Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS GEOKIMIA FLUIDA UNTUK PENENTUAN

POTENSI SUMBERDAYA PANASBUMI LAPANGAN ZW,


KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

Wirga Zulwidyatama
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang–Semarang, Gedung Sukowati
Phone (024) 7460053, fax (024) 7460055
email: zulwidyatama@geologist.com

ABSTRAK

Daerah Lapangan panasbumi ZW terletak pada Provinsi Jawa Barat menunjukkan keadaan
Geologi yang memungkinkan untuk terdapatnya sumberdaya panasbumi. Posisinya terletak pada
jalur pegunungan api sehingga memungkinkan terbentuknya suatu sistem panasbumi. Pada daerah
ini ditemukan manifestasi panasbumi berupa mataair panas dan fumarol. Kimia fluida di daerah
panasbumi mengandung informasi penting mengenai kondisi reservoir, sehingga dilakukan
anilisis kimia fluida untuk menentukan karakteristik geokimia dan potensi sumberdaya dari
lapangan panasbumi ZW.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analisis dari data kimia
fluida panabumi. Hasil data diperoleh dari pengambilah 5 contoh air panas dari 12 manifestasi
yang muncul disekitar lokasi penelitian. Contoh air panas yang diambil berasal dari mataair panas
Cipayung, Citeduh, Cibeuning, Siun dan kawah Basah.
Berdasarkan hubungan rasio unsur kimia dan plotting pada diagram segitiga Giggenbach
(Giggenbach, 1988) terhadap suatu sistem panasbumi, Berdasarkan analisis sifat fisik dan analisis
geokimia maka Manifestasi Kawah Citeduh, Cipayung, kawah Basah dan Cibeuning berada pada
zona upflow. Sedangkan Mataair Panas Siun berada pada zona outflow (Nicholson, 1993). Dalam
pengeplotan diagram segitiga Giggenbach (Giggenbach, 1988) juga menunjukkan informasi
bahwa Mata air Citeduh merupakan mata air Sulphat, Mataair Siun merupakan air Bikarbonat.
Sementara kawah Cipayung, Cibeuning dan Basah memiliki sampel yang encer sehingga analisis
geoindikator tidak valid. Berdasarkan perhitungan Geothermometer Gas yang digunakan,
temperatur reservoir panasbumi lapangan ZW adalah 246,6oC, Termasuk dalam sistem panasbumi
berentalpi tinggi (Hochstein, 1990). Adapun potensi berdasarkan perhitungan panas yang
hilang/heat loss secara Konveksi adalah 49,2 MWe. Sementara dari perhitungan dengan metode
volumetrik adalah 625,5 MWe, memungkinkan untuk dilakukan eksplorasi lebih lanjut sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dan pemanfaatan langsung.

Kata Kunci: geokimia, Heat loss, Geothermometer gas, mataair panas, potensi sumberdaya
panasbumi, reservoir.

