Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Penatalaksanaan dan pencegahan ASMA

Sasaran : Ibu Hamil dan Ibu Rumah Tangga

Tempat : Diruangan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Hari /tanggal : 31 Desember 2019

Waktu : 30 menit

I. Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan, Ibu Hamil dan Ibu Rumah Tangga mampu
memahami tentang penyakit asma, baik penatalaksanaan maupun
pencegahannya.

II. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat :
1. Menyebutkan pengertian dari asma
2. Menyebutkan penyebab terjadinya asma
3. Menyebutkan tanda dan gejala asma
4. Menyebutkan cara pencegahan dari asma

III. Materi Penyuluhan (terlampir)


1. Pengertian dari asma
2. Penyebab terjadinya penyakit asma
3. Perjalanan penyakit (patofisiologi) asma
4. Tanda dan gejala asma
5. Pencegahan dari asma
IV. Metode

- Ceramah
- Tanya jawab

1
V. Media
- Leaflet

VI. Kegiatan Penyuluhan

No Tahapan Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta


1. Pembukaan 5 menit 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam.
dengan mengucapkan
salam.
2. Memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan dan
mendengarkan.
3. Menjelaskan latar 3. Memperhatikan dan
belakang dan tujuan mendengarkan.
dari penyuluhan.

4. Menanyakan kepada
4. Menjawab
audiens mengenai
pertanyaan.
pemahaman mereka
seputar asma
5. Memberikan
5. Menerima
reinforcement positif
reinforcement positif
dari jawaban peserta
yang diberikan.
penyuluhan.
6. Membagikan leflet
6. Menerima
2. Tahap 15 1. Menyebutkan 1. Memperhatikan dan
pelaksanaan menit pengertian asma mendengarkan.

2. Menyebutkan faktor 2. Memperhatikan dan


penyebab dari asma mendengarkan.
3. Menyebutkan tanda 3. Memperhatikan dan
dan gejala asma mendengarkan.
4. Menjelaskan 4. Memperhatikan dan

2
penanganan asma mendengarkan.
5. Menjelaskan cara 5. Memperhatikan dan
pencegahan penyakit mendengarkan.
asma.
6. Peserta aktif untuk
6. Peserta kesempatan
bertanya
untuk bertanya.
7. Menerima
7. Memberikan
reinforcement positif
reinforcement positif
yang diberikan.
atas pertanyaan yang
diajukan dan
menjawab pertanyaan
peserta.
3. Tahap 10 1. Menanyakan kembali 1. Menjawab
evaluasi menit pada peserta tentang pertanyaan.
materi yang telah
diberikan,
2. Berikan 2. Menerima
reinforcement kepada reinforcement
peserta penyuluhan positif yang
yang dapat menjawab diberikan.
pertanyaan. 3. Memberikan
3. Meminta salah satu simpulan.
peserta untuk
menyimpulkan hasil
penyuluhan yang
telah disampaikan.
4. Mengucapkan terima 4. Menjawab salam.
kasih dan memberi
salam.

3
VII. Evaluasi
1 Evaluasi Struktur.
- 90% ibu hamil dan ibu rumah tangga hadir di tempat penyuluhan.
- Penyelenggaraan penyuluhan di ruangan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

2 Evaluasi Proses.
- Ibu hamil dan ibu rumah tangga antusias terhadap materi
penyuluhan.
- Ibu hamil dan ibu rumah tangga mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan secara benar.

3 Evaluasi Hasil.
- Ibu hamil dan ibu rumah tangga memahami tentang materi yang
telah diberikan dan mengetahui tentang penyakit asma
- Ibu hamil dan ibu rumah tangga mampu menyebutkan kembali
pengertian asma dengan benar.
- Ibu hamil dan ibu rumah tangga mampu menyebutkan trias gejala
dari asma dengan benar
- Ibu hamil dan ibu rumah tangga mampu menyebutkan 2 faktor
utama dan 5 dari 6 penyebab utama dari asma dengan benar
- Ibu hamil dan ibu rumah tangga mampu menyebutkan komplikasi
penyakit asma dengan benar.
- Ibu hamil dan ibu rumah tangga mampu menjelaskan
penatalaksanaan atau penanganan asma dengan benar
- Ibu hamil dan ibu rumah tangga mampu menyebutkan 8 dari 12 cara
pencegahan dari asma dengan benar.

4
LAMPIRAN MATERI

Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system pernapasan


(respiratori) yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang
pada berbagai tingkat usia. Salah satu masalah kesehatan tersebut adalah
asma.

