Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR FIELDWORK

EFEKTIVITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA


DI PERGURUAN TINGGI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

PROYEK MANDIRI
(Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen – AP 866)

Dosen:
Prof. Dr. H. Mohammad Fakry Gaffar, M.Ed
Dr. Eka Prihatin, M.Pd

Disusun Oleh:

MERRY PAULINA SAIMIMA (NIM. 1802700)

PROGRAM DOKTOR ADMINISTRASI PENDIDIKAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pariwisata baru-baru ini menjadi bidang yang potensial untuk memberikan sumbangsih pada
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pada banyak negara di dunia, proses perencanaan dan
pengembangan sektor pariwisata tidak sering menjadi skala prioritas kerja pemerintahan. Di banyak
negara, dalam proses perencanaan dan pengembangan kepariwisataan, pembahasan tentang SDM yang
dibutuhkan dalam pelayanan kegiatan kepariwisataan yang benar dan efektif seringkali mendapat
perhatian yang rendah. Dalam beberapa kasus, bahkan sama sekali diabaikan. Hal tersebut
mengakibatkan timbulnya permasalahan serius dalam industri kepariwisataan, dan memungkinkan
terhalangnya partisipasi masyarakat setempat dalam kegiatan ekonomi yang dikembangkan dari
pengembangan kepariwisataan.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai peran dan kondisi SDM dalam industri
pariwisata, maka pada pembahasan ini akan mengidentifikasi dan merumuskan pengertian SDM
pariwisata, jenis dan klasifikasinya, peranannya terhadap perkembangan industri pariwisata, posisi daya
saing dan kebutuhan di masa yang akan datang. Keberadaan SDM berperanan penting dalam
pengembangan pariwisata. SDM pariwisata mencakup wisatawan/pelaku wisata (tourist) atau sebagai
pekerja (employment). Peran SDM sebagai pekerja dapat berupa SDM di lembaga pemerintah, SDM
yang bertindak sebagai pengusaha (wirausaha) yang berperan dalam menentukan kepuasan dan kualitas
para pekerja, para pakar dan profesional yang turut berperan dalam mengamati, mengendalikan dan
meningkatkan kualitas kepariwisataan serta yang tidak kalah pentingnya masyarakat di sekitar kawasan
wisata yang bukan termasuk ke dalam kategori di atas, namun turut menentukan kenyamanan,
kepuasan para wisatawan yang berkunjung ke kawasan tersebut.
Dengan merujuk pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pengertian
SDM dapat terkait dengan Pariwisata adalah “berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah.” Sedangkan yang dimaksud dengan Kepariwisataan adalah “seluruh kegiatan yang terkait
dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah daerah, dan pengusaha”. Sedangkan Industri Pariwisata adalah “kumpulan
usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.”
Berdasarkan ke tiga pengertian pariwisata di atas maka yang dimaksud dengan SDM Pariwisata
adalah Seluruh aspek manusia yang mendukung kegiatan wisata baik bersifat tangible maupun
intangible yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan mewujudkan terciptanya kepuasan
wisatawan serta berdampak positif terhadap ekonomi, kesejahteraan, dan kelestarian lingkungan dan
budaya di suatu kawasan wisata. Pariwisata sebagai sebuah industri yang sangat bergantung pada
keberadaan manusia. Terwujudnya pariwisata merupakan interaksi dari manusia yang melakukan wisata
yang berperan sebagai konsumen yaitu pihak-pihak yang melakukan perjalanan wisata/wisatawan dan
manusia sebagai produsen yaitu pihak-pihak yang menawarkan produk dan jasa wisata. Sehingga aspek
manusia salah satunya berperan sebagai motor penggerak bagi kelangsungan industri pariwisata di
suatu negara.
SDM merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam memajukan sektor pariwisata.
Pentingnya SDM di sektor pariwisata adalah manusia (people) merupakan sumber daya yang sangat
penting di sebagian besar organisasi. Khususnya di organisasi berbasis jasa (service-based organization),
SDM berperan sebagai faktor kunci dalam mewujudkan keberhasilan kinerja (Evans, Campbell, &
Stonehouse, 2003). Pada beberapa industri, faktor manusia berperan penting dan menjadi faktor kunci

1
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

sukses terhadap pencapaian kinerja. Seperti pada industri pariwisata, dimana perusahaan memiliki
hubungan langsung yang bersifat intangible (tak berwujud) dengan konsumen yang sangat bergantung
pada kemampuan individu karyawan dalam membangkitkan minat dan menciptakan kesenangan serta
kenyaman kepada para konsumennya.
Demikian juga atraksi wisata di suatu daerah tujuan wisata, intinya merupakan faktor manusia yang
akan menentukan apakah para pengunjung (wisatawan) akan memperoleh pengalaman total dan akan
berkunjung kembali. Pengembangan SDM di industri pariwisata saat ini menghadapi tantangan global
yang memerlukan solusi dengan menembus batasan-batasan Negara, wilayah dan benua. Salah satu
solusi yang perlu ditempuh adalah dengan meningkatkan kompetensi SDM yang dimiliki suatu Negara
termasuk Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan yang tepat.
Dari uraian di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa terdapat beberapa peran penting keberadaan
SDM di industri pariwisata, yaitu sebagai motor penggerak kelangsungan industri; pelaku utama yang
menciptakan produk inti pariwisata (pengalaman); dan salah satu faktor penentu daya saing industri.
Pendidikan pariwisata harus dikembangkan untuk membangun daya saing bangsa melalui penguasaan
pengetahuan, teknologi dan inovasi. Pariwisata yang memiliki peran penting perlu ditunjang oleh
kemampuan sumber daya yang tidak hanya dibekali pengalaman tetapi harus dikombinasikan dengan
pengetahuan. Pengelolaan pengetahuan untuk membangun pariwisata agar tetap sustainable
memerlukan kerja keras dari semua kalangan baik yang terkait secara langsung maupun tidak langsung.
Pariwisata merupakan aktivitas yang berkembang sangat pesat di seluruh dunia. Indonesia memiliki
potensi wisata yang sangat besar dan memerlukan pengelolaan yang optimal. Untuk itu, pendidikan
kepariwisataan perlu ditumbuhkembangkan dalam sistem pendidikan tinggi guna peningkatan kualitas
dari sisi suplay, termasuk aspek sumberdaya manusia. Dapat dijabarkan secara jelas kaitan antara
manusia, alam, dan sumber daya lainnya dalam cakupan kepariwisataan. Memiliki ekstraksi akademis
keilmuan yang terus menerus berkembang sebagai knowledge base. Pariwisata sebagai sebagai suatu
fenomena yang kompleks dengan karakteristiknya yang khas. Untuk dapat melakukan analisis yang
menyeluruh, diperlukan adanya pengembangan pariwisata sebagai suatu ilmu yang mandiri, sejajar
dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya. Pariwisata mempunyai peran penting bagi Indonesia, yang meliputi
aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Ke depan, peran pariwisata diprediksi akan semakin
besar, karena pariwisata akan menjadi industri terbesar di dunia.
Secara umum peranan pendidikan tinggi adalah untuk (1) menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualifikasi tinggi dan mampu beradaptasi terhadap perubahan IPTEKS, (2) secara berkesinambungan
melahirkan pengetahuan dan ilmu pengetahuan baru, dan (3) selalu meningkatkan akses dan adaptasi
terhadap ilmu pengetahuan di dunia. Oleh karena itu muncullah pemikiran untuk melakukan kajian
mandiri yang bertema “Efektivitas Manajemen Pendidikan Pariwisata di Perguruan Tinggi.”
B. Fokus Kajian
Dalam pelaksanaan fieldwork tentang Manajemen Pendidikan Pariwisata di Politeknik Pariwisata
Prima Internasional Kota Cirebon, titik tolak berada pada Manajemen pada umumnya, dan
Manajemen Sumber Daya Manusia pada khususnya. Peranan pendidikan dalam meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia dalam pengembangan kawasan wisata manusia adalah unsur
terpenting dalam keberhasilan suatu organisasi. Dikatakan Susanto (1997) bahwa asset organisasi
terpenting dan harus diperhatikan oleh manajemen adalah manusia (sumber daya manusia “human
resources”). Hal ini bermuara pada kenyataan diman manusia merupakan elemen yang selalu ada dalam
setiap organisasi. Manusia membuat tujuan-tujuan inovasi dan pencapaian tujuan organisasi. Manusia
merupakan satu-satunya sumber daya yang dapat membuat sumber daya organinasi lainnya bekerja
dan berdampak langsung terhadap kesejahteraan perusahaan.
Berdasarkan latar belakang, alasan memilih tema, dan fokus kajian fieldwork, maka dirumuskan
masalah kajian mandiri secara umum bagaimana kondisi dan karakteristik manajemen pendidikan

2
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

pariwisata di perguruan tinggi. Secara khusus yang menjadi pertanyaan/rumusan fieldwork adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kegiatan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian serta dampak pendidikan
pariwisata di Politeknik Pariwisata Prima Internasional Kota Cirebon?
2. Bagaimana efektivitas perencanaan, pelaksanaan, penilaian serta dampak pendidikan pariwisata di
Politeknik Pariwisata Prima Internasional Kota Cirebon?
3. Bagaimana model hipotetik manajemen pendidikan pariwisata yang efektif di Politeknik Pariwisata
Prima Internasional Kota Cirebon?

