Anda di halaman 1dari 9

Artikel | BBGP Provinsi D. I.

Yogyakarta

Search

Search

Search

Home » ARTIKEL » artikelikm » Urgensi Kurikulum Merdeka

Search

Search

Recent Posts

Jejak Langkah Pendidikan Guru Penggerak

Urgensi Kurikulum Merdeka

Pemanfaatan Ragam Teks Tiktok dalam Implementasi Kurikulum Merdeka

Tutorial Menggunakan Schoology

MEMPUBLIKASIKAN KARYA TULIS ILMIAH DI JURNAL MILIK PPPPTK MATEMATIKA

Recent Comments

Mila on Urgensi Kurikulum Merdeka

Hikmatul Ulya on Urgensi Kurikulum Merdeka

MTR on Urgensi Kurikulum Merdeka

Arif Rahman Prasetyo on Urgensi Kurikulum Merdeka

Dewi Nur Utami on Urgensi Kurikulum Merdeka

Archives

June 2023

May 2023

March 2020

August 2019
November 2015

January 2014

December 2013

November 2013

October 2013

June 2013

April 2013

March 2013

December 2012

November 2012

September 2012

August 2012

July 2012

June 2012

May 2012

April 2012

January 2012

December 2011

November 2011

October 2011

March 2011

February 2011

May 2009

Categories

ARTIKEL
artikelikm

artikelpgp

Pendidikan

Teknologi

UMUM

Urgensi Kurikulum Merdeka

By rina13 in artikelikm on May 29, 2023.

Oleh : Rd. Achmad Surya Mi’raj Zain, S.Pd

SDN Murung Raya 1, Kalimantan Selatan

Mendengar kata merdeka, sudah barang tentu kita mempersepsikannya dengan kebebasan. Sebagai
makhluk sosial manusia memiliki hak untuk merdeka tanpa terkungkung dalam belenggu penjajahan.
Lalu bagaimana pelaksanaan konsep merdeka di dalam dunia Pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara
Bapak Pendidikan Indonesia, mendidik dan mengajar merupakan proses memanusiakan manusia,
sehingga harus memerdekan manusia dari segala aspek kehidupan baik fisik, mental, jasmani, maupun
rohani. Jadi, dapat dikatakan bahwa konsep merdeka belajar disini memberikan kebebasan kepada
pendidik dalam memilih topik, metode, alat pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
zaman yang dilalui.

Merdeka belajar memiliki keterkaitan dengan landasan pendidikan humanisme, konstruktivisme dan
progresivisme. Humanisme merupakan kemerdekaan atau bebas, pilihan personal dalam
mengaktualisasikan diri mengembangkan potensi, berfungsi dan bermakna bagi lingkungannya.
Konstruktivisme adalah kemerdekaan dalam mengeksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilan siswa, sedangkan progresivisme menekankan kemerdekaan guru untuk mengeksplorasi
dan mengoptimalkan potensi siswa.

Sebagai pendidik tentunya masih hangat bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran jarak jauh.
Proses pembelajaran tersebut mempunyai efek negatif jangka panjang terutama pada penanaman
pendidikan karakter serta kemampuan prasyarat awal baik itu dari segi literasi maupun numerasi.
Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15
tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan
konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam sepuluh
hingga lima belas tahun terakhir. Studi tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan besar
antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Hal ini diperparah dengan
adanya pandemi Covid-19 dan learning loss pun tidak dapat dihindarkan.

Berkaca pada hasil tersebut pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi
mengeluarkan kebijakan yaitu penyederhanaan kurikulum dalam kondisi tak terduga (Kurikulum
Darurat) dengan harapan dapat memitigasi dampak negatif dari masa pandemik yaitu learning loss. Dari
hasil yang diperoleh 31,5% sekolah yang menggunakan kurikulum darurat menunjukkan bahwa
penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan sebesar
86% (numerasi).

