Anda di halaman 1dari 22

BAB I

Pengenalan Tes Abilitas

A. DEFINISI TES ABILITAS

Ability test atau tes kemampuan di disain untuk mengukur kemampuan

penalaran logis atau kemampuan berpikir seseorang. Biasanya tes ini berbentuk

pilihan ganda dengan hanya ada satu jawaban benar dan diadministrasikan

dalam waktu terbatas, misalnya 30 menit untuk 30 soal. Berikut ini adalah

definisi tes-tes abilitas antara lain :

1. Definisi Tes Inteligensi

a. Alfred Binet dan Theodore Simon mendefinisikan intelegensi sebagai

terdiri atas tida komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan

pikiran dan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila

tindakan tersebut pernah terlaksanakan, kemampuan utnuk

mengkritik diri sendiri atau melakukan autocriticsm

b. Lewis madison terman mendefisnisikan intelegnsi sebagi kemampuan

seseorang untuk berpikir abstark

c. H.H. Goddard mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat kemampuan

pengalaman seseoarang untuk menyelesaikan masalah-masalah

yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah

yang akan datang


2. Definisi Tes Bakat

a. Warren mendefiniskan tes bakat sebagi suatu kondisi atau disposisi-

disposisi tertentu yang menggejala pada kecakapan seseorang untuk

memperoleh dengan melalui latihan satu atau beberapa pengetahuan

keahlian atatu suatu respon sepeti kecakapan untuk berbahasa,

musik, dan sebagainya

b. Crow mendefinisikan bakat adalah suatu kualitas yang nampak pada

tingkah laku manusia pada suatu lapangan keahlian tertentu seperti

musik, seni mengarang, kecakapan dalam matematika, keahlihan

dalam bidang mesin, atau keahlian-keahlian lainnya.

c. Woodworth dan Marquis mendefinisikan bakat adalah prestasi yang

dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus.

3. Definisi Tes Prestasi

Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan Pengertian prestasi sebagai

berikut Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu

kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya.

Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan,

penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk

menyelidiki, mengartikan situasi).

B. FUNGSI

Tes ini memberikan informasi mengenai potensi yang ada dalam diri

seseorang. . Seperti tes inteligensi berfungsi untuk mengukur inteligensi

seseorang, tes bakat berfungsi untuk mengetahui bakat seseorang dan tes
Prestasi berfungsi untuk mengetahui kemampuan akademik seseorang,

mengetahui kesuksesan seseorang terhadap apa yang sudah dipelajari.

Potensi-potensi tersebut meliputi kemampuan berpikir nalar, berpikir abstrak,

potensi untuk memecahkan masalah, beradaptasi terhadap perubahan

keadaan, mengambil keuntungan dari pengalaman, memprediksi keahlian

atau skill yang dimiliki, mengasah logika verbal, dan aspek-aspek lain yang

terkait dengan kognitif serta mengetahui secara spesifik keunggulan dan

kelemahan individu dalam bidang-bidang tertentu.

C. KARAKTERISTIK

Karakteristik tes Abilitas :

1. Dibatasi waktu (peserta tes perlu menyadari ada berapa soal yang

harus dijawab dan berapa waktu yang disediakan, berhati-hati dalam

mengalokasikan waktu untuk menjawab setiap pertanyaan).

2. terdiri dari pilihan ganda dan jawaban pendek.

3. Lembar jawaban dan buku soal terpisah.

4. Hanya ada satu jawaban benar.

5. Terdiri dari pertanyaan yang memiliki kesukaran yang terus

meningkat.

6. Membutuhkan kecepatan dan akurasi. Terkadang akurasi lebih

penting dari kecepatan, namun jika Anda stuck pada sebuah

pertanyaan, lewati saja dan balik lagi, jika masih ada waktu. Kadang-
kadang penilaian didasari juga oleh jawaban yang salah (misal,

setiap jawaban salah nilai berkurang.

D. KETERBATASAN

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES ABILITY

Kelebihan Kelemahan

Ability Test  Dapat  Dapat


memprediksi

kinerja pada berbagai menyebabkan adverse

jenis pekerjaan dengan impact yang tinggi.

cukup baik.  Khusus pada Physical

 Mudah dan murah dalam ability test berbiaya mahal

peng-administrasian. dalam pengembangan dan

pengadministrasian.