BAB II
METODOLOGI
A. Metode
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi (Mixed Methods). Menurut
Sugiyono (2011) bahwa, Metode penelitian kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian
yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk
digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang lebih
komprehensif, valid, reliabel dan objektif. Berdasarkan pendapat di atas bahwa, metode penelitian
kombinasi adalah metode penelitian yang menggunakan dua metode yaitu metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif untuk digunakan dalam suatu kegiatan penelitian. Sehingga diperoleh data
yang lebih lengkap dan menyeluruh. Desain penelitian ini menggunakan Sequential Explanatory.
Menurut Sugiyono bahwa, Model penelitian Sequential Explonatory design dicirikan dengan
melakukan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama, dan diikuti dengan
pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua, guna memperkuat hasil penelitian
kuantitatif yang dilakukan pada tahap pertama. Sesuai dengan definisi di atas maka desain penelitian ini
menggunakan model Sequential Explonatory, yakni model penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dan menganalisis data kuantitatif pada tahap pertama, kemudian melakukan
pengumpulan data dan menganalisis data kualitatif pada tahap kedua, selanjutnya menganalisis data
secara keseluruhan untuk kemudian diambil kesimpulan dari analisis data tersebut.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Pemilihan lokasi dalam kajian mandiri (fieldwork) ini dilakukan di tempat yang dapat mendukung
penelitian dan relevan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini, lokasi penelitian adalah
Pendidikan Tinggi Pariwisata di Kota Cirebon, bertempat di Politeknik Pariwisata Prima Internasional
Kota Cirebon yang beralamat di Jalan Perjuangan No. 18 Cirebon, Jawa Barat, dengan subjek
penelitian Yayasan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta Mahasiswa Politeknik Pariwisata Prima
Internasional Kota Cirebon.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
Sejalan dengan metode penelitian yang penulis gunakan, maka teknik pengumpulan data pada
fieldwork terdapat dua jenis teknik, yakni teknik kualitatif (studi kasus) yang diikuti teknik kuantitatif
(eksperimen).
1. Teknik pengumpulan data kualitatif (studi kasus)
Teknik mengumpulkan data studi kasus yaitu dengan dokumen, rekaman/catatan arsip,
wawancara, observasi langsung, observasi berperan serta sebagai observer, dan dokumentasi.
2. Teknik pengumpulan data kuantitatif (eksperimen)

3
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara studi lapangan atau langsung pada
saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui angket atau kuesioner.
D. Analisa Data
Dalam penelitian mix methods analisis data dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
1. Analisis campuran bersamaan: analisis terhadap data kualitatif dan kuantitatif.
2. Analisis kualitatif-kuantitatif bertahap: analisis data kualitatif diikti pengumpulan data dan analisis
data kualitatif sebagai penegasan.
3. Analisis kuantitatif-kualitatif bertahap: analisis data kuantitatif diikuti pengumpulan analisis data
kualitatif.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif-kuantitatif bertahap. Jadi, analisis
dilakukan pada data kualitatif lalu diikuti analisis data kuantitatif. Kelompok yang telah teridentifikasi
kemudian dibandingkan dengan data kuantitatif yang tersedia atau dengan data yang dikumpulkan
melalui analisis kualitatif.

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan fieldwork tentang Manajemen Pendidikan Pariwisata di Politeknik Pariwisata


Prima Internasional Kota Cirebon, titik tolak berada pada Manajemen. Manajemen adalah suatu proses
pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai suatu tujuan dengan melibatkan orang lain.
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber-sumber lainnya secara efektif
dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu. Ada banyak fungsi manajemen yang diungkapkan oleh
para ahli manajemen, seperti : Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Commanding
(Pemberian Komando), Coordinating (Pengkoordinasian), Controlling (Pengawasan) oleh Henry Fayol;
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Pegawai), Directing
(Pembinaan Kerja), Coordinating (Pengkoordinasian), Reporting (Pelaporan), Budgeting (Anggaran) oleh
Luther Gullick; Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan
Pegawai),Directing (Pembinaan Kerja), Controlling (Pengawasan) oleh Harold Koontz dan Cyril O’Donnel;
dan beberapa ahli manajemen lagi. Namun dalam kajian ini akan memuat fungsi manajemen yang lebih
sederhana dan bersifat menyeluruh oleh George R. Terry, yakni POAC (Planning, Organizing, Actuating &
Controlling). Mengapa POAC? Karena POAC merupakan fungsi manajemen yang bersifat umum dan
meliputi keseluruan proses manajerial. Banyak para ahli menambah banyak pengertian dari fungsi
manajemen, namun diantara banyak tambahan tersebut, didalamnya sudah termasuk keempat fungsi
yang diperkenalkan oleh George R Terry, yakni Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerak dan
Pengawasan.

Keempat fungsi manajemen tersebut dalam manajemen modern tidak berjalan linear, namun spiral.
Hal ini memungkinkan organisasi akan bergerak terus menerus dan tidak berhenti pada satu tahap.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa siklus manajemen yang dilakukan oleh suatu organisasi adalah
merencanakan, mengorganisasi staf dan sumber daya yang ada, melaksanakan program kerja, dan
mengendalikan (pengawasan) jalannya pekerjaan. Di dalam tahapan pengendalian dilakukan evaluasi
4
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

untuk memperoleh umpan balik (feed back) untuk dasar perencanaan selanjutnya, atau untuk
perencanaan kembali (replanning). Demikian seterusnya sehingga kegiatan fungsi-fungsi manajemen
tersebut merupakan suatu siklus spiral.

Bentuk Jalan Fungsi Manajerial

A. Interconnection (Leadership, Planning, Policy, and Management)


1. Management
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 44 Tahun 2105 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi, maka Politeknik Pariwisata Prima Internasional telah menetapkan dan melaksanakan
24 Standar Nasional Pendidikan Tinggi terdiri atas: 8 Standar Nasional Pendidikan; 8 Standar Nasional
Penelitian; dan 8 Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat, yang merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang tertuang dalam 24 Buku Mutu
yang berisi Kebijakan Mutu, Manual Mutu, dan Standar Mutu serta Formulir Mutu.
Selain itu Politeknik Pariwisata Prima Internasional juga sudah berhasil menetapkan dan
melaksanakan 26 Standar Mutu Tambahan, baik akademis maupun non akademis, yang tertuang dalam
26 Buku Mutu yang berisi Kebijakan Mutu, Manual Mutu, dan Standar Mutu serta Formulir Mutu.
Diantaranya yaitu: Standar Beasiswa, Standar Pembinaan Kemahasiswaan, Standar Kerjasama, Standar
Komunikasi dan Sistem Informasi, Standar Sertifikasi Kemahasiswaan, Standar Penerimaan Mahsiswa
Baru, Standar Pengelolaan Laboratorium, Standar Kurikulum, Standar Administrasi Akademik, Standar
Evaluasi dan Penilaian, dan lain-lain.
Manajemen pelaksanaan SPMI di Politeknik Pariwisata Prima Internasional
menganut sistem manajemen mutu dari siklus:
Penetapan – Pelaksanaan – Evaluasi – Pengendalian – Peningkatan (PPEPP), yang
akan menghasilkan kaizen atau continuous quality improvement mutu Pendidikan
Tinggi.
Adapun prinsip pelaksanaan siklus ini adalah:
a. Quality First, semua pikiran dan tindakan pengelola perguruan tinggi harus memprioritaskan mutu.
b. Stakeholder-in, semua pikiran dan tindakan pengelola perguruan tinggi harus ditujukan kepada
kepuasan para pemangku kepentingan (internal dan eksternal).
c. The Next Process is Our Stakeholders, setiap pihak yang menjalankan tugasnya dalam proses
pendidikan pada perguruan tinggi harus menganggap pihak lain yang menggunakan hasil
pelaksanaan tugasnya tersebut sebagai pemangku kepentingan yang harus dipuaskan.
d. Speak with Data, setiap pengambilan keputusan/kebijakan dalam proses pendidikan pada perguruan
tinggi harus didasarkan pada analisis data, bukan berdasarkan asumsi atau rekayasa.
e. Upstream Management, setaip pengambilan keputusan/kebijakan dalam proses pendidikan pada
perguruan tinggi harus dilakukan secara partisipatif dan kolegial, bukan otoritatif.
2. Leadership
Sebagai pemimpin selain harus memiliki karakter kepemimpinan, juga harus menguasai fungsi-fungsi
manajerial. Fungsi manajerial inilah yang akan membantu pemimpin untuk menjalankan organisasi
dalam pencapaian tujuan organisasi. Perlu diingat bahwa jika seorang pemimpin tidak memiliki
kemampuan manajerial, maka ia hanya akan mampu merumuskan dan menentukan visi/misi organisasi
5
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

kedepan, namun tidak mampu untuk menjalankan seluruh aktivitas organisasi menuju pencapaian
visi/misi organisasi tersebut. Untuk itu sebagai pemimpin mengenal fungsi-fungsi manajerial adalah
sangat penting, karena manajemen merupakan seni dalam pengelolahan organisasi guna pencapaian
tujuan organisasi.
3. Planning
Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk mencapai tujuan
organisasi atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga diartikan sebagai upaya
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan guna
mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Perencanaan merupakan langkah awal dalam proses
manajemen, karena dengan merencanakan aktivitas organisasi kedepan, maka segala sumber daya
dalam organisasi difokuskan pada pencapaian tujuan organisasi.
Politeknik Pariwisata Prima Internasional memiliki tugas dan tanggung jawab didalam melakukan
kegiatan penelitian sebagaimana tercantum didalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi Pasal 45 menegaskan bahwa penelitian di perguruan tinggi diarahkan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
daya saing bangsa (P2PKM) melakukan perencanaan didalam penelitian guna pengembangan pariwisat
Indonesia, pariwisata Propinsi Jawa Barat dan khususnya pariwisata Kota Cirebon.
Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2PKM) Politeknik Pariwisata Prima
Internasional untuk mengaplikasikan kegiatan-kegiatan penelitian telah membagi roadmap kepada
setiap program studi baik Diploma Tiga (D3) Perhotelan, Diploma Empat (D4) Pengelolaan Perhotelan
dan juga Diploma Empat (D4) Pengelolaan Konvensi & Acara (MICE) sehingga road map penelitian bisa
tercapai selama 5 tahun kedepan.

Penandatanganan kerjasama dengan pemerintah Kota Cirebon Nomor 420/KB.9-DKOKP/2019 juga


menyebutkan mengenai pemberdayaan masyarakat, hal ini juga langsung ditindaklanjuti oleh Pusat
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2PKM) Politeknik Pariwisata Prima Internasional untuk
bekerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Cirebon yaitu Dinas Tenaga Kerja Kota
Cirebon melakukan kegiatan pelatihan bagi para pencari tenaga kerja (Pencaker) bidang Pariwisata,
dimana ada 7 gelombang dengan 3 kegiatan yaitu Okupasi Housekeeping, Okupasi Front Office, dan
Okupasi Food and Beverage Service. Kegiatan pengabdian berupa pelatihan okupasi bidang pariwisata
telah dimulai di bulan April 2019 hingga akhir tahun 2019 yang dilakukan di kampus Politeknik
Pariwisata Prima Internasional.
Program praktek kerja industry (on the job training) adalah bagian integral dari program akademik
yang harus diikti oleh mahasiswa di lingkungan Politeknik Pariwisata Prima Internasional. Pelaksanaan
program ini diatur dan dipantau oleh manajemen guna memastikan pengalaman mahasiswa dengan