Kurikulum darurat merupakan bentuk sederhana dari kurikulum 2013. Penyederhanaan ini dapat dilihat
dari tuntutan konten (materi) yang esensial saja, selain itu pula pola pembelajaran walaupun secara
jarak jauh masih berfokus pada pengembangan aktivitas dan aspek numerasi dan numerasi.

Seiring berjalannya waktu serta berakhirnya pandemi Covid-19, kondisi pembelajaran pun kembali ke
sistem sedia kala dengan pola tatap muka 100%, kurikulum pun tentunya mengalami penyesuaian sesuai
dengan perkembangan dan keadaan. Menyikapi hal tersebut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi mengeluarkan kebijakan regulasi KEPMEN Nomor 262/M/2022 Pengganti dari
KEPMEN Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan
Pembelajaran. Pada Kepmen tersebut satuan pendidikan dapat memilih serta mengembangkan
kurikulum berdasarkan kondisi yang terjadi di satuan pendidikan, potensi daerah, serta karakteristik
peserta didik mereka. Salah satu kurikulum yang jadi optional adalah Kurikulum Merdeka.

Pada dasarnya Kurikulum Merdeka merupakan penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya.


Seperti materi hanya fokus ke hal yang esensial saja dan pembelajaran berbasis aktifitas literasi dan
numerasi, namun ada perbedaan terutama pada kerangka dasar dan kompetensi yang dituju. Pada
aspek kerangka kurikulum darurat landasan utamanya Kurikulum 2013 adalah tujuan Sisdiknas dan
Standart Nasional Pendidikan, sedangkan pada Kurikulum Merdeka hampir sama dengan Kurikulum
Darurat namun ada penambahan yaitu pengembangan Profil Pelajar Pancasila. Hal yang sangat berubah
terletak pada aspek kompetensi. Kompetensi pada Kurikulum Darurat berfokus pada KI dan KD
Kurikulum 2013 yang disederhanakan sedangkan pada Kurikulum Merdeka kompetensi disusun
berdasarkan pada capaian pembelajaran yang disusun berdasarkan tahapan atau fase yang di dalamnya
berisi kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menjadi satu kesatuan proses yang
berkelanjutan sehingga membangun kompetensi yang holistik.

Kurikulum Merdeka memberikan kemerdekaan yang seluas-luasnya kepada peserta didik memilih
materi pembelajaran. Melalui Kurikulum Merdeka, proses pembelajaran akan lebih maksimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensinya.

Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan merdeka belajar episode ke-15 dari 22 episode kebijakan yang
sudah dikeluarkan. Kehadiran Kurikulum Merdeka memberikan secercah harapan bagi Pendidikan di
Negeri Kita di Era Pasca Pandemik. Kurikulum ini lahir sebagai salah satu upaya perbaikan pembelajaran
di satuan unit kerja. Struktur dari Kurikulum Merdeka pun lebih fleksibel sehingga pendidik dapat lebih
leluasa mengajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Pendidik pun dapat menggunakan
berbagai perangkat pembelajaran yang relevan sesuai dengan tahapan fase jenjangnya. Pembelajaran
dalam struktur kurikulum dibagai menjadi 2 kegiatan pembelajaran utama yaitu pembelajaran regular
atau biasa disebut dengan intrakulikuler serta Pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Profil Pelajar Pancasila (PPP) menjadi acuan dalam pengembangan Standar Isi, Standar Proses, dan
Standar Penilaian, atau Struktur Kurikulum, Capaian Pembelajaran (CP).

