Uts Implementasi Kurikulum
Uts Implementasi Kurikulum
IMPLEMENTASI KURIKULUM
KASMAN/1907470
PENGEMBANGAN KURIKULUM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INONESIA
2019
Kasman.student@upi.edu
1. Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written
curriculum) dalam bentuk pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Miller
dan Seller (1985): bahwa implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep ide
program atau tatanan kurikulum ke dalam bentuk praktek pembelajaran atau berbagai
kreativitas baru sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk
berubah.
Mengapa implementasi kurikulum dilaksanakan karena merupakan salah satu komponen
yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat
untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Dengan demikian, akan menjadi jelas dan
terencana bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam proses belajar-mengajar yang
dilakukan pendidik dan anak didik. Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu
pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik (guru) kepada anak didik, tetapi juga segala
kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh
terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Implementasi kurikulum dalam pelaksanannya meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk menguraikan visi dan misi atau mengembangkan tujuan
implementasi (operasional) yang ingin dicapai. Dalam setiap penetapan berbagai elemen yang
akan digunakan dalam proses implementasi kurikulum terdapat tahapan proses pembuatan
keputusan yang meliputi; 1) Identifikasi masalah yang dihadapi (tujuan yang ingin dicapai); 2)
Pengembangan setiap alternatif metode, evaluasi, personalia, anggaran dan waktu, 3) Evaluasi
setiap alternatif tersebut; 4) penentuan alternatif yang paling tepat (Poster 1996).
2. Tahap Pelaksanaan Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk melaksanakan Blue Print yang telah disusun dalam perencanaan
dengan menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang ada dan telah ditentukan pada
tahap perencanaan sebelumnya. Pelaksanaan dilakukan oleh suatu tim terpadu, menurut
departemen/divisi/seksi masing-masing atau gabungan, tergantung pada rencana sebelumnya,
hasil dari pekerjaan ini adalah tercapainya tujuan-tujuan kegiatan yang telah ditetapkan.
3. Tahap Evaluasi Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk melihat dua hal: 1) Melihat proses pelaksanaan yang sedang berjalan
sebagai tugas kontrol, apakah pelaksanaan evaluasi telah sesuai dengan rencana dan sebagai
fungsi perbaikan jika selama proses terdapat kekurangan. 2) Melihat hasil akhir yang dicapai.
Hasil akhir ini merujuk pada kriteria waktu dan hasil yang dicapai dibandingkan terhadap fase
perencanaan. Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan suatu metode, sarana dan prasarana,
anggaran personal dan waktu yang ditentukan dalam tahap perencanaan.
Implementasi kurikulum 2013 belum bisa dikatakan efektif karena masih banyaknya data
dan fakta permasalahan dalam implementasinya, seperti dilansir laman Kemendikbud, Kamis
(11/12/2014).
1. Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada kesimpulan
urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.
2. Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah
setahun penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk.
3. Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak seksama sehingga
menyebabkan ketidakselarasan.
4. Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu substansi
keilmuan dan menimbulkan kebingungan dan beban administratif berlebihan bagi para
guru.
5. Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga membingungkan guru dan
mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa.
6. Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pencetakan dan
peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan sekolah akibat
keterlambatan atau ketiadaan buku.
7. Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.
2. Model implementasi kurikulum yang dikemukakan oleh Allan C. Ornstein & Francis P.
Hunkins
1. Model Overcoming Resistance to Change Model (ORC)
Model implementasi kurikulum ini, didasarkan pada asumsi yaitu sukses atau gagalnya
usaha perubahan secara organisasi yang direncanakan.
2. Organization Divelopment Model (OD)
merupakan pengembangan organisasi digunakan untuk memberi makna pendekatan yang
lebih khusus untuk membawa perubahan dan perbaikan dalam suatu organisasi.
3. Concer-Based Adoption Model
Model implementasi kurikulum ini mengidentifikasi berbagai tingkatan perhatian guru
terhadap suatu pembaharuan dan bagaimana guru mengadakan pembaharuan di dalam kelas.
4. Educational Change Model
Model implementasi kurikulum ini, memandang bahwa efektivitas dalam memanfaatkan
implementasi tergantung seberapa baik orang menyerap keseluruhan konsep implementasi.