6
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

mengirimkan mereka ke industry perhotelan untuk melengkapi pengetahuan teori yang diberikan. On
the Job Training merupakan implementasi secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di
kampus dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung di
dunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu. Selama praktek kerj industry, mahasiswa akan
dimonitor atau dipantau oleh dosen atau nstruktur dan diakhir periode akan dinilai oleh penyelia atau
pihak hotel.
Politeknik Prima Pariwisata Internasional menentukan program dengan membangun Kerjasama,
diantaranya dengan:
a. Pemerintahan dan Instansi; Pemerintah Kota Cirebon; Pemerintah Kabupaten Kuningan; Dinas
Tenaga Kerja Kota Cirebon; Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon; Badan Perrencanaan
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPPPD) Kota Cirebon; dan Keraton
Kacirebonan.
b. Perguruan Tinggi dan Lembaga Pendidikan: Huizhou University China; Overseas Student
Communication Association of Yang Jiang GD China; Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (StiPram)
Yogyakarta; Politeknik Media Kreatif Jakarta; Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon (STTC); Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika dan Komputer IKMI Cirebon; LKP Pariwisata Prima; dan LKP Grand Wisata
Cirebon.
c. Praktek Kerja Industri
1) Malaysia: Pullman KLCC; PNB Perdana Hotel & Suites On The Park; Nilai Springs Resort Hotel;
Cititel Hotel Management; dan Dorsett Hotel Group
2) Thailand : JW Marriot Phuket
3) UAE : Hilton Properties
4) China: East Lake International Hotel; Howard Johnson Resort & Spa; dan Changjiang International
Hotel
5) Taiwan: Valletta Hotel, Taipei; dan The Great Roots Resort & Spa, Taipei
6) Indonesia: JW Marriott Jakarta; Mandarin Oriental Jakarta; Wyndham Casablanca Jakarta; The
Trans Luxury Hotel Bandung; Hilton Bandung; Sheraton Bandung Hotel & Towers; Hotel Tentrem
Yogyakarta; Harris Resort Waterfront Batam; Holiday Inn Resort Waterfront Batam; Aston Cirebon
Hotel & Convetion Center; Swiss-Belhotel Cirebon; Batiqa Hotel; dan Apartements Karawang
d. Mitra Industri: Tong Tji Tegal; PT. Nirwana Lestari Bekasi; PT. Prima Servis Jakarta; Dana Cita; PT.
Cirebon Grahatama; PT. Sangkanhurip Grahatama; PT. Radiant Hotel Manajement; dan PLTU Cirebon
Power.
4. Policy
Mengacu pada visi Politeknik Pariwisata Prima Internasional lima tahunan yang tertuang dalam
Rencana Strategi, yaitu “Menjadi SMART Campus Berkualitas Regional Tahun 2022”, UPT Pusat Data dan
Informasi penunjang Akademik dan Administrasi yang mengarah pada SMART Campus (Spesific,
Measurable, Achievable, Realistic, Timely). Kebijakan pengembangan sistem informasi dalam lingkungan
Politeknik Pariwisata Prima Internasional ini selain sebagai penunjang, bertujuan juga untuk mengikuti
perkembangan revolusi industry 4.0 dan IoT atau Internet Of Things yang saat ini cukup berpengaruh
dalam dunia pendidikan.
Adapun beberapa sistem informasi yang sudah dikembangkan Politeknik Pariwisata Prima
Internasional (P3I) Access saat ini:

7
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

1. SIAKAD atau Sistem Informasi Akademik, berfungsi untuk


pelaporan kegiatan akademik mahasiswa, mulai dari awal
masuk kuliah hingga lulus. Sistem ini diakses oleh Bagian
Akademik, Dosen dan Mahasiswa. Aplikasi ini dapat terhubung
ke pelaporan PDDIKTI;
2. PMB atau sistem Pendaftaran Mahasiswa Baru;
3. SIMPEG atau Sistem Kepegawaian, sistem ini digunakan untuk
menyimpan data pegawai, pengajuan cuti, panggajian hingga
penugasan. Sistem ini terhubung dengan SISTER (Sistem
Informasi Simberdaya Terintegrasi) Dikti;
4. ASAMURAT atau Aplikasi Manajemen Surat, mendata dan
mengarsipkan surat masuk dan surat keluar;
5. ARDI atau Arsip Digital;
6. OPAC (Online Public Access Catalog) atau Perpustakaan online
yang dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa;
7. E-Learning, digunakan untuk perkuliahan online, mengacu pada standard SPADA (Sistem
Pembelajaran Daring Indonesia);
8. E-Journal digunakan untuk publikasi internal jurnal dosen dan mahasiswa;
9. SIMLITABMAS yaitu Sistem Informasi Manajemen Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat;
10. SPMI atau Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah muara semua sistem yang dikembangkan,
digunakan untuk akreditasi.
B. Teori yang Terkait dengan Fieldwork
1. Pengertian Manajemen
Definisi manajemen menurut Daft (2010), “Manajement is attainment of organizational goals in an
effective and efficient manner through planning, organizing, leading, and controlling organizational
resources”. Pendapat tersebut memiliki arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan
organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan sumberdaya organisasi. Definisi manajemen menurut Stoner dan Freeman (Silalahi, 2002)
adalah “Manajement is the process of planning, organizing, leading, and controlling the work of
organization members and using all available organizational resources to reach stated organizational
goals”.
Dari berbagai definisi diatas, dapat dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses pengaturan
atau ketatalaksanaan untuk mencapai suatu tujuan dengan melibatkan orang lain. Manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam suatu organisasi hal yang paling penting yang perlu diperhatikan adalah sumber daya manuisa
yang menjadi pendukung utama tercapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia menempati posisi
strategis dalam suatu organisasi, maka dari itu sumber daya manusia harus digerakkan secara efektif
dan efisien sehingga mempunyai tingkat hasil daya guna yang tinggi. Manajemen SDM adalah rangkaian
strategis, proses dan aktivitas yang di desain untuk menunjang tujuan perusahaan dengan cara
mengintegrasikan kebutuhan perusahaan dan individunya (Rivai, 2009).
Dessler (2011) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai kebijakan dan praktik
menentukan aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut,
menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian. Menurut Umar (2008) Manajemen Sumber
Daya Manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, dalam penggerakan dan pengawasan atas
pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan
8
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

kerja dengan maksud untuk pencapaian tujuan organisasi perusahaan secara terpadu. Sedangkan
Andrew dalam Mangkunegara (2013) berpendapat bahwa perencanaan sumber daya manusia atau
perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menentukan kebutuhan tenaga kerja dan berarti
mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya berintegrasi dengan rencana organisasi.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat menarik kesimpulan bahwa manajemen sumber daya manusia
merupakan ilmu dan seni yang di dalamnya terkandung fungsi – fungsi manajerial dan operasional yang
ditujukan agar sumber daya manusia dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan. Dengan perencanaan sumber daya manusia dapat menentukan
kebutuhan akan tenaga kerja berdasarkan peramalan, pengembangan, pengimplementasian, dan
pengontrolan kebutuhan tersebut yang berintegrasi dengan rencana organisasi agar tercipta jumlah
pegawai, penempata pegawai secara tepat dan bermanfaat secara ekonomis.
Perusahaan atau organisasi dalam bidang sumber daya manusia tentunya menginginkan agar setiap
saat memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti memenuhi persyaratan kompetensi
untuk didayagunakan dalam usaha merealisasi visi dan mencapai tujuan-tujuan jangka menengah dan
jangka pendek. Guna mencapai tujuan manajemen sumber daya manusia yang telah dikemukakan,
maka sumber daya manusia harus dikembangkan dan dipelihara agar semua fungsi organisasi dapat
berjalan seimbang. Kegiatan sumber daya manusia merupakan bagian proses manajemen manajemen
sumber daya manusia yang paling sentral dan merupakan suatu rangkaian dalam mencapai tujuan
organisasi. Kegiatan tersebut akan berjalan lancar, apabila memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen.
Terdapat 2 kelompok fungsi manajemen sumber daya manusia, yang pertama adalah fungsi
manajerial diantaranya adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Kedua, fungsi organisasional diantaranya pengadaan tenaga kerja, pengembangan, pemberian balas
jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja (Rivai dan Segala, 2013).
a. Fungsi Manajerial
Untuk dapat melaksanakan tugas dan menjalankan perannya dengan baik dan benar, maka sebuah
manajemen memiliki peran yang dapat mendukung dan membantu dalam penerapannya. Dalam
manajemen terdapat 4 (empat) fungsi atau aktifitas menurut beberapa ahli, sebagai berikut:
1) Perencanaan adalah kegiatan memperkirakan tentang keadaan tenaga kerja, agar sesuai dengan
kebutuhan organisasi secara efektif dan efisien dalam membantu terwujudnya tujuan. Menurut
Robbins dan Coulter (2012): “As managers engage in planning, they set goals, establish strategies for
achieving those goals, and develop plans to integrate and coordinate activities.” Perencanaan
(Planning) adalah fungsi manajemen yang mencangkup proses mendefinisikan sasaran, menetapkan
strategi untuk mencapai sasaran itu, dan menyusun rencana untuk mengintegrasikan dan
mengoordinasikan sejumlah kegiatan. Bagi manajer SDM, proses perencanaan berarti menentukan
kemajuan suatu program SDM yang akan berguna dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan bagi perusahaan.
2) Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan pembagian kerja,
hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi, dalam bentuk bagan organisasi.
Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Organisasi yang baik akan membantu
terwujudnya tujuan secara efektif.
3) Pengarahan adalah kegiatan memberi petunjuk kepada pegawai agar mau kerja sama dan bekerja
efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi. Pengarahan dilakukan oleh
pemimpin yang dengan kepemimpinannya akan memberi arahan kepada pegawai agar mengerjakan
semua tugasnya dengan baik. Adapun pengadaan merupakan proses penarikan, seleksi,
penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
4) Pengendalian merupakan kegiatan mengendalikan pegawai menaati peraturan organisasi dan
bekerja sesuai dengan rencana. Bila terdapat penyimpangan diadakan tindakan perbaikan dan atau
9
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

penyempurnaan. Pengendalian pegawai meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku kerja sama dan
menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
b. Fungsi Operasi
Fungsi operasional dalam manajemen sumber daya manusia merupakan dasar pelaksanaan MSDM
yang efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Manajemen sumber daya
manusia secara fungsional memiliki beberapa fungsi yang saling terkait satu sama lain dan operasional
yang dijalankan oleh manajemen sumber daya manusia sesuai dengan fungsi yang dimilikinya.
Berdasarkan pendapat Gaol (2014) terdapat 6 fungsi operatif manajemen sumber daya manusia, yaitu:
1) Fungsi operasi manajemen SDM yang pertama adalah pengadaan ( procurement). Fungsi pengadaan
berhubungan dengan mendapatkan jenis dan jumlah tenaga kerja yang penting untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Fungsi ini berkaitan dengan bagaimana penentuan kebutuhan sumber daya
manusia berikut perekrutan, penyeleksian dan penempatan kerja.
2) Setelah tenaga kerja diperoleh, mereka harus mengalami perkembangan (development).
Perkembangan yang berkaitan dengan peningkatan keahlian melalui pelatihan, yang penting bagi
kinerja pekerjaan. Kegiatan ini sangat penting dan akan terus berkembang dikarenakan perubahan
perubahan teknologi, penyesuaian kembali jabatan, dan meningkatnya kerumitan tugas-tugas
manajerial.
3) Fungsi kompensasi (compensation) didefinisikan sebagai pemberian upah yang cukup dan wajar
kepada tenaga kerja atas kontribusi/jasa mereka terhadap tujuan-tujuan organisasi.
4) Walaupun sudah menerima pegawai, sudah mengembangkannya, dan sudah memberikan
kompensasi yang memadai, perusahaan masih menghadapi masalah yang sulit, yaitu
“integrasi/penyatuan”. Dalam hal ini pegawai secara individu diminta mengubah pandangannya,
kebiasaannya, dan sikapsikap lainnya yang selama ini kurang menguntungkan bagi perusahaan agar
disesuaikan dengan keinginan serta tujuan perusahaan.
5) Pemeliharaan/perawatan berarti berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi yang
telah ada.
6) Apabila fungsi pertama manajemen SDM adalah untuk melindungi karyawan, logis apabila fungsi
terakhir harus separation.
3. Manajemen Pendidikan
a. Pengertian Manajemen Pendidikan
Pengertian manajemen pendidikan secara umum adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan penilaian usaha-usaha pendidikan agar dapat
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen Pendidikan adalah suatu
cabang ilmu yang digunakan sebagai upaya untuk melakukan pengelolaan secara terstruktur terkait
dengan bidang pendidikan. Definisi manajemen pendidikan adalah suatu bentuk kerja sama antar pihak
pendidikan guna mencapai target pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Sagala, Manajemen pendidikan adalah penerapan ilmu manajemen dalam dunia
pendidikan atau sebagai penerapan manajemen dalam pembiayan, pengembangan dan
pengendalian usaha dan praktek-praktek pendidikan. Manajemen pendidikan ialah aplikasi
prinsip, konsep dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Sedanngkan menurut Robbin Dan Coulter, Manajemen
pendidikan adalah proses mengkoordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai
secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
b. Fungsi Manajemen Pendidikan
Fungsi manajemen pendidikan memiliki empat unsur yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.

