Anda di halaman 1dari 16

UJIAN TENGAH SEMESTER

IMPLEMENTASI KURIKULUM

KASMAN/1907470

PENGEMBANGAN KURIKULUM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INONESIA

2019
Kasman.student@upi.edu
1. Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written
curriculum) dalam bentuk pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Miller
dan Seller (1985): bahwa implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep ide
program atau tatanan kurikulum ke dalam bentuk praktek pembelajaran atau berbagai
kreativitas baru sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk
berubah.
Mengapa implementasi kurikulum dilaksanakan karena merupakan salah satu komponen
yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat
untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Dengan demikian, akan menjadi jelas dan
terencana bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam proses belajar-mengajar yang
dilakukan pendidik dan anak didik. Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu
pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik (guru) kepada anak didik, tetapi juga segala
kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh
terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Implementasi kurikulum dalam pelaksanannya meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk menguraikan visi dan misi atau mengembangkan tujuan
implementasi (operasional) yang ingin dicapai. Dalam setiap penetapan berbagai elemen yang
akan digunakan dalam proses implementasi kurikulum terdapat tahapan proses pembuatan
keputusan yang meliputi; 1) Identifikasi masalah yang dihadapi (tujuan yang ingin dicapai); 2)
Pengembangan setiap alternatif metode, evaluasi, personalia, anggaran dan waktu, 3) Evaluasi
setiap alternatif tersebut; 4) penentuan alternatif yang paling tepat (Poster 1996).
2. Tahap Pelaksanaan Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk melaksanakan Blue Print yang telah disusun dalam perencanaan
dengan menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang ada dan telah ditentukan pada
tahap perencanaan sebelumnya. Pelaksanaan dilakukan oleh suatu tim terpadu, menurut
departemen/divisi/seksi masing-masing atau gabungan, tergantung pada rencana sebelumnya,
hasil dari pekerjaan ini adalah tercapainya tujuan-tujuan kegiatan yang telah ditetapkan.
3. Tahap Evaluasi Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk melihat dua hal: 1) Melihat proses pelaksanaan yang sedang berjalan
sebagai tugas kontrol, apakah pelaksanaan evaluasi telah sesuai dengan rencana dan sebagai
fungsi perbaikan jika selama proses terdapat kekurangan. 2) Melihat hasil akhir yang dicapai.
Hasil akhir ini merujuk pada kriteria waktu dan hasil yang dicapai dibandingkan terhadap fase
perencanaan. Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan suatu metode, sarana dan prasarana,
anggaran personal dan waktu yang ditentukan dalam tahap perencanaan.
Implementasi kurikulum 2013 belum bisa dikatakan efektif karena masih banyaknya data
dan fakta permasalahan dalam implementasinya, seperti dilansir laman Kemendikbud, Kamis
(11/12/2014).
1. Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada kesimpulan
urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.
2. Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah
setahun penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk.
3. Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak seksama sehingga
menyebabkan ketidakselarasan.
4. Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu substansi
keilmuan dan menimbulkan kebingungan dan beban administratif berlebihan bagi para
guru.
5. Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga membingungkan guru dan
mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa.
6. Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pencetakan dan
peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan sekolah akibat
keterlambatan atau ketiadaan buku.
7. Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.

2. Model implementasi kurikulum yang dikemukakan oleh Allan C. Ornstein & Francis P.
Hunkins
1. Model Overcoming Resistance to Change Model (ORC)
Model implementasi kurikulum ini, didasarkan pada asumsi yaitu sukses atau gagalnya
usaha perubahan secara organisasi yang direncanakan.
2. Organization Divelopment Model (OD)
merupakan pengembangan organisasi digunakan untuk memberi makna pendekatan yang
lebih khusus untuk membawa perubahan dan perbaikan dalam suatu organisasi.
3. Concer-Based Adoption Model
Model implementasi kurikulum ini mengidentifikasi berbagai tingkatan perhatian guru
terhadap suatu pembaharuan dan bagaimana guru mengadakan pembaharuan di dalam kelas.
4. Educational Change Model
Model implementasi kurikulum ini, memandang bahwa efektivitas dalam memanfaatkan
implementasi tergantung seberapa baik orang menyerap keseluruhan konsep implementasi.

