Anda di halaman 1dari 4

Nama : Shalsya Bela Amanda P

No. : 20

PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan salah satu komponen pembelajaran yang penting. Tujuan pembelajaran
yang dilaksanakan di sekolah tidak lepas dari kurikulum yang telah disusun. kurikulum adalah kumpulan
nilai-nilai yang dirancang untuk ditransformasikan kepada siswa, baik dalam bentuk kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Dengan diperolehnya perangkat nilai tersebut, maka pola pikir dan perilaku
siswa akan terbentuk mengikuti arah dan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pendidikan memerlukan suatu konsep yang berfungsi sebagai alat yang secara
permanen dapat diubah sesuain perkembangan zaman. Pada era 2004 pemerintah merencanakan
kurikulum berbasis computer (KBK). Dalam kurikulum berbasis kompetensi, pengelolaan pendidikan
yang semula berpusat berubah menjadi desentralisasi.

Peluncuran program ini diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan pendidikan saat ini
terkait dengan isu mutu dan pemerataan pendidikan. Dalam program Sekolah Penggerak, RPP
dikembangkan dalam bentuk modul ajar. Modul ajar disusun lebih detail dan dilengkapi lembar
kegiatan siswa serta penilaian untuk mengukur prestasi belajar. Modul pembelajaran ini kemudian
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Pelaksanaan pembelajaran di kelas
tidak lagi dilaksanakan dengan tematik imperatif. Namun, dikembalikan kepada guru masing-masing,
apakah pembelajaran akan dirancang secara tematis atau terpisah antar mata pelajaran.

Program “Motivator Guru” merupakan salah satu bagian penting dari kebijakan “Merdeka
Belajar”. Studi ini menunjukkan bahwa program penggerak guru menggeser manajemen perubahan
pendidikan dari pola sentralistik menuju desentralisasi dengan mengaktifkan guru sebagai agen dan
sekolah sebagai pusat transformasi. Guru penggerak berperan dalam membawa visi baru pembelajaran
dan menyebarluaskan visi tersebut kepada seluruh pemangku kepentingan.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan karena data yang
dikumpulkan berupa deskripsi dokumen, hasil observasi, dan wawancara dengan pihak sekolah. Subjek
penelitian ini adalah kepala sekolah sebagai pelaksana program Sekolah Penggerak dan guru kelas satu
dan empat sebagai pelaksana kurikulum Sekolah Penggerak. Teknik penelitian meliputi wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah dan guru kelas satu dan
empat serta observasi dilakukan dengan mengamati pelaksanaan pembelajaran di kelas satu dan empat.
Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dokumen dalam modul ajar, buku ajar, dan
dokumen lain yang relevan dengan penelitian. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan
menggunakan model analisis Miles dan Huberman. Model analisis Miles dan Huberman meliputi tiga
tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data yang dikumpulkan meliputi
modul ajar yang digunakan oleh guru, buku teks yang diterbitkan oleh pusat buku, hasil wawancara
dengan guru kelas dan kepala sekolah, dan catatan hasil. Data yang telah diperoleh kemudian direduksi.
Reduksi data dilakukan dengan cara memilah data yang telah terkumpul yang kurang relevan dengan
penelitian. Data yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian dibuang, dan disajikan data yang sesuai
dengan tujuan penelitian selanjutnya. Data disajikan dan disortir sesuai dengan poin-poin yang ada
dalam tujuan penelitian. Langkah terakhir adalah menyimpulkan sesuai dengan hasil data yang
disajikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Sekolah Memotivasi berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang
meliputi kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, dimulai dari SDM unggul (kepala sekolah dan
guru) (Kemendikbud, 2021). Kebijakan dengan paradigma baru mengikuti program Sekolah Penggerak
akhirnya diwujudkan dalam kurikulum operasional Sekolah Penggerak. Sesuai naskah akademik
program Sekolah Penggerak yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun
2020. (Zamjani, 2020) Fokus arah kebijakan ini antara lain;

1) Pembelajaran menitikberatkan pada kompetensi dan materi esensial.