10
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

1). Sebagai Perencanaan (Planning), dalam hal ini manajemen pendidikan wajib memastikan semua
sumber daya di berbagai bidang bisa membuat peta kerja serta yang sesuai dengan visi perusahaan.
2). Melakukan Pengorganisasian (Organizing), manajemen pendidikan menghimpun sumber daya
manusia di perusahaan, modal serta peralatan yang diperlukan. Bidang ini juga harus mencari cara yang
paling efektif untuk mencapai tujuan utama perusahaan dengan melibatkan semua komponen yang ada
dan memastikan semua berjalan sesuai track.
3). Sebagai Pelaksana (Implementation), manajemen pendidikan penting untuk menggerakan sumber
daya manusia perusahaan dan mendorong melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan
demi tercapainya tujuan. Hal ini penting sebagai proses efisiensi agar kinerja semua karyawan efektif.
4). Sebagai Pengawas (Controlling), Bidang ini memiliki kewajiban untuk mengontrol sumber daya agar
berjalan sesuai track yang sudah ditetapkan. Ketika ada hal yang tidak sesuai, mereka harus bekerja
meluruskannya seperti semula.
c. Tujuan Manajemen Pendidikan
Tujuan utama manajemen pendidikan adalah untuk melaksanakan suatu pembentukan kepribadian
pelajar yang berdasarkan dengan tujuan dari pendidikan nasional dan tingkat perkembangan atau
perbaikan untuk usia pendidikan.
Selain itu, manajemen di bidang pendidikan juga memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut:
1) Mewujudkan suasana belajar dan proses belajar yang efektif, aktif, kreatif, bermakna, dan
menyenangkan
2) Terwujudnya pelajar yang aktif dalam pengembangan diri sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, kontrol diri, kecerdasan, kepribadian yang baik, ahlak yang mulia, dan keterampilan yang
bermanfaat bagi masyarakat
3) Untuk memenuhi satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan
4) Agar tujuan pendidikan tercapai dengan efektif dan efisien
5) Citra positif pendidikan semakin meningkat
6) Meningkatkan mutu pendidikan
7) Terwujudnya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel
8) Tenaga pendidik mendapat bekal pengetahuan tentang proses dan tugas administrasi pendidikan
d. Urgensi Manajemen Pendidikan
Dengan adanya kondisi global yang terus bergulir dan peluang masa depan yang lebih gemilang bisa
menjadi modal besar untuk mengadakan perubahan. Untuk mencapai tujuan yang besar ini diperlukan
kualifikasi yang besar pula dalam manajemen pendidikan perusahaan. Melalui peningkatkan kualifikasi
sumber daya manusia, perusahaan sudah menjalankan sebuah komitmen dalam hal peningkatan
kualitas, apa lagi di bidang administrasi.
Manajemen ini juga wajib memahami peluang sebagai modal penting yang menjadi pijakan dalam
meningkatkan mutu SDM disamping meningkatkan komitmen yang tinggi. Keuntungannya? Otomatis ini
akan memberikan efek domino (dalam hal positif) dalam hal pengelolaan perusahaan, bisnis, strategi,
sumber daya manusia, pendidikan dan pengajaran. Perusahaan atau bisnis yang tidak memiliki
manajemen yang baik dalam hal pendidikan akan menghambat perkembangannya karena etosnya
masih kurang dari standard yang ditetapkan. Ini terjadi karena kurangnya inovasi dari
tim/karyawan/pegawai. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa manajemen pendidikan
memiliki unsur sebagai pengorganisasi yang akan memetakan sumber dayanya seperti apa.
Secara cermat dan sitematis berikut ini adalah fungsinya:
1) Mendorong perancangan strategi melalui pendekatan yang rasional, sistematis dan efektif yang
berguna bagi manajer dan tim.
2) Memaksimalkan proses yang menyeluruh dan memberikan pendidikan untuk peningkatan mutu
sumber daya perusahaan.

11
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

3) Melatih sumberdaya agar mampu membuat kerangka kerja yang baik; jangka pendek maupun jangka
panjang. Sehingga target mudah dicapai.
4) Memudahkan alokasi sumberdaya yang efektif sesuai dengan kualifikasi pendidikan.
5) Meningkatkan sikap profesional dalam diri setiap anggota organisasi atau perusahaan sehingga
timbul tanggung jawab untuk melaksanakan tugas.
4. Manajemen Perguruan Tinggi
a. Pengertian Manajemen Perguruan Tinggi
Untuk mengetahui pengertian manajemen perguruan tinggi, harus diartikan dulu apa itu
manajemen, dan apa yang dimaksud dengan perguruan tinggi. Manajemen (management) memiliki arti
dari persepektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaanm
kepemimpinan, ketatapengurusan, administrasi, dan sebagainya. Istilah manajemen secara bahasa
memiliki arti mengatur dan mengelola.
Berkaitan dengan perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan dapat dipandang sebagai suatu
proses yaitu proses produksi. Sebagai proses produksi perguruan tinggi adalah semacam perusahaan
atau industri dalam hal ini industri jasa. Sebagai suatu industri, perguruan tinggi harus dikelola menurut
asas-asas ekonomi perusahaan. Oleh karena itu pengelolaanya harus memperhatikan manajemen bisnis,
dalam hal ini manajemen profesional. Ada dua macam produk perguruan tinggi, yaitu :
1) Nilai tambah manusiawi yang diperoleh mahasiswa bersangkutan, sehingga mahasiswa tersebut
diharapkan dapat memasuki dunia nyata dan masyarakat. Termasuk di dalam kategori ini
pembentukan dan transformasi nilai. Inilah produk perguruan tinggi sebagai edukatif dan proses
pertimbangan (value judment).
2) Temuan ilmiah (Scientific discovery) dan inovasi teknologi (Tecnological innovation) inilah produk
perguruan tinggi sebagai proses riset.
Ketika suatu lembaga di pandang sebagai proses produksi, maka tidak terlepas dari proses
manajemen dengan pendekatan bisnis. Aktivitas di perusahan bisa di adopsi di lembaga pendidikan,
namun memiliki tujuan dan nilai-nilai yang berbeda. Dapat disimpulkan manajemen perguruan tinggi
merupakan kemampuan mengatur dan mengelola perguruan tinggi secara integral dan menyeluruh
dengan mengoptimalkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang dimiliki organisasi.
b. Konsep Manajemen Perguruan Tinggi
1) Perencanaan Manajemen Perguruan Tinggi (Planning)
Proses perencanaan adalah sebagai tahap awal dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Perencanaan sangat penting dilakukan, pepatah mengatakan “Gagal merencanakan sama dengan
merencanakan kegagalan.” Perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang
telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan oleh suatu
organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Perencanaan dalam
bidang pendidikan di perguruan tinggi meliputi beberapa aspek yaitu: Perumusan tujuan yang hendak
dicapai; Penentuan bidang/ fungsi/ unit sebagai bagian-bagian yang akan melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan; Menetapkan jangka waktu yang ditentukan; Menetapkan metode/ cara mencapai
tujuan; Menetapkan alat yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi pencapaian tujuan ;
Merumuskan rencana evaluasi/ penilaian untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan; Menetapkan
jumlah dana dan sumber yang diperlukan.
Ada beberapa isu strategis yang berkaitan dengan perencanaan manajemen perguruan tinggi secara
efektif agar perguruan tinggi menjadi lebih bermutu, diantaranya:
a) Efisiensi : keterkaitan antara masukan atau input dan proses, derajat kehematan pemanfaatan
sumber daya dalam suatu proses tertentu;
b) Produktivitas : hubungan antara proses dan keluaran (hasil) yang menunjukkan laju terjadinya hasil
dari suatu proses dengan menggunakan sumber daya tertentu;