Perbedaan
Kegiatan inti menggunakan metode yang Pemilihan pendekatan tematik dan /atau
disesuaikan dengan karakteristik peserta tematik terpadu dan/atau saintifik
didik dan mata pelajaran, yang dapat dan/atau inkuiri dan penyingkapan
meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
konfirmasi. menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based
learning) disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap
tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik
dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD)
4. Peran dan tanggung jawab pemerintah (Kemendikbud), dengan peran dan tanggung
jawab sekolah (satuan pendidikan) dalam implementasi kurikulum.
Kebijakan (Kemendikbud)
Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan. Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dalam Kurikulum 2013 memiliki tahapan: 1. Orientasi peserta
didik terhadap masalah. 2.Mengorganisasikan peserta didik, 3. Membimbing penyelidikan
individu dan kelompok, 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah model pembelajaran
yang menggunakan proyek sebagai inti pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan
model pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek dimana peserta didik bekerja secara
mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk
nyata. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis
informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
Model inquiry/discovery learning adalah pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak
disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi
sendiri. Inquiry dimaknai sebagai aktivitas penyelidikan dan atau pencarian untuk memuaskan
rasa ingin tahu peserta didik. Pada metode inquiry, siswa diarahkan untuk menemukan jawaban
sendiri. Discovery dimaknai sebagai penemuan, dalam artian siswa menemukan konsep, arti,
dan hubungan melalui sebuah pembelajaran yang bermakna hingga mampu menyusun sebuah
kesimpulan.
6. Ornstein dan Hunkins (1993) dalam Strategi dan prosedur implementasi kurikulum
yang digunakan pada penerapan kurikulum 2013 di sekolah
Implementasi kurikulum yang sukses dihasilkan dari perencanaan hati-hati, Matthew Miles
dan Karen Louis mencatat bahwa untuk perencanaan terjadi harus ada visi yang dibangun.
Implementasi itu memerlukan perencanaan, dan perencanaan terfokus pada tiga faktor:
orang-orang, program, dan proses.
3 Menkomunikasikan Rencana Implementasi
Kapanpun dan dimanapun saat program baru sedang dirancang, saluran komunikasi harus
dibiarkan terbuka sehingga program yang baru datang bukan sebagai suatu kejutan. Diskusi
tentang suatu program baru antar para guru, utama, dan kurikulum wirkers adalah kunci
sukses implementasi. Tetapi komunikasi adalah peristiwa kompleks. Komunikasi
menggambarkan transmisi fakta, gagasan, nilai-nilai, perasaan, dan sikap dari seseorang
kelompok ke yang lain. Komunikasi berhadapan dengan pesan yang memproses antara
pengirim dan penerima suatu pesan
4 Incrementalism
Implementasi, tidak terjadi dengan tiba-tiba dengan semua guru. Idealnya, suatu proses
implementasi membutuhkan cukup waktu untuk guru guna mencoba kurikulum yang baru.
Loucks dan Lieberman sudah menemukan bahwa guru berhasil dengan suatu kurikulum
baru, jika: guru mengorientasi diri mereka kepada materi dan melibatkan dalam peran itu
akan serta menyiapkan mereka membawa. Pada mulanya penggunaan kurikulum yang baru
adalah mekanik. Mereka mengikuti pemandu dengan penyimpangan yang sedikit dan
mereka mengambil prakarsa sedikit untuk membuat perubahan apapun dalam kurikulum itu.
Ketika mereka menjadi lebih nyaman dengan kurikulum, mereka mulai untuk memodifikasi
itu, yang manapun untuk melakukan penyesuaiannya ke filosofi bidang pendidikan mereka
sendiri atau ke konteks kebutuhan siswa.
5 Dukungan Implementasi
Dukungan adalah hal penting jika implementasi diharapkan sukses. Dan Lortie menunjuk
para guru mengalokasikan mayoritas waktu kerja mereka dalam kelas dengan para siswa
mereka, oleh karena itu hendaknya mereka mempunyai komunikasi minimal dengan rekan
dan pemimpin mereka. Peluang untuk para guru untuk bekerja sama, berbagi gagasan,
bersama-sama memecahkan permasalahan, dan dengan cara kerja sama menciptakan
material yang memungkinkan implementasi kurikulum dapat sukses.
6 Implementasi Sebagai Proses Perubahan
Mereka yang menerima model pengembangan kurikulum yang masuk akal akan memandang
perubahan sebagai sesuatu yang dengan tepat mengatur dan mengimplementasikan rencana.