1. Latar Belakang yang paling banyak menyimpan energi


Indonesia sebagai Negara yang paling panasbumi yaitu, 40% energi panasbumi
banyak memiliki Gunungapi dan berada dunia. Dengan banyaknya potensi energi
pada kawasan Ring of Fire, berdasarkan
panasbumi yang dimiliki Indonesia,
penelitian awal merupakan negara yang
penyelidikan potensi/prospek panasbumi 4. Endapan Kuarter
yang muncul di berbagai wilayah sangat
penting untuk mendapatkan gambaran Terletak di daerah Danau Pangkalan,
kuantitatif dan kualitatif potensi energi morfologi daerah ini berupa dataran.
panasbumi. Sehingga nantinya Indonesia
diharapkan menjadi mandiri dalam bidang Litologi dari formasi ini meliputi
energi, karena kebutuhan energi fosil mulai endapan koluvium dan abu vulkanik.
dapat dikurangi dengan berkembangnya
energi non-fosil, seperti energi panasbumi Area panasbumi Lapangan ZW terletak
ini. pada rantai dataran tinggi vulkanik berarah
Seperti contohnya adalah lapangan Barat-Timur dari G. Rakutak di Barat
panasbumi Darajat di Kabupaten Garut sampai G. Guntur di sebelah Timur dengan
yang sudah mulai beroperasi sejak 1984, ketinggian 1500 m dpl dengan panjang 15
saat ini sudah dimanfaatkan energinya dan km dan lebar 4,5 km. Sistem ini berasosiasi
terus berkembang dalam pemanfaatannya, dengan endapan volkanik kuarter berumur
bersama dengan Kamojang menjadi tolak 400.000 tahun produk dari gunung
ukur dari perkembangan energi terbarukan vulkanik Pangkalan dan Gandapura dan
di Indonesia. Selain itu terdapat juga terlihat menempati bagian dalam hasil
Lapangan Panasbumi ZW, yang berada depresi vulkanik yang dibentuk oleh rim
pada provinsi Jawa Barat, Kabupaten kaldera Pangkalan yang berbentuk graben
Garut, yang merupakan wilayah WKP oleh sesar Kendeng di Barat dan sesar
(Wilayah Kerja Panasbumi) PT Pertamina Citepus di Timur. Rim kaldera Pangkalan,
Geothermal Energy. Penyelidikan perlu sesar Citepus dan sistem sesar-sesar yang
dilakukan untuk mengetahui jumlah cenderung Barat-
sumberdaya panasbumi yang terkandung di Secara umum Area Panasbumi Lapangan
dalam lapangan ini. ZW dan sekitarnya tersusun dari endapan
Pre-Caldera dan Post- Caldera. Formasi
Pre-Caldera dari yang berumur tua sampai
2. Geologi Regional
termuda adalah Basalt Mt. Rakutak, Basalt
Area Lapangan ZW tersusun atas beberapa Dogdog, Pyrocxene andesite Mt.
unit vulkanik (PT. Pertamina Geothermal Cibeureum, Pyroclastic Mt. Sanggar,
Energy, 1996), yaitu : Pyroxene andesite Mt. Cibatuipis,
1. Unit Cakra Phorphiry andesite Mt. Katomas, Basaltic
andesite Legokpulus dan Mt. Putri,
Terletak di sebelah timur Danau Andesite lava Pasir Jawa dan Pyroxene
Pangkalan, membentuk morfologi andesite Mt. Kancing. Sedangkan Formasi
perbukitan curam. Litologi dari Post- Caldera dari yang berumur tua ke
formasi ini meliputi andesit basaltik yang berumur muda terdiri dari Basaltik
sebagai hasil kegiatan vulkanik dari Andesite Mt. Batususun dan Mt.
Gunung Cakra. Gamdapura, Andesite Lava Mt. Gajah,
2. Unit Pasir Jawa Basaltic Andesite Mt. Cakra-Masigit dan
Guntur. Kelompok Formasi Post- Caldera
Terletak di sebelah barat Danau menindih tidak selaras kelompok Formasi
Pangkalan, membentuk morfologi Pre-Caldera.
perbukitan curam. Litologi dari
formasi ini meliputi lava andesit Struktur geologi yang berkembang adalah
hornblenda dan tuf sebagai hasil sesar dan depresi melingkar, yang
kegiatan vulkanik dari Gunung Pasir mengendalikan permeabilitas lapangan
Jawa. Kamojang. Arah sesar-sesar adalah Barat
Daya-Timur Laut (BD- TL), Barat Laut-
3. Unit Cibatuipis Tenggara (BL-TG), Barat Barat Laut –
Terletak di sebelah baratdaya Danau Timur-Timur Laut (BBL-TTL) dan Utara-
Pangkalan, membentuk morfologi Selatan (U-S).
Berdasarkan umurnya sesar-sesar itu dapat Penggunaannya dalam eksplorasi
diturunkan dari tua ke muda sebagai panasbumi adalah untuk mengetahui dan
berikut (Hantono dkk, 1996): mengkaji potensi untuk pengembangan dari
A. Sesar BD-TL (arah N600E) diperkirakan suatu sumberdaya panas bumi. Data kimia
merupakan sesar tertua di daerah Kamojang yang digunakan adalah data kimia dari
di bagian Utara Danau Pangkalan manifestasi panasbumi (air dan gas) dan
merupakan sesar normal dengan Blok data isotop.
Tenggara relatif turun. Di bagian Selatan 3.1 Geothermometer Gas
danau Pangkalan merupakan sesar Gas panasbumi dapat dibedakan
mendatar. menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
B. Sesar BL-TG (arah N1400E) merupakan A. Gas-Gas Reaktif
kelompok sesar normal yang rumit.
Gas ini merupakan gas yang mudah
C. Sesar BBL-TTL (arah N1100E) muncul mengalami reaksi (unsurnya). Contoh
dibagian Timut Laut daerah Kamojang. dari gas ini adalah H2O, CO2, H2S,
Sesar ini merupakan sesar normal dengan NH3, H2, N2, CH4.Gas-gas ini
Blok Selatan relatif turun. memberikan informasi kondisi bawah
D. Sesar U-S (arah N150E) muncul di permukaan seperti menerangkan
bagian timur daerah Kamojang, yang kondisi temperatur bawah permukan.
diperkirakan merupakan sesar termuda. B. Gas-Gas Inert atau Konservatif
Sesar ini merupakan sesar normal dengan Gas yang cenderung lebih stabil dan
Blok Barat relatif turun. tidak reaktif. Contoh dari gas ini
adalah gas mulia, hidrokarbon selain
metana.Gas ini dapat digunakan untuk
menunjukkan informasi sumber dari
gas itu.
Geotermometer gas baik digunakan untuk
menghitung temperatur dari data
manifestasi berupa gas, seperti pada
fumarol dan solfatara. Data kimia gas yang
digunakan adalah CH4, CO2, H2 dan
tekanan (pressure) CO2.
Arnorsson dan Gunlaugson merumuskan
perhitungan Geotermometer CO2 dan
sebagai berikut.