12
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

c) Efektivitas : keterkaitan antara tujuan dan hasil, derajat kesesuaian antara tujuan dan hasil;
d) Suasana akademik : tingkat kepuasan, motivasi, dan komitmen civitas akademika dalam pelaksanaan
tugas akademik untuk tujuan lembaga dipengaruhi tujuan, aspirasi, tata nilai pribadi, dan pola
manajemen ditunjukkan oleh tingkat interaksi antar anggota institusi;
e) Relevansi : tingkat keterkaitan antara tujuan, hasil dengan kebutuhan masyarakat baik lokal maupun
global;
f) Akses dan ekuitas : tingkat kemampuan institusi untuk meningkatkan daya tamping, mahasiswa
wanita, dan akses untuk mahasiswa dari keluarga dengan ekonomi lemah;
g) Keberlanjutan : tingkat kemampuan suatu institusi untuk mempertahankan atau meningkatkan
keberlangsungan programnya;
h) Kepemimpinan : kemampuan untuk mengarahkan, menggerakkan, dan mengendalikan orang-orang
dalam sistem.
2) Pengorganisasian Manajemen Perguruan Tinggi
Pengorganisasian adalah tingkat kemampuan pimpinan dan juga rektor menentukan sasaran,
pembagian pelaksanaan tugas dan tanggung jawab, menentukan personel tugas, menentukan alat-alat
yang diperlukan, pengalokasian waktu, mengalokasikan dan menggunakan dana, dan pemanfaatan
sumber daya perguruan tinggi. Fungsi pengorganisasian di perguruan tinggi termasuk fungsi pengisian
staf yang sesuai untuk setiap tugas atau kedudukan. Di bawah ini empat jenis kelompok karyawan yang
mempunyai tugas berbeda:
a) Karyawan akademik, adalah para dosen dan peneliti yang bertugas mengajar dan melakukan
penelitian ilmiah.
b) Karyawan administrasi, adalah karyawan yang bekerja di rektorat, keuangan, pendaftaran,
personalia, dan sebagainya.
c) Karyawan penunjang akademik, adalah mereka yang bekerja sebagai ahli atau karyawan di
perpustakaan, laboratorium, bengkel latihan, dan sejenisnya.
d) Karyawan penunjang lain, adalah karyawan lain seperti sopir, tukang kebun, petugas kebersihan
gedung, petugas pemeliharaan, dan sejenisnya.
Kegiatan pengorganisasian dan staf meliputi perencanaan, rekrutmen, seleksi, pelatihan,
pengembangan karier, pembuatan tugas (job description), dan kebutuhan tugas (job requirement),
penetapan otorisasi, menentukan organigram, menentukan hubungan lini dan hubungan staf,
menentukan rentang kendali (span of control), membuat penilaian tugas dan jenjang tugas (job
evaluation dan jon establishment), merencanakan kaderisasi, dan sebagainya.
Pengorganisasian dalam bidang pendidikan harus memperhatikan asas-asas yang terintegrasi dalam
upaya pencapaian tujuannya. Asas-asas pengorganisasian yang bisa diterapkan dalam pendidikan di
perguruan tinggi menurut Hadari Nawawi, diantaranya:
a) Organisasi harus fungsional. Pengelompokkan satuan kerja untuk melaksanakan fungsi-fungsi
organisasi akan efektif bagi pencapaian tujuan apabila aktivitas-aktivitas sejenis dihimpun dalam satu
satuan kerja.
b) Pengelompokkan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja. Pengelompokkan beban
tugas yang sejenis harus dihubungkan dengan volume kerja dalam rangka usaha pencapaian tujuan.
Di samping itu setiap satuan kerja, beban kerjanya harus dijabarkan menjadi aktivitas yang jelas jenis
dan sifat serta batasnya.
c) Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab. Wewenang adalah hak
suatu unit/ satuan kerja atau seseorang untuk melakukan tindakan agar tugas dan pekerjaan
dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Sedangkan tanggung jawab ialah keharusan melaksanakan
wewenang dengan sebaik-baiknya sebagai suatu kewajiban, agar hak melakukan suatu tindakan tidak
disalah gunakan.

13
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

d) Organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol atau kendali yaitu jumlah terbanyak unit kerja
atau personal bawahan yang dapat dipimpin secara efektif oleh seorang pejabat/ atasan tertentu.
e) Organisasi harus mengandung kesatuan perintah.
f) Organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Pengorganisasian menghasilkan struktur organisasi. Stonner dan Wankell (1986) membatasi bahwa
struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antar bagian komponen dan posisi dalam suatu
perkumpulan (Organizational structure can defined as the arrangement and tnterrelationship of the
component parts and positions of a company).
Struktur organisasi menspesifikasi pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi
atau aktivitas yang beraneka macam dihubungkan sampai batas tertentu, juga menentukan tingkat
spesialisasi aktivitas kerja. Struktur organisasi juga menunjukkan hierarki dan struktur otoritas organisasi
serta memperlihatkan hubungan pelaporannya. Struktur organisasi memberikan stabilitas dan
kontinuitas yang memungkinkan organisasi mempertahankan kedatangan dan kepergian individu serta
untuk mengoordinasi hubungannya dengan lingkungan.
Perguruan tinggi (organisasi) yang berkualitas adalah yang dapat mengantisipasi perubahan baik
sebagai individu maupun dalam organisasi yang mampu berubah. Perguruan tinggi yang mampu
berubah, harus mengenai perubahan sebagai suatu elemen pemandangan yang konstan, dan perubahan
itu menjadikan organisasi stabil mampu mengikuti perkembangan. Mereka melakukan perubahan untuk
keunggulan perguruan tinggi, yang secara aktif dan sengaja menciptakan perubahan untuk memperoleh
kesempatan, lalu menggunakan kesempatan pada perubahan tersebut.
3) Pergerakan Manajemen Perguruan Tinggi
Penggerakan atau actuating adalah proses dalam rangka implementasi program. Menggerakkan
adalah tugas pemimpin, dan kepemimpinan. Menggerakkan menurut Keith Davis (1972) ialah
kemampuan pemimpin membujuk orang-orang mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan
penuh semangat. Jadi, pemimpin menggerakkan dengan penuh semangat, dan pengikut juga bekerja
dengan penuh semangat. Menurut Serian Wijayanto (2009), untuk mendukung kinerja pengelolaan
perguruan tinggi dan keberlangsungannya maka perguruan tinggi perlu menerapkan Good University
Governance (GUG) yaitu penerapan prinsip good governance dalam sistem dan pengelolaan insititusi
perguruan tinggi, melalui berbagai penyesuaian yang dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai yang harus
dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi secara khusus dan pendidikan pada umumnya.
Penerapan GUG di perguruan tinggi didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) Transparansi, perguruan tinggi harus dan dapat menerapkan keterbukaan dalam soal keuangan,
sistem penerimaan mahasiswa baru, penerimaan dosen, penerimaan sarana prasarana, dan lain-lain;
b) Akuntabilitas, perguruan tinggi harus memiliki uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas;
c) Responsibilitas, setiap individu yang terlibat dalam pengelolaan perguruan tinggi harus bertanggung
jawab atas tindakannya sesuai dengan deskripsi pekerjaannya;
d) Indepensi, dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab pihak yayasan dan pengelola perguruan
tinggi harus bebas dari segala bentuk benturan kepentingan yang berpotensi muncul;
e) Keadilan, perlakuan adil dan berimbang kepada para pemangku kepentingan terkait
4) Pengawasan Manajemen Perguruan Tinggi
Pengawasan dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku
personel dalam organisasi pendidikan dan apakah tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan
yang dikehendaki, kemudian dari hasil pengawasan tersebut apakah dilakukan perbaikan. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa pengawasan dalam institusi pendidikan dilihat dari praktek cenderung
tidak dikembangkan untuk mencapai efektivitas, efesiensi, dan produktivitas. Sedangkan yang menjadi
objek atau bidang garapan pengawasan akademik bagi dosen adalah proses kegiatan pendidikan dan
pembelajaran atau perkuliahan. Menurut Peter Oliva (1976) ada tiga sasaran atau domain dari layanan
14
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

pengawasan, yaitu : perbaikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, dan pengembangan staf.


Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Suhertian (2000) menjadi empat bidang, yaitu : pembinaan
dan pengembangan kurikulum, perbaikan proses pendidikan dan pembelajaran, pengembangan staf,
pemeliharaan dan perawatan moral/semangat kerja.
5) Penilaian Manajemen Perguruan Tinggi
Penilaian ialah pengukuran dan pembandingan hasil-hasil yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil
yang seharusnya dicapai. Ada empat konsepsi yang sangat fundamental mengenai penyelenggaraan
fungsi penilaian, diantaranya:
a) Usaha pencapaian tujuan suatu organisasi merupakan proses.
b) Karena usaha pencapaian tujuan akhir merupakan suatu proses, ia dijabarkan menjadi tujuan yang
jangkauan waktunya lebih pendek dan sifatnya pun lebih konkret, antara lain karena
dikuantifikasikan.
c) Orientasi waktu dari kegiatan-kegiatan penilaian adalah masa depan organisasi, berbeda dengan
pengawasan yang ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung.
d) Perbedaan anatar fungsi pengawasan dan fungsi penilaian dapat pula dilakukan dengan melihat
perbedaan sasaran antara pengawasan dan penilaian.
Pada UU Sisdiknas 2003 mulai memperkenalkan dan memberlakukan sistem evaluasi menyeluruh
dan terpadu (total evaluation system). Pemberlakuan sistem evaluasi menyeluruh dan terpadu ini,
termaktub secara eksplisit dalam ketentuan Pasal 57 ayat (2): “Evaluasi dilakukan terhadap peserta
didik, lembaga pendidikan, dan program pendidikan pada jalur formal dan non formal untuk semua
jenjang, satuan, dan jenis pendidikan”. Namun, sistem evaluasi terpadu tidak akan berjalan optimal dan
efektif memperbaiki mutu berkelanjutan, apabila tidak didukung oleh suatu sistem evaluasi internal
institusi yang dilengkapi badan penjamin mutu internal dan evaluasi program jejang, satuan, dan jenis
pendidikan. Badan penjamin mutu internal tugas administratifnya adalah memberi penjamin terhadap
institusi dan program studi dalam suatu perguruan tinggi.
Untuk mewujudkan pendidikan tinggi yang bermutu dilakukan berdasarkan “Evaluasi Diri” dengan
pendekatan analisis SWOT. Pelaksanaan perbaikan mutu dikakukan dengan menggunakan
konsep RAISE++ yang terdiri dari:
a) Relevance: (1) Meningkatkan kualitas input melalui promosi dan matrikulasi; (2) Melakukan evaluasi
dan revisi kurikulum; (3) Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam berbahasa Inggris antara lain
membuat kelas khusus bahasa Inggris , membentuk “English Club”, melakukan tes TOEFL setiap
semester, mengaktifkan Language Activy Center (LAC); (4) Monitoring studi mahasiswa; (5)
Meningkatkan pelayanan perpustakaan
b) Academic Atmosfere: (1) Memperbaiki SAP dan GBPP, media presentasi, teaching methods; (2)
Membenahi sistem pembinaan penulisan outline dan skripsi serta membuat buku pedomannya; (3)
Meningkatkan buku kehadiran dosen mengajar dan kegiatan lainnya; (4) Mendorong mahasiswa
dalam meneliti dengan mengikuti student grant; (5) Melaksanakan seminar ilmiah bulanan secara
rutin.
c) Internal Management; (1) Membenahi pengelolaan kenaikan pangkat/ golongan/ jabatan/ dosen dan
tenaga administrasi; (2) Melakukan evaluasi diri setiap tahun yang hasilnya digunakan untuk
pengambilan keputusan; (3) Membuat tata tertib dan etika dosen; (4)
Menerapkan reward dan punishment yang jelas dan adil untuk dosen dan staf administrasi; (5)
Mengefektifkan rapat dosen dalam membahas permasalahan.
d) Sustainability: (1) Menjaga keberlangsungan sumber daya untuk setiap kegiatan; (2) Meningkatkan
kerjasama dengan institusi lain; (3) Menjual produk/ layanan dari laboratorium dan fakultas.
e) Efficiency dan Produktivity: (1) Mengadakan semester pendek untuk mempercepat waktu studi; (2)
Mengatur distribusi kelas dan laboratorium; (3) Evaluasi atau penilaian diharapkan bukan hanya

