Yogyakarta
Search
Search
Search
Search
Search
Recent Posts
Recent Comments
Archives
June 2023
May 2023
March 2020
August 2019
November 2015
January 2014
December 2013
November 2013
October 2013
June 2013
April 2013
March 2013
December 2012
November 2012
September 2012
August 2012
July 2012
June 2012
May 2012
April 2012
January 2012
December 2011
November 2011
October 2011
March 2011
February 2011
May 2009
Categories
ARTIKEL
artikelikm
artikelpgp
Pendidikan
Teknologi
UMUM
Mendengar kata merdeka, sudah barang tentu kita mempersepsikannya dengan kebebasan. Sebagai
makhluk sosial manusia memiliki hak untuk merdeka tanpa terkungkung dalam belenggu penjajahan.
Lalu bagaimana pelaksanaan konsep merdeka di dalam dunia Pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara
Bapak Pendidikan Indonesia, mendidik dan mengajar merupakan proses memanusiakan manusia,
sehingga harus memerdekan manusia dari segala aspek kehidupan baik fisik, mental, jasmani, maupun
rohani. Jadi, dapat dikatakan bahwa konsep merdeka belajar disini memberikan kebebasan kepada
pendidik dalam memilih topik, metode, alat pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
zaman yang dilalui.
Merdeka belajar memiliki keterkaitan dengan landasan pendidikan humanisme, konstruktivisme dan
progresivisme. Humanisme merupakan kemerdekaan atau bebas, pilihan personal dalam
mengaktualisasikan diri mengembangkan potensi, berfungsi dan bermakna bagi lingkungannya.
Konstruktivisme adalah kemerdekaan dalam mengeksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilan siswa, sedangkan progresivisme menekankan kemerdekaan guru untuk mengeksplorasi
dan mengoptimalkan potensi siswa.
Sebagai pendidik tentunya masih hangat bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran jarak jauh.
Proses pembelajaran tersebut mempunyai efek negatif jangka panjang terutama pada penanaman
pendidikan karakter serta kemampuan prasyarat awal baik itu dari segi literasi maupun numerasi.
Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15
tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan
konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam sepuluh
hingga lima belas tahun terakhir. Studi tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan besar
antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Hal ini diperparah dengan
adanya pandemi Covid-19 dan learning loss pun tidak dapat dihindarkan.
Berkaca pada hasil tersebut pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi
mengeluarkan kebijakan yaitu penyederhanaan kurikulum dalam kondisi tak terduga (Kurikulum
Darurat) dengan harapan dapat memitigasi dampak negatif dari masa pandemik yaitu learning loss. Dari
hasil yang diperoleh 31,5% sekolah yang menggunakan kurikulum darurat menunjukkan bahwa
penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan sebesar
86% (numerasi).
Kurikulum darurat merupakan bentuk sederhana dari kurikulum 2013. Penyederhanaan ini dapat dilihat
dari tuntutan konten (materi) yang esensial saja, selain itu pula pola pembelajaran walaupun secara
jarak jauh masih berfokus pada pengembangan aktivitas dan aspek numerasi dan numerasi.
Seiring berjalannya waktu serta berakhirnya pandemi Covid-19, kondisi pembelajaran pun kembali ke
sistem sedia kala dengan pola tatap muka 100%, kurikulum pun tentunya mengalami penyesuaian sesuai
dengan perkembangan dan keadaan. Menyikapi hal tersebut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi mengeluarkan kebijakan regulasi KEPMEN Nomor 262/M/2022 Pengganti dari
KEPMEN Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan
Pembelajaran. Pada Kepmen tersebut satuan pendidikan dapat memilih serta mengembangkan
kurikulum berdasarkan kondisi yang terjadi di satuan pendidikan, potensi daerah, serta karakteristik
peserta didik mereka. Salah satu kurikulum yang jadi optional adalah Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka memberikan kemerdekaan yang seluas-luasnya kepada peserta didik memilih
materi pembelajaran. Melalui Kurikulum Merdeka, proses pembelajaran akan lebih maksimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensinya.
Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan merdeka belajar episode ke-15 dari 22 episode kebijakan yang
sudah dikeluarkan. Kehadiran Kurikulum Merdeka memberikan secercah harapan bagi Pendidikan di
Negeri Kita di Era Pasca Pandemik. Kurikulum ini lahir sebagai salah satu upaya perbaikan pembelajaran
di satuan unit kerja. Struktur dari Kurikulum Merdeka pun lebih fleksibel sehingga pendidik dapat lebih
leluasa mengajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Pendidik pun dapat menggunakan
berbagai perangkat pembelajaran yang relevan sesuai dengan tahapan fase jenjangnya. Pembelajaran
dalam struktur kurikulum dibagai menjadi 2 kegiatan pembelajaran utama yaitu pembelajaran regular
atau biasa disebut dengan intrakulikuler serta Pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Profil Pelajar Pancasila (PPP) menjadi acuan dalam pengembangan Standar Isi, Standar Proses, dan
Standar Penilaian, atau Struktur Kurikulum, Capaian Pembelajaran (CP).
Capaian pembelajaran dirumuskan ke dalam enam fase dengan jangka waktu sesuai tingkat kompetensi
peserta didik. Biasanya untuk jenjang sekolah dasar setiap fase rentang waktunya selama 2 tahun. Lalu,
apa itu fase dalam Kurikulum Merdeka? Istilah fase berbeda dengan kelas. Fase menunjukkan tingkat
kompetensi setiap peserta didik terhadap suatu pembelajaran. Dalam satu kelas, kemungkinan fase
capaian pembelajaran peserta didiknya berbeda-beda misalkan peserta didik A berada di kelas 4 yang
termasuk fase B. Ternyata, tingkat kompetensi peserta didik tersebut berada di fase A. Maka, guru yang
bersangkutan harus memberikan materi sesuai pemahaman peserta didik A, yaitu materi fase A. Secara
umum pada jenjang sekolah dasar dari 6 Fase ada 3 Fase yaitu Fase A diperuntukkan kelas 1 dan 2, Fase
B diperuntukkan tingkat 3 dan 4, serta Fase C diperuntukkan tingkat 5 dan 6.
Kurikulum Merdeka memiliki sumber kekuatan utama yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya
yaitu penekanan pada pemanfaatan asesmen awal. Asesmen awal adalah upaya yang dilakukan oleh
pendidik untuk mendapatkan data atau informasi yang akurat dari peserta didik baik itu dari segi
kompetensi, gaya belajar, serta kemampuan akademiknya. Hasil dari asesmen tersebut akan menjadi
tolak ukur dalam perancangan proses pembelajaran. Hasil dari asesmen awal juga bisa menjadi bahan
refleksi bagi pendidik untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Konsep pembelajaran di dalam Kurikulum Merdeka menggunakan pendekatan Teaching At The Right
Level (TaRL). Proses pendekatan tersebut mengedepankan intervensi atau cara yang efektif yang diambil
oleh pendidik dengan memberikan masukkan pembelajaran yang relevan dan sesuai dengan apa yang
ditemui di kelas. Jadi dapat dikatakan TaRL merupakan konsep pendekatan pembelajaran yang berpusat
kepada tingkatan capaian, gaya belajar, serta kemampuan kognitif peserta didik.
Peran pendidik di dalam Implementasi Kurikulum Merdeka dapat kita analogikan sebagai Koki Memasak.
Bumbu-bumbu serta bahan baku diberikan oleh pemerintah berupa capaian pembelajaran yang akan
dimasak jadi masakan yang lezat berupa alur tujuan pembelajaran supaya dapat dinikmati oleh peserta
didik kita.
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) adalah kumpulan tujuan pembelajaran yang dirangkai secara sistematis
dan logis di dalam fase secara utuh dan menurut urutan pembelajaran sejak awal hingga akhir suatu
fase. Alur ini disusun secara linear sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari hari
ke hari untuk mengukur Capaian Pembelajaran. Alur tujuan pembelajaran disusun melalui kolaborasi
guru antar fase. Tahapan dalam menyusun alur tujuan pembelajaran diantaranya menganalisis capaian
pembelajaran, menurunkan capaian pembelajaran menjadi tujuan pembelajaran dengan
mengidentifikasi yang mana termasuk kompetensi dan konten, selanjutnya menyusun tujuan
pembelajaran tersebut dari awal sampai akhir fase. Alur tujuan pembelajaran juga dijadikan referensi
dalam merancang pembelajaran dalam modul ajar.