Q = log (mmol/kg) CO2 atau H2S …. (1)


t°C (CO2)= -44.1 + 269.25 Q – 76.88 Q2 + 9.52 Q3 …. (2)
Gambar 2.1 Peta Geologi Peta Geologi Regional
jika [Cl] > 500 ppm maka t°C (H2S)= 246.7 + 44.8 Q …. (3)
Area Panas Bumi Lapangan ZW
jika [Cl] < 500 ppm maka t°C (H2S) = 173.2 + 65.04 Q …. (4)
(Peta kompilasi Healy,1975, Robert, 1983,
PABUM UEP III, 1983, Agus, 1999, Kamah dan
Nur, 2000) Untuk data kimia gas, data yang digunakan
meliputi konsentrasi kandungan CO2, H2S,
dan gas sisa O2 & N2. Dari hasil analisis
3. Tinjauan Pustaka
kimia gas ini dapat digunakan untuk
Geokimia Panasbumi adalah ilmu yang mengetahui perkiraan suhu reservoir
mempelajari komposisi kimia dari fluida dengan metode geotermometer gas
panas bumi. Bertujuan untuk mengetahui Arnorsson & Gunnlaugsson, 1985
karakteristik reservoir panasbumi.
3.2 Perhitungan Potensi Metode Heat loss 4. Analisis Geokimia
Konveksi Analisis Laboratorium dilakukan pada
Metode Heat Loss adalah metode yang Lima sampel air pada lokasi manifestasi
berpedoman pada hilangnya energy panas Mataair Citeduh, Cibeuning, kawah Basah,
di permukaan. Biasanya digunakan pada Siun dan Cipayung. Pengamatan dilakukan
tahap awal explorasi lapangan panas bumi, untuk melalui kandungan nilai geokimia
untuk menentukan nilai potensi dengan fluida utamanya untuk selanjutnya
data seminim mungkin. Pada perhitungan dilakukan analisis. Adapun analisis
dengan metode ini konsep dasarnya adalah menggunakan diagram trilinier Cl – SO4 –
Hukum Kekekalan Massa, artinya HCO3, diagram trilinier Na – K – Mg,
mengasumsikan energi (melalui panas yang Diagram Trilinier Cl – F – B dan Diagram
keluar) yang terkandung di dalam sama trilinier Cl – Li – B. Dari diagram tersebut
dengan energi yang keluar. dapat didterminasi karakteristik setiap
Untuk menghitung jumlah potensi adalah manifestasi, jika berkaitan dapat juga untuk
dengan menjumlahkan nilai panas yang mendeterminasi karakter dari reservoir.
hilang secara konveksi dijumlahkan dengan Selain itu seluruh nilai konsentrasi
total panas yang hilang secara konduksi. geokimia fluida di analisis masing-masing
Berikut adalah rumus perhitungan yang nilai konsentrasinya, meskipun tidak
digunakan: melalui plotting pada diagram trilinier,
melalui jumlah konsentrasi senyawa
- Panas yang hilang secara Konveksi tertentu dan juga perbandingan dari nilai
rasio unsur beberapa senyawa tertentu.
Setiap nilai konsentrasi dan perbandingan
nilai rasio unsur akan memberikan
informasi yang berbeda-beda untuk
karakteristik dari manifestasi. Data
konsentrasi senyawa geokimia dari fluida
ini diperoleh dari analisis sampel air di
laboratorium PT Pertamina Geothermal
Energy. Sementara sampel gas yang di
3.3 Perhitungan Potensi Metode analisis adalah nilai konsentrasi dari CO2
Volumetrik dan H2S. Nilai konsentrasi kimia dari
Metode yang digunakan juga dalam kelima manifestasi dapat dilihat pada tabel
estimasi potensi sumberdaya panasbumi 4.1
(dalam MWe) adalah metode Volumetrik, Berdasarkan hasil plotting pada diagram
yang ditulis oleh Panitia Kecil Standarisasi trilinier Cl-SO4-HCO3 (gambar 4.1)
Panas Bumi (1994) dalam Tim Survei menunjukan hasil plotting kawah
Geologi dan Geokimia – Pusat Sumber Cibeuning dan Citeduh merupakan mataair
Daya Geologi (2009) dengan rumus Sulfat. Sementara Kawah Basah, Cipayung
perhitungan sebagai berikut: dan Mataair Siun merupakan mataair
Q = 0,11585 x h x A x (Tag – Tcut off) bikarbonat. Tapi, jika dilihat lagi
konsentrasi kandungan Cl-SO4-HCO3 pada
Keterangan: kawah Cibeuning, Basah dan Cipayung
Q = Potensi Energi (MWe) memiliki nilai konsentrasi yang sangat
rendah, jauh dari nilai konsentrasi yang
A = Luas Persebaran Reservoir (km2) biasanya berada pada reservoir ataupun
h = Tebal Reservoir (km) lapisan kondensat. Sehingga dimungkinkan
jika sampel air pada ketiga kawah ini telah
Tag = Temperatur Reservoir (oC) mengalami pengenceran yang sangat
intensif
Tabel 4.1 Komposisi kimia Fluida Panasbumi Lapangan ZW