Model implemantasi kurikulum yang dikemukakan oleh Miller dan Seller


1. Concer-Based Adoption Models (CBAM),
Model ini mengidentifikasi berbagai tingkatan perhatian guru terhadap suatu pembaharuan
dan bagaimana guru mengadakan pembaharuan di dalam kelas.. Model ini disebut
juga transaction models.
2. The Inovations Profile Models,
Model implementasi kurikulum ini, memungkinkan para guru dan pengembang kurikulum
untuk mengembangkan suatu gambaran (profile), hambatan-hambatan dalam melakukan
perubahan, serta berupaya untuk mengatasi hambatan tersebut.
3. Trust Opening Realization Independence (TORI) Model.
Model ini memfokuskan pada perubahan pribadi dan sosial. Model TORI ini memberikan
suatu skala yang membantu para guru mengidentifikasi seberapa besar lingkungan sekolah
dapat menerima dan mengimplementasikan suatu inovasi (termasuk dalam implementasi
kurikulum); serta memberikan panduan untuk memudahkan implementasi perubahan.

a. Analisis kritis terhadap model-model implementasi kurikulum tersebut berkenaan


dengan pelaksanaan kurikulum di Indonesia.
Mengenai model perubahan apa yang digunakan saat merumuskan Kurikulum 20I3,
Pereview menggolongkannya pada Educational Change Model, Hal lni terlihat Pada
faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan kurikulum yang dilakukan Pemerintah, dan
juga pada tipologi perubahannya yang terpusat pada satu kebijakan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang lain. Namun fokus tipologi Perubahannya juga pada
paradigma normatif dan rasionali. Perubahan yang dilakukan dengan Kurikulum 20I3 juga
mengakomodasi rencana-rencana Perubahan yang berbasis pada kepentingan tingkat
satuan pendididikan. Untuk strategi perubahan Kurikulun 20I3 lebih dekat pada
Normative-Reducative yaitu strategi lebih berdasar pada kecerdasan dan rasionalitas
manusia. Menimbang sejarah filsafat yang digunakan, aliran psikologi, teori belajar yang
digunakan di Indoensia, sangat mungkin bahwa model, tipologi perubahan. dan strategi
perubahan Kurikulum 2013 adalah berparadigma dan berbasis ‘eklektik’, banyak
kurikulum baru yang gagal dalam implementasi karena ketiadaan suatu rencana perubahan
dalam keseluruhan suatu system persekolahan. Kurikulum 2013 direncanakan dalam
keseluruhan system, namun karena begitu beragamnya key player dan masalah psikologis
pembiayaan, dan belum berhasilnya pengintegrasian visi, jadi bias diprediksi bahwa
kurikulum 2013 akan berjalan timpang, tidak merata antara satuan pendidikan yang satu
dengan yang lain.