 Tidak mampu mengukur karakteristik tipe kepribadian individu

Seperti sifat keadaan psikologi situasi dan internal. Sehingga tidak bisa

mengukur minat dan sikap dari individu itu sendiri.

 Instabilitas dari kinerja tes abilitas intelegence

Hal ini di karenakan setiap individu di pengaruhi oleh lingkungan dan tes ini
tidak dapat mengukur besarnya pengaruh lingkungan terhadap kemampuan

individu.

 Tidak mampu mengukur perbedaan individual dan usia

Tes ini mengeneralisasikan dan tidak memandanng perbedaan individualitas

serta usia. Padahal riset terbaru mengungkapkan perbedaan individual yang

besar dalam semua level manusia

 Perbedaan cultural versus hambatan cultural

Seperti hal nya pada lingkungan semua tahap perkembangan individu dan

efek – efeknya terjalin erat dalam perilaku yang dihasil kan di lingkungannya.

seperti: budaya yang merasuki hampir semua aspek lingkungan . perbedaan

budaya menjadi hambatan bila individu itu keluar dari budaya atau se budaya

tempat dia tumbuh dan berkembang serta menjadi sia – sia meskipun

individu berusaha keras untuk berfungsi bersaing atau berhasil dalam

budaya lain.

contoh : bahasa yang berbeda, stereotype masyarakat.


BAB II

MACAM-MACAM TES ABILITAS

Tes ini terbagi menjadi 3:

1. Achievement test : mengukur yang dipelajari sebelumnya tes ini mengukur

tingkat kemampuan kita dalam berhitung, melakukan penalaran, logika

verbal, dan aspek-aspek lain yang terkait dengan kognitif. Dalam rekrutmen

tes ini berbentuk multiple choice, dengan pilihan hanya ada satu jawaban

benar.

Achievement Test dibagi menjadi 4, yaitu:

 Single Survey Test

Single Survey Test ini membutuhkan waktu yang lebih singkat

dibanding Battery Test dan mempunyai reliabilitas yang lebih rendah.

Tes ini dapat digunakan sesuai kebutuhan tanpa harus menggunakan

serangkaian alat tes secara utuh. Tester mempunyai pilihan untuk

memilih tes yang dibutuhkan. Tester juga boleh memilih nomer

berapa saja yang akan digunakan untuk diberikan kepada testee. Tes

ini membutuhkan aktu lebih lama dan tesnya lebih detail daripada tes

comparable. Keseluruhan hasil tes ini tidak dipengaruhi oleh kondisi

dari subjek yang melakukan tes. Tes ini digunakan untuk mengetes

anak-anak dimana instruksi tes pada tes membaca dan matematika,

instruksi diberikan lebih jelas daripada tes sosial dan tes ilmu pasti.
 Battery Test

Tes battery ini merupakan tes yang paling baik di dalam achievement

test. Tujuan utama dari diadakannya tes ini adalah untuk melihat

kelebihan dan kelemahan yang spesifik yang terdapat dalam diri

individu tersebut. Dalam setiap subtest baterai ini rata-rata memilki

sample yang terbatas untuk setiap subjek. Karena bervariasinya sub

tes di dalam tes battery maka tes battery ini mempunyai standard di

dalam setiap pengetesan dan penilaiannya berupa skala angka,

performansi diri di dalam setiap subjek yangakan dilihat bedanya

antara subjek satu dengan subjek lainnya secara langsung.