Sementara pada plotting diagram trilinier Diagram Cl-Li-B (Gambar 4.4)


K-Na-Mg (gambar 4.2) menunjukkan menunjukan kawah Cibeuning dan mataair
seluruh sampel condong ke arah Mg. Siun menunjukkan nilai Li yang lebih
Menandakan bahwa telah terjadi reaksi dominan. Hal ini menandakan fluida
yang signifikan antara fluida dengan batuan tertransport tidak jauh dan atau fluida
ketika fluida tertransport menuju bergerak secara cepat ke permukaan,
permukaan, atau juga telah terjadi sehingga konsentrasi Li di dalam fluida
pengenceran yang cukup intensif oleh air tidak sempat (minim) diserap oleh mineral
meteorik yang kaya akan Mg. Sehingga lempung didekat permukaan. Tiga
memperkuat kemungkinan sampel pada manifestasi lain menunjukkan sebaliknya.
kawah Cipayung, Basah dan Cibeuning 5. Pendugaan Suhu Di Reservoir
telah mengalami pencampuran dengan air
Berdasarkan analisis geokimia sebelumnya,
meteorik.
semua mataair tidak ada yang berasal
Dari Diagram Cl-F-B (gambar 4.3) langsung dari reservoir. Air bikarbonat dan
menunjukkan kelima manifestasi memiliki air sulfat berasala dari suatu lapisan
nilai konsentrasi B yang dominan. Hal ini kondensat di atas reservoir, dilihat dari nilai
menandakan jika batuan induk lapangan konsentrasi Cl yang rendah. Sehingga
panasbumi ZW adalah batuan Andesitik. untuk melakukan pendugaan suhu di
Kandungan F yang rendah juga reservoir menggunakan geothermometer
menunjukan fluida bukan berasal dari gas. Karena gas cenderung stabil dan tidak
kondensasi gas magmatik. Serta nilai Cl berekasi tidak seperti air. Masih ada
yang rendah menandakan fluida tidak informasi dari reservoir yang dibawa oleh
berasal langsung dari reservoir gas tersebut.
Gambar 4.1 Plotting penentuan jenis fluida panasbumi. Merah: Citeduh, Kuning: Cibeuning, Hijau: Basah,
Biru: Siun, Coklat: Cipayung

Gambar 4.2 Plotting konsentrasi K-Na-Mg. Merah: Citeduh, Kuning: Cibeuning, Hijau: Basah, Biru: Siun,
Coklat: Cipayung