Asma merupakan suatu masalah kesehatan terhadap system pernapasan,


dimana factor yang berhubungan dengan hal tersebut, antara lain: lingkungan
(misalnya merokok, menghirup asap rokok, dan infeksi), fisiologis (misalnya
asma, alergi jalan napas), serta obstruksi jalan napas (misalnya sekresi
tertahan ataupun spasme jalan napas). Masalah yang sering muncul pada
klien yang mengalami asmatikus ini biasanya yaitu bersihan jalan napasnya
yang tidak efektif, adanya gangguan pertukaran gas, dan terjadinya kebutuhan
akan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh.

Kita ketahui bahwa peran perawat yang paling utama adalah melakukan
promosi dan pencegahan terjadinya gangguan pada system pernapasan,
sehingga dalam hal ini masyarakat perlu diberikan pendidikan kesehatan yang
efektif guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,
penyuluhan tentang asma ini merupakan cara yang tepat untuk mengubah
perilaku hidup yang tidak sehat. Disamping sebagai upaya promotif dan
preventif bagi masyarakat yang terkena maupun yang belum.

A. Pengertian Asma
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan
berarti serangan nafas pendek (Price, 1995). Menurut Global Initiative for
Asthma (GINA) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran
nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan
limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi
berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam
atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan

5
nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel baik
secara spontan maupun dengan pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan
dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan (GINA,
2006).

Menurut Prasetyo (2010) asma adalah penyakit kronis (berlangsung lama)


yang ditandai oleh sesak napas disertai bunyi ngik-ngik (mengi) atau batuk
persisten dimana derajat keparahan setiap orang berbeda-beda. Pada saat
serangan yang terjadi adalah menyempitnya jalan napas kita akibat dari
pengerutan bronkus yang menyebabkan udara sulit keluar masuk paru.

B. Penyebab (Etiologi)
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang
menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas
bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi
maupun non imunologi. Karena sifat inilah maka serangan asma mudah
terjadi akibat berbagai rangsangan baik fisis, metabolik, kimia, alergen,
infeksi.
1. Faktor Ekstrinsik/luar tubuh (asma imunologik / asma alergi)
1) Reaksi antigen-antibodi
2) Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

2. Faktor Intrinsik/dalam tubuh (asma non imunologi / asma non alergi)


1) Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
2) Fisik : cuaca dingin, perubahan temperature
3) Iritan : kimia
4) Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
5) Emosional : takut, cemas dan tegang
6) Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

6
Rangsangan atau pencetus yang sering menimbulkan asma perlu diketahui
dan sedapat mungkin dihindarkan. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Alergen utama debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan.
Karena tubuh sangat responsive terhadap allergen ini sehingga terjadi
pembengkakkan pada membran yang melapisi bronkus yang
menyebabkan sesak nafas. Sama halnya dengan iritan seperti asap, bau-
bauan, polutan yang mengiritasi membran bronkus sehingga terjadi
produksi sekret yang berlebih oleh reaksi imunitas yang memfagosit
bakteri-bakteri atau virus yang masuk kedalam saluran pernafasan.

b. Perubahan cuaca yang ekstrim seperti udara yang dingin, emosi dan
olahraga yang berlebihan memicu terlepasnya histamine dan leukotrien
sehingga terjadi kontraksi otot polos yang menyebabkan penyempitan
saluran udara.

c. Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab


terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil,
pabrik asbes, polisi lalu lintas karena bulu binatang, serat kain, serbuk
dan debu jalanan merupakan faktor pencetus serangan asma

C. Manifestasi Klinik
Gejala asma terdiri atas :
a. Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan leukotrien
yang menyebabkan kontraksi otot polos sehingga saluran nafas menjadi
sempit.
b. Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari inflamasi atau
benda asing yang masuk ke saluran nafas.
c. Mengi (bengek), suara nafas tambahan yang terjadi akibat penyempitan
bronkus.

7
1) Gambaran klinis pasien yang menderita asma :
Gambaran objektif:
- Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai
wheezing.
- Dapat disertai dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan.
d. Bernafas dengan menggunakan otot-otot nafas tambahan.
e. Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus.
f. Fase ekspirasi memanjang dengan disertai wheezing (di afek dan hilus)
1) Gambaran subjektif adalah pasien mengeluhkan sukar bernafas,
sesak dan anoreksia.
2) Gambaran psikososial adalah cemas, takut, mudah tersinggung dan
kurang pengetahuan pasien terhadap situasi penyakitnya.

