tongkang yang telah selesai dibangun oleh PT BVS
adalah senilai US$ 307.670.

c. Akun Uang Muka Pembelian Aset Tetap PT JBU


Langkah awal dalam melaksanakan TODB pada akun ini adalah menghitung
kembali seluruh pembayaran uang muka yang telah dilakukan oleh PT JBU
kepada para Supplier selama periode pencatatan akuntansi yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2012, kemudian dibandingkan dengan saldo akhir akun uang
muka pembelian aset tetap yang dicatat oleh PT JBU (in house). Setelah langkah
tersebut selesai, langkah berikutnya adalah melakukan penyesuaian dengan jurnal
terkait pengakuan aset tetap (penyelesaian pembangunan kapal) PT JBU yang
telah dibahas sebelumnya.

In house PT JBU mencatat saldo akhir akun uang muka pembelian aset tetap
senilai US$ 8.979.061. Kemudian tanpa mengindahkan ketidak-yakinan Penulis
atas transaksi pembayaran uang muka kepada Capella Ltd. tertanggal 30 dan 31
Mei 2012 yang telah dibahas sebelumnya, Penulis melakukan recalculate atas
semua transaksi pembayaran uang muka aset tetap yang terjadi selama tahun
2012. Dari proses recalculate tersebut dapat diperinci sebagai berikut:
• 30 Mei 2012 pembayaran Capella Ltd. sejumlah Rp.42.540.000.000 atau
setara dengan US$ 4.445.141
• 31 Mei 2012 pembayaran Capella Ltd. sejumlah Rp.9.530.000.000 atau
setara dengan US$ 996.341
• 15 Juni 2012 pembayaran PT BVS sejumlah Rp.568.480.000 atau setara
dengan US$ 60.042
• 7 Agustus 2012 pembayaran Capella Ltd. melalui PT SMI sejumlah
Rp.14.212.500.000 atau setara dengan US$ 1.500.475

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


• 25 September 2012 pembayaran Capella Ltd. sejumlah melalui PT SMI
Rp.3.596.250.000 atau setara dengan US$ 375.392
• 25 September 2012 pembayaran PT SSM sejumlah Rp.15.344.000.000
atau setara dengan US$ 1.601.670

Seluruh konversi dari mata uang Rupiah kedalam mata uang Dollar Amerika
Serikat atau sebaliknya, telah dihitung menggunakan kurs tengah Bank Indonesia
per tanggal transaksi. Dampak dari penggunaan kurs tengah BI per tanggal
transaksi adalah adanya selisih kurs translasi, tetapi hal tersebut tidak akan
dibahas lebih lanjut dalam Laporan Magang ini. Total penghitungan kembali
seluruh pembayaran uang muka pembelian pada tahun 2012 telah sesuai dengan
pencatatan in house PT JBU yaitu senilai US$ 8.979.061 untuk 10 kapal dari
Capella Ltd., 10 kapal dari PT SSM, dan 1 buah kapal dari PT BVS.

Tahap selanjutnya adalah melakukan penyesuaian terkait penyelesaian ketujuh


kapal yang telah dibahas sebelumnya. Dari rincian pembayaran uang muka di atas
dapat dihitung bahwa total pembayaran uang muka untuk 10 kapal dari Capella
Ltd. adalah bernilai US$ 7.317.349, untuk 10 kapal dari PT SSM bernilai US$
1.601.670, dan untuk 1 buah kapal dari PT BVS bernilai US$ 60.042. Ketujuh
kapal yang telah selesai menurut dokumen bukti audit yang ada adalah 3 kapal
dari Capella Ltd., 3 kapal dari PT SSM, dan 1 buah kapal dari PT BVS. Maka
jumlah saldo akun uang muka pembelian aset tetap yang dapat diakui dan harus
dilakukan penyesuaian sebagai nilai saldo akun aset tetap perusahaan berdasarkan
PSAK No. 16 tentang Aset Tetap adalah senilai US$ 2.735.748.

d. Akun Utang Pembelian Aset Tetap PT JBU


Pada pencatatan Trial Balance in house PT JBU akun utang pembelian aset tetap
ini masih bersaldo nihil, karena PT JBU belum melakukan pengakuan nilai saldo
aset tetap atas penyelesaian ketujuh kapal yang telah selesai dibangun selama
periode akuntansi tahun 2012. Proses TODB terkait saldo akhir akun ini, Penulis
hanya melakukan penyesuaian atas kejadian dan dokumen bukti audit atas
penyelesaian ketujuh kapal yang telah dibahas sebelumnya. Pelunasan kapal yang

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


dipesan dan telah selesai dibangun juga tidak terjadi pada periode akuntansi tahun
2012, baru terjadi di bulan Januari 2013. Mengingat salah satu objektif atas proses
audit terkait saldo akun ini adalah cut-off maka transaksi pelunasan tersebut tidak
mempengaruhi nilai saldo pada akun apapun di laporan keuangan PT JBU yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2012.

Proses penyesuaian pada akun utang pembelian aset tetap ini tidak menyajikan
terlalu banyak perhitungan, karena seluruh perhitungan yang dibutuhkan telah
disajikan pada pembahasan TODB akun aset tetap dan akun uang muka
pembelian. Dari pembahasan sebelumnya mengenai TODB aset tetap dan uang
muka pembelian dapat diketahui bahwa penyesuaian yang terjadi atas nilai saldo
aset tetap dan nilai saldo akun uang muka pembelian aset tetap adalah masing-
masing senilai US$ 11.836.670 dan US$ 2.735.748. Seperti telah dijelaskan pada
paragraf sebelumnya juga bahwa tidak ada transaksi pelunasan yang terjadi
selama periode pencatatan akuntansi 2012, maka seluruh selisih antara nilai
penyesuaian saldo aset tetap dengan nilai penyesuaian uang muka pembelian aset
tetap tersebut diakui sebagai nilai penyesuaian saldo akun Utang Pembelian Aset
Tetap PT JBU, yaitu senilai US$ 9.100.922.