15
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

sekedar formalitas untuk medapatkan pengakuan yang baik. Namun juga sebagai sebuah kesadaran
untuk terus menerus memperbaiki diri dalam mewujudkan pendidikan trbaik bagi putera-puteri
bangsa.
5. Pendidikan Pariwisata di Perguruan Tinggi
Kualitas pendidikan dan sumber daya manusia menjadi komponen penting dalam meningkatkan daya
saing industri pariwisata Indonesia di tengah persaingan global. Dalam mewujudkan pariwisata sebagai
sektor unggulan, penting meningkatkan kualitas pendidikan. Kemenristek Dikti tengah mengadakan uji
public tentang penamaan Program Studi di Perguruan Tinggi di tingkat S1, S2, dan S3. Adapun rancangan
penamaan prodi tersebut telah di keluarkan pada tanggal 6 Mei 2017 sebagai bagian dalam pasal 5, 6,
7, 8, Permenristek Dikti Nomor 15 tahun 2017 tentang Penamaan Program Studi pada Perguruan Tinggi.
Selain digadang-gadang sebagai penghasil devisa yang andal, pengembangan pariwisata juga memiliki
konsekuensi dampak negative, seperti kerusakan alam akibat pembangunan, meningkatnya angka
kriminalitas yang tinggi, kesenjangan social, komersialisasi dan komodifikasi budaya, dan lain
sebagainya. Hal ini membutuhkan SDM pengelola kepariwisataan yang tidak hanya terampil dalam
menjamu tetamu atau wisatawan yang datang, namun juga berpikir kritis, komprehensif, dan solutif
untuk mengantisipasi berbagai permasalahan yang timbul akibat pengembangan pariwisata.Hal ini telah
ditanggapi secara kritis oleh beberapa perguruan tinggi di Indonesia, dengan membuka kajian akademik
untuk mengembangkan kepariwisataan pada level kesarjanaan. Tujuannya adalah untuk mengkaji
pengembangan pariwisata secara komprehensif agar mampu menjawab tantangan dan dinamika yang
semakin kompleks.
Selama ini, pendidikan tinggi pariwisata berada di jenjang diploma yang bertujuan untuk
menghasilkan mahasiswa yang terampil untuk menjamu tamu atau wisatawan yang berkunjung. Kajian
mendalam untuk berpikir stratejik tentang pengelolaan pariwisata yang multi sektoral dan kompleks
kurang mendapat porsi dalam kurikulum dan pembelajarannya.
Dalam ranah akademik para cendikiawan internasional menggunakan nomenklatur tourism,
hospitality, dan travel untuk membedakan secara spesifik kajian industry yang berkecimpung dalam
kegiatan manusia di waktu luangnya (leisure). Tourismmengacu pada industry yang berkaitan dengan
pengembangan daya tarik wisata alam, budaya, dan buatan manusia. Hospitality mengacu pada industry
yang terkait dengan menjamu manusia yaitu sektor akomodasi (perhotelan) serta penyediaan makan
dan minuman (restoran dan seni kulinari). Adapun Travel mengacu pada kegiatan usaha perjalanan
wisata, transportasi, termasuk bisnis konvensi, pameran, dan perjalanan insentif. Saat ini,
pengembangan pembelajaran kepariwisataan di tingkat program studi, sebagai ujung tombak
persemaian ilmu kepariwisataan tengah ditata sehingga berada dalam satu naungan satu nomenklatur,
yaitu Prodi Pariwisata dengan padanan bahasa Inggris untuk rekognisi internasional sebagai
prodi Tourism. Agar dapat mendapatkan rekognisi internasional, maka jika pariwisata hanya dimaknai
sebagai tourism,akan menggiring persepsi internasional ke salah satu ranah industry kepariwisataan.
Jika ada argumen yang menyatakan bahwa industry travel bisa digabungkan dengan ranah
industry tourism, karena sama-sama mengelola daya tarik wisata dan perjalanan wisatawan ke
dalamnya, maka ranah industry hospitality seolah tidak memiliki tempat untuk dikaji secara akademik.
Kajian Hospitality tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan SDM terampil di bidang pengelolaan hotel
atau makanan dan minuman. Upaya mengembangkan bisnis hotel yang mumpuni dan berdaya saing,
dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan, perlu dikaji secara akademik.

16
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

a. Jenjang Karir Pariwisata

b. Kajian Pariwisata

Sumber: Jafar Jafari, University of Wisconsin Stout inMcIntosh et al, 1995: 19) Study of Tourism: Choice of Discipline and Approach
c. Kurikulum berbasis kompetensi program pendidikan tinggi di Lingkungan Kementrian Pariwisata

Sumber: Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 Tahun 2017 Tentang Kurikulum berbasis kompetensi program pendidikan tinggi di Lingkungan
Kementrian Pariwisata

d. Nomenklatur program studi pariwisata

17
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

Sumber:
 Surat Edaran Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan No. 0404/E3.2/2015 tanggal 2 Februari 2015 Perihal Rumpun Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi serta Gelar Lulusan Peruruan Tinggi
 Permendikbud No. 154 tahun 2014 tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi
 Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI No. 15 Tahun 2017 Tentang Penamaan Program Studi Pada Perguruan
Tinggi

e. Tiga model domain pendidikan pariwisata

Sumber: Adopsi dari Crispin Dale, Neil Robinson(2001) "The theming of tourism education: a three‐domain approach", International
Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 13 Issue: 1, pp.30-35, https://doi.org/10.1108/09596110110365616
f. Rantai nilai pendidikan pariwisata

18
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

6. Efektivitas Pendidikan Pariwisata di Perguruan Tinggi


Secara umum peranan pendidikan tinggi adalah untuk (1) menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualifikasi tinggi dan mampu beradaptasi terhadap perubahan IPTEKS, (2) secara berkesinambungan
melahirkan pengetahuan dan ilmu pengetahuan baru, dan (3) selalu meningkatkan akses dan adaptasi
terhadap ilmu pengetahuan di dunia. Efektivitas pendidikan pariwisata di perguruan tinggi, diantaranya:
a. Pendidikan Tinggi: Penghasil Sumber Daya Pariwisata
Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia pariwisata, sebagaimana sektor lainnya dapat
dipenuhi oleh pendidikan tinggi dan pelatihan, yang pada berbagai literature dapat saling bertukar
makna. Jafar Jafari membedakan kedua istilah tersebut berkaitan dengan kualifikasi dan karakteristik
pasar kerja. Ia membagi tiga tingkatan pekerjaan yaitu (1) tenaga kerja semiskilled dan unskilled (2)
supervisory dan skilled personnel, (3) top manajemen. Ketiga kelompok tersebut digambarkan dalam
suatu piramida di mana top manajemen jumlahnya paling kecil dan unskilled tenaga kerja jumlah sangat
melimpah. Dalam kaitan ini, pelatihan meliputi apa yang ditawarkan untuk mereka yang ingin mengisi
hands-on atau mengkombinasikan antara pendidikan dengan pekerjaan. Seseorang yang ingin mencapai
top manajamen harus didukung oleh kemampuan field of vision yang dimilikinya, tingkat dan jenis
pendidikan, kemampuan koseptual, daya fikir, diacrhornic (a vision of the future), dan memiliki
kemampuan untuk pengetahuan “mengapa” (knowwhy). Sebaliknya, tingkatan bukan top manajemen
memiliki karakteristik, menghasilkan ilmu ditempat kerja, training, kemampuan teknik, belajar dari
pengalaman, synchronic dan pengetahuan “bagaimana: (know how). Hubungan diatas digambarkan
Jafari sebagai Tourism Education-Training Continuum.

Tourism Education- Training Continum (Jafari)


Perbedaan bentuk batang pada gambar di atas tergantung lingkungan di mana mereka bekerja,
semakin runcing kerucut batang tersebut, maka semakin kecil pula peranan pendidikan/pelatihan yang
harus diberikan. Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa pendidikan ditujukan untuk
menghasilkan tenaga kerja level atas, sedangkan pelatihan ditujukan untuk menghasilkan level bawah.
Pada gambar tersebut teridentifikasi sembilan kemampuan yang harus dimiliki oleh sumber daya
manusia pariwisata yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan. Dari kesembilan kemampuan yang harus
dimiliki tersebut, tiga diantaranya memiliki intensitas yang sama yang harus dimiliki oleh ketiga level
yaitu profesionalisme, hospitality dan cosmopolitanism. Professionalisme merupakan hal yang sangat
penting untuk memasuki dunia pekerjaan, sehingga bentuk batangnya tidak mengerucut. Hal ini berarti
memiliki kepentingan sama untuk setiap level. Profesionalisme juga harus ditunjang oleh hospitality dan
cosmopolitanism yang diartikan sebagai kemampuan untuk memahami budaya wisatawan untuk
mempermudah cultural communication.

19
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

Apabila diberikan analogi dengan menggunakan pensekoran, maka terlihat seperti pada table
berikut:
Tabel Kompetensi berdasar level pekerjaan

b. Pendikan Tinggi: melahirkan pengetahuan dan ilmu pengetahuan baru


Menurut Tribe (1997) pengembangan pengetahuan pariwisata dapat didekati dari tiga pendekatan
yaitu: (1) extradisciplinary, (2) multidisciplinary (3) interdisciplinary. Dalam kajiannya, teridentifikasi
suatu area di mana pengetahuan pariwisata dikembangkan. Salah satunya adalah pengetahuan
dikembangkan dari luar komunitas akademik yang disebut sebagai extradisciplinary. Dalam kaitan ini
pengetahuan diperoleh dari industri, pemerintah, tink-tank, kelompok pemerhati pariwisata dan
institusi penelitian dan konsultan (Tribe’s). Untuk area baru seperti pariwisata, yang sangat kental
dipengaruhi oleh kebutuhan vokasi tidak mengherankan apabila pengetahuannya sangat didominasi
oleh industri. Sebagai indikasi, secara alami awal-awal pengetahuan pariwisata dapat dilihat dalam
tulisan-tulisan tentanga pariwisata. Sebagai contoh Burkat dan Medlik (1974) menulis referensi buku
teks yang komprehensif yang didominasi oleh pemerintah dan laporan-laporan studi. Pada saat itu
sangat banyak dibahas tentang state of knowledge yang terjadi pada waktu itu. Tipe lain dari
pengetahuan diidentifikasi oleh Tribe adalah bahwa secara tradisional pengetahuan akademik
dikembangkan oleh academia yang menurutnya dinamakan ‘disciplinary-based methodology and peer
review are the hallmarks of quality control’ (Tribe). Berdasarkan uraian di atas, sangat jelas bahwa
lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam mengembangkan pengetahuan kepariwisataan.
c. Pendikan Tinggi: akses dan adaptasi terhadap ilmu pengetahuan
Di era persaingan saat ini, Polloc (2004) mengidentifikasi empat dimensi utama yang mempengaruhi
dunia pekerjaan yaitu (1) digitisation, (2) Connectivity, Convergence and Community (3) Interoperability
dan (4) Automation. Dengan tekanan tersebut, setiap orang dituntut untuk beradaptasi dengan cepat
terhad pengetahuan baru. Cepatnya perubahan pengetahuan, mempercepat inovasi dan perubahan
teknologi, sehingga pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang berdaya adaptasi tinggi.
Digitalisasi telah mengubah pengetahuan menjadi hanya dua angka yaitu satu dan nol. Sedangkan
konektivitas telah mendorong dunia menjadi komunitas yang sangat sederhana.
d. Pendidikan Tinggi: mengelola pengetahuan
Pertumbuhan ekonomi pada abad 21 tidak lagi bertumpu pada komoditas, namun lebih didominasi
oleh pengembangan pengetahuan, inovasi dan komersialisasi (Australian Institute for
Commercialisation, 2002). Sehingga kemampuan mengelola pengetahuan benar-benar menjadi asset
dalam persaingan. Kemakmuran nasional akan ditentukan oleh kapabilitas intelektual nasional dan
kemampuannya secara ekpertis dan investasi pada pengetahuan. Analog dengan hal itu, pengembangan
pariwisata tidak hanya dikembangkan dengan pengalaman semata-mata, namun pengaleman yang
dipadukan dengan pengetahuan akan menghasilkan suatu keahlian dan kapabilitas. Ini semua bisa
terpenuhi apabila lembaga pendidikan tinggi menyadari sepenuhnya betapa pentingnya pengelolaan
pengetahuan.
20
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