 Diagnostic Test

Tes diagnostik ini mempunyai fungsi untuk mengidentifikasi kesulitan

testee dalam penerimaan mata pelajaran di sekolah. Sub tes yang

ada di dalam diagnostic tes antara lain membaca, aritmatika,

berbicara, performansi diri subjek harus dianalisis menjadi

kemampuan khusus yang dia miliki dan juga item di dalam group

harus diperlihatkan di dalam subskill tersebut. Tes diaknostik ini tidak

sama dengan tes single survey, dimana biasanya single survey hanya

mengadakan satu kali penilaian sedangkan diagnostic tes ini

penilaian diukur per subskill yang dites. Perbedaan-perbedaan hasil

dari subskill-subskill tersebut akan diinterpretasikan dan akan dibuat

diagnostiknya. Item-item dalam subskill tersebut harus berjumlah

sepuluh atau lebih. Hal ini dilakukan untuk melihat perbedaan antara
setiap skor yang dimunculkan. Skor akhir pada bagian perbandingan

biasanya lebih kecil dan skor tersebut biasanya berkolerasi, hasilnya

berbeda dan akan membentuk reliabilitas yang rendah. Kebanyakan

dari tes diagnostic ini adalah membaca tetapi tes diagnostic pada

bagian matematika dan berbicara sudah memiliki bagian yang jelas.

Te sdiagnostik ini memiliki variasi item dan membutuhkan waktu yang

lebih lama dibandingkan tes single survey. Sebelum menggunakan

tes diagnostic ini basanya tester menggunakan single survey test

terlebih dahulu untuk melihat ada atau tidaknya ketidakmampuan

siswa misalnya dalam hal membaca atau berhitung baru kemudian

diberikan diagnostik tes.

 Tes prognostic

Tes ini didesain untuk memprediksi karakteristik siswa dalam sekolah

khusus.tes ini memiliki fungsi yang sama seperti tes aptitude yang

berfungsi untuk memprediksi prestasi, misalnya untuk mengetes

kemampuan siswa TK atau siswa kelas pertama dalam membaca

untuk memprediksi apakah anak tersebut sudah dapat membaca atau

belum. Untuk anak-anak SMU tes prognostic ini dalam bentuk

matematika (geometri) dan bahasa asing. Didesain untuk

memprediksi kesiapan subjek dalam menerima pelajaran.

2. Aptitude test : mengukur potensi untuk memperoleh spesifik skill,

memprediksikan future behavior. ini merupakan tes yang mengukur potensi

seseorang, termasuk dalam hal ini adalah kemampuan mengatasi masalah,


pengambilan keputusan, berpikir cepat, dan aspek-aspek lain yang terkait

dengan potensi.

Macam-macam aptitude test:

 Performance VS Paper and pencil test

Bagian terbaru dari pengkuran kemampuan performance test dimana

tes tersebut dibutuhkan untuk membangun sesuatu atau

memanipulasi objek fisik. Tes ini sering dilakukan dibandingkan paper

and pencil test terutama untuk tes dalam hal membaca. Reabilitas

dalam tes performansi biasanya lebih rendah dibandingkan paper

and pencil test dan tes tersebut memerlukan waktu yang lebih lama

dan biaya yang lebih mahal. Hubungan antara tes performansi dan

hasil skornya serta hubungan antara pengukuran tes melalui paper

and pencil test itu biasanya menunjukkan kemampuan special yang

jauh dari sempurna. Biasanya tes ini digunakan sebagai penempatan

kerja.

 Macam-macam performance Test

Sensory and perceptual psychomotor skill test

Sensory and perceptual psychomotor skill test sangat penting untuk

mencari kemampuan individu. Ada hubungan antara kemampuan

mental dan kemampuan fisik serta performansi tiap individu

tergantung pada banyak sedikitnya karakter mental dan fisik

seseorang. Tes kemampuan sensori dan psikomotor ini sangat

berguna sebagai alat untuk menyeleksi dan mengklasifikasikan para


pegawai dan personil militer untuk bekerja atau program pelatihan

didalam konseling atau diagnose. Macam-macamnya sensory and

perceptual test; illustrative single-perpose instrument dibagi menjadi

tiga visual acquity, auditory acquity, color vision; illustrative multi

purpose instrument dibagi menjadi dua visual screening instrument,

frosting DTVP. Tes psikomotor yang berhubungan dengan gerakan

untuk melatih psikomotor.