b. Letak permasalahan implementasi kurikulum dengan perencanaan dan evaluasi


yang telah dilakukan yaitu:
Pertama belum siapnya guru di lapangan dalam penerapan kurikulum 2013 hal tersebut
ditandai oleh beberapa indikator berikut, yaitu;
a. Ilmu Pengetahuan Sosial menjadikan guru Ilmu Pengetahua Sosial harus menguasi
banyak materi dari Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, dan padahal mereka berasal
dari lulusan salah satu disiplin ilmu saja, sehingga mereka belum siap dalam
penguasaan isi/materi;
b. Jarak antara pembekalan dengan pelaksanaan terlalu singkat, dalam arti guru belum
sempat untuk mencerna hakikat Kurikulum Nasional 2013, namun sudah harus
melaksanakannya, sehingga guru belum terlalu siap dalam mengimplementasikan
Kurikulum Nasional 2013 dan ditambah dengan fasilitas di sekolah yang sangat jauh
dari apa yang dituntut oleh Kurikulum Nasional 2013;
c. Keterampilan teknologi guru juga masih kurang, apalgi guru yang sudah senior,
padahal Kurikulum Nasional 2013 guru dituntut untuk menguasai teknologi dan
informatika, terbukti ketika wali kelas memasukkan nilai di rapot, rata-rata mereka
bingung dengan aplikasi yang telah diberikan, akhirnya nilainya yang keluar adalah 90
semua;
d. Karena belum siap maka dalam praktek hanya menjiplak saja dan contohcontohnya
belum diubah.
Kedua yaitu administrasinya (pembuatan perangkat pembelajaran) dinilai terlalu rumit,
karena mereka merasa tujuan yang ada didalam silabus sulit untuk ditafsirkan, apalagi
harus menuliskan indikator dari masing-masing Kompetensi Inti dan atau Kompetensi
Dasar mulai dari Kompetensi Inti 1 sampai dengan Kompetensi Inti 4. Kemudian Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran tersebut dibuat hanya untuk penyelasaian adiministrasi saja,
prakteknya ketika guru-guru mengajar tidak pernak dilaksanakan sebagaimana mestinya
sesuai dengan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran yang telah disusun.
Ketiga yaitu terkait penilaian dan Kriteria Ketuntasan Minimun. Format penilaian dalam
Kurikulum Nasional 2013 dinilai sangat membingungkan karena banyak aspek (kognitif,
afektif, dan psikomotor) yang harus diamati dan dinilai dalam waktu bersamaan setiap kali
pembelajaran dari awal sampai akhir. Sedangkan untuk masalah Kriteria Ketuntasan
Minimun, guru-guru dituntut untuk membuat kriteria Kriteri Ketuntasan Minimun yang
tinggi. Adanya tuntutan Kriteria Ketuntasan Minimun yang tinggi dari kepala sekolah dan
bahkan tidak ada kesepakatan tertulis sebenarnya, maka membuat guru menjadi
kebingungan ketika memberikan nilai.

3. a. Persamaan dan perbedaan dari kedua standar proses satuan pendidikan

Perbedaan

Permendiknas RI Nomor 41 Permendikbud Nomor 22


Tahun 2007 Tahun 2016

 Kegiatan inti menggunakan metode yang  Pemilihan pendekatan tematik dan /atau
disesuaikan dengan karakteristik peserta tematik terpadu dan/atau saintifik
didik dan mata pelajaran, yang dapat dan/atau inkuiri dan penyingkapan
meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
konfirmasi. menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based
learning) disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.

 Penilaian dilakukan oleh guru terhadap  Penilaian proses pembelajaran


hasil pembelajaran untuk mengukur menggunakan pendekatan penilaian
tingkat pencapaian kompetensi peserta otentik (authentic assesment) yang
didik, serta digunakan sebagai bahan menilai kesiapan peserta didik, proses,
penyusunan laporan kemajuan hasil dan hasil belajar secara utuh.
belajar, dan memperbaiki proses
pembelajaran.
Persamaan

 Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap
tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran.

 RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik
dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD)

b. Pelaksanaan pembelajaran sekarang ini belum sesuai dengan standar yang


dipersyaratkan karena guru kesulitan dalam mengimplementasikan pemenuhan tuntutan
standar tersebut. Pembelajaran cendrung berjalan secara konvensional. Faktor yang
mempengaruhi antara lain disebab media dan peralatan pembelajaran yang minim di
sekolah, jumlah siswa yang terlalu besar dalam satu kelas, sehingga tidak mendukung
diterapkannya pembelajaran yang aktif dan kreatif yang berpusat kepada siswa.
Pendekatan pembelajaran yang terjadi lebih sering berpusat pada guru (teacher-centred
approaches).

4. Peran dan tanggung jawab pemerintah (Kemendikbud), dengan peran dan tanggung
jawab sekolah (satuan pendidikan) dalam implementasi kurikulum.

Kebijakan (Kemendikbud)

1. Kemdikbud berkewajiban menyiapkan anggaran penyiapan naskah buku dan pencetakan


melalui lelang. Selain itu, Kemdikbud memberikan pelatihan kepada guru sasaran dan
kepala sekolah mengenai penerapan Kurikulum serta penyiapan materi, bimbingan teknis
pendampingan, dan monitoring evaluasi.
2. pemerintah daerah tingkat provinsi berkewajiban untuk 1) mengoordinasikan pemerintah
kabupaten/kota yang tidak mendapatkan DAK bidang pendidikan untuk menyiapkan
anggaran penggandaan dan distribusi buku
3. pemerintah kabupaten/kota berkewajiban untuk: 1) menyiapkan anggaran penggandaan
dan pendistribusian buku. 2) berkoordinasi dengan pemerintah provinsi untuk
menyiapkan dukungan anggaran pelatihan guru sasaran, dan 3) menyiapkan mekanisme
teknis pendampingan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum pada tingkat
sekolah.