Asesmen di dalam Kurikulum Merdeka ada 2 yaitu asesmen formatif dan sumatif. Tidak mengenal lagi
istilah penilaian harian, penilaian tengah semester, maupun penilaian akhir semester. Di dalam
Kurikulum Merdeka menilai peserta didik dilakukan secara holistik.
Beberapa penyederhanaan juga terletak pada penyatuan mata pelajaran seperti IPA dan IPS dan
diintegrasikan menjadi IPAS yang diajarkan pada Fase B dan Fase C. Selain itu, pada mata pelajaran Seni
Budaya dibagi menjadi empat, yaitu seni teater, seni tari, seni rupa, maupun seni musik. Peserta didik
dipersilahkan untuk memilih mata pelajaran seni yang mereka sukai.
Berbeda pada kurikulum sebelumnya, dimana satuan pendidikan menentukan alokasi waktu perminggu,
pada Kurikulum Merdeka satuan pendidikan dapat menentukan alokasi waktu pertahun. Jadi satuan
pendidikan dapat menentukan alokasi waktu secara fleksibel sesuai dengan JP yang ditetapkan.
Fleksibilitas lain juga dapat kita temukan pada pengaturan durasi jam, pendidik dapat mengatur durasi
jam tergantung dengan kompleksitas konten materi.
Sebagai pendidik, kita wajib mendukung upaya pemerintah dalam memperbaiki kualitas pendidikan di
negara kita. Melalui Kurikulum Merdeka kita diberikan kebebasan serta kemudahan seluas-luasnya
untuk mengembangkan kurikulum serta menggali sesuai bakat dan potensi dari peserta didik kita.
Pembelajaran pun berpusat pada materi-materi esensial sehingga baik itu pendidik dan peserta didiknya
tidak merasa terbebani dalam menuntaskan capaian pembelajaran.
Akhir kata Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang fleksibel. Kurikulum tersebut mampu
menyesuaikan situasi dan kondisi di era transisi pendidikan. Kurikulum Merdeka juga mampu menjawab
keraguan karena tidak melulu berfokus pada konten atau materi yang harus selesai tapi pada
peningkatan kompetensi dan potensi pada peserta didik kita. Kurikulum Merdeka juga mampu
bertransformasi sesuai dengan karakteristik kondisi sosial dan budaya yang ada di satuan pendidikan.
Post Views: 42
Post Views: 42
← Pemanfaatan Ragam Teks Tiktok dalam Implementasi Kurikulum MerdekaJejak Langkah Pendidikan
Guru Penggerak →
7 Comments
Akhmad Muhyiddin
Reply
Fajar Kurnia, M. Pd
Semoga harapan pendidikan lebih baik bisa terwujud. Semangat guru-guru hebat, kurikulum berubah
seiring dengan perubahan kodrat alam dan kodrat zaman.
Teknologi yang berkembang cepat, menuntut seluruh bidang termasuk pendidikan bergerak
Reply
Menarik. Merdeka itu identik dengan kebahagiaan. Namun sejatinya untuk mencapai merdeka, jelas
perlu yg namanya usaha. Usahanya “sudah barang tentu”(mengutip perkataan penulis.red) memerlukan
perjuangan dan pengorbanan. Maka dari itu kita sebagai guru harus siap berjuang untuk
membahagiakan siswanya, mendidik dengan pengalaman bermakna dan menghadirkan inspirasi di
benak mereka.
Reply
MTR
Mantap, teksnya sangat berbobot. Nulisnya pun tidak mungkin selesai 1 jam. Untuk urusan minta
komentar gampang saja. Kalo minta duit itu yang susah
Reply
Hikmatul Ulya
Reply
Mila
Semoga kurikulum merdeka ini dapat di implementasikan diberbagai wilayah di setiap sekolah.
Reply
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Comment *
Name *
Email *
Website
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.