Dari hasil perhitungan di atas, data untuk Tabel 5.1 hasil perhitungan geothermometer gas
menghitung H2S yang digunakan adalah untuk
H 2S
Cl < 500 ppm. Karena kandungan Cl yang
terkandung dalam kawah Cipayung dan kawah t  (⁰C)  
Basah kurang dari 500 ppm. Dari hasil Q  
Contoh   H2S   H2S  (Cl  
perhitungan didapat bahwa suhu pada reservoir (mmol/k
adalah kisaran antara 229-246 oC, Gas   (mmol/kg)   <500  
g)  
Dari suhu reservoir yang diketahui maka sistem ppm)  
panasbumi pada lapangan ini adalah lapangan
dengan High enthalpy system. Hasil perhitungan  Basah   7.44   0.87   229.90  
Geothermometer gas ditampilkan pada tabel 5.1 Cipayung    6.99      0.84     238.14  
dan tabel 5.2
Gambar 4.3 Plotting Konsentrasi Cl-F-B. Merah: Citeduh, Kuning: Cibeuning, Hijau: Basah, Biru: Siun,
Coklat: Cipayung

Gambar 4.4 Plotting konsentrasi Cl-F-B. Merah: Citeduh, Kuning: Cibeuning, Hijau: Basah, Biru: Siun,
Coklat: Cipayung

Tabel 5.2 hasil perhitungan geothermometer gas 6. Perhitungan Sumberdaya dengan Metode
heat loss konvektif
CO2
Pada penelitian ini panas yang
Q  
Contoh   CO2   t  (⁰C)   diperhitungkan adalah panas yang hilang secara
(mmol/kg konveksi. Panas yang hilang secara konveksi
Gas   (mmol/kg)   CO2   dapat diartikan sebagai pemindahan panas
)  
berdasarkan gerakan fluida. Dalam hal ini
 Basah    60.72      1.78      245.55     fluidanya adalah air dan gas di bawah
permukaan. Artinya, panas yang hilang yang
Cipayung    62.38      1.80      246.56     diperhitungkan adalah panas yang keluar
bersamaan dengan air dan gas sebagai media di
mana panas terkandung didalamnya.
Tabel 6.1 Hasil perhitungan heat loss konveksi

Enthalpi   Enthalpi   Laju  aliran   Laju  Aliran  


Nama   Luas   Suhu   Heat  Loss  
air   uap   massa  air   massa  Uap  
manifestasi   (m2)   (oC)   Konveksi  
(kJ/kg)   (kJ/kg)   (L/s)   (L/s)  
Ciracas   3200   93   389.59   2664.4   2.6   1.5   5009.534  
Gempol   1600   93   389.59   2664.4   3.1   1.4   4937.889  
Cipayung   600   90   376.97   2659.5   2.5   1.6   5197.625  
Citeduh   1800   94   393.81   2666   2.9   1.7   5674.249  
Basah   285   94   393.81   2666   2.9   1.1   4074.649  
Cisambi   40   90   376.97   2659.5   3.2   1.3   4663.654  
Niu   60   90   376.97   2659.5   2.8   1.4   4778.816  
Rambo   1250   89   372.76   2657.9   2.7   1.2   4195.932  
Cibeuning   20   90   376.97   2659.5   3   1.5   5120.16  
Siun   12   55   230.24   2600.1   2.9   1.5   4567.846  
48220.354  
TOTAL=   KWe  
  Data yang diperlukan
   