4.1.4 Penyelesaian dan Hasil Audit


Ini merupakah fase atau tahapan terakhir dalam suatu proses pengauditan, yaitu
tahap penyelesaian dan pengeluaran laporan auditor independen atas proses audit
yang telah dilakukan kepada klien. Dalam hal ini Penulis menyerahkan seluruh
kertas kerja yang telah dilakukan, lengkap dengan keterangan, perhitungan, dan
bukti-bukti audit yang telah dijadikan temuan kepada tim auditor KAP RW.
Seluruh permasalahan yang terjadi selama berlangsungnya proses audit PT JBU
yang ditugaskan kepada Penulis, telah dilaporkan dan didiskusikan kepada Senior-
in-Charge tim auditor KAP RW. Hal ini disebabkan karena Senior-in-Charge
berkewajiban untuk melaporkan seluruh temuan dan permasalahan yang ada
kepada Manager-in-Charge dan juga auditor perusahaan induk dari PT JBU yang
merupakan salah satu auditor dari KAP Big Four. Kewajiban tersebut adalah
dalam bentuk pengisian consolidation packages oleh Senior-in-Charge.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Kemudian dengan beracuan kepada kertas kerja auditor yang telah disusun dan
telah digabungkan oleh tim auditor KAP RW, Laporan Auditor Independen (LAI)
mulai disusun. Seluruh laporan keuangan PT JBU dengan saldo akhir yang telah
diaudit juga dimuat pada LAI tersebut. LAI ini berisikan Opini Audit, Surat
Pernyataan Direksi Auditee, Laporan Posisi Keuangan setelah audit, Laporan Laba
Rugi setelah audit, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan Auditee. Berdasarkan keputusan manajemen KAP RW,
Opini Audit yang dikeluarkan atas proses audit laporan keuangan PT JBU ini
adalah Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified).

4.2 Analisis Terhadap Proses Audit PT JBU


4.2.1 Audit Planning dan Substantive Test of Transaction
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi Penulis dengan tim auditor KAP RW,
karena Penulis tidak terlibat langsung dalam fase perencanaan dan perancangan
pendekatan audit, dapat disimpulkan bahwa proses pengumpulan bukti audit atas
laporan keuangan PT JBU ini tidak menggunakan data sampling. Hal ini
disebabkan oleh skala transaksi dari PT JBU yang tidak banyak sehingga
pengujian secara keseluruhan transaksi tidak akan menyebabkan peningkatan
biaya audit secara signifikan, dan demi memperoleh tingkat keyakinan yang tinggi
atas transaksi PT JBU yang baru memasuki tahun pertama operasionalnya. Maka
dari itu proses pengumpulan bukti diputuskan untuk dilakukan secara menyeluruh
tanpa teknik data sampling, namun tetap memiliki fokus utama pada transaksi-
transaksi yang bernilai materialitas tinggi. Contohnya adalah akun Uang Muka
Pembelian Aset Tetap yang tercatat pada Neraca Saldo in house PT JBU senilai
US$ 8.979.061 dari total nilai total Asset senilai US$ 8.981.276, lebih dari 90%.

Program Audit yang dimiliki oleh KAP RW, terutama Program Audit pengujian
substantif atas transaksi, memiliki tujuan untuk menguji eksistensi, kelengkapan,
penilaian dan alokasi, hak dan liabilitas, serta penyajian dan pengungkapan.
Sedangkan menurut Arens et al. tujuan audit terkait transaksi adalah occurence,
completeness, accuracy, classification, dan cut-off. Maka dapat dikatakan

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Program Audit KAP RW sudah cukup memadai dan sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Arens et al., keduanya memiliki tujuan yang hampir sama.

Berdasarkan proses audit yang telah dilakukan terhadap transaksi PT JBU dengan
PT BVS selaku supplier aset tetap perusahaan, dapat disimpulkan bahwa
pencatatan akun uang muka pembelian aset tetap dan kas di bank terkait transaksi
kepada PT BVS sudah wajar dengan kelengkapan dokumen pendukung yang
memadai. Berdasarkan Neraca Saldo in house PT JBU, uang muka pembelian aset
tetap kepada PT BVS tercatat sejumlah Rp.568.480.000 atas satu buah kapal
tongkang. Kemudian berdasarkan temuan bukti audit yang menyatakan bahwa
kapal tongkang tersebut telah selesai dibangun, maka telah dilakukan penyesuaian
akun uang muka pembelian yang diperlukan dalam rangka pengakuan kapal
tersebut sebagai aset tetap PT JBU sesuai dengan PSAK Nomor 16.

