Anda di halaman 1dari 14

Satuan Acara Penyuluhan

“HIPERTENSI”

Disusun oleh:

Yulike Ratnasari Ambarita 1731011

Dosen pengajar:

Ns. Sany Frisca M.kep

Program Studi DIII Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Katolik Musi Charitas

Tahun 2020
Satuan Acara Peyuluhan (SAP)

Pokok bahasan :Hipertensi

Sasaran :Ny.M

Umur : 54 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tingkat pendidikan: SMA sederajat

Tingkat pemahaman terhadap topik :klien mengetahui bahwa hipertensi


adalah darah tinggi disebabkan oleh keturunan dan makan makanan yang
digoreng ditandai degan pusing.

Alamat :jln ponpes al.fatah perum yansi residance blok A no 5

Hari/tanggal : 10 juni 2020

Tempat : jln ponpes al fatah perum yansi residance blok A no 5

I. Latar belakang
Berdasarkan pengkajian terhadap Ny.M, beliau mengetahui hipertensi adalah darah tinggi
yang disebabkan oleh keturunan dan makan makanan yang digoreng, ditandai dengan
pusing.
Namun jika Ny.M mengalami pusing dan tensinya tinggi beliau hanya minum obat,
beliau belm tau cara mengatasi hipertensi selain mengknsumsi obat. Beliau juga jarang
mengcek kondisi keehatannya kelayanan kesehatan. Pergi kelayanan kesehatan hanya
jika sakit saja.
Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan dengan topik “Hipertensi”, Ny “M”
mengetahui dan memahami secara jelas tentang hipertensi dan cara mengatasinya.

b. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan sekitar 1x30 menit diharapkan Ny “M”
mampu:
1) Memahami pengertian Hipertensi
2) Memahami tanda dan gejala Hipertensi
3) Memahami penyebab Hipertensi
4) Komplikasi Hipertensi
5) Penatalaksanaan Hipertensi
II. Strategi penyampaian materi
a. Metode
Ceramah
b. Media
Leaflet
III. Materi penyuluhan
a. Pengertian Hipertensi
b. Tanda dan gejala Hipertensi
c. Penyebab Hipertensi
d. Komplikasi Hipertensi
e. Penatalaksanaan Hipertensi

IV. Kegiatan penyuluhan kesehatan

N Tahapan Waktu Kegiatan Kegiatan peserta


o penyuluhan
1 Pembukaan 5 menit 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab
dengan salam
mengucapkan salam 2. Memperhatikan
2. Memperkenalkan dan
diri mendengarkan
3. Menjelaskan 3. Memperhatikan
latarbelakang dan dan
tujuan penyuluhan mendengarkan
4. Menanyakan kepada 4. Menjawab
pasien dan keluarga pertanyaan
mengenai 5. Menerima
pengetahuan mereka reinforcement
seputar Hipertensi positif yang
5. Memberikan diberikan
reinforcement positif 6. Menerima
dari jawaban pasien
dan keluarga

2 Pelaksanaan 15 1. Menyebutkan
menit pengertian 1. Mendengarkan
Hipertensi 2. Mendengarkan
2. Menyebutkan faktor 3. Mendengarkan
penyebab Hipertensi 4. Mendengarkan
3. Menyebutkan tanda 5. Mendengarkan
dan gejala Hipertensi 6. Mendengarkan
4. Menyebutkan 7. Audience aktif
komplikasi dari untuk bertana
penyakit Hipertensi 8. Menerima
5. Menjelaskan reinforcement
penanganan penyakit yang diberikan
Hipertensi
6. Memberikan
kesempatan peserta
untuk bertanya
7. Memberikan
reinforcement positif
atas pertannyaan dan
menjawab
pertanyaan tsb
3 Evaluasi 10 1. Menanyakan 1. Menjawab
menit kembali pada peserta pertanyaan
tentang materi yang 2. Menerima
telah disampaikan reinforcement
2. Berikan positif yang
reinforcement diberikan
kepada peserta 3. Memberikan
penyuluhan yang simpulan
dapat menjawab 4. Menerima
petanyaan leaflet
3. Meminta peserta 5. Menjawab
untuk salam
menyimpulkan hasil
penyuluhan yang
telah disampaikan
4. Memberikan leaflet
untuk pasien dan
keluarga
5. Mengucapkan terima
kasih dan
memberikan salam

V. Sumber buku

Saferi Andra & Mariza Yessie . 2013 . Keperawatan Medical Bedah . Nuha Medika . Yogyakarta
Brunner & Suddart . 2002 . Buku ajar : keerawatan medikal bedah vol.2 . Jakarta . EGC

VI. Setting tempat

PEMATERI

AUDIENCE

VII. Evaluasi
1) Apakah klien mengerti apa itu Hipertensi?
2) Apakah klien mengerti penyebab Hipertensi?
3) Apakah klien mengerti tanda dan gejala Hipertensi ?
4) Apakah klien sudah tau apa saja komplikasi Hipertensi?
5) Penatalaksanaan Hipertensi?
Lampiran Materi