antara lain   adalah    
terhubung ke selang.
luas daerah setiap manifestasi yang Hubungkan selang ke bejana ukur. Pada
muncul, suhu permukaan, suhu manifestasi, bejana ukur telah terisi larutan basa
debit air dan uap/gas, enthalphy air dan (NaOH), jika gas masuk ke dalam bejana
uap, semua data diperoleh dari pengukuran maka akan ada gelembung-gelembung
langsung di lapangan. Sementara enthalpy yang bergerak. Amati gelembung tersebut
diperoleh dari steam table. Hasil penentuan ketika bergerak dari suatu parameter
jumlah potensi berdasarkan konsep panas tertentu hingga parameter berhentinya
yang hilang dapat dilihat pada tabel 6.1 waktu pengeukuran. Misalnya: dipilih titik
Satuan luas di ukur langsung di lapangan 10 ml dan 30 ml sebagai area pengukuran,
dengan menggunakan alat pengukur saat gelembung yang diamati tepat
sederhana. Begitu juga dengan Suhu menyentuh titik 10 ml, maka stopwatch
Manifestasi menggunakan alat ukur suhu mulai dijalankan, stopwatch berhenti saat
(termometer) langsung di lapangan. Untuk gelembung yang kita amati tepat
Enthalpi dari air dan uap bergantung dari menyentuh titik 30 ml. Misalkan dihasilkan
suhu setiap manifestasi masing-masing, waktu 2 detik, berarti kecepatan alir gas
diperoleh dengan bantuan steam table atau sama dengan 20 ml per 2 detik atau 10 ml
aplikasi-aplikasi pada software tertentu. per detik. Karena nilai untuk laju alir air
Nilai Laju alir air diambil di lapangan dan gas dalam satuan Kg/detik, maka
dengan membuat suatu parit yang berujung konversikan nilai kecepatan sesuai
pada suatu bejana ukur yang telah ditanam, kebutuhan.
kemudian ditunggu sampai batas tertentu Pada penentuan panas yang hilang ini data
dan dihitung waktunya menggunakan yang diambil terbatas, sehingga hanya
stopwatch. Sementara untuk menghitung dapat diamati panas yang hilang melalui
lajur alir uap/gas digunakan metode yang konveksi saja. Dari hasil perhitungan maka
paling sederhana, yaitu dengan nilai potensi adalah sebesar 48220 Kwe
menggunakan bejana ukur yang atau sekitar 48,2 Mwe.
dihubungkan dengan selang masuknya gas.
Pertama buat dahulu lubang di daerah 7. Perhitungan Sumberdaya dengan
sekitar keluarnya manifestasi, amati apakah Metode Volumetrik
ada gas yang keluar jika ada masukan Dalam metode volumetrik, data volume
corong ke dalam tanah dan pastikan gas reservoir digunakan sebagai data utama.
hanya keluar dari corong yang telah Berikut adalah data-data yang digunakan.
Gambar 7.1 Luas Persebaran Reservoir dan Tebal Reservoir