Selanjutnya berdasarkan proses audit yang telah dilakukan terhadap transaksi PT


JBU dengan PT SSM selaku supplier tugboat perusahaan, dapat dinyatakan
bahwa pencatatan akun uang muka pembelian aset tetap dan kas di bank terkait
transaksi kepada PT SSM sudah wajar dengan dokumen pendukung yang lengkap.
Berdasarkan Neraca Saldo in house PT JBU, uang muka pembelian aset tetap
kepada PT SSM tercatat sejumlah Rp.15.344.000.000 atas sepuluh buah kapal
motor tunda. Kemudian berdasarkan temuan bukti audit yang menyatakan bahwa
tiga dari sepuluh kapal motor tunda tersebut telah selesai dibangun, maka telah
dilakukan penyesuaian akun uang muka pembelian atas ketiga kapal motor tunda
yang diperlukan dalam rangka pengakuan sebagai aset tetap PT JBU.

Pada Neraca Saldo in house PT JBU, total uang muka pembelian aset tetap kepada
Capella Ltd. tercatat sejumlah Rp.69.878.750.000 atas sepuluh buah kapal
tongkang. Kemudian berdasarkan temuan bukti audit yang menyatakan bahwa
tiga dari sepuluh kapal tongkang tersebut telah selesai dibangun, dilakukan
penyesuaian akun uang muka pembelian yang diperlukan dalam rangka
pengakuan tiga buah kapal tersebut sebagai aset tetap PT JBU. Berdasarkan
proses audit terakhir yang dilakukan terhadap transaksi PT JBU dengan Capella

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Ltd. selaku supplier kapal tongkang, dapat disimpulkan bahwa pencatatan akun
uang muka pembelian aset tetap dan kas di bank, khususnya transaksi tertanggal
7 Agustus dan 25 September 2012 sudah disajikan dan dicatat secara wajar
dengan kelengkapan dokumen pendukung yang memadai. Tetapi tidak dengan
transaksi PT JBU kepada Capella Ltd. tertanggal 30 dan 31 Mei 2012 yang telah
dibahas sebelumnya, kedua transaksi tersebut dinilai tidak memiliki dokumen
pendukung yang memadai untuk memperoleh keyakinan bahwa transaksi tersebut
benar terjadi. PT JBU tidak dapat memberikan dokumen pendukung transaksi
pembayaran uang muka pembelian aset tetap tertanggal 30 dan 31 Mei 2012.

Walaupun confirmation of receipt telah menunjukkan pembuktian yang sesuai,


tetapi tim auditor KAP RW tetap merasa janggal dan tidak memperoleh keyakinan
atas transaksi yang terjadi pada tanggal 30 dan 31 Mei 2012 tersebut. Terdapat
beberapa dasar dalam penilaian hal tersebut, yang pertama adalah ketidak-
cocokan nama perusahaan yang tertulis pada kop surat confirmation of receipt
(CAPPELLA LTD.) dengan nama perusahaan yang tercantum pada ketiga grosse
akta pendaftaran kapal (CAPELLA LTD.) yang telah selesai dibangun tertanggal
26 Nopember 2012 yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia. Kedua adalah format pencantuman tanggal pada confirmation of
receipt (tertulis 5 Juni 2012) yang dinilai tidak lazim karena perusahaan Capella
Ltd. menggunakan bahasa Inggris dalam proses korespondensinya dengan PT
JBU. Dan yang ketiga adalah uraian transaksi (description) yang tercatat pada
rekening koran bank CIMB rekening PT JBU, yang menyatakan bahwa pada
tanggal 30 dan 31 Mei 2012 transaksi yang terjadi adalah "Pemindahbukuan" ke
nomer rekening yang tidak dapat diidentifikasi oleh tim auditor, bukan tercatat
sebagai "Transfer Keluar" ataupun "Memo Debet" kepada Capella Ltd. yang
merupakan penjual di Singapura, maupun PT SMI selaku pembuat kapal yang
bekerja sama dengan Capella Ltd. PT SMI dan Capella Ltd. tidak ada yang
menggunakan Bank CIMB untuk menerima pembayaran dari pembeli. Sedangkan
description "Pemindahbukuan" pada rekening koran bank identik dengan
transaksi dengan Bank yang sama yaitu kepada sesama pemilik rekening Bank
CIMB. Seluruh hal ini telah Penulis sampaikan kepada tim auditor KAP RW.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


4.2.2 Test of Detail Balance dan Hasil Audit
Dari keseluruhan pada proses TODB pada akun kas dan setara kas, saldo akun kas
di bank per tanggal 31 Desember 2012 dapat disimpulkan telah dicatat oleh PT
JBU secara wajar. Salah satu contohnya adalah jumlah saldo akun kas di Bank
CIMB Niaga dengan nomor rekening milik PT JBU, telah dicatat senilai US$
1.518,809 (dengan pembulatan) atau setara dengan Rp.14.686.883.03
(menggunakan kurs tengah BI per 31 Desember 2012: Rp.9.670/US$). Sedangkan
saldo kas di bank milik PT JBU menurut rekening koran bank CIMB Niaga per 31
Desember 2012 menunjukan total yang berjumlah Rp.14.686.888,40. Selisih
tersebut dinilai wajar oleh tim auditor KAP RW karena perihal dilakukannya
konversi ke dalam nilai Dollar Amerika Serikat dan pembulatan pada Trial
Balance PT JBU.

Jurnal pengakuan aset tetap ketujuh kapal dalam proses TODB atas akun aset
tetap, membuat nilai saldo akhir akun aset tetap PT JBU bertambah menjadi US$
11.836.670, dan juga secara serta merta mempengaruhi nilai saldo akhir dari akun
uang muka pembelian aset tetap dan nilai saldo akhir akun utang pembelian aset
tetap yang dimiliki oleh PT JBU. Tim Auditor tidak melakukan pengecekan fisik
atas ketujuh kapal tersebut, karena letak pelabuhan tempat terdaftarnya ketujuh
kapal tersebut berada di Batam dan waktu proses audit yang dituntut relatif cepat
oleh PT JBU, dan juga karena rujukan dari auditor induk yang menyatakan bahwa
apabila telah tersedia dokumen pendukung seperti Grosse Akta ataupun Berita
Acara Serah Terima maka cek fisik tidak perlu lagi dilakukan.