1. Pengertian
Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/190 mmHg.
(Tagor, 2003). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara
normal.
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan diastolik atau
tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi
persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik
diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Brunner & Suddarth, 2005).
Menurut WHO penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih
besar dari 90 mmHg (Kodim nasrim,2003)

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi primer/esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum di ketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopaik. Tedapat 95% kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperativitis susunan simpatis,
system renin-angiotensis, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraselular, dan factor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alcohol,
merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder . Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiper aldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositomo, koarktasio
aorta, hipertensi yang berhubung dengan kehamilan, dan lain-lain.
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut
jantung, volume sekuncup dan Total Perpheral Resistence (TPR). Peningkatan
kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau
hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung
kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan
denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup sehingga
tidak menimbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila
terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan
penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan.
Peningkatan pelepasan rennin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke
ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan
volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga
terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan preload
biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.
Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan
rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan
dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa
secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar,
untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang menyempit. Hal ini
disebabkan peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan diastolic. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama,
maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan
hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga
ventrikel harus mampu memompa darah sevara lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, saraf-saraf otot jantung juga mulai tegang
melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
kontraktilitas dan volume dan volume sekuncup.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 persen penderita hipertensi,
sedangkan 10 persen sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut (Brunner & Suddart) :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik ternukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur, jenis kelamin.
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menimbulkan hipertensi adalah mengkonsumsi
garam yang tinggi, berat badan berlebih, stress, kebiasaan minim alkohol dan
merokok.

3. Klasifikasi

Klasifikasi Berdasarkan Etiologi


a. Hipertensi Esensial (Primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini belum
diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam
terjadinya hipertensi esensial, seperti : faktor genetik, stress, psikologis serta
faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya
asupan kalium atau kalsium).
Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda hipertensi
primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadi komplikasi pada organ target
seperti ginjal, mata, otak, dan jantung.
b. Hiperetensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan jelas
sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab
hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas,
resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi
oral dan kortikosteroid.

Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi


a. Berdasarkan JNC VII :

Derajat Tekanan sistolik Tekanan diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan < 80
Pre-hipertensi 120 - 139 Atau 80 - 89
Hipertensi derajat I 149 - 159 Atau 90 - 99
Hipertensi derajat II >160 Atau >100

Tabel 4.1 Klasifikasi Hipertensi (Sumber : JNC VII, 2003).

b. Menurut European Society Of Carsiology :

Kategori Tekanan Sistolik Tekanan


(Mmhg) Diastolik
(Mmhg)
Optimal <120 dan <80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi Derajat I 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi Derajat II 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi Derajat >180 dan/atau >110
III
Hipertensi Sistolik >190 dan <90
Terisolasi

Tabel 4.2 Klasifikasi Hipertensi (Sumber : Esc, 2007)

4. Tanda Dan Gejala

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi,
tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-
tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan menifestasi yang
khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai
paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam pengelihatan
(Brunner & Suddarth, 2005).
Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intracranial.
2. Pengelihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

5. Komplikasi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka
panjang akan menyebabkan keruskaan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ
sebagai berikut :
1. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit
jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak
cairan tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak
napas atau oedema, kondisi ini disebut gagal jantung.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar
3. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan
dapat menimbulkan kebutaan. (Yahya, 2005)
4. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah tinggi
dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibatnya
lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh
yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan didalam tubuh

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan non farmakologi


Penatalaksanaan nonfarmakologi dengan modifikasi gaya hidup sangat penting
dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin, 2007).
a. Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index (BMI) dengan
rentang 18,5-24,9 kg/m2 (Kaplan, 2006).
b. Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu
tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari)
(Kaplan, 2006).
c. Batasi konsumsi alkohol
Radmarssy (2007) mengatakan bahwa konsumsi alkohol harus dibatasi karena
konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.
d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara
konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006)
e. Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi pada pasien
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari
mengkonsumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi
(Dalimartha, 2008)
f. Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode
stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi
(Sheps, 2005).
g. Terapi masase (pijat)
Menurut Dalimartha (2008), pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita
hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga
gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur
energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan
hambatan lain maka resiko hipertensi dapat ditekan.
Pengobatan farmakologi
a. Diuretik (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
b. Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin, Dan Reserpin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis.
c. Betabloker (Metoprolol, Propanolol, Dan Atenolol)
1) Menurunkan daya pompa jantung
2) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial
3) Pada penderita diabetes melitus dapat menutupi gejala hipoglikemia
d. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh
darah
e. ACE inhibitor (Catopril)
1) Menghambat pembekuan zat angiotensin II.
2) Efek samping : batuk kering,pusing, sakit kepala dan lemas
f. Penghambat reseptor angiotensin II (valsartan)
Meghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor sehingga
memperingan daya pompa jantung
g. Antagonis kalsium (dilitasem dan verapamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).

I. h

Anda mungkin juga menyukai