I. PENDAHULUAN
Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu daerah di Sumatera selatan yang
memiliki banyak potensi baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia.
Potensi sumber daya alam yang banyak seperti pertambangan, pertanian dan
perkebunan yang dimiliki oleh kabupaten Musi Rawas saat ini lebih banyak dikelola
oleh perusahaan swasta. Upaya dalam pembangunan daerah dan kesejahteraan
masyarakat secara mandiri adalah dengan pendirian Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) sebagai salah satu basis yang paling mendasar di daerah, baik di tingkat
provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Agar dapat
memperoleh manfaat dan keuntungan yang maksimal bagi pengelolaan
BUMD/perusahaan daerah, maka sangat diperlukan jiwa entrepreneurship yang baik
di kalangan pemerintah daerah (eksekutif daerah) sebagai pemegang saham utama
BUMD/perusahaan daerah Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan Pendapatan
Asli daerah dengan potensi yang ada tersebut dibentuk perusahaan daerah, melalui
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik
Daerah Perseroan Terbatas Musi Rawas Sempurna
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah (pemda). Sesuai dengan
Pasal 331 ayat (4) Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, pendirian BUMD bertujuan untuk: (1) memberikan manfaat
bagi perkembangan perekonomian daerah pada umumnya; (2) menyelenggarakan
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang bermutu bagi
pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai dengan kondisi, karakteristik dan potensi
daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik; dan (3)
memperoleh laba dan/ atau keuntungan. Dalam pelaksanaannya, tujuan pendirian
BUMD tersebut ditetapkan dalam setiap peraturan daerah (perda) tentang BUMD
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan perusahaan daerah (local
government enterprise) yang dibentuk dengan tujuan, diantaranya memenuhi
kebutuhan barang dan jasa bagi kepentingan publik dan menjadi perintis kegiatan dan
usaha yang kurang diminati swasta. Menghasilkan Pendapatan Asli Daerah yang
dapat digunakan untuk kesejahteraan daerah. Tugas berat tersebut karena pemerintah
daerah diharapkan dapat lebih mandiri dalam mengatur perekonomian, utamanya
mengelola anggaran fiskalnya. Hal ini tercermin dari bagaimana setiap daerah
berusaha memacu penerimaan daerah melalui pendapatan asli daerah (PAD).
Demi terwujudnya Good Corporate Governance di daerah harus bertumpu pada
tiga pilar yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ketiga pilar harus bekerja secara
sinergi yang berarti setiap pilar diharapkan bekerja secara optimal agar pencapaian
tujuan berhasil secara efektif. Salah satu pilar terbentuknya Good Corporate
Governance adalah adanya lembaga khusus yang mampu mengawasi dan membantu
Pemda dalam mewujudkan praktek usaha yang beretika dan mampu memberikan
pelayanan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat.
Melakukan pengawasan sangat diperlukan untuk mewujudkan praktek usaha
yang sehat, pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan dan penyimpangan atas tujuan yang akan
dicapi. Melalui pengawasan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien.
Bahkan melalui pengawasan dapat tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan
penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kinerja sudah terlaksana.
Fungsi pengawasan yang selama ini yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pengawas
yang pernah ada telah mengilhami pembentukan lembaga eksternal dan independen
yang berarti bebas dari campur tangan pihak manapun, namun berpengaruh terhadap
stuktural birokrasi pemerintahan yang baik.
1.2.Tujuan
a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, dan hambatan dalam pengelolaan BUMD.
b. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan, dan
hambatan.
c. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan secara efektif dan efesien
untuk mencapai visi dan misi BUMD.
1.3. Permasalahan
Pola pikir yang ada di BUMD masih menggunakan pola pikir pemerintah yang
masih menggunkan asumsi how to spend money bukan pola pikir bisnis yang
berasumsi how to get money. Badan Kerjasama BUMD seluruh Indonesia mendorong
BUMD yang masih berstatus perusahaan daerah untuk berubah menjadi perseroan
terbatas (PT).Dengan status perseroan terbatas diharapkan BUMD mempunyai
performa bisnis yang baik tanpa menggantungkan diri pada APBD serta lebih
akuntabel dan professional. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan Good Corporate
Governance
Badan Usaha Milik Daerah masih banyak menghadapi permasalahan yang pelik
dan rumit. Permasalahan yang dimaksud adalah : dari segi governance, institusi
BUMD masih diperlakukan sama dengan institusi pemerintah, padahal BUMD
bukanlah institusi pemerintah; Tidak adanya equal treatment bagi BUMD (yaitu
perusahaan yang dituntut harus laba) menyebabkan BUMD tidak dapat bersaing
secara seimbang dengan BUMN dan swasta yang lebih lincah. Selain itu, minimnya
permodalan akibat kurangnya perhatian dari pemilik (dalam hal ini pemerintah
daerah), kalaupun ada perhatian masih harus menghadapi ganjalan politik, karena
interpretasi yang keliru dari politisi DPRD dalam memahami peraturan, akibatnya
proses penguatan permodalan BUMD menjadi tidak efisien. Dan kurangnya
pengawasan dari pihak terkait menyebabkan BUMD berjalan tidak sesuai dengan
harapan
II. PEMBAHASAN
PENENTUAN PEMBANDINGAN
PENETAPAN PENGUKURAN PENGUKURAN DENGAN
STANDAR PELAKSANAAN PELAKSANAAN STANDAR
KEGIATAN KEGIATAN EVALUASI
PENGAMBILAN
TINDAKAN
KOREKSI
BILAPERLU
d. Meminimisasi Biaya
Pengawasan juga dapat membantu mengurangi biaya dan meningkatkan output
apabila dipraktekkan secara efektif. Secara filosofis dikatakan bahwa pengawasan
sangat penting karena manusia pada dasarnya mempunyai sifat salah atau khilaf,
sehingga manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan untuk mencari kesalahannya
kemudian menghukumnya tetapi untuk mendidik dan membimbingnya.
Pengawasan itu dapat intern, dapat pula ekstern. Pengawasan intern melalui
disiplin diri dan latihan tanggung jawab individual atau kelompok. Pengawasan ekstern
terjadi melalui supervise langsung atau penerapan system administrative seperti aturan
dan prosedur. Pengawasan efektif yang akan di uraikan kemudian, merupakan
kombinasi dari keduanya.
Ada empat jenis pengawasan ekstern, yaitu:
1. Prapengawasan disebut juga precontrol atau feed-forward-control; yaitu
pengawasan yang di lakukan sebelum memulai kegiatan, terdiri atas kegiatan
persiapan: Spesifikasi masukan, keluaaran, kejelasan tujuan, sumber daya yang di
perlukan.
2. Pengawasan pengarahan atau steering control yang fokusnya adalah pada apa yang
terjadi selama proses kerja. Juga di kenal dengan nama concurrent control. Disini
diusahakan untuk menemukan masalah dan melakukan tindakan perbaikan
sebelum hasil akhir.
3. Pengawasan ya/tidak (yes/no-control) yang menspesifikasi titik kritis yang harus
di lalui sebelum suatu kegiatan berlanjut. Pada suatu titik segala persyaratan harus
dipenuhi terlebih dahulu (ya) sebelum proses berlanjut. Jadi kalau tidak, proses
berhenti.
4. Pengawasan pasca kegiatan (post action control atau feedback control), dilakukan
setelah kegiatan selesai.
Adapun faktor-faktor yang menjadi pengawasan itu merupakan keharusan
ialah:
1. Adanya perubahan yang memerlukan penyesuain-penyesuain baru dan ini harus
selalu diawasi;
2. Adanya kekomplekan system memerlukan pengawasan yang lebih banyak;
3. Adanya kesalahan-kesalahan memerlukan pengawasan agar dapat dilakukan
tindakan perbaikan; dan
4. Adanya delegasi perlu pengawasan terhadap para pelaksana agar jangan sampai
melakukan penyimpangan yang terlalu banyak sehingga sulit dibenahi lagi.
Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas , maka tercapailah sasaran-
sasaran pengawasan yaitu :
1. Meningkatkan disiplin dan prestasi kerja
2. Menekansekecil mungkin penyalahgunaan wewenang
3. Menekan sekecil mungkin kebocoran dan pemborosan
4. Meningkatkan pelayanan
5. Memperlancar segala kegiatan .
3.1.Pengawasan Non-kuantitatif
Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan
untuk mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering
digunakan adalah:
1) Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk
mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
2) Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic
dengan mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
3) Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan
informasi yang dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari
bawahan dengan relatif lebih cepat.
4) Evaluasi pelaksanaan.
Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan.
Cara ini dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada
dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama.
5) Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan
perbedaan yang signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut
didasarkan pada prinsip pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa
bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara manajer hanya
mengerjakan kegiatan tidak rutin.
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dosimpulkan bahwa untuk mewujudkan
tatakelola BUMD Good Corporate Governance diperlukan langkah langkah sebagai
berikut :
1. Dilakukan Pengawasan mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan
kriteria, norma-norma, standar, atau rencana-rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2. Fungsi pengawasan dalam manajemen adalah upaya sistematis dalam menetapkan
standar kinerja dari berbagai tujuan yang telah direncanakan, mendesain system
informasi umpan balik, membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan standar
yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan apakah penyimpangan dan tingkat
signifikansi dari setiap penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan yang
diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh daya perusahaan dipergunakan secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.
3. tahap dalam proses pengawasan terdiri dari standart, evaluate dan correctiveaction .
Untuk menjadi efektif , sistem pengawasan harus memenuhi kriteria tertentu .Kriteria-
kriteria utama adalah bahwa sistem seharunya 1) mengawasi kegiatan-kegiatan yang
benar , 2)tepat waktu, 3) dengan biaya yang efektif , 4) tepat akuarat , dan 5) dapat
diterima oleh yang bersangkutan . Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut
semakin efektif sistem pengawasan. Teknik pengawasan terdiri dari empat teknik yang
saling berurutan. Dan metode pengawasan terdiri dari dua metode yakni metode
kuantitatof dan metode bukan kuantitatif.
4.2. Saran
Pengawasan terhadap BUMD dilakukan secara baik dan benar sesuai dengan
peraturan yang berlaku sehingga maksud dan tujuan dibentuknya BUMD dapat tercapai
yaitu dapat menghasilkan PAD dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan
mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Musi Rawas. Selain itu perlu
diatur secara rinci bagaimana kerjasama dengan pihak ketiga, mekanisme kepemilikan
dan pengambilan keputusan BUMD yang tentunya tidak lepas dari pertanggungjawaban
dan pengawasan BUMD yang mana diperlukan perencanaan jangka pendek dan panjang
PENUTUP
Guna tercapainya proses pengawasan yang efektif dan efesien maka dapat
dilakukan dengan berbagai langkah, cara dan tahapan yang tepat, langkah awal proses
pengawasan adalah sebenarnya langkah perencanaan , penetapan tujuan , standar atau
sasaran pelaksanaan suatu kegiatan. Ada tiga tipe dasar pengawasan ,yaitu (1) pengawasn
pendahuluan ,(2) pengawasan concurent , dan (3) pengawasan umpan balik.Tahap –
tahap dalam proses pengawasan terdiri dari standart, evaluate dan correctiveaction .
Untuk menjadi efektif , sistem pengawasan harus memenuhi kriteria tertentu .Kriteria-
kriteria utama adalah bahwa sistem seharunya 1) mengawasi kegiatan-kegiatan yang
benar , 2)tepat waktu, 3) dengan biaya yang efektif , 4) tepat akuarat , dan 5) dapat
diterima oleh yang bersangkutan . Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut
semakin efektif sistem pengawasan. Teknik pengawasan terdiri dari empat teknik yang
saling berurutan. Dan metode pengawasan terdiri dari dua metode yakni metode
kuantitatof dan metode bukan kuantitatif .Manfaat terpenting dari pengawasan adalah
:a).tersedianya bahan informasi bagimanajemen tentang situasi nyata dalam mana
organisasi berbeda,b).dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi
rencana dengan efisien dan efektif, c).pemahamantentang berbagai faktor yang
menimbulkan kesulitan dalam penyelengaraan berbagai kegiatanoperasional
DAFTAR PUSTAKA