Dari proses TODB saldo akun uang muka pembelian aset tetap telah dilakukan
jurnal penyesuaian yang tepat oleh tim auditor KAP RW atas ketujuh kapal yang
telah selesai dibangun. Hal ini menyebabkan saldo akun uang muka pembelian
aset tetap dari senilai US$ 8.979.061 (in house) menjadi US$ 6.243.313 (setelah
audit). Selisih saldo akun uang muka tersebut telah diakui ke dalam saldo akhir
aset tetap PT JBU yang bertambah dari angka nihil (in house) menjadi senilai US$
11.836.670. Tetapi apabila mengindahkan permasalahan dan ketidak-yakinan
Penulis pada proses STOT terhadap transaksi dengan Capella Ltd. sebelumnya,

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


maka dapat dikatakan saldo akhir dari akun uang muka pembelian aset tetap PT
JBU mengalami overstated atau kelebihan pencatatan.

TODB pada saldo akun utang pembelian aset tetap yaitu penyesuaian terkait
pengakuan aset tetap PT JBU juga telah dilakukan dan disajikan secara wajar,
yang menyebabkan peningkatan dari angka saldo nihil per in house, menjadi
senilai US$ 9.100.922 per setelah audit. Hal ini disebabkan pengakuan hanya
dilakukan atas kapal yang telah didapatkan dokumen penyelesaiannya, yaitu
ketujuh kapal yang telah dibahas sebelumnya. Dan juga karena pelunasan
sebagian utang pembelian aset tetap pada bulan Januari 2013 tidak dimasukkan
dalam perhitungan penyesuaian.

Berdasarkan Laporan Auditor Independen (LAI) yang telah diterbitkan oleh KAP
RW atas Laporan Keuangan PT JBU dalam proses audit tersebut, pemberian opini
audit Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified) dinilai kurang tepat. Opini audit
yang dinilai lebih tepat adalah Wajar Dengan Pengecualian (Qualified), karena
transaksi pembayaran uang muka pembelian tertanggal 30 dan 31 Mei 2012 yang
nilainya material memiliki dokumen pendukung yang tidak meyakinkan.
Confirmation of Receipt yang dikirimkan oleh Capella Ltd. juga tidak dapat
memberikan keandalan dan keyakinan kepada tim auditor KAP RW terhadap
transaksi tersebut.

Seluruh transaksi pembayaran uang muka pembelian aset tetap yang dilakukan
oleh PT JBU selama periode pencatatan akuntansi tahun 2012 telah memenuhi
sebagian prosedur dan pengendalian internal dari PT JBU seperti yang disajikan
pada bab 3 sebelumnya, kecuali transaksi pembayaran uang muka kepada Capella
Ltd. per tanggal 30 dan 31 Mei 2012 yang berjumlah Rp.52.070.000.000. Hal ini
disebabkan oleh tidak terdapatnya dokumen-dokumen pendukung transaksi
tertanggal 30 dan 31 Mei 2012 seperti yang telah dijelaskan dalam proses audit PT
JBU sebelumnya. Contoh dokumen-dokumen pendukung pengeluaran ini
terlampir pada bagian Lampiran di akhir laporan magang ini.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Tabel 4.1 Kesimpulan Prosedur Audit di PT JBU
Prosedur
Teori berdasarkan Arens Praktik yang terjadi di PT JBU
Audit
• Menilai risiko bisnis klien • Risiko bisnis dan salah saji
• Penetapan level klien tinggi
Perencanaan materialitas • OM 10% dan PM 50%
• Penetapan jumlah sampel • Menggunakan populasi
bukti audit transaksi untuk bukti audit
• Melakukan Test of • TOC melalui walkthrough
Control pada klien beberapa karyawan
TOC dan • Dampak TOC terhadap • TOC tidak mempengaruhi
STOT sampel bukti audit jumlah bukti audit
• Uji transaksi akun-akun • Terdapat transaksi tanpa
pada klien dokumen pendukung
• Melakukan AP pada data • AP tidak dapat dilaksanakan
keuangan klien karena beberapa hal
• Dampak dari hasil AP • Tidak ada dampak dari AP,
AP dan
terhadap jumlah TODB TODB tetap pada populasi
TODB
• Melaksanakan TODB • Ada indikasi terjadi overstated
kepada pihak ketiga pada akun uang muka
pembelian aset tetap
• Menganalisa hasil audit • Manajemen KAP telah
yang telah dilaksanakan menerima segala laporan dari
• Menerbitkan laporan audit tim auditor
Penyelesaian
dan Opini Audit • Opini audit yang diterbikan
oleh KAP RW adalah Wajar
Tanpa Pengecualian

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Audit yang dilakukan KAP RW terhadap PT JBU bertujuan untuk mendapatkan
keyakinan yang memadai atas keandalan semua informasi yang disajikan dalam
Laporan Keuangan PT JBU untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2012.
Oleh karena itu, auditor perlu membuat perencanaan proses audit yang tepat.
Proses audit ini diantaranya adalah uji substantif transaksi (substantive test of
transactions) dan uji terinci atas saldo akhir akun (test of detail balances). Tim
auditor KAP RW melakukan perencanaan untuk melakukan substantive test of
transactions dan test of detail balances atas populasi transaksi, terutama akun-
akun yang terkait transaksi Perolehan Aset Tetap karena transaksi ini dinilai
material.