e. Pendidikan Tinggi: tidak hanya vokasi


Menurut Airey (2002) pendidikan pariwisata saat ini berada pada titik di mana pendidikan sudah
cukup berbasiskan pada teori yang dengan mudah disampaikan melalui pelatihan vokasi dan
menyampaikannya kepada para mahasiswa pada kajian pengetahuan yang lebih luas dan pendalaman
teori. bagaimanapun program pendidikan pariwisata yang meninggalkan vokasi dan/atau pengetahuan
ekstradisipliner maka akan kehilangan pertumbuhan bidang vokasional. Tantangan kuncinya adalah
pendidikan pariwisata tidak untuk vokasional sempit dan sederhana untuk memuaskan keinginan
pekerja industri tetapi mengembangkan pengetahuan yang merupakan kontribusi sukses terhadap
pengembangan pariwisata secara keseluruhan. Satu dari kekuatan terbesar dari pariwisata ialah bahwa
posisi saat ini dapat menawarkan ekstradisipliner, multidispliner sebagaimana pengetahuan
interdispliner. Dengan berbasiskan pada pendekatan tersebut maka akan mengasilkan sesuatu yang
mengasikan, menantang dan area yang relevan dari pendidikan yang merupakan kontribusi akademia
bagi dunia pada abad 21.
f. Pendidikan Tinggi: Kontribusi untuk Pariwisata Berkelanjutan
Dukungan pendidikan terhadap pengembangan pariwisata berkelanjutan dapat dilihat dari kurikulum
pendidikan itu sendiri. Untuk saat ini, dari sejumlah pendidikan tingi pariwisata lebih memfokuskan pada
upaya untuk menyiapkan tenaga trampil untuk level menengah dan bawah. Sedangkan untuk mencetak
top manajemen masih sangat kurang. Disadari atau tidak, pendidikan tinggi pariwisata di Indonesia
seluruhnya berbasiskan vokasi, sehingga kontribusi bagi pengelolaan pengetahuan sangat rendah.
Pengetahuan yang berasal dari industri (extradisciplinary) tampak lebih mewarnai pendidikan tinggi
pariwisata di Indonesia. Hal ini sangat berarti dalam mengembangkan pendidikan yang berbasis vokasi.
Warna ini sangat kental terlihat dari penggunaan kompetensi kerja sebagai acuan dalam menyusun
kurikulum dan proses pembelajaran. Di sisi lain, kebutuhan untuk mengembangkan pariwiasata,
pengelolaan daerah tujuan wisata, inovasi produk pariwisata, memerlukan sumber daya berbasiskan
akademik (bukan vokasi). Dari pendidikan tinggi yang ada di Indonesia rasanya belum ada yang
memfokuskan untuk itu. Oleh karena itu, seiring dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan, maka
kebutuhan sumber daya manusianya perlu dipenuhi.
g. Menuju Pengelolaan Pendidikan Tinggi Pariwisata untuk Daya Saing
Di masa depan pengetahuan akan menjadi asset yang paling berharga yang menentukan arah masa
depan seseorang. Lembaga pendidikan sebagai institusi yang membentuk kapabilitas manusia secara
formal akan akan menghadapi tantangan yang sangat besar di masa-masa yang akan datang. Kompetisi
ekternal antara lain akan terjadi (1) pergeseran akademik di dalam pendidikan menuju pendidikan yang
tinggi, (2) adopsi secara luas oleh perusahaan dan pekerja professional terhadap standar kompetensi
nasional yang lebih tinggi, (3) tumbuhnya penyedia program pendidikan maupun materi pendidikan.
Sementara itu menurut Mihardjo (1999) melihat kompetisi yang sangat ketat di berbagai bidang
kehidupan telah menimbulkan pergeseran poros dunia dari Barat ke Timur atau dari Eropa ke Asia
Timur. Pergeseran ini memberikan bentuk atau ciri pengembangan ilmu dan teknologi (iptek) antara
lain: (1) Sumber daya manusia yang diperlukan adalah tenaga kerja tukang yang memiliki ketrampilan
tinggi (highly-skilled craft worker) (2) Manajemen sumber daya manusia yang ditekankan untuk
mengendalikan proses produksi yang digerakkan dengan mengikuti aturan-aturan yang berulang-ulang
dan rutin, (3) Orientasi produksi yang bersifat massal, terpusat dan miskin akan nilai-nilai kemanusiaan
dan kehidupan bermasyarakat, (4) Kebutuhan spesialisasi yang sangat dalam sehingga menimbulkan
kekakuan atau kecanggungan bila harus berganti bidang pekerjaan yang lain. Untuk mengantisipasi hal
itu, William and Fray (1994) merumuskan enam strategi pengelolaan pendidikan tinggi sampai tahun
2004. Strategi tersebut adalah: (1) diversity and differentiation; (2) graduate employment; (3)
qualification and the organization of teaching quality; (4) Opportunities offered by new technology; (5)
Increasing income from the private sector; dan (6) staff recruitement.

21
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

Diversifikasi dan diferensiasi. Lembaga pendidikan tinggi yang hanya menawarkan satu macam
produk dipastikan akan segera mengalami stagnasi. Hal ini terjadi karena cepat berkembangnya
pengetahuan dan teknologi yang mengakibatkan cepat usangnya ilmu dan teknologi. Di samping itu,
produk pendidikan yang ditawarkan harus memberikan warna yang berbeda dengan pendidikan lain
yang sejenis. Ini dapat dicapai apabila institusi memiliki core competence, yaitu sumber daya dan
kemampuan yang dimiliki institusi sebagai sumber keunggulan bersaing terhadap institusi pesainnya.
Apabila core competencies yang dimiliki institusi memiliki keunggulan superior dari pada institusi
competitor-nya maka disebut distinctive competence.
Pemberdayaan lulusan. Penyerapan lulusan oleh industri selalu tidak sebanding dengan jumlah
banyaknya lulusan yang ditawarkan lembaga pendidikan tinggi. Terdapat dua kemungkinan yang utama
hal ini dapat terjadi. Pertama, kesempatan kerja yang ditawarkan lebih sedikit dibandingkan dengan
supply calon tenaga kerja yang akan mengisi jabatan pekerjaan tersebut. Kedua, lulusan tidak
memenuhi kriteria kompetensi yang dibutuhkan industri. Oleh karena itu, institusi harus membentuk
jaringan kerja secara luas guna menempatkan lulusannya.
Kualifikasi dan pengelolaan kualitas pembelajaran. Kualifikasi lulusan dapat ditentukan berdasarkan
tingkat kompetensi masing-masing, yang akan diperoleh melalui kualitas pembelajaran yang memadai.
Perluasan kualifikasi lulusan ini dapat memberikan kesempatan mereka untuk memilih peluang
kesempatan kerja yang lebih luas. Dengan demikian apabila kemampuan mengelola kualitas
pembelajaran dengan baik, suatu institusi pendidikan akan dapat bersaing dengan institusi lainnya.
Adanya kurikulum lokal yang lebih besar pada saat ini akan mendorong institusi untuk menentukan
distinctive competence dalam pembelajaran.
Peluang pemanfaatan teknologi baru. Teknologi computer dan informatika ternyata telah merubah
dunia secara revolusioner. Tatanan pendidikan dipastikan berubah secara cepat. Learning without walls,
tampaknya sudah tidak dibendung lagi. Akankah pendidikan dalam kelas dapat berlangsung? Ini
tergantung pada kemampuan mengelola institusi ini menawarkan produk unggul bagi para calon
mahasiswanya.
Peningkatan pendapatan dari sector swasta. Dipastikan tidak akan mencapai kualitas baik apabila
orientasi pendidikan hanya mengejar kuantitas mahasiswa dan atau lulusan. Karena jumlah mahasiswa
sebagai sumber pendapatan institusi. Untuk itu, pendapatan di luaran tuition fee harus diusahakan.
Membentuk unit-unit bisnis strategis yang mendukung proses pembelajaran menjadi suatu keharusan.
Atau meningkatkan distinctive competence untuk menjadi research university. Salah satu ciri research
university adalah memiliki pusat kreativitas yang dapat digunakan sector swasta sebagai penyumbang
dana. Menurut Ginkel (1994) “the university will remain the centre of creativity and innovation well into
the middle if the next century, remain firmly fixed in the middle of society [but the] university will look
rather diffrenet from university… knowledge management will occupy the centre stage”
Rekruitmen Staf. Dalam institusi pendidikan, staf dikelompokkan menjadi stam pengajar dan non
pengajar. Staf pengajar sebagai motor utama dalam proses pembelajaran, sangat menentukan kualitas
lulusan. Dedikasi yang tinggi, kapabilitas yang memadai, profesionalime yang menjadi dasar perekrutan
akan mendorong institusi pendidikan memiliki distinctive competence. Williams and Fray (1994)
menyimpulkan: “The university of 2004 will be evolving towards one with a small core of high quality
full-time staff, more formally specialised than at present in terms of teaching and research skills, under-
taking core teaching themselves, but also acting as creators and facilitators of high technology learning
materials and forming the nodes of networks of part-time staff”. Belajar dari proses pendidikan tinggi di
Amerika, Bruce Johnstone (1993): “American higher education in the last decade of the twentieth
century faces escalating costs, uneven demographics, faltering revenues and a serious erosion of public
confidence–not of its fundamental importance, but of its institutional integrity and stewardship. The
failure to surmount these challenges could well lead to losses that are serious and irrevocable”.