Implementasi Kurikulum (Satuan Pendidikan)

1. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas pokok merencanakan pembelajaran,


melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih
peserta didik, yang ditopang oleh kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang
guru. Sebagai desainer masa depan anak, kepadanya terletak tanggung jawab untuk
memberdayakan dan membudayakan seluruh peserta didiknya.
2. Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk mengelola dan memimpin
keseluruhan proses dan substansi manajemen pendidikan di sekolah, dengan ditopang
sejumlah kompetensi yang seharusnya dimiliki seorang kepala sekolah. Sebagai leader
dan manejer pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab secara keseluruhan
atas maju-mundurnya proses pendidikan disekolah yang dipimpinnya.
3. Pengawas Sekolah adalah guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang bertugas
melakukan penilaian dan pembinaan, baik dalam bentuk supervisi akademik maupun
supervisi manajerial, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan profesional guru,
dengan ditopang oleh sejumlah kompetensi yang harus dikuasainya. Pengawas sekolah
bertanggung jawab untuk melaksanakan penjaminan mutu dan memberdayakan kepala
sekolah dan guru yang menjadi binaannya.

5. Pendekatan dan model pembelajaran dalam implemantasi kurikulum 2013 di sekolah:


Pendekatan saintifik adalah Pendekatan dengan menggunakan cara ilmiah dalam menghadapi
suatu masalah. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik, ranah sikap mencangkup
transformasi substansi atau materi ajar agar anak didik “tahu mengapa”. Ranah keterampilan
mencangkup substansi atau materi ajar agar anak didik “tahu bagaimana”. Sedangkan ranah
pengetahuan mencangkup transformasi substansi atau materi ajar anak didik “tahu apa”. Pada
hasilnya akan ada peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia
yang baik (sof skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari anak didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan
dan pengetahuan.

Pendekatan tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk


mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi
peserta didik. Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan
berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun
dalam satu mata pelajaran. Pembelajaran tematik terpadu menekankan pada keterlibatan
peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya.

Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan. Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dalam Kurikulum 2013 memiliki tahapan: 1. Orientasi peserta
didik terhadap masalah. 2.Mengorganisasikan peserta didik, 3. Membimbing penyelidikan
individu dan kelompok, 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah model pembelajaran
yang menggunakan proyek sebagai inti pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan
model pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek dimana peserta didik bekerja secara
mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk
nyata. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis
informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

Model inquiry/discovery learning adalah pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak
disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi
sendiri. Inquiry dimaknai sebagai aktivitas penyelidikan dan atau pencarian untuk memuaskan
rasa ingin tahu peserta didik. Pada metode inquiry, siswa diarahkan untuk menemukan jawaban
sendiri. Discovery dimaknai sebagai penemuan, dalam artian siswa menemukan konsep, arti,
dan hubungan melalui sebuah pembelajaran yang bermakna hingga mampu menyusun sebuah
kesimpulan.

6. Ornstein dan Hunkins (1993) dalam Strategi dan prosedur implementasi kurikulum
yang digunakan pada penerapan kurikulum 2013 di sekolah

1 Sifat Alami Implementasi

Implementasi memerlukan penggantian dan restrukturisasi. Sarason mencatat dua hal


penting sebagai dasar esensial untuk implementasi. Yang pertama adalah informasi teoritis,
yang menghubungkan teori perubahan keorganisasian dan teori pengetahuan dengan
bagaimana gagasan berkait dengan suatu dunia nyata yang kontekstual. Pemahaman yang
kedua berhubungan dengan perubahan, khususnya konteks social-institutional. Pelaksana
yang sukses menyerap sifat alami konteks ke dalam kurikulum baru.
2 Hubungan Implementasi dengan Perencanaan

Implementasi kurikulum yang sukses dihasilkan dari perencanaan hati-hati, Matthew Miles
dan Karen Louis mencatat bahwa untuk perencanaan terjadi harus ada visi yang dibangun.
Implementasi itu memerlukan perencanaan, dan perencanaan terfokus pada tiga faktor:
orang-orang, program, dan proses.
3 Menkomunikasikan Rencana Implementasi