Prosedur audit yang dilakukan oleh KAP RW yaitu vouching keseluruhan


dokumen terkait transaksi pembelian aset tetap dan melakukan penghitungan
ulang saldo akhir akun-akun terkait bukti-bukti temuan audit. Pada saat
melakukan audit atas transaksi pembelian aset tetap PT JBU, terdapat ketidak-
lengkapan dan kejanggalan dokumen pendukung transaksi tertanggal 30 dan 31
Mei 2012, serta penyesuaian atas nilai saldo akhir akun uang muka pembelian,
aset tetap, dan utang pembelian aset tetap akibat dari temuan audit berupa
dokumen penyelesaian pembangunan aset tetap PT JBU.

Saat melakukan test of detail balances, auditor melakukan penghitungan ulang


(recalculate) atas saldo akun uang muka pembelian dan aset tetap berdasarkan
bukti audit yang ada. Hasilnya adalah 7 dari 21 kapal yang dipesan PT JBU harus
diakui sebagai aset tetap perusahaan, sesuai dengan PSAK Nomor 16. Tim auditor
KAP RW memiliki satu kekurangan, yaitu tidak melaksanakan cek fisik atas
ketujuh kapal yang telah selesai dibangun.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


5.2 Saran
5.2.1 Saran Bagi PT JBU
Proses audit atas Laporan Keuangan PT JBU telah dilaksanakan, sampai Laporan
Keuangan dan Laporan Auditor Independen periode pencatatan akuntansi yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 diterbitkan. Saran yang diajukan kepada
PT JBU adalah:
a. Bagian akuntansi dan keuangan PT JBU harus dapat lebih profesional atas
pekerjaannya (kewajiban dan kewenangannya) serta koperatif dengan tim
auditor
b. Bagian akuntansi dan keuangan perusahaan harus diberikan pelatihan-
pelatihan akuntansi secara reguler untuk mengurangi salah saji akibat
human error
c. Perusahaan harus segera menyesuaikan laporan keuangannya dengan
PSAK 16 (revisi 2011) "Aset Tetap"

5.2.2 Saran Bagi KAP RW


Selama bergabung bersama tim audit PT JBU kurang lebih 25 hari kerja dan
proses audit yang dialami dalam KAP RW, Penulis mengajukan saran kepada
KAP RW diantaranya adalah:
a. Pihak manajemen dari KAP RW seharusnya dapat lebih peka terhadap
kejanggalan atas bukti audit yang ada, sehingga tidak terjadi penilaian dan
pemberian Opini Audit yang kurang tepat
b. Pengecekan fisik atas aset, terutama aset tetap harus dapat dilakukan
walaupun adanya keterbatasan waktu yang dituntut oleh klien, karena hal
tersebut sangat penting untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas
Laporan Keuangan Auditee

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


DAFTAR REFERENSI

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, dan Amir Abadi Jusuf.
Auditing and Assurance Services-An Indonesian Adaptation. New Jersey:
Pearson Education, 2009.
Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Revisi 2011.
Jakarta: Yayasan Karya Salemba Empat, 2011.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. Intermediate
Accounting-International Student Version (12th ed.). New Jersey: John
Wiley & Sons, 2009.
Program Audit KAP RW Tahun 2011 (tidak dipublikasikan).
Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart. Accounting Information Systems
(11th ed.). New Jersey: Pearson Education, 2009.
Simons, Robert. Performance Measurement & Control Systems for Implementing
Strategy. New Jersey: Pearson Education, 1999.
Warren, Carl S., James M. Reeve, Jonathan E. Duchac, Ersa Tri Wahyuni, Gatot
Soepriyanto, Amir Abadi Jusuf, dan Chaerul D. Djakman. Principles of
Accounting-Indonesian Adaptation. Indonesia: Salemba Empat, 2008.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


PROGRAM AUDIT KKP No.

Nama Klien Disiapkan


Tahun/Periode Direview
Pengujian: Substantif Disetujui
Akun KAS DAN SETARA KAS

Asersi
Tujuan Audit
E K HK PA PP

1. Kas dan setara kas adalah milik perusahaan. X

2. Kas dan setara kas merupakan hak perusahaan dan tidak ada pembatasan X
pemakainnya.
3. Kas dan setara kas telah dicatat dengan benar. X

4. Kas dan setara kas telah dinilai sesuai jumlah yang bisa diperoleh kembali X
(realizable value).
5. Kas dan setara kas telah disajikan dan diungkapkan dengan benar dalam X
laporan keuangan.
(E=Eksistensi, K=Kelengkapan, HK=Hak dan Liabilitas, P=Penilaian dan Alokasi, PP=Penyajian dan Pengungkapan)

Asersi Prosedur Pengujian Substantif Ref. KKP Oleh


E, K, PP 1 Minta rincian kas dan setara kas dari bagian keuangan.
Lakukan pencocokan saldo akhir antara rincian kas dan setara
kas dari bagian keuangan dengan buku besar dari bagian
akuntansi.

Lakukan pencocokan saldo awal kas dan setara kas dengan


angka yang sudah diaudit
Periksa saldo kas dan setara kas yang tidak lazim (misalnya
bersaldo kredit, tidak ada mutasi, bank yang sudah tidak
beroperasi) dan perubahan yang signifikan dengan tahun
sebelumnya.