2) Hasil Belajar (CP) dirumuskan sebagai gambaran kompetensi yang utuh sehingga mudah dipahami
oleh guru sebagai satu kesatuan (jika sebelumnya pada kurikulum 2013 disebut kompetensi inti
dan kompetensi esensial) Dalam KI-KD yang dimaksud Kompetensi disampaikan dalam bentuk
kalimat-kalimat tunggal yang disusun dalam bullet point sehingga hubungan antara ruang lingkup
kemampuan yang satu dengan yang lain tidak terdefinisi dengan jelas karena dibaca sebagai
komponen yang terpisah. CP disampaikan dalam bentuk paragraf/narasi untuk menggambarkan
rangkaian konsep kunci dan keterampilan yang ditargetkan untuk dicapai oleh siswa, yang
ditunjukkan dengan kinerja nyata.
3) Pembelajaran di luar mata pelajaran berdasarkan proyek penguatan Profil Mahasiswa Pancasila.
4) Guru memiliki keleluasaan untuk mengajar sesuai dengan kompetensi siswa. Pembelajaran di
program Sekolah Penggerak menggeser model pembelajaran dari anggapan bahwa siswa dalam
satu kelas siap mempelajari materi yang sama menjadi pembelajaran yang dibedakan. Capaian
yang semula ditetapkan per tahun diubah menjadi capaian pembelajaran berdasarkan tahapan
yang disusun sesuai tahapan perkembangan siswa.
5) Guru didorong untuk menggunakan alat ajar (buku pelajaran, contoh jalur pembelajaran, contoh
modul ajar, buku bacaan) yang lebih bervariasi. Pemerintah Pusat menyediakan berbagai
perangkat ajar berupa buku teks, modul ajar pembelajaran, dan salah satu komponen
pembelajaran yang menjadi ujung tombak pelaksanaan pembelajaran adalah penyusunan RPP.

Kehadiran kurikulum operasional Sekolah Penggek merupakan salah satu upaya permata untuk
mengatasi masalah kualitas pendidikan Keberhasilan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari peran
warga sekolah baik kepala sekolah maupun guru Pembelajaran yang baik dimulai dari perencanaan
pembelajaran yang baik. Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan diketahui implementasi
operasional kurikulum program Sekolah Penggal di SDN Burengan 2 dilakukan sebagai berikut,

Hasil wawancara dengan kepala sekolah SDN Burengan 2 menunjukkan bahwa kurikulum
operasional program Sekolah Penggerak ini memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk menentukan
kegiatan pembelajaran dan cakupan materinya. Kurikulum ini membuka ruang kreatif bagi sekolah dan
guru untuk merancang pembelajaran sesuai kebutuhan sekolah. Misalkan pada kurikulum sebelumnya
yaitu kurikulum 2013, guru dibekali buku guru dan buku siswa yang cakupan materi dan waktu
pelaksanaannya cukup mengikat. Kurikulum baru ini memberikan kebebasan kepada guru untuk
merancang pembelajaran dan menentukan sendiri waktu belajarnya sehingga kegiatan pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan siswa. wawancara dengan guru kelas satu menunjukkan bahwa
guru diberi kebebasan untuk menentukan hasil belajar yang ingin dicapai dalam kurikulum. Jika siswa
dapat menyelesaikan hasil belajar lebih cepat, maka dapat melanjutkan ke prestasi belajar selanjutnya.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru kelas IV, pada kurikulum baru ini guru tidak dibingungkan
dengan tugas menyelesaikan materi sesuai tema tetapi disesuaikan dengan kebutuhan. Guru juga diberi
kebebasan menyusun modul ajar. Tidak ada bentuk yang baku sehingga dapat disesuaikan dengan
pandangan masing-masing guru.

KESIMPULAN

Uraian di atas menunjukkan bahwa implementasi kurikulum operasional program Sekolah


Penggerak, jika dilihat dari sudut pandang guru, menunjukkan ruang eklektik yang secara
operasional memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menentukan kegiatan pembelajaran dan
cakupan materinya. Guru harus membuat rencana pembelajaran. Upaya membuat rencana
pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai perbaikan pembelajaran. Selain itu, praktik
pembelajaran tidak lagi dilakukan secara tematik melainkan mengikuti materi pelajaran. Proses
pembelajaran dilakukan dengan memberikan penjelasan yang dilanjutkan dengan siswa
mengerjakan lembar kegiatan. Prosesnya juga berbeda dengan proses yang harus dilakukan pada
kurikulum sebelumnya. Perbedaannya terletak pada penyampaian materi yang disebabkan oleh
situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan akibat pandemi.

Anda mungkin juga menyukai