Capaian pembelajaran dirumuskan ke dalam enam fase dengan jangka waktu sesuai tingkat kompetensi
peserta didik. Biasanya untuk jenjang sekolah dasar setiap fase rentang waktunya selama 2 tahun. Lalu,
apa itu fase dalam Kurikulum Merdeka? Istilah fase berbeda dengan kelas. Fase menunjukkan tingkat
kompetensi setiap peserta didik terhadap suatu pembelajaran. Dalam satu kelas, kemungkinan fase
capaian pembelajaran peserta didiknya berbeda-beda misalkan peserta didik A berada di kelas 4 yang
termasuk fase B. Ternyata, tingkat kompetensi peserta didik tersebut berada di fase A. Maka, guru yang
bersangkutan harus memberikan materi sesuai pemahaman peserta didik A, yaitu materi fase A. Secara
umum pada jenjang sekolah dasar dari 6 Fase ada 3 Fase yaitu Fase A diperuntukkan kelas 1 dan 2, Fase
B diperuntukkan tingkat 3 dan 4, serta Fase C diperuntukkan tingkat 5 dan 6.

Kurikulum Merdeka memiliki sumber kekuatan utama yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya
yaitu penekanan pada pemanfaatan asesmen awal. Asesmen awal adalah upaya yang dilakukan oleh
pendidik untuk mendapatkan data atau informasi yang akurat dari peserta didik baik itu dari segi
kompetensi, gaya belajar, serta kemampuan akademiknya. Hasil dari asesmen tersebut akan menjadi
tolak ukur dalam perancangan proses pembelajaran. Hasil dari asesmen awal juga bisa menjadi bahan
refleksi bagi pendidik untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Konsep pembelajaran di dalam Kurikulum Merdeka menggunakan pendekatan Teaching At The Right
Level (TaRL). Proses pendekatan tersebut mengedepankan intervensi atau cara yang efektif yang diambil
oleh pendidik dengan memberikan masukkan pembelajaran yang relevan dan sesuai dengan apa yang
ditemui di kelas. Jadi dapat dikatakan TaRL merupakan konsep pendekatan pembelajaran yang berpusat
kepada tingkatan capaian, gaya belajar, serta kemampuan kognitif peserta didik.

Peran pendidik di dalam Implementasi Kurikulum Merdeka dapat kita analogikan sebagai Koki Memasak.
Bumbu-bumbu serta bahan baku diberikan oleh pemerintah berupa capaian pembelajaran yang akan
dimasak jadi masakan yang lezat berupa alur tujuan pembelajaran supaya dapat dinikmati oleh peserta
didik kita.

Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) adalah kumpulan tujuan pembelajaran yang dirangkai secara sistematis
dan logis di dalam fase secara utuh dan menurut urutan pembelajaran sejak awal hingga akhir suatu
fase. Alur ini disusun secara linear sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari hari
ke hari untuk mengukur Capaian Pembelajaran. Alur tujuan pembelajaran disusun melalui kolaborasi
guru antar fase. Tahapan dalam menyusun alur tujuan pembelajaran diantaranya menganalisis capaian
pembelajaran, menurunkan capaian pembelajaran menjadi tujuan pembelajaran dengan
mengidentifikasi yang mana termasuk kompetensi dan konten, selanjutnya menyusun tujuan
pembelajaran tersebut dari awal sampai akhir fase. Alur tujuan pembelajaran juga dijadikan referensi
dalam merancang pembelajaran dalam modul ajar.

Asesmen di dalam Kurikulum Merdeka ada 2 yaitu asesmen formatif dan sumatif. Tidak mengenal lagi
istilah penilaian harian, penilaian tengah semester, maupun penilaian akhir semester. Di dalam
Kurikulum Merdeka menilai peserta didik dilakukan secara holistik.

Beberapa penyederhanaan juga terletak pada penyatuan mata pelajaran seperti IPA dan IPS dan
diintegrasikan menjadi IPAS yang diajarkan pada Fase B dan Fase C. Selain itu, pada mata pelajaran Seni
Budaya dibagi menjadi empat, yaitu seni teater, seni tari, seni rupa, maupun seni musik. Peserta didik
dipersilahkan untuk memilih mata pelajaran seni yang mereka sukai.