E 2 Lakukan kas opname (cash count) atau observasi kas


opname yang dilakukan klien jika saldo kas material.
Pastikan lokasi, pemegang kas dan jumlah kas yang akan
dilakukan kas opname (termasuk cek mundur, bon sementara
dll yang termasuk akun kas).

Lakukan atau observasi perhitungan semua saldo kas di


hadapan pemegang kas.
Selama observasi, pastikan prosedur kas opname telah diikuti.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Pastikan voucher kas kecil (petty cash vouchers), bon
sementara, cek mundur yang termasuk dalam saldo kas pada
tanggal perhitungan telah direalisasikan pada periode
berikutnya.

Apabila auditor tidak melakukan kas opname atau observasi


kas opname, periksa hasil kas opname pada akhir tanggal tutup
buku. Pastikan perbedaan yang material, jika ada, telah
dibukukan pada periode yang benar.

Berikan kesimpulan atas hasil pemeriksaan yang telah


dilakukan

E 3 Lakukan Konfirmasi atas saldo kas dan setara kas:


Minta daftar semua rekening koran semua bank (termasuk
yang ditutup di tahun berjalan) beserta alamatnya.
Kirimkan surat konfirmasi atas semua saldo kas dan setara kas.

Lakukan pencocokan atas hasil konfirmasi dengan saldo di


buku besar.
Jika ditemukan perbedaan antara saldo hasil konfirmasi dengan
buku besar, minta agar manajemen melakukan rekonsiliasi
terhadap perbedaan yang ada

Jika sampai batas waktu tertentu jawaban konfirmasi belum


diterima, pertimbangkan untuk melakukan konfirmasi kedua

Minta manajemen untuk menindaklanjuti konfirmasi yang belum


diterima.
Periksa jawaban konfirmasi atas informasi yang belum dicatat
atau perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.

HK, PP 4 Dari jawaban konfirmasi bank yang diterima, lakukan


terhadap review perjanjian pinjaman, surat korespondensi
dengan bank, dan periksa apakah ada kas dan setara kas
yang dijaminkan, dibatasi penggunaannya atau dibekukan.

E, K 5 Minta laporan rekonsiliasi bank dan lakukan pemeriksaan


terhadap laporan tersebut.
Lakukan pencocokan antara saldo laporan rekonsiliasi bank,
buku besar dan rekening bank (bank statement).
Lakukan pengujian terhadap akurasi matematis (footing/cross
footing) laporan bank rekonsiliasi.
Jika terdapat deposit in-transit (penyetoran dalam perjalanan),
lakukan pemeriksaan ke buku kas dan rekening bank pada
periode berikutnya untuk memastikan bahwa deposit in transit
tersebut diterima.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Jika terdapat outstanding cheques, lakukan pemeriksaan ke
buku kas dan rekening bank periode berikutnya untuk
memastikan bahwa outstanding cheques terbayarkan pada
periode berikutnya.

Untuk cek-cek yang masih beredar (outstanding) sampai


tanggal review, pastikan kebenaran penyajiannya. Pastikan
tidak ada cek dengan nomor lebih kecil daripada nomor terakhir
pada rekonsiliasi bank yang tercantum pada rekening koran
periode berikutnya.

Terhadap outstanding cheque yang beredar terlalu lama


(misalkan > 6 bulan) lakukan investigasi atas keabsahan cek
tersebut.

Periksa dan investigasi kalau ada unsur-unsur rekonsiliasi bank


yang tidak lazim.
Berikan kesimpulan atas hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan

E, K 6 Lakukan pemeriksaan yang lebih mendalam terhadap


adanya transaksi penerimaan dan pengeluaran kas,
transfer antar rekening, transfer antar perusahaan afiliasi,
transfer yang tidak lazim [5 hari] sebelum dan [5 hari]
sesudah tanggal tutup buku.

7 Lakukan pemeriksaan (vouching) terhadap transaksi


transfer antar rekening, antar perusahaan dalam grup
untuk memastikan transaksi tersebut dibukukan pada
periode yang benar.

PP 8 Lakukan pengujian terhadap akurasi perhitungan


pendapatan bunga (bila material).

PP 9 Periksa kecukupan penyajian dan pengungkapan kas dan


setara kas di laporan keuangan.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


PROGRAM AUDIT KKP No.

Nama Klien Disiapkan


Tahun/Periode Direview
Pengujian: Substantif Disetujui
Akun ASET LANCAR LAINNYA

Asersi
Tujuan Audit
E K HK PA PP

1. Aktiva lancar lain-lain adalah milik perusahaan. X

2. Aktiva lancar lain-lain merupakan hak perusahaan dan tidak ada X


pembatasan pemakaiannya.
3. Aktiva lancar lain-lain yang menjadi milik perusahaan telah dicatat dengan X
benar.
4. Aktiva lancar lain-lain telah dinilai sesuai jumlah yang bisa diperoleh X
kembali (realizable value).
5. Aktiva lancar lain-lain telah disajikan dan diungkapkan dengan benar X
dalam laporan keuangan.
(E=Eksistensi, K=Kelengkapan, HK=Hak dan Liabilitas, P=Penilaian dan Alokasi, PP=Penyajian dan Pengungkapan)

Asersi Prosedur Pengujian Substantif Ref. KKP Oleh


E, K, PP 1 Minta rincian/daftar atas aset lancar lainnya
Lakukan pencocokan atas saldo aset lainnya dengan buku
besar.
Lakukan pencocokan saldo awal dengan angka yang sudah
diaudit.
Dapatkan penjelasan dari manajemen atas perubahan yang
signifikan di tahun berjalan.