Luas dan Tebal reservoir, data ini diperoleh Rumus yang digunakan juga dalam
melalui penyelidikan geofisika, yaitu: estimasi potensi sumberdaya panasbumi
MagnetoTelurik (Pertamina Geothermal (dalam MWe) adalah rumus metode
Energy, 2013). Volumetrik, yang ditulis oleh Panitia Kecil
Dari hasil penyelidikan MT, maka dapat Standarisasi Panasbumi (1994) dalam Tim
dilihat perkiraan sebaran zona reservoir Survei Geologi dan Geokimia – Pusat
beserta ketebalannya. Gambar 7.1 Sumber Daya Geologi (2009) dengan
merupakan gambaran dari keadaan di rumus perhitungan sebagai berikut:
bawah permukaan pada kedalaman 1025 Q = 0,11585 x h x A x (Tag – Tcut
Meter, batasan daerah dengan batas garis off)
warna merah putus-putus menunjukkan Q: Potensi Energi (MWe)
daerah tersebut merupakan daerah luasan
reservoir. Hasil perhitungan menunjukkan A: Luas Persebaran Reservoir
bahwa luas reservoir adalah 23.200.000 (km2)
M2. Pada gambar 7.1 merupakan salah satu h: Tebal Reservoir (km)
slice yang menunjukkan kedalaman dari
daerah tersebut. Warna kuning-merah Tag: Suhu Reservoir (oC)
menunjukkan bahwa resistivity pada daerah Tcut off: Suhu cut off (oC)
tersebut tinggi, sehingga daerah tersebut
termasuk pada clay cap/batuan penudung Berikut adalah hasil perhitungan potensi
dari sistem panasbumi. Sementara bagian panasbumi pada daerah penelitian:
bawah dari Clay Cap dianggap sebagai 𝑄 = 0,11585  𝑥  3,5  𝑥  23,2  𝑥   229,9
bagian atas dari Reservoir. Tebal reservoir − 180
yang digunakan adalah tebal reservoir
= 9,40702  𝑥  49,9
minimal yang terlihat pada gambar 7.1,
yaitu 3500 meter. = 𝟒𝟔𝟗, 𝟒  𝑴𝑾𝒆
Setelah mendapatkan data luas dan tebal Potensi Sumberdaya hipotetik dari
reservoir selanjutnya adalah data dari Suhu. lapangan Panasbumi ZW adalah sebesar
Data suhu yang digunakan adalah data dari 469,4 MWe.
perhitungan geothermometer gas, tabel 5.4,
nilai suhu terendah digunakan sebagai data
suhu fluida didalam reservoir. Suhu di
reservoir adalah 229,9 oC.
Sementara data suhu pada kondisi akhir
(suhu pada pembangkit), yaitu 180oC.
8. Kesimpulan dan Saran • Nilai potensi berdasarkan pehitungan
8.1 Kesimpulan dengan konsep heat loss konveksi
adalah 48,2 MWe, sedangkan nilai
• Karateristik Mataair panas adalah sbb: potensi sumberdaya hipotetik
a) Kawah Citeduh merupakan mataair berdasarkan perhitungan dengan
Sulfat. Komposisi Mg yang tinggi akibat metode volumetrik adalah 469,4 MWe
dari pencampuran dengan air meteorik
dan reaksi/interaksi dengan batuan yang 8.2 Saran
dilewati. Fluida berasal dari lapisan • Pengeboran wildcat sebaiknya
kondensat diatas reservoir. Batuan induk dilakukan pada zona upflow, karena
berupa batuan andesitic – Basaltik. berasosiasi dengan zona permeabilitas
b) Kawah Cipayung memiliki sampel tinggi.
yang encer sehingga tipe mataairnya
tidak dapat diketahui, tidak valid untuk
Daftar Pustaka
dilakukan determinasi. Memiliki air
bersifat asam dengan batuan induk Arnórsson, S., 2000: The quartz and Na/K
berupa batuan Andesitik – Basaltik. geothermometers. II. Results and
Fluida tertransport cukup jauh dari application for monitoring studies.
sumbernya. Proceedings of the World
c) Kawah Basah memiliki sampel Geothermal Congress 2000, Kyushu-
yang encer sehingga tipe mataairnya Tohoku, Japan.
tidak dapat diketahui, tidak valid untuk Arnórsson, S., 2000: Isotopic and chemical
dilakukan determinasi. Memiliki air techniques in geothermal
bersifat asam dengan batuan induk exploration, development and use.
berupa batuan Andesitik – Basaltik. Sampling methods, data handling,
Fluida tertransport cukup jauh dari interpretation, International Atomic
sumbernya. Energy Agency, Vienna.
d) Kawah Cibeuning memiliki sampel
yang encer sehingga tipe mataairnya Arnórsson, S., Gunnlaugsson, E., 1983:
tidak dapat diketahui, tidak valid untuk Gas chemistry in geothermal systems.
dilakukan determinasi. Pencampuran Proceedings of the 9th Workshop on
dengan air meteorik sangat intensif. Geothermal Reservoir Engineering,
Memiliki air bersifat asam dengan Stanford University, Stanford, Ca.
batuan induk berupa batuan Andesitik – Arnórsson, S., and Gunnlaugsson, E., 1985:
Basaltik. Fluida naik secara cepat New gas geothermometers for
dan/atau tertransport jauh dari geothermal exploration – calibration
sumbernya. and application, Geochim.
e) Mataair Siun Merupakan mataair Cosmochim. Acta.
bikarbonat. Terbentuk pada lapisan
kondensat di bawah muka airtanah, Badan Standarisasi Nasional. 1999, SNI
manifestasi ini berada pada zona 13-6171-1999 ICS 73.020. Metode
outflow. Batuan induk berupa batuan Estimasi Potensi Energi Panas Bumi.
Andesitik. Badan standardisasi nasional-bsn,
• Kisaran suhu reservoir berdasarkan Jakarta.
geothermometer gas adalah 229,9 oC - Bemmelen, R. W., 1949, The Geology of
246,6oC Indonesia, Vol. 1 A, Government
• Manifestasi Kawah Citeduh, Kawah Printing Office, The Hauge,
Cipayung, Kawah Basah dan Amsterdam.
Cibeuning berada pada zona upflow. Bogie, I. dan Mackenzie, K.M., 1998. The
Mataair Panas Siun berada pada zona Application of a Volcanic Facies
outflow. Models to an Andesitic
Stratovolcano Hosted Geothermal
Brahmantyo, Budi., 2005, Catatan Kuliah Hantono, D., Mulyono, A., Hasibuan, A.,
Geologi Cekungan Bandung, Penerbit 1996, Structural Control is a
ITB, Bandung. Strategy for Exploration Well at
Browne, P. R. L., 1998, Hydrothermal Kamojang Geothermal Field, West
Alteration, Lecture Note, Geothermal Java, Indonesia, Divisi Panasbumi-
Institute, The University of Pertamina, Jakarta.
Auckland. Hochstein, MP. Patrick R.L. Browne. 2000.
Chen, P. Y., 1977, Table of Keys Lines in Surface Manifestations of
X-Ray Powder Diffraction Patterns of Geothermal Systems with Volcanic
Minerals in Clays and Associated Heat Sources in Encyclopedia of
Rocks, Department of Natural Volcanoes. Academic Press.
Resources Geological Survey Koesoemadinata, R. P., 2001, Introduction
Occasional Paper, Indiana. to The Geology of West Java, Guide
D'Amore, F., and Panichi, C., 1980: Book of Carbonate Fieldtrip to
Evaluation of deep temperatures in Tagogapu-Rajamandala Area, West
geothermal systems by a new gas Java, Bandung.
geothermometer. Geochim. Mahon K, and Ellis, AJ. 1977. Chemistry
Cosmochim. Acta, 44. and Geothermal System. Orlando:
Duchi, V., Minissale, A. A. and Prati, F., Academic Press Inc.
1987, Chemical composition of Moore, J. N. Dan Adams, M. C., 2000, The
thermal springs, cold springs, Fluid Inclusion and Mineralogic
streams and gas vents in the Mt Record of the Transition from Liquid-
Amiata geothermal region, Italy. J: to Vapor-Dominated Conditions in
Volcanol. Geoth. Research, in press. The Geysers Geothermal System,
Duchi, V., Minissale, A. A, and Rossi, R., California, Economic Geology vol
1987, Chemistry of thermal springs in 95, pp 1719-1737.
the Larderello-Travale geothermal Nasution, A. Kartadinata, M.N. 2004. Age
field (southern Tuscany), Italy. Dating and Geochemistry of
Submitted to Appl. Geochem. Tangkuban Perahu geothermal Area,
Ellis, A. J., dan Mahon, W. A., 1977, West Java, Indonesia. Japan: Journal
Chemistry and Geothermal System, of Geothermal Research Society of
Academik Press, New York. Japan.