Kapanpun dan dimanapun saat program baru sedang dirancang, saluran komunikasi harus
dibiarkan terbuka sehingga program yang baru datang bukan sebagai suatu kejutan. Diskusi
tentang suatu program baru antar para guru, utama, dan kurikulum wirkers adalah kunci
sukses implementasi. Tetapi komunikasi adalah peristiwa kompleks. Komunikasi
menggambarkan transmisi fakta, gagasan, nilai-nilai, perasaan, dan sikap dari seseorang
kelompok ke yang lain. Komunikasi berhadapan dengan pesan yang memproses antara
pengirim dan penerima suatu pesan
4 Incrementalism

Implementasi, tidak terjadi dengan tiba-tiba dengan semua guru. Idealnya, suatu proses
implementasi membutuhkan cukup waktu untuk guru guna mencoba kurikulum yang baru.
Loucks dan Lieberman sudah menemukan bahwa guru berhasil dengan suatu kurikulum
baru, jika: guru mengorientasi diri mereka kepada materi dan melibatkan dalam peran itu
akan serta menyiapkan mereka membawa. Pada mulanya penggunaan kurikulum yang baru
adalah mekanik. Mereka mengikuti pemandu dengan penyimpangan yang sedikit dan
mereka mengambil prakarsa sedikit untuk membuat perubahan apapun dalam kurikulum itu.
Ketika mereka menjadi lebih nyaman dengan kurikulum, mereka mulai untuk memodifikasi
itu, yang manapun untuk melakukan penyesuaiannya ke filosofi bidang pendidikan mereka
sendiri atau ke konteks kebutuhan siswa.
5 Dukungan Implementasi

Dukungan adalah hal penting jika implementasi diharapkan sukses. Dan Lortie menunjuk
para guru mengalokasikan mayoritas waktu kerja mereka dalam kelas dengan para siswa
mereka, oleh karena itu hendaknya mereka mempunyai komunikasi minimal dengan rekan
dan pemimpin mereka. Peluang untuk para guru untuk bekerja sama, berbagi gagasan,
bersama-sama memecahkan permasalahan, dan dengan cara kerja sama menciptakan
material yang memungkinkan implementasi kurikulum dapat sukses.
6 Implementasi Sebagai Proses Perubahan

Mereka yang menerima model pengembangan kurikulum yang masuk akal akan memandang
perubahan sebagai sesuatu yang dengan tepat mengatur dan mengimplementasikan rencana.
Implementasi menjadi bagian dari suatu proses perubahan yang linier. Perubahan cepat
sedang terjadi di dalam latar belakang keluarga dan sturcture, subculturea, dan kelompok
masyarakat. Pluralisme budaya sedang menjadi trend dan menemukan momentumnya.
Sebagai tambahan, teknologi bidang pendidikan juga sedang trend dan menemukan
momentumnya, berdampak pada kurikulum dan pengeimplementasiannya.
7 Teori Perubahan

Perubahan dihasilkan oleh pengetahuan baru, namun kehadiran pengetahuan baru tidaklah
cukup untuk perubahan. Masyarakat harus mengenali suatu kebutuhan untuk berubah. Lovell
mengemukakan teori perubahan yang menyertakan lima proses: 1) kepemimpinan; 2)
komunikasi; 3) pelepasan potensi manusia; 4) problem solving; dan 5) evaluasi. Proses ini
dapat mendorong ke arah sistem (sekolah) kohesi dan kooperasi atau konflik dan tegangan.
8 Tipologi Perubahan

Bennis mengemukakan beberapa jenis perubahan:


Perubahan yang direncanakan adalah perubahan di mana yang dilibatkan itu mempunyai
kuasa sama dan fungsi. Orang-Orang mengidentifikasi dan mengikuti prosedur tepat dalam
hubungan dengan aktivitas yang ada. Perubahan yang direncanakan menjadi yang ideal.
Perubahan dengan paksaan, ditandai oleh satu orang/kelompok menentukan tujuan dan
dengan sengaja tidak masuk orang lain yang mengambil bagian. Kelompok terkendali
mempunyai yang utama menggerakkan dan memelihara kuasa yang berbeda
menyeimbangkan.
Interaksi Perubahan ditandai oleh penentuan sasaran timbal balik dan suatu distribusi kuasa
yang sama antar kelompok. Tetapi yang dilibatkan itu sering kekurangan suatu usaha
sengaja; mereka adalah tidak-pasti.
9 Lanjutan Rencana Implementasi dan Pengembangan

Kurikulum disesuaikan atau dimodifikasi dan diterapkan bukan sebagai suatu hasil analisa
hati-hati tetapi sebagai tanggapan ke peristiwa yang tidak diantisipasi. Robert Chin telah
membahas tiga jenis strategi perubahan:
1. Empirical-Rational. Tekanan strategi pada pentingnya kebutuhan perubahan dan
wewenang untuk menerapkan. Sering sekolah kekurangan pendekatan ini untuk berubah
sebab mereka tidak mengetahui mereka memerlukan suatu perubahan maupun
keterampilan untuk menerapkan itu.
2. Normative-Reeducative. Strategi berdasar pada kecerdasan/inteligen dan rasionalitas
manusia. Manusia akan berubah jika mereka didekati secara rasional dan dibuat untuk
melihat bahwa mereka harus memodifikasi nilai-nilai, sikap, pemahaman, dan
ketrampilan mereka.
3. Power Strategies. Memaksa individu itu mematuhi berbagai keinginan dari mereka yang
lebih pandai.
Strategi paksaan jarang digunakan di dalam sekolah, kecuali saat luar biasa. John McNeil
telah menyelidiki proses perubahan dengan penggunaan kompleksitas organisator:
1. Substitution/Penggantian. Ini melukiskan perubahan di mana satu unsur mungkin diganti
yang lain. Seorang guru, sebagai contoh, mengganti buku teks dengan buku yang lain.
Jenis perubahan ini yang paling umum dan yang paling mudah.
2. Alteration/ Perubahan. Perubahan jenis ini ada ketika seseorang memperkenalkan
program dan materi atau prosedur baru.
3. Pertubartion/Gangguan. Perubahan ini bisa jadi pada mulanya mengganggu suatu
program tetapi kemudian disesuaikan secara penuh oleh leaderkurikulum denan program
yang berkelanjutan.
4. Restructuring/Restrukturisasi. Perubahan ini mendorong ke arah modifikasi sistem.
Seperti konsep pengajaran baru, seperti perubahan susunan kepegawaian atau regu
pengajar.
5. Value-Orientation change. Ini adalah pergeseran dalam orientasi kurikulum atau filosofi
pokok.

7. a. Model-model implementasi kurikulum Miller dan Seller (1985)


Model Penjelasan Contoh Penerapan
Implementasi
The concerns-based Concern Based Adoption Model Model CBAM cocok
adaption model (CBAM) merupakan hasil penelitian digunakan untuk semua mata
(CBAM) tentang implementasi inovasi di sekolah pelajaran, atau untuk bidang-
dan college. CBAM menunjukkan bidang baru sebagai suatu
adanya dua dimensi perubahan, yaitu inovasi, dan dapat digunakan
1. Tingkat kepedulian tentang inovasi pada pendidikan dasar sampai
(SoC), yang menggambarkan pendidikan tinggi.
perasaan guru terhadap perubahan.
2. Tingkat pelaksanaan inovasi (LoU),
yaitu penampilan guru dalam
melaksanakan program baru. Dalam
model CBAM ini implementasi
diartikan sebagai proses penetapan
pemakaian inovasi.
Leithwood Model Model ini memfokuskan pada guru. Model ini membolehkan para
Asumsi yang mendasari model ini adalah guru dan pengembang
1. Setiap guru mempunyai kesiapan kurikulum mengembangkan
yang berbeda; profil yang merupakan
hambatan untuk perubahan
2. Implementasi merupakan proses dan bagaimana para guru
timbal balik; serta dapat mengatasi hambatan
3. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Model ini tidak
memungkinkan adanya tahap-tahap hanya menggamnbarkan
individu untuk identifikasi. hambatan dalam
implementasi, tetapi juga
menawarkan cara dan strategi
para guru dalam mengatasi
hambatan yang dihadapinya
tersebut.
TORI Model (Trust, Model ini dimaksudkan untuk Model ini memfokuskan pada
Openness, menggugah masyarakat dalam perubahan personal dan
Reallization dan mengadakan perubahan. Dengan model perubahan sosial. Model ini
Independency) ini diharapkan adanya minat (interest) menyediakan suatu skala yang
dalam diri guru untuk memanfaatkan membantu guru
perubahan. Esensi dari model TORI mengidentifikasi, bagaimana
adalah: lingkungan akan menerima
1. Trusting: menumbuhkan ide-ide baru sebagai harapan
kepercayaan diri; untuk mengimplementasikan
2. Opening: menumbuhkan dan inovasi dalam praktik serta
membuka keinginan; menyediakan beberapa
3. Realizing: mewujudkan, dalam arti petunjuk untuk menyediakan
setiap orang bebas berbuat dan perubahan.
mewujudkan keinginannya untuk
perbaikan;
4. Interdepending: saling
ketergantungan dengan lingkungan.
Inti dari model ini memfokuskan
pada perubahan personal dan
perubahan sosial.
b. Model-model implementasi kurikulum yang dikemukakan oleh Ornstein dan
Francis P. Hunkins
1. Overcoming Resistance to Change Model (Model ORC).