D. Pencegahan
Pencegahan meliputi pencegahan primer yaitu mencegah tersensitisasi
dengan bahan yang menyebabkan asma, pencegahan sekunder
adalahpencegahan yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi
asma, dan pencegahan tersier adalah mencegah agar tidak terjadi
serangan/bermanivestasi klinis asma pada penderita yang sudah menderita
asma (PDPI, 2010).
1. Pencegahan Primer
Perkembangan respon imun jelas menunjukan bahwa periode prenatal
dan perinatal merupakan periode untuk diintervensi dalam melakukan
pencegahan primer penyakit asma. Banyak factor terlibat dalam
meningkatkan dan menurunkan sensitisasi allergen pada fetus, tetapi
pengaruh factor-faktor tersebut sangat kompleks dan bervariasi denga
usia gestasi, sehingga pencegahan primer waktu ini adalah belum
mungkin. Walaupun penelitian kearah itu berlangsung dan menjanjikan
(PDPI, 2010).
a. Periode perinatal
Kehamilan trimester kedua yang sudah terbentuk cukup sel penyaji
antigen (antigen presenting cells) dan sel T yang matang, merupakan

8
saat fetus tersensisitasi allergen dengan rute yang paling mungkin
adalah melalui usus, walau konsentrasi allergen yang dapat penitrasi
keamnion adalah penting. Konsentrasi allergen yang rendah lebih
mungkin menimbulkan sensitisasi daripada konsentrasi tinggi.
Faktor konsentrasi allergen dan waktu pajanan sangat mungkin
berhubungan dengan terjaidnya sensitisasi atau toleran immunologis
(PDPI, 2010).

Menghindari makanan yang bersifat allergen pada ibu hamil dengan


risiko tinggi, tidak mengurangi risiko melahirkan bayi atopi, bahkan
makanan tersebut menimbulkan efek yang tidak diharapkan pada
nutrisi ibu dan vetus (PDPI, 2010).

b. Periode post natal


Berbagai upaya menghindari allergen sedini mungkn dilakukan
terutama difokuskan pada makanan bayi seperti menghindari protein
susu sapi, telur, ikan, dan kacang-kacangan. Diet menghindari
antigen pada ibu menyusui risiko tinggi, menurunkan risiko
dermatitis atopic pada anak, tetapi dibutuhkan studi lanjut (PDPI,
2010)

2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak
berkembang menjadi asma. Studi terbaru mengenai pemberian
antihitamin H-1 dalam menurunkan onset mengi pada penderita anak
dermatitis atopik. Studi lain yang sedang berlangsung, mengenai peran
imunoterapi dengan alergen spesifik untuk menurunkan onset asma
(PDPI, 2010).

Pengamatan pada asma kerja menunjukkan bahwa menghentikan pajanan


alergen sedini mungkin pada penderita yang sudah terlanjur tersensitisasi
dan sudah dengan gejala asma, adalah lebih menghasilkan

9
pengurangan/resolusi total dari gejala daripada jika pajanan terus
berlangsung (PDPI, 2010).

Obat yang dapat digunakan untuk pencegahan sekunder diantaranya


Teofilin yang merupakan stimulan pusat pernafasan merupakan
metilxantin, Ipratropium bromide (semprot hidung) untuk inhalasi oral
adalah suatu antikolinergik (parasimpatolitik) yang akan menghambat
refleks vagal dengan cara mengantagonis kerja asetilkolin, dan
Kortikosteroid Obat-obat golongan ini merupakan steroid adrenokortikal
steroid sintetik dengan cara kerja dan efek yang sama dengan
glukokortikoid. Glukokortikoid dapat menurunkan jumlah dan aktivitas
dari sel yang terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta adrenergik
dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi mekanisme
bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara langsung
(Departemen Kesehatan RI, 2007).

3. Pencegahan tersier
Sudah asma tetapi mencegah terjadinya serangan yang dapat
ditimbulkan oleh berbagai jenis pencetus. Sehingga menghindari pajanan
pencetus akan memperbaiki kondisi asma dan menurunkan kebutuhan
medikasi/ obat (PDPI, 2010).

Obat-obatan yang dapat digunakan untuk membantu pencegahan primer


termasuk obat pengontrol atau anti inflamasi, diantaranya adalah
Kromolin obat ini tidak mempunyai aktifitas intrinsik bronkodilator,
antikolinergik, vasokonstriktor atau aktivitas glukokortikoid. Obat-obat
ini menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-A (Slow Reacting
Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast. Kromolin bekerja lokal
pada paru-paru tempat obat diberikan. Nedokromil merupakan anti-
inflamasi inhalasi untuk pencegahan asma. Obat ini akan menghambat
aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator dari berbagai tipe sel
berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil, makrofag, sel

10
mast, monosit dan platelet. Nedokromil menghambat perkembangan
respon bronko konstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap antigen
terinhalasi (Departemen Kesehatan RI, 2007).

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma.


Jakarta : Departemen Kesehatan RI
GINA (Global Initiative for Asthma), 2006. Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Ginaasthma.org.
PDPI, 2010. Asma Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Prasetyo, Budi. 2010. Seputar Masalah Asma. Jakarta: Divapress.
Price AS, 1995. Alih Bahasa Anugrah Patofisiologi Proses-proses Penyakit, EGC.
Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai