Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Syarif Hidayat

NIM : 180210101100
Asal Universitas : Universitas Jember
Matakuliah : Pengembangan Kurikulum

TUGAS
Carilah Untuk mengerjakan tugas, Anda dapat mencari informasi tentang prosedur
pengembangan kurikulum 2013 SD atau di SMP kepada Kepala Sekolah atau guru-guru
yang pernah mengikuti pelatihan Kurikulum 2013. Atau, Anda bisa mengunduh bahan-
bahan tentang Kurikulum 2013 yang sudah banyak diunggah di berbagai laman di
internet. Dari hasil kajian mengenai kurikulum 2013 tersebut, kemudian coba Anda
bandingkan dengan uraian materi yang telah dibahas dalam kegiatan belajar 2 di atas.
Dengan cara itu, Anda akan dapat menentukan pendekatan pengembangan kurikulum
mana yang digunakan dalam implementasi kurikulum 2013, baik di SD maupun di SMP.

PEMBAHASAN
❖ Pendekatan Pengembangan Kurikulum dari Sudut Pandang Kebijakan
• Pendekatan Admisitratif (administrative approach)
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling
banyak dikenal. Diberi nama model administratif atau line staf, karena inisiatif dan
gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan
prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan
(apakah dirjen, direktur atau kepala kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan)
membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Anggota-
anggota komisi atau tim ini terdiri atas, pejabat dibawahnya, para ahli pendidikan, ahli
kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan, tugas tim
atau komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan,
kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Setelah hal-hal
mendasar ini terumuskan dan mendapat pengakajian yang seksama, administrator
pendidikan menyusun tim atau komisi kerja pengembangan kurikulum. Para anggota
tim atau komisi ini terdiri atas para ahli pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu dari
perguruan tinggi, guru-guru bidang studi yang senior.
Karena sifatnya yang datang dari atas, model pengembangan kurikulum
demikian disebut juga model “top down” atau “line staff”. Pengembangan kurikulum
dari atas, tidak selalu segera berjalan, sebab menuntut kesiapan dari pelaksanaanya,
terutama guru-guru. Mereka perlu mendapatkan petunujuk-petunjuk dan penjelasan
atau mungkin juga peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Kebutuhan akan adanya
penataran sering tidak dapat dihindarkan.
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan
diperlukan pula adanya kegiatan monitoring pengamatan dan pengawasan serta
bimbingan dalam pelaksanaanya. Setelah berjalan beberapa saat perlu juga dilakukan
evaluasi, untuk menilai baik validitas komponen-komponenya prosedur pelaksanaan
maupun keberhasilanya. Penilaian menyeluruh dapat dilakukan oleh tim khusus dari
tingkat pusat atau daerah. Sedang penilaian persekolah dapat dilakukan oleh tim khusus
sekolah yang bersangkutan. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik, baik bagi
instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah maupun sekolah.

• Pendekatan Akar Rumput (grassroots approach)


Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan
upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi datang dari bawah, yaitu
guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama digunakan
dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan
Grass Roots Model akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat
desentralisasi. Dalam model pengembangan Grass Roots seorang guru, sekelompok
guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan
kurikulum.
Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu
komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi atau seluruh bidang studi dan
keseluruhan komponen kurikulum. Apabil kondisinya telah memungkinkan, baik
dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas, biaya maupun bahan-bahan kepustakaan,
pengembangan kerikulum Grass Roots Model akan lebih baik. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari
pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karna itu
dialah yang paling berkompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Pengembangan
kurikulum yg bersifat Grass Roots Model mungkin hanya berlaku untuk bidang studi
tertentu atau sekolah tertentu tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk bidang studi
sejenis pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi pada sekolah atau daerah lain.
Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan model grass rootsnya,
memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem
pendidikan yang pada giliranya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri
dan kreatif.
• Pendekatan Kurikulum pada Kurikulum 2013 di SD
Kurikulum 2013 bertolak belakang dengan upaya pemerintah dalam bidang
pendidikan mengenai Desentralisasi pendidikan. Terminologi desentralisasi pendidikan
sederhananya dapat di pahami sebagai pemberian wewenang dari pusat ke daerah atau
dalam lingkup terkecil dari satuan pendidikan untuk mengimplementasikan dan
mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik dan potensi dari satuan
pendidikan. Sebagaimana penjelasan yang tertuang dalam Pasal 38 Ayat 2 Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa, “Kurikulum
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi
dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk
pendidikan dasar dan Propinsi untuk pendidikan menengah”.

Ini mengindikasikan bahwa peran Daerah dalam setiap satuan pendidikan sangat di
butuhkan untuk melakukan pengembangan kurikulum. Namun apabila di tilik secara
mendalam, maka dalam Kurikulum 2013 Pemerintah mengambil alih tugas dan
tanggung jawab sekolah mengembangkan kurikulum dengan membuatkan di antaranya
SK (standar kompetensi), KD (kompetensi dasar), Indikator, dan Silabus.

❖ Pendekatan Kurikulum dari Sudut Pandang Pengorganisasian isi Kurikulum


• Pendekatan Kurikulum 2013 di SD Menggunakan Pendekatan Terpadu
(integrated)
Implementasi Kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun
2013. Pada Kurikulum 2013, pembelajaran dilaksanakan dengan model tematik
integratif dan pendekatan saintifik. Permendikbud No.22 Tahun 2006 menyatakan
bahwa pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan model dari kurikulum terpadu
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Kurikulum 2013
menggunakan pembelajaran tematik, yaitu pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan beberapa kompetensi dan mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Siswa SD/MI tidak lagi belajar secara parsial seperti Matematika, IPA, IPS, Bahasa
Indonesia, tetapi semua mata pelajaran melebur menjadi satu dalam satu kesatuan yang
utuh dalam suatu tema tertentu. Materi pembelajaran SD disusun secara tematik untuk
memudahkan siswa dalam membangun konsep karena materi yang disajikan dalam
konteks tema yang jelas, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran
tematik-integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Hal ini
menunjukkan bahwa kurikulum baru yang akan diterapkan ini semakin menghilangkan
batas antara mata pelajaran dengan mempertimbangkan taraf berfikir siswa SD yang
memang masih bersifat holistic.

❖ Pendekatan Kurikulum dari Sudut Pandang Orientasi Penyusunan Kurikulum


• Pendekatan Kurikulum 2013 di SD Menggunakan Orientasi pada Tujuan
Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan
antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).
Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam
penjelasan Pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional
yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah
perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan
proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan
penambahan jam pelajaran, Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah
jam pelajaran (KIPP dan MELT di AS, Korea Selatan), perbandingan dengan negara-
negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat, dan
(Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan
pembelajaran tutorial).
Berdasar.kan hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013
berorientasi pada tujuan atau penyusunan kurikulum didasarkan pada tujuan-tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas, mulai dari Tujuan Pendidikan Nasional,
tujuan satuan pendidikan (tujuan institusional), tujuan mata pelajaran (tujuan
kurikuler), sampai dengan tujuan pembelajaran (tujuan instruksional) serta dalam
konteks implementasi Kurikulum 2013 pada jenjang pendidikan dasar saat ini, tujuan
institusional (SD dan SMP) dikembangkan dalam bentuk standar kompetensi lulusan
(SKL), tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran dikembangkan kedalam kompetensi
inti (KI), dan tujuan pembelajaran dikembangkan menjadi kompetensi dasar (KD)
sampai dengan indikator-indikator pencapaian kompetensi.

Anda mungkin juga menyukai