i
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) telah ditetapkan pada 31 Agustus 2012. Undang-Undang ini
menegaskan DIY sebagai daerah yang mempunyai keistimewaan dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Pegaturan keistimewaan DIY bertujuan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang
baik dan demokratis, ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat, menjamin ke-
bhinneka-tunggal-ika-an, dan melembagakan peran dan tanggung jawab Kasultanan dan
Kadipaten dalam menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta yang merupakan
warisan budaya bangsa. Kewenangan istimewa tersebut meliputi tata cara pengisian
jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, kelembagaan
Pemerintah Daerah DIY, kebudayaan, pertanahan, dan tata ruang.
Undang-Undang Keistimewaan juga mengatur tentang pendanaan keistimewaan
dalam rangka mendukung efektivitas penyelenggaraan keistimewaan DIY. Dana
keistimewaan tersebut merupakan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang merupakan bagian dari dana transfer ke daerah. Dana
Keistimewaan yang jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun tersebut tentu
pemanfataannya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya salah satunya dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut, dana keistimewaan
diharapkan mampu ikut mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
yaitu pertumbuhan yang diperoleh dari tumbuhnya seluruh kegiatan perekonomian yang
bersifat masif dan juga berdampak luas pada penyerapan tenaga kerja. Salah satu yang
dapat dilakukan adalah melalui upaya pembangunan desa untuk mewujudkan desa yang
kuat, maju, mandiri, dan demokratis.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono X dalam acara bertajuk Sapa Aruh pada peringatan sewindu (delapan
tahun) Undang-Undang Keistimewaan DIY, yaitu kutipan sasanti “Desa mawa cara,
Negara mawa tata” sebagai wujud UU Otonomi Desa Nomor 6 tahun 2014 yang
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 Tentang Perluasan Kesempatan Kerja
1
http://kratonjogja.id
2. Tujuan
a. Terbentuknya kesamaan persepsi dalam pelaksanaan Padat Karya
Pengembangan Potensi Desa.
b. Terlaksananya Padat Karya Pengembangan Potensi Desa secara tertib dan
efektif
D. RUANG LINGKUP
Buku petunjuk teknis Padat Karya Pengembangan Potensi Desa ini terdiri dari
enam (6) bab sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Memaparkan tentang latar belakang, dasar hukum, maksud dan tujuan, ruang
lingkup serta sasaran disusunnya Petunjuk Teknis.
Bab II Pelaksanaan Kegiatan
Berisi prinsip, sifat, maksud dan tujuan kegiatan, kriteria penerima kegiatan,
persiapan dan pelaksanaan kegiatan serta penganggaran
Bab III Pengendalian
Memuat tentang pendampingan, monitoring dan evaluasi, dan pelaporan
E. SASARAN
Petunjuk Teknis Padat Karya Pengembangan Potensi Desa ini diperuntukan bagi
para pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan baik dalam hal perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan, maupun evaluasi dan pemeriksaan.
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. PRINSIP KEGIATAN
Padat Karya Pengembangan Potensi Desa merupakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat desa pada aktivitas yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi warga
dengan mengutamakan pemanfaatan sumber daya, tenaga kerja, dan teknologi lokal
untuk memberikan tambahan pendapatan dan meningkatkan daya beli. Kegiatan ini juga
diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur (adiluhung)
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Yogyakarta untuk bersatu padu (golong gilig)
mengerahkan segenap sumber daya agar dapat terkonsentrasi (sawiji) untuk meraih
hasil yang diinginkan.
Kegiatan ini oleh karenanya dilaksanakan dengan beberapa prinsip sebagai
berikut.