E, K, PA 2 Piutang dari karyawan (termasuk direksi)


Lakukan pemeriksaan atas dokumen pendukungnya/ terjadinya
transaksi dan pastikan bahwa peminjam masih menjadi
karyawan dengan melakukan pemeriksaan terhadap kartu
absensi/daftar gaji pada bagian Personalia/HRD.

Lakukan konfirmasi untuk saldo piutang karyawan yang


jumlahnya material.
Lakukan pemeriksaan terhadap realisasi pembayaran atas
piutang karyawan tersebut.
Periksa apakah ada potensi benturan kepentingan yang harus
diungkapkan dalam laporan keuangan.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


E, K, PA 3 Uang muka
Lakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung transaksi
timbulnya uang muka.
Lakukan konfirmasi terhadap uang muka yang jumlahnya
material.
Lakukan pemeriksaan terhadap realisasi atas uang muka untuk
memastikan tidak ada uang muka yang seharusnya sudah
menjadi beban pada tanggal neraca.

E, K, PA 4 Deposit yang bisa diperoleh kembali (refundable deposits)


Lakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung timbulnya
refundable deposit.
Lakukan konfirmasi terhadap refundable deposit yang
jumlahnya material.
Lakukan pemeriksaan terhadap realisasi atas refundable
deposit yang bersifat jangka pendek untuk memastikan
keberadaannya pada tanggal neraca.

E, K, PA 5 Beban dibayar di muka


Lakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung timbulnya
beban dibayar dimuka.
Periksa kebenaran alokasi yang menjadi beban di tahun
berjalan.

E, K, PA 6 Aset Lain-lain
Lakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung timbulnya
beban dibayar dimuka.
Lakukan konfirmasi terhadap aset lain-lain yang jumlahnya
material.
Lakukan pemeriksaan terhadap realisasi aset lain-lain.
PP 7 Periksa kecukupan penyajian dan pengungkapan di
laporan keuangan.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


PROGRAM AUDIT KKP No.

Nama Klien Disiapkan


Tahun/Periode Direview
Pengujian: Substantif Disetujui
Akun ASET TETAP

Asersi
Tujuan Audit
E K HK PA PP

1. Aktiva tetap milik perusahaan ada secara fisik. X

2. Aktiva tetap merupakan hak perusahaan dan tidak ada pembatasan X


pemakaiannya.
3. Aktiva tetap yang menjadi milik perusahaan telah dicatat dengan benar. X

4. Aktiva tetap telah dinilai sesuai jumlah yang bisa diperoleh kembali X
(realizable value).
5. Aktiva tetap telah disajikan dan diungkapkan dengan benar dalam laporan X
keuangan.
(E=Eksistensi, K=Kelengkapan, HK=Hak dan Liabilitas, P=Penilaian dan Alokasi, PP=Penyajian dan Pengungkapan)

Asersi Prosedur Pengujian Substantif Ref. KKP Oleh


E, K, PP 1 Minta rincian daftar aset tetap (termasuk aktiva sewa beli),
akumulasi penyusutan, penyisihan penurunan nilai aktiva
dan mutasinya dari tahun sebelumnya.

Lakukan pencocokan antara saldo rincian dengan dengan


daftar aktiva tetap (fixed asset register) dan buku besar
Lakukan pencocokan saldo awal dengan angka yang sudah
diaudit.
Lakukan pencocokan antara mutasi akumulasi penyusutan
dengan biaya penyusutan.

E 2 Lakukan pemeriksaan fisik/observasi atas keberadaan


aktiva tetap (fixed assset taking). Terlebih untuk
penambahan aset tetap untuk tahun berjalan.

E 3 Lakukan konfirmasi atas aset tetap yang berada di bawah


pengendalian pihak ketiga.

E, PA 4 Lakukan pengujian atas transaksi penambahan aktiva tetap


tahun berjalan.
Lakukan perbandingan antara biaya yang dikapitalisasi dengan
faktur pembelian atau kontrak.
Lakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa biaya-biaya
lain (selain harga pembelian aktiva tetap) yang dikapitalisasi
memang bisa dikapitalisasi menurut standar akuntansi yang
berlaku.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Lakukan pemeriksaan terhadap bukti kepemilikan (tanah,
gedung, kendaraan dll)

E, PA 5 Lakukan pengujian terhadap kapitalisasi biaya-biaya lain


(soft cost) seperti biaya bunga, selisih kurs, overhead dll
untuk mengetahui kesesuainya dengan standar akuntansi
yang berlaku.
E, PA 6 Lakukan pemeriksaan/pengujian terhadap pemberhentian
aktiva tetap (disposal).
Mintalah berita acara penghapusan aset tetap untuk
memastikan adanya persetujuan atas disposal aset tetap
Lakukan pemeriksaan/pengujian atas kebenaran perhitungan
laba-rugi penghentian aktiva.
Lakukan pemeriksaan terhadap pengaruh pajak yang mungkin
timbul atas pemberhentian aktiva tetap tersebut.