Model implementasi kurikulum ini, didasarkan pada asumsi yaitu sukses atau gagalnya usaha
perubahan secara organisasi yang direncanakan. Implementasi inovasi di sekolah dan
lembaga pendidikan, dapat dikelompokan menjadi empat tahap : (a) Unrellated Concern:
pada tingkatan ini guru tidak merasakan hubungan antar mereka disarankan perubahan. (b)
Personal Concern: pada tahap ini reaksi individual; pada inovasi berkaitan dengan situasi
personal. Berkonsentrasi pada bagaimana program baru dibandingkan dengan program yang
sedang berjalan, khususnya pada apa yang dia lakukan. (c) Task-Related Concern: berkaitan
dengan manfaat aktual inovasi kelas. (4) Impact-Relatde Concern: ketika reaksi pada tahap
ini, guru lebih berpusat pada bagaimana inovasi bisa mempengaruhi lainnya dalam hal ini
organisasi keseluruhan.

2. Organization Divelopment Model (OD)

Model ini merupakan pengembangan organisasi digunakan untuk memberi makna


pendekatan yang lebih khusus untuk membawa perubahan dan perbaikan dalam suatu
organisasi. Model OD memandang proses implementasi sebagai proses interaktif yang
terjadi. Tugas dari implementasi tidak pernah berakhir dimana selalu ada ide baru untuk
membawa program baru, material baru dan metode yang diharapkan untuk muncul.

3. Educational parts, unit, and loop

Model implementasi kurikulum ini memandang implementasi dari sudut keorganisasian,


organisasi bisa menciptakan kondisi-kondisi yang secara signifikan memengaruhi individu
dalam menerima inovasi dan cara mereka dilibatkan dalam pengimplementasiannya.
Program baru yang sedang diimplementasikan di sekolah memberikan kesempatan bagi
semua pihak terkait seperti peserta didik, guru, dan kepala sekolah. Bagaimanapun,
implementasi sukses akan membutuhkan energi, waktu dan kesabaran.
4. Educational Change Model.

Model implementasi kurikulum ini, memandang bahwa efektivitas dalam memanfaatkan


implementasi tergantung seberapa baik orang menyerap keseluruhan konsep implementasi.
Setiap orang yang ingin menerapkan kurikulum yang baru perlu memahami karakteristik
perubahan perlu dipertimbangkan

Perbandingan Model Implementasi Kurikulum

Seller dan Miller Ornstein dan Francis P. Hunkins

Seller dan Miller, merumuskan makna dari Model-model implementasi kurikulum


suatu perubahan yang harus dipahami oleh tersebut, menawarkan berbagai macam
seluruh komponen yang terlibat dalam model implementasi yang dikembangkan
pendidikan, agar perubahan yang dilakukan oleh guru. Model ORC misalnya
dapat diimplementasikan dengan baik. menekankan pentingnya manajemen guru
Model-model implementasi yang dan pemimpin. Model OD menekankan
dikemukakan lebih berorientasi pada adanya perubahan dan perbaikan dalam
kegiatan penerapan model kurikulum baru suatu organisasi.
atau inovasi kurikulum.

Anda mungkin juga menyukai