1. Perencanaan disusun dari aspek ketersediaan tenaga kerja dan aspek potensi sosial
ekonomi dari pekerjaan yang akan dilakukan
2. Pelaksanaan kegiatan menggunakan tenaga kerja penganggur, setengah
penganggur, dan masyarakat miskin di sekitar lokasi kegiatan
3. Tidak ada tuntutan ganti rugi dari masyarakat atas tanah, pohon, tanaman, dan
kepemilikan lainnya yang terkena atau terdampak kegiatan padat karya
4. Pelaksanaan pekerjaan padat karya TIDAK BOLEH diborongkan kepada pihak ketiga
5. Kegiatan dilaksanakan dari, oleh, dan untuk masyarakat
6. Menggunakan peralatan teknologi sederhana dan tidak menggunakan alat berat.
D. PERSIAPAN KEGIATAN
1. Koordinasi
3. Sosialisasi / Penyuluhan
Sesuai prinsip Padat Karya Pengembangan Potensi Desa sebagai kegiatan
yang dilaksanakan dari, oleh, dan untuk masyarakat maka sebagai bagian dari
persiapan dilakukan sosialisasi / penyuluhan bagi warga masyarakat khususnya
calon pekerja padat karya. Tahap ini dilaksanakan untuk :
a. Menyampaikan informasi tentang kebijakan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat pada tingkat provinsi maupun kabupaten
b. Memberi pemahaman umum tentang akan dilaksanakannya kegiatan Padat
Karya Pengembangan Potensi Desa di lokasi setempat yang meliputi tujuan,
prinsip, sasaran maupun mekanisme pelaksanaan kegiatan
c. Menyampaikan dan menyepakati rencana aktivitas pekerjaan sesuai yang
diusulkan dalam proposal maupun hasil identifikasi
d. Menjelaskan teknis pelaksanaan kegiatan meliputi jadwal, upah pekerja
maupun ketentuan dan tata tertib lainnya.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan Padat Karya Pengembangan Potensi Desa dilaksanakan selama 9
(sembilan) hari oleh 60 (enam puluh) orang tenaga kerja dengan didampingi oleh
Petugas Pendamping Kalurahan / Kelurahan, sesuai dengan rencana pekerjaan
yang telah disusun.
Dalam pelaksanaan pekerjaan dilakukan :
a. Pencatatan Tenaga Kerja
i. Setiap hari sebelum pekerjaan dimulai kepala kelompok / mandor wajib
memeriksa kehadiran tenaga kerja pada kelompoknya;
ii. Tenaga kerja (kepala kelompok / mandor maupun pekerja)
menandatangani daftar hadir (format terlampir)
iii. Kepala kelompok / mandor menyampaikan data kehadiran tenaga kerja
kepada petugas pendamping.
b. Pendokumentasian
i. Setiap hari petugas pendamping dibantu oleh para kepala kelompok /
mandor mendokumentasikan pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk foto
dan video
ii. Sasaran dokumentasi foto dan video adalah kegiatan pokok atau obyek
pekerjaan (kondisi 0% s/d 100% atau kondisi harian) dan aktivitas tenaga
kerja
iii. Dokumentasi foto / video dikirimkan setiap akhir hari pekerjaan kepada
pelaksana kegiatan di Disnakertrans DIY melalui saluran atau mekanisme
yang memungkinkan
F. PENGANGGARAN
Kegiatan Padat Karya Pengembangan Potensi Desa dilaksanakan melalui
anggaran Dana Keistimewaan DIY pada sub kegiatan Pembagunan Ketahanan Sosial
Budaya Kegiatan Adat, Seni, Tradisi, dan Lembaga Budaya pada Program
Penyelenggaraan Keistimewaan Yogyakarta Urusan Kebudayaan.
C. PELAPORAN
Sebagai bentuk tertulis atas pengendalian dan pertanggungjawaban kegiatan dibuat
laporan setelah pekerjaan kegiatan Padat Karya Pengembangan Potensi Desa selesai
dilaksanakan. Laporan dibuat secara berjenjang sebagai berikut.
1. Laporan Kalurahan / Kelurahan
Laporan Kalurahan / Kelurahan disusun dan ditandatangani oleh petugas
pendamping kalurahan / kelurahan dengan diketahui (ditandatangani) oleh Lurah.
35 ……
71 ……
Mulai
Pengajuan
Proposal Pengajuan proposal dari Kalurahan / Kelurahan
T
Pemeriksaan daftar usulan tenaga kerja oleh SKPD
Disetujui ?
Teknis
Monitoring &
Peninjauan atas hasil pelaksanaan pekerjaan
Evaluasi
Selesai
Kalurahan : ……………………
Kapanewon : ……………………
Kabupaten : ……………………
……………………., ……………………..
Mengetahui
Lurah Petugas Pendamping
……………………………… ………………………………
Catatan :
Per kelompok : 30 orang (1 kepala kelompok, 29 pekerja), total 2 kelompok
Dilampiri fotokopi KTP
Lokasi : ……………………
Kalurahan : ……………………
Kapanewon : ……………………
Kabupaten : …………………….
RENCANA KERJA
……………………., ……………………..
Mengetahui
Lurah Petugas Pendamping
……………………………… ………………………………
……………………., ……………………..
Mengetahui
Lurah Petugas Pendamping
……………………………… ………………………………
Kalurahan : ……………………
Kapanewon : ……………………
Kab/Kota : ……………………
UTK
Jumlah
No Nama K / P *) Diterima
HOK Tanda Tangan
(Rp)
……………………., ……………………..
MengetahuiMenyetujui
Kepala Dinas Bendahara Pengeluaran
……………………………… ………………………………
Keterangan :
Format laporan diatas adalah kebutuhan minimal penyusunan laporan, dapat ditambahkan
hal lain yang dipandang perlu