Berbeda pada kurikulum sebelumnya, dimana satuan pendidikan menentukan alokasi waktu perminggu,
pada Kurikulum Merdeka satuan pendidikan dapat menentukan alokasi waktu pertahun. Jadi satuan
pendidikan dapat menentukan alokasi waktu secara fleksibel sesuai dengan JP yang ditetapkan.
Fleksibilitas lain juga dapat kita temukan pada pengaturan durasi jam, pendidik dapat mengatur durasi
jam tergantung dengan kompleksitas konten materi.
Sebagai pendidik, kita wajib mendukung upaya pemerintah dalam memperbaiki kualitas pendidikan di
negara kita. Melalui Kurikulum Merdeka kita diberikan kebebasan serta kemudahan seluas-luasnya
untuk mengembangkan kurikulum serta menggali sesuai bakat dan potensi dari peserta didik kita.
Pembelajaran pun berpusat pada materi-materi esensial sehingga baik itu pendidik dan peserta didiknya
tidak merasa terbebani dalam menuntaskan capaian pembelajaran.

Akhir kata Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang fleksibel. Kurikulum tersebut mampu
menyesuaikan situasi dan kondisi di era transisi pendidikan. Kurikulum Merdeka juga mampu menjawab
keraguan karena tidak melulu berfokus pada konten atau materi yang harus selesai tapi pada
peningkatan kompetensi dan potensi pada peserta didik kita. Kurikulum Merdeka juga mampu
bertransformasi sesuai dengan karakteristik kondisi sosial dan budaya yang ada di satuan pendidikan.

Post Views: 42

Post Views: 42

Tags: Implementasi Kurikulum Merdeka

← Pemanfaatan Ragam Teks Tiktok dalam Implementasi Kurikulum MerdekaJejak Langkah Pendidikan
Guru Penggerak →

7 Comments

Akhmad Muhyiddin

May 29, 2023 at 4:17 am

Setuju pak, kehadiran kurikulum Merdeka merupakan penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum


sebelumnya. Seperti materi hanya fokus ke hal yang esensial saja dan pembelajaran berbasis aktifitas
literasi dan numerasi

Reply

Fajar Kurnia, M. Pd

May 29, 2023 at 4:21 am

Mantapppp semangat pak radennnn artikel nya sangat bagus sekali


Reply

Dewi Nur Utami

May 29, 2023 at 4:30 am

Semoga harapan pendidikan lebih baik bisa terwujud. Semangat guru-guru hebat, kurikulum berubah
seiring dengan perubahan kodrat alam dan kodrat zaman.

Teknologi yang berkembang cepat, menuntut seluruh bidang termasuk pendidikan bergerak

Reply

Arif Rahman Prasetyo

May 29, 2023 at 8:02 am

Menarik. Merdeka itu identik dengan kebahagiaan. Namun sejatinya untuk mencapai merdeka, jelas
perlu yg namanya usaha. Usahanya “sudah barang tentu”(mengutip perkataan penulis.red) memerlukan
perjuangan dan pengorbanan. Maka dari itu kita sebagai guru harus siap berjuang untuk
membahagiakan siswanya, mendidik dengan pengalaman bermakna dan menghadirkan inspirasi di
benak mereka.

SEMANGAT GURU MERDEKA BELAJAR

Reply

MTR

June 2, 2023 at 11:56 pm

Mantap, teksnya sangat berbobot. Nulisnya pun tidak mungkin selesai 1 jam. Untuk urusan minta
komentar gampang saja. Kalo minta duit itu yang susah

Reply

Hikmatul Ulya

June 3, 2023 at 12:47 am


Artikel ini sangat bagus menjelaskan tentang konsep dan urgensi kurikulum merdeka yang fleksibel dan
sesuai dengan situasi dan keadaan peserta didik dalam penerapannya.

Reply

Mila

June 3, 2023 at 6:02 am

Semoga kurikulum merdeka ini dapat di implementasikan diberbagai wilayah di setiap sekolah.

Reply

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment *

Name *

Email *

Website

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Powered by WordPress / Academica WordPress Theme by WPZOOM

Anda mungkin juga menyukai