PP 7 Untuk aktiva tetap sewa guna usaha, pastikan telah


disajikan dan diungkapkan dengan benar.
Mintalah rincian aset tetap yang diperoleh melalui sewa guna
usaha
Mintalah perjanjian atas sewa guna usaha tersebut
PA 8 Apabila ada indikasi aktiva turun nilainya, dapatkan analisa
discounted cash flows atau harga jual (PSAK 48). Apabila
discounted cash flows atau harga jual (mana yang lebih
tinggi) kurang dari nilai buku aktiva, maka aktiva harus
diturunkan nilainya.
PA 9 Lakukan penelaahan/review atas kebijakan depresiasi
untuk memastikan:
- Kebijakan saat dimulainya penyusuta.
- Kelayakan penentuan umur atau sisa umur aktiva tetap.
Dokumentasikan kebijakan tersebut dalam kertas kerja
pemeriksaan

PA 10 Lakukan pengujian terhadap akurasi perhitungan


matematis penyusutan aset tetap. Pengujian bisa dilakukan
dengan prosedur analitis atau uji rinci tergantung tingkat
kompleksitas perhitungannya.

PA 11 Lakukan evaluasi kebijakan akuntansi tentang kapitalisasi


biaya overhaul, jika terdapat aset tetap yang mengalami
reparasi besar (overhaul),

PP 12 Berdasarkan tanya jawab dengan manajemen, hasil


konfirmasi pinjaman, review perjanjian pinjaman, periksa
apakah ada aktiva tetap yang dijaminkan.

PP 13 Lakukan pemeriksaan terhadap kecukupan asuransi atas


aset tetap.

PP 14 Pastikan kecukupan penyajian dan pengungkapan aktiva


tetap dalam laporan keuangan.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


PROGRAM AUDIT KKP No.

Nama Klien Disiapkan


Tahun/Periode Direview
Pengujian: Substantif Disetujui
Akun UTANG

Asersi
Tujuan Audit
E K HK PA PP

1. Utang merupakan liabilitas perusahaan atas barang dan jasa yang diterima X X

2. Utang telah dicatat dengan lengkap dan benar X X

3. Utang telah disajikan dan diungkapkan dengan benar dalam laporan X


keuangan.
(E=Eksistensi, K=Kelengkapan, HK=Hak dan Liabilitas, P=Penilaian dan Alokasi, PP=Penyajian dan Pengungkapan)

Asersi Prosedur Pengujian Substantif Ref. KKP Oleh


E, K, PP 1 Mintalah rincian saldo utang dari bagian keuangan (A/P
Controller). Rincian tersebut mencakup nama pemasok,
alamat dan jumlah utang.

Lakukan pengujian atas akurasi perhitungan matematis atas


daftar utang.
Lakukan pencocokan antara saldo utang berdasarkan rincian
saldo utang dari bagian keuangan dengan dan buku besar

Lakukan pencocokan saldo awal utang dengan angka yang


sudah diaudit.
Lakukan pemeriksaan yang atas akun yang tidak lazim, saldo
debit, lama tidak terbayar, dan sengketa

E, K 2 Lakukan pemeriksaan terhadap penerimaan barang/jasa [5-


10] hari sebelum tanggal tutup buku untuk memastikan
keabsahan utang (dengan melihat keterjadiannya) dan
untuk memastikan sudah dicatat pada periode yang benar
(cut-off).

E, K 3 Lakukan pemeriksaan terhadap penerimaan barang/jasa [5-


10] hari sesudah tanggal tutup buku untuk memastikan
sudah dicatat pada periode yang benar (cut-off).

E, K 4 Lakukan konfirmasi atas saldo utang.


Lakukan pemeriksaan rekonsiliasi antara saldo utang dan
pernyataan dari pemasok (supplier statement) - jika ada.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Lakukan pemilihan sampel pelanggan yang akan dikirim surat
konfirmasi. Pilih sample pemasok yang akan dikirimi surat
konfirmasi. Konfirmasi juga harus dikirim atas utang yang
sekarang saldonya nihil, negatif atau tidak ada mutasi

Kirim surat konfirmasi yang telah ditandatangani oleh pejabat


yang berwenang.
Pada saat konfirmasi diterima:
Minta manajemen untuk membuat rekonsiliasi apabila ada
perbedaan dengan jawaban konfirmasi.
Periksa alasan-alasan perbedaan dari jawaban konfirmasi. Uji
perbedaan yang material untuk memastikan alasannya benar.

Kirim konfirmasi kedua untuk konfirmasi yang belum dijawab.

Lakukan prosedur alternatif untuk konfirmasi yang tidak dijawab


(memeriksa pembayaran sesudah tanggal neraca, memeriksa
bukti penerimaan barang, faktur pembelian dll)

Buat ringkasan hasil konfirmasi.


K 5 Mintalah daftar akrual pada tanggal tutup buku. Lakukan
pemeriksaan terhadap bukti pembayaran, faktur-faktur,
bukti penerimaan barang yang belum diproses sesudah
tanggal neraca.

Pastikan utang telah dicatat untuk dokumen yang berhubungan


dengan barang/jasa yang diterima di tahun buku.

K 6 Lakukan pemeriksaan terhadap hasil konfirmasi bank,


pinjaman, penasihat hukum, pemasok dan pihak ketiga
lainnya untuk memastikan biaya yang berhubungan
dengan tahun buku sudah dicatat.

K 7 Lakukan investigasi terhadap jurnal pengeluaran yang


material dan tidak lazim sebelum [5 - 10 hari] dan sesudah
[5 - 10 hari] tutup buku untuk memastikan keabsahannya.

PP 8 Pastikan kecukupan penyajian dan pengungkapan utang di


laporan keuangan.

Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013


Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013
Audit atas transaksi ..., Alexander Panangian, FE UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai