Anda di halaman 1dari 21

STRATEGI PENGAWASAN BUMD DALAM MEWUJUDKAN BUMD

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu daerah di Sumatera selatan yang
memiliki banyak potensi baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia.
Potensi sumber daya alam yang banyak seperti pertambangan, pertanian dan
perkebunan yang dimiliki oleh kabupaten Musi Rawas saat ini lebih banyak dikelola
oleh perusahaan swasta. Upaya dalam pembangunan daerah dan kesejahteraan
masyarakat secara mandiri adalah dengan pendirian Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) sebagai salah satu basis yang paling mendasar di daerah, baik di tingkat
provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Agar dapat
memperoleh manfaat dan keuntungan yang maksimal bagi pengelolaan
BUMD/perusahaan daerah, maka sangat diperlukan jiwa entrepreneurship yang baik
di kalangan pemerintah daerah (eksekutif daerah) sebagai pemegang saham utama
BUMD/perusahaan daerah Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan Pendapatan
Asli daerah dengan potensi yang ada tersebut dibentuk perusahaan daerah, melalui
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik
Daerah Perseroan Terbatas Musi Rawas Sempurna
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah (pemda). Sesuai dengan
Pasal 331 ayat (4) Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, pendirian BUMD bertujuan untuk: (1) memberikan manfaat
bagi perkembangan perekonomian daerah pada umumnya; (2) menyelenggarakan
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang bermutu bagi
pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai dengan kondisi, karakteristik dan potensi
daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik; dan (3)
memperoleh laba dan/ atau keuntungan. Dalam pelaksanaannya, tujuan pendirian
BUMD tersebut ditetapkan dalam setiap peraturan daerah (perda) tentang BUMD
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan perusahaan daerah (local
government enterprise) yang dibentuk dengan tujuan, diantaranya memenuhi
kebutuhan barang dan jasa bagi kepentingan publik dan menjadi perintis kegiatan dan
usaha yang kurang diminati swasta. Menghasilkan Pendapatan Asli Daerah yang
dapat digunakan untuk kesejahteraan daerah. Tugas berat tersebut karena pemerintah
daerah diharapkan dapat lebih mandiri dalam mengatur perekonomian, utamanya
mengelola anggaran fiskalnya. Hal ini tercermin dari bagaimana setiap daerah
berusaha memacu penerimaan daerah melalui pendapatan asli daerah (PAD).
Demi terwujudnya Good Corporate Governance di daerah harus bertumpu pada
tiga pilar yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ketiga pilar harus bekerja secara
sinergi yang berarti setiap pilar diharapkan bekerja secara optimal agar pencapaian
tujuan berhasil secara efektif. Salah satu pilar terbentuknya Good Corporate
Governance adalah adanya lembaga khusus yang mampu mengawasi dan membantu
Pemda dalam mewujudkan praktek usaha yang beretika dan mampu memberikan
pelayanan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat.
Melakukan pengawasan sangat diperlukan untuk mewujudkan praktek usaha
yang sehat, pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan dan penyimpangan atas tujuan yang akan
dicapi. Melalui pengawasan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien.
Bahkan melalui pengawasan dapat tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan
penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kinerja sudah terlaksana.
Fungsi pengawasan yang selama ini yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pengawas
yang pernah ada telah mengilhami pembentukan lembaga eksternal dan independen
yang berarti bebas dari campur tangan pihak manapun, namun berpengaruh terhadap
stuktural birokrasi pemerintahan yang baik.
1.2.Tujuan
a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, dan hambatan dalam pengelolaan BUMD.
b. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan, dan
hambatan.
c. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan secara efektif dan efesien
untuk mencapai visi dan misi BUMD.

1.3. Permasalahan
Pola pikir yang ada di BUMD masih menggunakan pola pikir pemerintah yang
masih menggunkan asumsi how to spend money bukan pola pikir bisnis yang
berasumsi how to get money. Badan Kerjasama BUMD seluruh Indonesia mendorong
BUMD yang masih berstatus perusahaan daerah untuk berubah menjadi perseroan
terbatas (PT).Dengan status perseroan terbatas diharapkan BUMD mempunyai
performa bisnis yang baik tanpa menggantungkan diri pada APBD serta lebih
akuntabel dan professional. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan Good Corporate
Governance
Badan Usaha Milik Daerah masih banyak menghadapi permasalahan yang pelik
dan rumit. Permasalahan yang dimaksud adalah : dari segi governance, institusi
BUMD masih diperlakukan sama dengan institusi pemerintah, padahal BUMD
bukanlah institusi pemerintah; Tidak adanya equal treatment bagi BUMD (yaitu
perusahaan yang dituntut harus laba) menyebabkan BUMD tidak dapat bersaing
secara seimbang dengan BUMN dan swasta yang lebih lincah. Selain itu, minimnya
permodalan akibat kurangnya perhatian dari pemilik (dalam hal ini pemerintah
daerah), kalaupun ada perhatian masih harus menghadapi ganjalan politik, karena
interpretasi yang keliru dari politisi DPRD dalam memahami peraturan, akibatnya
proses penguatan permodalan BUMD menjadi tidak efisien. Dan kurangnya
pengawasan dari pihak terkait menyebabkan BUMD berjalan tidak sesuai dengan
harapan
II. PEMBAHASAN

2.1. Fungsi Pengawasan


Berbagai fungsi manajemen dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi.
Fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan
(Planning), fungsi pengorganisasian(Organizing), fungsi pelaksanaan (Actuating) dan
fungsi pengawasan (Controlling) menurut Griffin (2004: 44). Keempat fungsi
manajemen tersebut harus dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga dapat
merealisasikan tujuan perusahaan
Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar
rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan visi misi BUMD dengan
efektif dan efisien.
Pengawasan adalah proses menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan
ukuran yang telah ditetapkan tersebut. proses pengawasan kinerja dilakukan
berdasarkan standar kinerja, kualitas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang
dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil.
Pengawasan sangat penting dilakukan dalam kegiatan operasional BUMD untuk
mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan– penyimpangan dengan melakukan
tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan
perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan
sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk. Pengawasan
yang efektif membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan
baik. Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi
ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan agar
target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan menilai apakah
rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.
Pengawasan dilakukan untuk memastikan bahwa BUMD dapat melakukan
penerapan tata kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG)
sebagaimana dimaksud, Pasal 92 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017
tentang Badan Usaha Milik Daerah. Tata Kelola Perusahaan yang Baik terdiri atas
prinsip transparansi, akuntabilitas, bertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran.
Tata Kelola Perusahaan yang Baik ini ditetapkan oleh Direksi. Dalam penjelasan Pasal
92 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD, manual Tata
Kelola Perusahaan yang Baik diantaranya dapat memuat board manual, manajemen
risiko manual, sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern, mekanisme
pelaporan atas dugaan penyimpangan pada BUMN yang bersangkutan, tata kelola
teknologi informasi, dan pedoman perilaku etika (code of conduct). Inilah yang
menjadi landasan penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik di lingkungan BUMD

2.2. Proses Pengawasan


Pengawasan adalah suatu usaha sistematis menetapkan standar – standar
dengan tujuan perencanaan, merancang bangun system umpan balik informasi,
membandingkan kinerja sebenarnya dengan standar – standar yang telah ditentukan
terlebih dahulu, menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur kemuradanya,
serta mengambil tindakan yang diperlukan yang menjamin pemanfaatan penuh
sumberdaya yang digunakan secara efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Dengan demikian langkah unsur proses pengawasan itu adalah sebagai berikut:

1) Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan)


Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan.
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan
sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Standar adalah kriteria-kriteria untuk
mengukur pelaksanaan pekerjaan. Kriteria tersebut dapat dalam bentuk kuantitatif
ataupun kualitatif. Standar pelaksanaan (standard performance) adalah suatu
pernyataan mengenai kondisi-kondisi yang terjadi bila suatu pekerjaan dikerjakan
secara memuaskan. .Standar pelaksanaan pekerjaan bagi suatu aktifitas menyangkut
kriteria : ongkos, waktu, kuantitas, dan kualitas. Tipe bentuk standar yang umum
adalah:
a) Standar-standar fisik, meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, atau
kualitas produk.
b) Standar-standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya
tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan lain-lain.
c) Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu
pekerjaan harus diselesaikan.

2) Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan


Penentuan standar akan sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur
pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam Pengawasan adalah
menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.

3) Pengukuran pelaksanaan kegiatan


Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan pengukuran
pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-menerus. Ada
berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan yaitu pengamatan
(observasi), laporan-laporan (lisan dan tertulis), pengujian (tes), atau dengan
pengambilan sampel.

4) Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan


Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata
dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.

5) Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan


Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus
diambil. Tindakan koreksi mungkin berupa :
a. Mengubah standar;
b. Mengubah pengukuran pelaksanaan;
c. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-
penyimpangan.
Tahapan proses pengawasan dapat dilihat pada gambar berikut :

PENENTUAN PEMBANDINGAN
PENETAPAN PENGUKURAN PENGUKURAN DENGAN
STANDAR PELAKSANAAN PELAKSANAAN STANDAR
KEGIATAN KEGIATAN EVALUASI

PENGAMBILAN
TINDAKAN
KOREKSI
BILAPERLU

Gambar 1. Tahap-ahap Proses Pengawasan

2.2. Bentuk-bentuk Pengawasan


a. Pengawasan Pendahuluan (Feed forward Control, Steering Controls).
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan
koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila
manajer dapat menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang
perubahan yang terjadi atau perkembanga tujuan.
b. Pengwasan Concurrent (Concurrent Control), Pengawasan concurrent
maksudnya pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan melakukan
kegiatan. Pengawasan ini sering disebut pengawasan “Ya-Tidak”, screening
control, “berhenti terus” dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.
c. Pengawasan Umpan Balik (Feedback Control), Pengawasan ini bisa juga
dikenal sebagai “Past-Action Control” yang mengukur hasil-hasil dari suatu
kegiatan yang telah diselesaikan dan pengukuran ini dilakukan setelah kegiatan
terjadi.
2.3. Jenis-jenis Pengawasan
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau
badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.
Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan
langsung atau pengawasan melekat atau pengawasan yang dilakukan secara
rutin. Pengawaan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit
pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi.

b. Pengawasan Preventif dan Represif


Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai pengawasan yang
dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga
dapat mencegah terjadinya penyimpangan. Lazimnya, pengawasan ini
dilakukan pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya
penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membeberkan dan
merugikan negara lebih besar.
Disisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan
anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif
akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung,
sehinggapenyimpanganyang kemungkinandilakukan akan terdeteksi lebih awal.
Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu
kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan. Pengawasan model ini lazimnya
dilakukan pada akhir tahun anggaran, dimana anggaran yang telah ditentukan
kemudian disampaikan laporannya.Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan
pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.
c. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk pengawasan yang
dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.Hal ini berbeda dengan
pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui penelitian dan
pengujian terhadap surat-surat pertanggungjawaban yang disertai dengan bukti-
bukti penerimaan dan pengeluaran. Disisi lain, pengawasan berdasarkan
pemeriksaan kebenaran menurut hak (rechmatigheld) adalah pemeriksaan
terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa,
dan hak itu terbukti kebenarannya. Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan
kebenaran materi mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheald) adalah
pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi,
yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.

Pengawasan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :


a. Beradaptasi dengan Perubahan Lingkungan
Organisasi akan menghadapi perubahan dalam lingkungan bisnis yang tidak
stabil dan bergejolak. Dalam rentang waktu antara penetapan tujuan dan pencapaian
tujuan, banyak kejadian dalam organisasi dan lingkungannya yang dapat menuntun
pergerakan kearah tujuan atau menyimpangkan tujuan itu sendiri. Sistem pengawasan
yang baik dapat membantu para manajer mengantisipasi, memantau, dan merespon
perubahan.

b. Membatasi Akumulasi Kesalahan


Kesalahan-kesalahan kecil umumnya tidak menimbulkan kerusakan serius
pada kinerja organisasi. Namun dari waktu ke waktu, kesalahan-kesalahan kecil dapat
terakumulasi dan berdampak serius. Oleh karena itu pengawasan diperlukan untuk
menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan kecil yang dapat berulang-ulang.
Dengan adanya pengawasan, manajer dapat melihat penyebab terjadinya kesalahan
dan dapat mengambil keputusan untuk bekerja lebih cermat.

c. Mengatasi Kompleksitas organisasi


Perusahaan jika hanya menggunakan satu jenis bahan baku atau sumber daya,
membuat satu jenis produk atau jasa, memiliki desain organisasi yang sederhana, dan
mengalami permintaan produk yang konstan, maka para manajernya dapat membuat
sistem pengawasan yang minim dan sederhana. Tetapi apabila perusahaan yang
memproduksi produk dan jasa dengan memakai beragam bahan baku dan sumber daya
dan memiliki area pasar yang luas, desain organisasi yang rumit, serta memiliki banyak
pesaing memerlukan sistem yang canggih untuk membuat pengawasan yang memadai.

d. Meminimisasi Biaya
Pengawasan juga dapat membantu mengurangi biaya dan meningkatkan output
apabila dipraktekkan secara efektif. Secara filosofis dikatakan bahwa pengawasan
sangat penting karena manusia pada dasarnya mempunyai sifat salah atau khilaf,
sehingga manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan untuk mencari kesalahannya
kemudian menghukumnya tetapi untuk mendidik dan membimbingnya.
Pengawasan itu dapat intern, dapat pula ekstern. Pengawasan intern melalui
disiplin diri dan latihan tanggung jawab individual atau kelompok. Pengawasan ekstern
terjadi melalui supervise langsung atau penerapan system administrative seperti aturan
dan prosedur. Pengawasan efektif yang akan di uraikan kemudian, merupakan
kombinasi dari keduanya.
Ada empat jenis pengawasan ekstern, yaitu:
1. Prapengawasan disebut juga precontrol atau feed-forward-control; yaitu
pengawasan yang di lakukan sebelum memulai kegiatan, terdiri atas kegiatan
persiapan: Spesifikasi masukan, keluaaran, kejelasan tujuan, sumber daya yang di
perlukan.
2. Pengawasan pengarahan atau steering control yang fokusnya adalah pada apa yang
terjadi selama proses kerja. Juga di kenal dengan nama concurrent control. Disini
diusahakan untuk menemukan masalah dan melakukan tindakan perbaikan
sebelum hasil akhir.
3. Pengawasan ya/tidak (yes/no-control) yang menspesifikasi titik kritis yang harus
di lalui sebelum suatu kegiatan berlanjut. Pada suatu titik segala persyaratan harus
dipenuhi terlebih dahulu (ya) sebelum proses berlanjut. Jadi kalau tidak, proses
berhenti.
4. Pengawasan pasca kegiatan (post action control atau feedback control), dilakukan
setelah kegiatan selesai.
Adapun faktor-faktor yang menjadi pengawasan itu merupakan keharusan
ialah:
1. Adanya perubahan yang memerlukan penyesuain-penyesuain baru dan ini harus
selalu diawasi;
2. Adanya kekomplekan system memerlukan pengawasan yang lebih banyak;
3. Adanya kesalahan-kesalahan memerlukan pengawasan agar dapat dilakukan
tindakan perbaikan; dan
4. Adanya delegasi perlu pengawasan terhadap para pelaksana agar jangan sampai
melakukan penyimpangan yang terlalu banyak sehingga sulit dibenahi lagi.
Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas , maka tercapailah sasaran-
sasaran pengawasan yaitu :
1. Meningkatkan disiplin dan prestasi kerja
2. Menekansekecil mungkin penyalahgunaan wewenang
3. Menekan sekecil mungkin kebocoran dan pemborosan
4. Meningkatkan pelayanan
5. Memperlancar segala kegiatan .

2.4. Sistem Pengawasan

Sistem pengawasan yang efektif harus memenuhi beberapa prinsip pengawasan


yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi serta wewenang-
wewenang kepada bawahan. Rencana merupakan standar atau alat pengukur pekerjaan
yang dilaksanakan perusahaan. Rencana tersebut menjadi petunjuk apakah sesuatu
pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak. Pemberian instruksi dan wewenang
dilakukan agar sistem pengawasan itu memang benar-benar dilaksanakan secara
efektif. Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan,
karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-
tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang diberikan kepada bawahan maka dapat
diawasi pekerjaan seorang bawahan.
Sistem pengawasan akan efektif bilamana sistem pengawasan itu memenuhi
prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem pengawasan itu tetap dapat dipergunakan,
meskipun terjadi perubahan terhadap rencana yang diluar dugaan. Beberapa sifat
pengawasan yang efektif adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan harus dipahami sifat dan kegunaannya. Oleh karena itu harus
dikomunikasikan. Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem pengawasan
tertentu yang berlainan dengan sistem pengawasan bagi kegiatan lain. Sistem
pengawasan untuk bidang penjualan dan sistem untuk bidang keuangan akan
berbeda. Oleh karena itu sistem pengawasan harus dapat merefleksi sifat-sifat dan
kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi. Pengawasan dibidang penjualan
umumnya tertuju pada kuantitas penjualan, sementara pengawasan dibidang
keuangan tertuju pada penerimaan dan penggunaan dana.
b. Pengawasan harus mengikuti pola yang dianut organisasi.
Titik berat pengawasan sesungguhnya berkisar pada manusia, sebab manusia itulah
yang melakukan kegiatan dalam badan usaha yang bersangkutan. Karyawan
merupakan aspek intern perusahaan yang kegiatan-kegiatannya tergambar dalam
pola organisasi, maka suatu sistem pengawasan harus dapat memenuhi prinsip
berdasarkan pola organisasi.
Ini berarti bahwa dengan suatu sistem pengawasan , penyimpangan yang terjadi
dapat ditunjukkan pada organisasi yang bersangkutan.
d. Pengawasan harus dapat mengidentifikasi masalah organisasi.
Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan
menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar sistem pengawasan benar-benar efektif,
artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem pengawasan setidaknya
harus dapat dengan segera mengidentifikasi kesalahan yang terjadi dalam
organisasi. Dengan adanya identifikasi masalah atau penyimpangan, maka
organisasi dapat segera mencari solusi agar keseluruhan kegiatan operasional benar-
benar dapat atau mendekati apa yang direncanakan sebelumnya.
e. Pengawasan harus fleksibel.
Suatu sistem pengawasan adalah efektif, bilamana sistem pengawasan itu memenuhi
prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa pengawasan itu tetap dapat dipergunakan,
meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana diluar dugaan.
f. Pengawasan harus ekonomis.
Sifat ekonomis dari suatu sistem pengawasan sungguh-sungguh diperlukan. Tidak
ada gunanya membuat sistem pengawasan yang mahal, bila tujuan pengawasan itu
dapat direfleksikan dengan suatu sistem pengawasan yang lebih murah. Sistem
pengawasan yang dianut perusahaan-perusahaan besar tidak perlu ditiru bila
pengawasan itu tidak ekonomis bagi suatu perusahaan lain. Hal yang perlu
dipedomani adalah bagaimana membuat suatu sistem pengawasan dengan benar-
benar merealisasikan motif ekonomi. Pengawasan yang efektif tergantung pada
situasi dan kondisi yang dihadapi.

III. METODE-METODE PENGAWASAN

Metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian; pengawasan


non-kuantitatif dan pengawasan kuantitatif

3.1.Pengawasan Non-kuantitatif
Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan
untuk mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering
digunakan adalah:
1) Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk
mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
2) Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic
dengan mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
3) Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan
informasi yang dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari
bawahan dengan relatif lebih cepat.
4) Evaluasi pelaksanaan.
Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan.
Cara ini dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada
dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama.
5) Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan
perbedaan yang signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut
didasarkan pada prinsip pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa
bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara manajer hanya
mengerjakan kegiatan tidak rutin.

3.2. Pengawasan Kuantitatif


Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi.
Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif adalah:
1) Anggaran
Anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan,
anggaran kas - anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting
system (PBS), zero-base budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting (
HRA )
2) Audit
Internal Audit dilakukan dengan tujuan : membantu semua anggota
manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara
mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan
mereka.
Ekternal Audit Tujuan : menetukan apakah laporan keuangan tersebut
menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan, pemeriksaan
dilakasanakan oleh pihak yang bebas dari pengaruh manajemen.
3) Analisis Break-Even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk
menentukan pada volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba
atau rugi.
4) Analisis rasio
Menyankut dua jenis perbandingan
1. Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu
2. Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang
sejenis
3. Bagian dari Teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan,
seperti : 1. Bagan Ganti, Bagan yang mempunyai keluaran disatu sumbu dan
satuan waktu disumbu yang lain serta menunjukan kegiatan yang direncanakan
dan kegiatan yang telah diselesaikan dalam hubungan antar setiap kegiatan dan
dalam hubunganya dengan waktu. 2. Program Evaluation and Reviw Technique
(PERT) Dirancang untuk melakukan scheduling dan pengawasan proyek –
proyek yang bersifat kompleks dan yang memerlukan kegiatan – kegiatan
tertentu yang harus dijalankan dalam urutan tertentu dan dibatasi oleh waktu.

Syarat-syarat untuk menjalankan pengawasan yang baik, yakni :


1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard yang digunakan.
5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
Agar pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik,maka pengawasan harus,
Ekonomis, Mudah dimengerti, Adanya tindakan koreksi, Melaporkan
penyimpangan yang mungkin terjadi.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dosimpulkan bahwa untuk mewujudkan
tatakelola BUMD Good Corporate Governance diperlukan langkah langkah sebagai
berikut :
1. Dilakukan Pengawasan mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan
kriteria, norma-norma, standar, atau rencana-rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2. Fungsi pengawasan dalam manajemen adalah upaya sistematis dalam menetapkan
standar kinerja dari berbagai tujuan yang telah direncanakan, mendesain system
informasi umpan balik, membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan standar
yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan apakah penyimpangan dan tingkat
signifikansi dari setiap penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan yang
diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh daya perusahaan dipergunakan secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.
3. tahap dalam proses pengawasan terdiri dari standart, evaluate dan correctiveaction .
Untuk menjadi efektif , sistem pengawasan harus memenuhi kriteria tertentu .Kriteria-
kriteria utama adalah bahwa sistem seharunya 1) mengawasi kegiatan-kegiatan yang
benar , 2)tepat waktu, 3) dengan biaya yang efektif , 4) tepat akuarat , dan 5) dapat
diterima oleh yang bersangkutan . Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut
semakin efektif sistem pengawasan. Teknik pengawasan terdiri dari empat teknik yang
saling berurutan. Dan metode pengawasan terdiri dari dua metode yakni metode
kuantitatof dan metode bukan kuantitatif.
4.2. Saran

Pengawasan terhadap BUMD dilakukan secara baik dan benar sesuai dengan
peraturan yang berlaku sehingga maksud dan tujuan dibentuknya BUMD dapat tercapai
yaitu dapat menghasilkan PAD dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan
mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Musi Rawas. Selain itu perlu
diatur secara rinci bagaimana kerjasama dengan pihak ketiga, mekanisme kepemilikan
dan pengambilan keputusan BUMD yang tentunya tidak lepas dari pertanggungjawaban
dan pengawasan BUMD yang mana diperlukan perencanaan jangka pendek dan panjang
PENUTUP

Guna tercapainya proses pengawasan yang efektif dan efesien maka dapat
dilakukan dengan berbagai langkah, cara dan tahapan yang tepat, langkah awal proses
pengawasan adalah sebenarnya langkah perencanaan , penetapan tujuan , standar atau
sasaran pelaksanaan suatu kegiatan. Ada tiga tipe dasar pengawasan ,yaitu (1) pengawasn
pendahuluan ,(2) pengawasan concurent , dan (3) pengawasan umpan balik.Tahap –
tahap dalam proses pengawasan terdiri dari standart, evaluate dan correctiveaction .
Untuk menjadi efektif , sistem pengawasan harus memenuhi kriteria tertentu .Kriteria-
kriteria utama adalah bahwa sistem seharunya 1) mengawasi kegiatan-kegiatan yang
benar , 2)tepat waktu, 3) dengan biaya yang efektif , 4) tepat akuarat , dan 5) dapat
diterima oleh yang bersangkutan . Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut
semakin efektif sistem pengawasan. Teknik pengawasan terdiri dari empat teknik yang
saling berurutan. Dan metode pengawasan terdiri dari dua metode yakni metode
kuantitatof dan metode bukan kuantitatif .Manfaat terpenting dari pengawasan adalah
:a).tersedianya bahan informasi bagimanajemen tentang situasi nyata dalam mana
organisasi berbeda,b).dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi
rencana dengan efisien dan efektif, c).pemahamantentang berbagai faktor yang
menimbulkan kesulitan dalam penyelengaraan berbagai kegiatanoperasional
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, Budiyono Haris. Pengantar Manajemen. Edisi Kedua. Yogyakarta: Graha


Ilmu;2004.
Al-Amin Mufham, 2006, Manajemen Pengawasan, Ciputat: Kalam Indonesia.
Ardansyah Dan Wasilawati, “ Pengawasan, Disiplin Kerja, Dan Kinerja Pegawai Badan Pusat
Statistik Kabupaten Lampung Tengah”, (Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.
16 No. 2, 2014).
Arep Ishak Dan Tanjung Hendri, 2004.Manajajemen Motivasi. Jakarta: Pt Gramedia.
Arikunto Suharsimi,2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta.
Bauer,R.Frijns,B.,Otten,R.,danTouraniRad,A.2008.TheImpactofCorporateG overnanceon
Corporate Performance:Evidencefrom Japan.Pacific- BasinF inance
Journal.16(June):236 51
Black,BernardS.,WoochanKim.,HasungJang.,danKyungSuhPark.,2008,HowCorporateGovern
anceaffectsfirmvalue:EvidenceonChannelsfromkorea,http://ssrn.com.
Barthos Basir. 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro. Jakarta:
Bumi Aksara.
Bungin Burhan,2007,Metodologi Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif,
Surabaya: AirlanggaUniversityPress. Dimas Rizky Akbar, Pengaruh Kemampuan,
Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Kecamatan Tambaksari Surabaya, (Surabaya: Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik,
Vol. 02 No. 01)
Eriyanto, 2007. Teknik Sampling Analisis Publik. ,Yogyakarta: Lukis Pelangi aksara
Yogyakarta.
Erlis Milta Rin Sondole, Olivia Syanne Nelwan dan Indrie Debbie Palandeng, Pengaruh
Disiplin Kerja, Motivasi dan Pengawasan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.
Pertamina (PERSERO) Unit Pemasaran VII, Terminal BBM Bitung, (Manado: Jurnal
EMBA, Vol. 3 No. 3)
Hamalik Umar, 2005, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan. Jakarta: Pr Bumi Akasara,
Hasibuan.M,.2007. Organisasi dan Motivasi Dasar PeningkatannProduktivitas, Jakarta: PT
BumiAksara.
Herujito Yayat M.. 2006. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT Grasindo.
Hj. Norbaiti, “Pengaruh Pengawasan, Kepemimpinan dan Pelatihan Terhadap Kinerja dan
kepuasan kerja Pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan
Selatan”, (Banjarmasin: Jurnal SPREAD, Vol. 03 No. 02)
Husain,Usman & Setyadi, Purnomo,2008. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:Bumi Aksara.
M. Herujito, Yayat, Dasar-Dasar Manajemen. (Jakarta: PT Grasindo, 2006), hal. 248
Machfuds, Masyuri, 2014. Metodologi Penelitian Ekonomi, Malang: Genius Media.
Malayu Hasibuan, 2003. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakata: PT. Bumi Aksara.
Mathis Robert L., Jackson John H., 2009. Human Resource Management: Manajemen Sumber
Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat.
Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Mardiasmo.
(2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: CV Andi Offset. Muhammad Firdiansyah
Adiwirya. (2015). Akuntabilitas, Transparansi, dan Anggaran Berbasis Kinerja Pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kota Denpasar. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol 11.2.
Rifai Veithsal, 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Ruky Achmad S, 2006. Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta: PT Gamedian Pustaka Utama,
Siagian P Sondang. 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sirait Justine T., 2011, Memahami Aspek Pengelolaan SDM Dalam Organisasi, Jakarta:
Grasindo.
Suwanto, Priansa Donni Juni, 2013. Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan
Bisnis.Bandung: Alfabeta.
T. Hani Handoko. Manajemen. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE ; 2003.
Terry George R, Leslie W. Rue. Principles of Management ( terjemahan ).Jakarta: Bumi
Aksara;2001.

Anda mungkin juga menyukai