Fisher, R. V., dan Schmincke, H. U., 1984, Nicholson, K., 1993, Geothermal Fluids;
Pyroclastic Rocks, Springer-Verlag, Chemistry and Exploration
Berlin, Germany Tecniques, Springer Verlag, Inc,
Berlin.
Fournier, R.O., 1977: Chemical
geothermometers and mixing model Pertamina Geothermal Energy Co., 1996,
for geothermal systems. Geothermics, Unit Vulkanik daerah Kabupaten
5, 41-50. Garut dan Bandung, Unpublished
Report.
Fournier, R.O., 1979: A revised equation
for Na-K geothermometer. Geoth. Pertamina Geothermal Energy Co., 1999,
Res. Council, Trans. Pengamatan Citra Satelit wilayah
Gunung Guntur, Unpublished
Fournier, Robert O. 1989. Water Report.
Geothermometers Applied to
Geothermal Energy. USA: US Setianto. 1999. Analisis Aspek Geologi
Geological Survey. Melalui Citra Landsat Daerah
Kabupaten Garut dan Sekitarnya.
Giggenbach, WF. 1988. Chemical Pertamina Geothermal Energy Area
Techniques in Geothermal Kabupaten Garut dan Kabupaten
Exploration. New Zealand: Bandung, Unpublished Report.
Strelbitskaya, S., 2005, Interpretation of
Chemical Composition of
Geothermal Fluid from the
Geothermal Field Of Baransky
Volcano, Iturup Island, Russia, The
United Nation University, Reykjavík,
Iceland.
Tim Kecil Kelompok Kerja Panitia Teknis
Panas Bumi, 1994, Cadangan dan
Sumber Daya Panas Bumi Indonesia,
Departemen Pertambangan dan
Energi, Jakarta.
Tim Survey Terpadu Geologi dan
Geokimia PSDG, 2009. Laporan
Akhir Survey Geologi Dan Geokimia
Daerah Panasbumi Arjuno-Welirang
Kabupaten Mojokerto dan Malang
Provinsi Jawa Timur. (Laporan
Akhir). Bandung
Wicaksono, Tondo. 2010. Laporan Awal
Explorasi Panasbumi Wilayah
Kabupaten Garut dan Sekitarnya.
Pertamina Geothermal Energy Area
Kabupaten Garut dan Kabupaten
Bandung, Unpublished Report.

Anda mungkin juga menyukai