22
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

BAB III
CONCLUSION

Pendidikan tidak mungkin terlaksana tanpa administrasi pendidikan. Makna dari administrasi
pendidikan itu sendiri adalah Leadership, Policy, Planning, dan Management. Keempat hal tersebut
digunakan untuk mobilisasi semua sumber yang ada seperti strategi, lingkungan, sumber daya, hokum,
nilai, etika dan moralitas, yang kesemuanya dikemas dan diproses pendidikan yang esensinya adalah
learning untuk menghasilkan tujuan. Titik tolak fieldwork adalah interconnection dalam management,
management action dapat terjadi daalam organisasi bila ada yang menggerakkan yaitu leadership.
Tanpa leadership management actions tidak mungkin terjadi. Leadership dan actions hanya
dihubungkan dengan interconnections tanpa interconnection management process dalam bentuk
serangkaian kegiatan tidak mungkin terjadi. Keseluruhan proses management dalam organisasi penuh
dengan jaringan interconnections. Organisasi akan berhenti bekerja bila interconnection tidak terjadi.
Interconnection itu dalam organisasi adalah proses komunikasi yang disebut komunikasi organisasi.
Management is relationship, tanpa relationship tidak ada management, organisasi akan berfungsi jika
ada manajemen.
Interconnection
Dalam semua sektor termasuk pariwisata, manajemen adalah
aspek yang penting. Salah satunya adalah manajemen pendidikan
pariwisata. Karena setiap potensi dan peluang yang ada akan sia-sia
tanpa adanya manajemen yang rapi dan benar. Termasuk dalam
manajemen operasional, produksi, distribusi hingga pemasaran.
Pada sektor pariwisata umumnya di Indonesia dan Cirebon pada
khususnya keberadaan manajemen ini sangat penting. Pengertian
manajemen adalah proses perencanaan, pengkoordinasian sumber
daya yang ada guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Semua tugas dilakukan dengan benar dan terorganisir hingga
membantu pencapaian target yang diinginkan. Dalam semua bidang
kehidupan, diperlukan manajemen yang baik dan terarah.
Manajemen pariwisata yang jadi sektor strategis dalam pemberdayaan ekonomi rakyat saat ini.
Manajemen pelaksanaan SPMI di Politeknik Pariwisata Prima Internasional menganut sistem
manajemen mutu dari siklus: Penetapan – Pelaksanaan – Evaluasi – Pengendalian – Peningkatan
(PPEPP), yang akan menghasilkan kaizen atau continuous quality improvement mutu Pendidikan Tinggi.
Untuk itu Direktur Politeknik Pariwisata Prima Internasional selain sebagai pemimpin selain harus
memiliki karakter kepemimpinan, juga harus menguasai fungsi-fungsi manajerial. Fungsi manajerial
inilah yang akan membantu pemimpin untuk menjalankan organisasi dalam pencapaian tujuan
organisasi. Perlu diingat bahwa jika seorang pemimpin tidak memiliki kemampuan manajerial, maka ia
hanya akan mampu merumuskan dan menentukan visi/misi organisasi kedepan, namun tidak mampu
untuk menjalankan seluruh aktivitas organisasi menuju pencapaian visi/misi organisasi tersebut. Untuk
itu sebagai pemimpin mengenal fungsi-fungsi manajerial adalah sangat penting, karena manajemen
merupakan seni dalam pengelolahan organisasi guna pencapaian tujuan organisasi.
Politeknik Pariwisata Prima Internasional memiliki tugas dan tanggung jawab didalam melakukan
kegiatan penelitian sebagaimana tercantum didalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi Pasal 45 menegaskan bahwa penelitian di perguruan tinggi diarahkan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
daya saing bangsa (P2PKM) melakukan perencanaan didalam penelitian guna pengembangan pariwisat
Indonesia, pariwisata Propinsi Jawa Barat dan khususnya pariwisata Kota Cirebon.
23
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

Mengacu pada visi Politeknik Pariwisata Prima Internasional lima tahunan yang tertuang dalam
Rencana Strategi, yaitu “Menjadi SMART Campus Berkualitas Regional Tahun 2022”, UPT Pusat Data dan
Informasi penunjang Akademik dan Administrasi yang mengarah pada SMART Campus (Spesific,
Measurable, Achievable, Realistic, Timely). Kebijakan pengembangan sistem informasi dalam lingkungan
Politeknik Pariwisata Prima Internasional ini selain sebagai penunjang, bertujuan juga untuk mengikuti
perkembangan revolusi industry 4.0 dan IoT atau Internet Of Things yang saat ini cukup berpengaruh
dalam dunia pendidikan.
Dimulai dari yayasan yang fokus membantu urusan sosial sejak 2010, Yayasan Prima Ardian Tana
mengembangkan yayasannya ke sektor pendidikan. Pada tahun 2010 lalu, sekolah pariwisata mulai
hadir dikembangkan di Cirebon yang saat ini telah resmi menjadi Politeknik Pariwisata swasta pertama
di Indonesia. Cirebon sudah menjadi pusat pengembangan promosi pariwisata Jawa Barat. Untuk itu,
Politeknik Pariwisata Prima Internasional hadir. Dengan memiliki relasi yang luas, baik dalam skala
nasional maupun internasional, pihaknya pun nanti memiliki berbagai program untuk meningkatkan
kemampuan para mahasiswa. Nantinya tentu akan ada pertukaran pelajar, beasiswa, hingga student
loan. Dalam mencapai kesuksesan, manusia memiliki otak kiri dan kanan yang keduanya harus diasah
dengan seimbang. Bukan hanya soft skill, namun hard skill pun harus terus diasah. Melalui Politeknik
Pariwisata Prima Internasional, pendidikan soft skill dan hard skill akan diberikan pada mahasiswa.
Politeknik Pariwisata Prima Internasional telah bekerja sama dengan berbagai negara seperti Amerika,
Thailand, China, Malaysia, Taiwan. Menjadi satu-satunya politeknik swasta pertama di Indonesia,
pihaknya berharap bisa menjadi mercusuar bagi sekolah dan politeknik pariwisata lain yang ada di
Indonesia. Tidak terlalu berlebihan apabila melalui visi sebagai Smart Campus berkualitas Regional pada
tahun 2022, ingin menjadi pusat pendidikan vokasi pariwisata di ASEAN pada tahun 2022. Kurikulum
yang digunakan Politeknik Pariwisata Prima Internasional ini disusun dengan mengikuti standar
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Untuk materi pembelajarannya, sudah disusun dengan
mengikuti standar ASEAN MRA (Mutual Recognition Arrangement) on Tourism Professionals, yang di
dalamnya mencakup penetapan standar kompetensi bidang pariwisata ACCSTP (ASEAN Common
Compentency Standards for Tourism Professionals) dan CATC (Common ASEAN Tourism
Curriculum)sesuai standar MRA. Dengan kata lain, dengan mengikuti standar yang ditetapkan MRA,
maka lulusan Politeknik Prima Internasional akan dipermudah/difasilitasi ruang gerak menjadi tenaga
profesional, serta disamakan skill atau kemampuannya dengan tenaga profesional negara-negara
anggota ASEAN.

24
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

REFERENCES

Airey D., 2002, ‘Growth and Change in Tourism Education’ Rethinking of Education and Training for
Tourism (ed) Vukonic B and Cavlek N, Graduate School of Economics and Business, University of
Zagreb, pp 13-22
Burkart, A.J. and Medlik, S., 1974, Tourism, Past Present and Future, London: Heinemann.
Daft, Richard L, 2010, Era Baru Manajemen, Jakarta: Salemba Empat.
Dale Crispin, Neil Robinson, 2001, "The theming of tourism education: a three‐domain approach",
International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 13 Issue: 1, pp.30-35,
https://doi.org/10.1108/09596110110365616
Dessler, Gary, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Indeks
Evans, Campbell & Stonehouse, 2003, Strategic Management for Travel and Tourism, London:
Routledge.
Jafari Jafar, 1995, Study of Tourism: Choice of Discipline and Approach, University of Wisconsin Stout
inMcIntosh
Gaol, CHR. Jimmy L, 2014, A to Z Human Capital (Manajemen Sumber Daya Manusia) Konsep, Teori, dan
Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik dan Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
M.Irfan Hendri, 2010, Aplikasi TQM pada Manajemen Perguruan Tinggi: Sudut Pandang Kepemimpinan,
Komitmen Organisasional, dan Manajemen SDM, Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Kewirausahaan, Vol.
1, No. 2, ISSN: 2087- 9954
Mada Sutapa, 2007, Manajemen Inovasi Perguruan Tinggi dalam Konteks Learning Organization, Jurnal
Manajemen Pendidikan, No.02/Th III/ Oktober.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia,Bandung: Remaja Rosdakarya.
Murip Yahya, 2013, Manajemen Perguruan Tinggi, Bandung: Insan Mandiri.
Neuman, 2000, Social research methods: Qualitative and Quantitative approaches, Boston: Allyn and
Bacon.
Nurul Qomariah, 2013, Kinerja Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan, Jurnal Akuntasi dan investasi 14 (1), 32-49 bulan Januari
Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 Tahun 2017 Tentang Kurikulum berbasis kompetensi program
pendidikan tinggi di Lingkungan Kementrian Pariwisata
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI No. 15 Tahun 2017 Tentang Penamaan
Program Studi Pada Perguruan Tinggi
Permendikbud No. 154 tahun 2014 tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Gelar
Lulusan Perguruan Tinggi
Pollock, Anna. 2004. Tourism: A New Role in a New Century. Keynote Speaker PATA Conference,Korea.
R. Djokopranoto,R. Eko Indrajit, 2004, Manajemen Perguruan Tinggi Modern, Jakarta: Univ. Katolik Atma
Jaya & STMIK Perbanas.
Rivai, Veithzal, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

25
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700
Proyek Mandiri Bidang Kebijakan, Kepemimpinan, dan Manajemen
(AP 866)

Rivai, Veithzal, dan Sagala, Ella, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Jakarta:
Rajawali Pers.
Robbins, Stephen P, and Coulter, Mary, 2012, Management, United States of America: Pearson
Education Limited.
Silalahi, Ulber, 2002, Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen, Bandung: Mandar Maju.
Siswanto, 2009, Pengantar Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara.
Sondang P. Siagian, 2012, Fungsi-Fungsi Manajerial, Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: CV. Alfabeta
Susanto, 1997, Budaya Perusahaan: Seri Manajemen dan Persaingan Bisnis, Jakarta: PT. Elex. Media
Komputindo
Syaiful Sagala, 2012, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta.
Tribe, J., 1997, ‘The Indiscipline of Tourism’ Annals of Tourism Research 24(3): 628-657.
Umar, Husen, 2008, Metode Riset Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

26
Tema: MANAJEMEN PENDIDIKAN PARIWISATA di PERGURUAN TINGGI Merry Paulina Saimima
NIM. 1802700

Anda mungkin juga menyukai