Clerical ability

Kemampuan berhitung itu berbeda dengan tes intelegensi pada

umumnya. Kecepatan, perbedaan dan persamaan dibutuhkan dalam

tes perhitungan ini, kemampuan verbal dan berhitung dalam tes ini

yang terdapat dalam general test. Banyaknya tes kemampuan

hitungan ini sama dengan tes inteligensi yang umum.

Computer Related Aptitude

Contoh : musical aptitude, Tes DAT (Differential Aptitude Test), GATB (General

Aptitude Test Battery), ASVAB (Armed Services Vocational), SAT (the Scholastic

Assessment Tests), ACT (The American College Test), GRE (Graduate Record

Exam), MCAT (Medica College Admission Test), LSAT (Law School Admission

Test), Kraeplin, PAULI

3. Intelligence test : potensi untuk memecahkan masalah, beradaptasi terhadap

perubahan keadaan, mengambil keuntungan dari pengalaman, berfikir abstrak. ini

adalah tes yang mengukur kepribadian seseorang. Dalam tes ini dilihat kesesuaian
kepribadian kandidat yang bersangkutan dengan persyaratan yang diinginkan

perusahaan. Kuesioner kepribadian tidak ada jawaban benar salah. Jawaban yang

baik, adalah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda.

Macam-macam tes intelligence

 Tes Binet

Binet berupa sebuah kotak berisi bermacam-macam benda mainan tertentu

yang akan disajikan kepada anak-anak, dua buah buku kecil yang memuat

cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan untuk mencatat jawaban dan

skornya, dan sebuah manual/petunjuk pelaksanaan pemberian tes.

Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia mulai

dari Usia-II sampai dengab Usia Dewasa-Superior.

Diantara Usia-II dan Usia-V, tesnya meningkat dengan interval setengah

tahunan, sedangkan diantara Usia-V dan Usia-XIV, level usia mengingkat

dengan interval satu tahunan. Level-level selanjutnya dimaksudkan sebagai

level Dewasa-Rata-rata dan level Dewasa- Superior I, II, dan III. Setiap level

usia dalam skala ini berisi enam tes, kecuali untuk level Dewasa-Rata-rata

yang berisi delapan tes. Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia

terisi soal-soal dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda.

Berdasarkan perbedaan taraf kesukaran yang kecil itulah disusun urutan

soal dari yang paling mudah sampai yang paling sukar.

Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan

secara lisan oleh pemberi tes.


 The Wechlser Intelligence Scale for Children – Revised (WISC – R)

WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya

sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian subtes. Keduabelas

subtes tersebut dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu skala Verbal

(verbal) yang terdiri dari information (informasi), comprehension

(pemahaman), arithmetic (hitungan), similiarites (kesamaan), vocabulary

(kosakata), dan digit span (rentang angka). Golongan kedua adalah skala

performansi (performance) yang terdiri dari picture completion

(kelengkapan gambar), picture arrangement (susunan gambar), block

design (rancangan balok), object assembly (perakitan objek), coding (sandi),

mazes (taman sesat). Subtes Rentang Angka merupaka subtes pelengkap

yang hanya dipergunakan apabila salah satu diantara subtes verbal lainnya,

karena sesuatu hal semisal kekeliruan pemakaian, tidak dapat digunakan.

Subtes Taman sesat dapat pula digunakan sebagai pengganti subtes Sandi

atau dapat pula digunakan sebagai pengganti subtes performasi manapun

yang tidak dapt dipakai. Dengan demikian, skor subjek tetap didasarkan atas

lima subtes dari skala Verbal dan lima subtes dari skala Performasi.

Pemberian skor pada subtes WISC-R didasarkan atas kebenaran jawaban

dan waktu yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban yang

benar tersebut. Melalui prosedur pemberian skor yang telah ditentukan,

setiap subjek akan memperoleh skor pada masing-masing subtes. Skor

tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk angka standar melalui


tabel norma sehingga akhirnya diperoleh suatu angka IQ –deviasi untuk

skala verbal, satu angka IQdeviasi untuk skala verbal dan satu angka IQ-

deviasi untuk skala performansi, dan satu angka IQ-deviasi untuk

keseluruhan skala.

 The Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R)

Skala Weschler pertama kali diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama

Weschler- Bellevue (W-B). Sasaran utama test ini adalah untuk

menyediakan test intelegensi bagi orang dewasa. Test ini dirancang untuk

anak-anak sekolah dan diadaptasikan untuk orang dewasa dengan

menambahkan beberapa soal yang lebih sulit. Penekanan berlebihan pada

kecepatan yang tidak menguntungkan bagi orang dewasa, manipulasi yang

relatif rutin atas kata-kata, dan tidak dapat diterapkannya norma umur pada

orang-orang dewasa membuat test W-B dikembangkan.

 The Standard Progresive Matrices SPM

merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan

secara individual maupun secara kelompok. Skala ini dirancang oleh J. C.

Raven dan diterbitkan terakhir kali oleh H. K. Lewis & Co. Ltd. London pada

tahun1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi

soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan

melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Karena instruksi pengerjaannya

diberikan secara lisan maka skala ini dapat digunakan untuk subjek yang

buta huruf.
 The Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC)

Tes inteligensi K-ABC merupakan baterai (rangkaian) tes yang relatif baru

yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun (Kaufman,

kamphaus, & Kaurman, 1985, dalam Azwar 1996). Tes ini diciptakan oleh

Alan S. Kaufman dan Nadeen L. Kaufman dari the University of Alabama.

Skala-skala inteligensi dalam baterai ini adalah Sequal Processing Scale dan

Simulation Processing Scale. Sequal Processing Scale yaitu skala yang

mengungkap abilitas atau kemampuan untuk memecahkan permasalahan

secara bertahap dengan penekanan pada hubungan serial atau hubungan

temporal diantara stimulus. Stimulus ini, baik verbal maupun visual harus

ditangni secara berurutan agar tercapai performansi yang optimal. Dalam K-

ABC kemampuan ini diungkap antara lain oleh subtes Word Order dimana

subjek harus menunjuk pada bayangan gambar dalam urutan sama dengan

urutan nama yang disebut oleh enguji. Simulation Processing Scale yaitu

skala yang bertujuan mengungkap kemampuan anak dalam memecahkan

permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan memadukan banyak

stimuli sekaligus dalam waktu yang sama. Permasalahan yang diajukan

sering kali bersifat analogi atau mengandung spek spasial. Baik berwujud

perseptual maupun berujud konseptual, stimulusnya menghendaki

pengerahan daya sintesis simultan agar tercapai penyelesaian yang

benar. Dalam K-ABC, stimulus bentuk ini mencakup tugas pengenalan


bercak tinta yang disajikan separuh selesai (Gestalt Completion) dan analogi

visual yang umumnya abstrak (Matrix Analogies).


BAB III

TIPE PENULISAN ITEM DALAM TES ABILITAS

 Skala Likert

Skala Likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau

fenomena sesorang. Testee menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu

pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya

disediakan lima pilihan skala dengan format pilihan seperti sangat tidak setuju, tidak

setuju, netral, setuju, sangat setuju.

 Skala Semantik Deferensial

Skala deferensial yaitu skala untuk mengukur sikap dan lainnya, tetapi bentuknya

bukan pilihan ganda atau checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang

jawabannya sangat positifnya terletak dikanan garis dan jawaban yang sangat

negative terletak dikiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data

interval dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik

tertentu yang dimiliki oleh seseorang.

 Skala Rating

Rating Scale dapat diklasifikasikan dalam tiga macam yaitu:


 Disajikan dalam bentuk ordinal level, urutan angka mengindikasikan tingkat

item tetapi tidak menunjukkan perbedaan. Pilihan respon

1. Sangat tidak setuju

2. Setuju

3. Sangat setuju

 Disajikan dalam bentuk interval level, setiap item mengindikasikan

pentingnya perbedaan item tetapi tidak absolute nol. Contohnya skala

perilaku dan skala penalaran.

 Disajikan dalam bentuk ratio level, setiap item mengindikasikan pentingnya

perbedaan item dan absolute nol, skala rasio dapat dijumlahkan.

 Force Scale

Deskripsi :

pada saat menawarkan beberapa pilihan, buatkah lebih mudah unuk memilih satu dari yang

anda inginkan. Metode yang dapat digunakan antara lain adalah

- menawarkan sesuatu yang mereka inginkan baik yang pertama maupun yang

terakhir.