Implementasi menjadi bagian dari suatu proses perubahan yang linier. Perubahan cepat
sedang terjadi di dalam latar belakang keluarga dan sturcture, subculturea, dan kelompok
masyarakat. Pluralisme budaya sedang menjadi trend dan menemukan momentumnya.
Sebagai tambahan, teknologi bidang pendidikan juga sedang trend dan menemukan
momentumnya, berdampak pada kurikulum dan pengeimplementasiannya.
7 Teori Perubahan
Perubahan dihasilkan oleh pengetahuan baru, namun kehadiran pengetahuan baru tidaklah
cukup untuk perubahan. Masyarakat harus mengenali suatu kebutuhan untuk berubah. Lovell
mengemukakan teori perubahan yang menyertakan lima proses: 1) kepemimpinan; 2)
komunikasi; 3) pelepasan potensi manusia; 4) problem solving; dan 5) evaluasi. Proses ini
dapat mendorong ke arah sistem (sekolah) kohesi dan kooperasi atau konflik dan tegangan.
8 Tipologi Perubahan
Kurikulum disesuaikan atau dimodifikasi dan diterapkan bukan sebagai suatu hasil analisa
hati-hati tetapi sebagai tanggapan ke peristiwa yang tidak diantisipasi. Robert Chin telah
membahas tiga jenis strategi perubahan:
1. Empirical-Rational. Tekanan strategi pada pentingnya kebutuhan perubahan dan
wewenang untuk menerapkan. Sering sekolah kekurangan pendekatan ini untuk berubah
sebab mereka tidak mengetahui mereka memerlukan suatu perubahan maupun
keterampilan untuk menerapkan itu.
2. Normative-Reeducative. Strategi berdasar pada kecerdasan/inteligen dan rasionalitas
manusia. Manusia akan berubah jika mereka didekati secara rasional dan dibuat untuk
melihat bahwa mereka harus memodifikasi nilai-nilai, sikap, pemahaman, dan
ketrampilan mereka.
3. Power Strategies. Memaksa individu itu mematuhi berbagai keinginan dari mereka yang
lebih pandai.
Strategi paksaan jarang digunakan di dalam sekolah, kecuali saat luar biasa. John McNeil
telah menyelidiki proses perubahan dengan penggunaan kompleksitas organisator:
1. Substitution/Penggantian. Ini melukiskan perubahan di mana satu unsur mungkin diganti
yang lain. Seorang guru, sebagai contoh, mengganti buku teks dengan buku yang lain.
Jenis perubahan ini yang paling umum dan yang paling mudah.
2. Alteration/ Perubahan. Perubahan jenis ini ada ketika seseorang memperkenalkan
program dan materi atau prosedur baru.
3. Pertubartion/Gangguan. Perubahan ini bisa jadi pada mulanya mengganggu suatu
program tetapi kemudian disesuaikan secara penuh oleh leaderkurikulum denan program
yang berkelanjutan.
4. Restructuring/Restrukturisasi. Perubahan ini mendorong ke arah modifikasi sistem.
Seperti konsep pengajaran baru, seperti perubahan susunan kepegawaian atau regu
pengajar.
5. Value-Orientation change. Ini adalah pergeseran dalam orientasi kurikulum atau filosofi
pokok.
Model implementasi kurikulum ini, didasarkan pada asumsi yaitu sukses atau gagalnya usaha
perubahan secara organisasi yang direncanakan. Implementasi inovasi di sekolah dan
lembaga pendidikan, dapat dikelompokan menjadi empat tahap : (a) Unrellated Concern:
pada tingkatan ini guru tidak merasakan hubungan antar mereka disarankan perubahan. (b)
Personal Concern: pada tahap ini reaksi individual; pada inovasi berkaitan dengan situasi
personal. Berkonsentrasi pada bagaimana program baru dibandingkan dengan program yang
sedang berjalan, khususnya pada apa yang dia lakukan. (c) Task-Related Concern: berkaitan
dengan manfaat aktual inovasi kelas. (4) Impact-Relatde Concern: ketika reaksi pada tahap
ini, guru lebih berpusat pada bagaimana inovasi bisa mempengaruhi lainnya dalam hal ini
organisasi keseluruhan.