- Membuat sesuatu yang anda inginkan untuk diingat (dan yang lain tidak perlu

diingat).

- Buatlah sesuatu yang anda pilih lebih diinginkan.

- Buatlah pilihan yang anda inginkan untuk lebih mempermudah diri anda.
- Buatlah sesuatu yang berbeda untuk menandai apa yang diinginkan dan tidak

diinginkan.

- Buatlah kata – kata atau sebagian kata yang terdengar seperti anda menginkan hal

tersebut untuk dipilih.

- Tawarkan sesuatu yang mungkin normal untuk diterima tetapi anda harus

mempersiapkan apabila anda tidak diterima oleh orang tersebut.

Contoh :

- “apakah anda ingin yang ini, yang satu ini atau yang itu”.

- “Anda dapat memiliki yang coklat, biru, kuning muda, yang abu – abu atau yang

ungu?”.

- Rumah ini sangat jauh. Rumah itu mahal dan rumah yang lainnya ditawar.

- Kita bisa mendapatkan seekor tikus, seekor ular atau seekor anjing. Yang mana yang

akan anda pilih?.


BAB IV

PRINSIP PENGUKURAN TES ABILITAS

Acheivement test

Gronlund (1977) merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi,

yakni :

1. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas

sesuai dengan tujuan instruksional.

2. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil

belajar dan dari materi yang dicangkup oleh program instruksional atau

pengajaran.

3. Tes prestasi harus berisi aitem-aitem denga tipe yang paling cocok guna

mengukur hasil belajar yang diinginkan.

4. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai degna tujuan

penggunaan hasilnya.

5. Realibilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya

harus ditafsirkan dengan hati-hati.

6. Tes prestasi harus dapat digunkan untuk meningkatkan belajar para anak

didik.Tes Inteligensi

Tes Bakat
Berdasarkan beberapa sumber diperoleh prinsip-prinsip dalam tes bakat adalah

sebagai berikut :

1. Tes bakat harus dapat merepresentasikan bakat yang dimiliki oleh subjek

yang menjadi objek pengukuran alat tes yang bersangkutan

2. Tes bakat diharapkan dapat mempertemukan potensi seseorang dengan

persyaratan yang dituntut oleh lembaga sehingga dapat diperkirakan atau

diprediksikan kemungkinan kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam

bidang tertentu di masa depan. Prediksi meliputi seleksi, penempatan dan

klasifikasi

3. Tes bakat hendaknya dapat memprediksikan cita-cita dan menentukan tugas

serta kegiatan yang sesuai dengan bakat yang mereka miliki

4. Validitas dan reliabilitas tes bakat harus diuji sedemikian rupa sehingga

menghasilkan perhitungan bakat yang valid dan reliabel

5. Tes bakat yang ada harus dapat meminimalisir adanya variabel pengganggu

yang mungkin muncul dan menurunkan validitas dari hasil tes.

Tes Inteligensi

1. Tes inteligensi harus dapat merepresentasikan kemampuan seseorang

dalam menghadapi lingkungannya

2. Tes inteligensi diberikan secara individu maupun kelompok

3. Tes inteligensi dibuat berdasarkan teori psikologi yang berkaitan dengan

inteligensi dan aspek-aspeknya


4. Hasil tes inteligensi harus dapat dibandingkan dengan populasi yang ada di

sekitarnya

5. Tes inteligensi dituangkan secara verbal dan performance

6. Tes inteligensi harus dapat digunakan kembali pda subjek dan kondisi yang

sama
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, Lewis R. 1931. Psychological Testing and Assessment. Library of Congress

Cataloging-in-Publication Data: Amerika

Nastasi, Anne. 2007. Tes Psikologi Edisi Ketujuh. Indeks: Jakarta

Aiken, Lewis R. 2008. Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi Jilid I. PT. Indeks :

Jakarta

Aiken, Lewis R. 2008. Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi Jilid II. PT. Indeks :

Jakarta

Anda mungkin juga menyukai