Agus Widarjono
Abstract'
Tabel 1
Beberapa Indikator Demograpi Indonesia, I96I-1997
dan pertumbuhan ekonomi dijelaskan dalam akan dapat menaikkan output melalui
buku yang ditulisnya dengan judul An Essay penambahan tenaga kerja dan ekspansi
on the Principle ofPopulation. pasar baik pasar dalam negeri maupun luar
Pertumbuhan penduduk yang tinggi negeri. Para ekonom klasik mengemukakan
akan mengurangi output per kapita. Jika ada bahwa pertumbuhan penduduk yang diiringi
pertumbuhan penduduk tanpa adanya ke- dengan adanya perubahan teknologi akan
naikan input yang lain seperti kapital dan mendorong tabungan dan juga penggunaan
adanya hukum lambahan basil yang semakin skala ekonomi di dalam produksi.
menurun {deminishing return) akan mengu Pertumbuhan penduduk yang tinggi
rangi pertumbuhan output. Walaupun ada juga mengakibatkan pertumbuhan angkatan
kenaikan input yang lain, pertumbuhan kerja yang tinggi. Proporsi yang besar dari
penduduk yang cepat akan tetap menurunkan penduduk yang berusia muda di dalam ang
pertumbuhan output per kapita. katan kerja akan mendorong perubahan
Pertumbuhan penduduk yang tinggi teknologi dan pertumbuhan ekonomi melalui
juga akan menyebabkan kebutuhan konsumsi mobilitas dan adaptasi mereka. Disamping
lebih banyak daripada kebutuhan untuk itu, tekanan kepadatan penduduk akan men
investasi. Sumberdaya yang ada hanya dorong penggunaan teknologi baru, penge-
dialokasikan lebih banyak ke pertumbuhan loiaan sumberdaya alam yang lebih efisien,
tenaga kerja yang tinggi daripada disum- meningkatkan tabungan dan akhirnya men
bangkan untuk meningkatkan kapital kepada dorong pertumbuhan ekonomi.
setiap tenaga kerja. Selanjutnya ini akan Hasil-hasil penelitian empiris selama
menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang ini mendukung baik hipotesa dari Malthus
lambat di sektor-sektor yang modem dan dan Adam Smith di atas. Artinya, beberapa
peningkatan pengangguran. Dampak berikutnya penelitian menunjukkan adanya hubungan
adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi signifikan antara pertumbuhan penduduk dan
akan menyebabkan rasio ketergantungan pertumbuhan ekonomi sedangkan beberapa
{dependency ratio) juga tinggi, yang akan yang lain tidak.
mengurangi tingkat tabungan masyarakat. Ansley C. dan Edgar H. adalah
Akhirnya, jika pertumbuhan penduduk yang salah satu dari beberapa ahli ekonomi dan
cepat ini menyebabkan ketidakstabilan sosial demografi yang mencoba mengkaitkan antara
dan politik. ha! ini akan mengakibatkan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
pengurangan investasi asing dan mungkin ekonomi. Melalui model ekonomi makro
juga pelarian modal ke luar negeri {capital pertumbuhan penduduk yang diaplikasikan di
flight). Dengan demikian, kondisi ini akan India menyimpulkan bahwa pengurangan
mengurangi investasi asing dan tabungan tingkat keiahiran di India akan mempercepat
dalam negeri. pertumbuhan pendapatan per kapita. Ada
Pada waktu itu, pikiran yang pesi- dua alasan yang menghasilkan kesimpulan
mis dari Malthus tentang pertumbuhan pen ini. Pertama, pertumbuhan penduduk yang
duduk memang berlawanan" arus dengan rendah akan mengurangi dependency ratio
pikiran yang berkembang dari para ekonom dan hal ini selanjutnya akan mengurangi
klasik yang dipelopori oleh Adam Smith. tingkat konsumsi dan menaikkan tabungan
Adam Smith dengan teori spesialisasi dan pada setiap tingkat pendapatan yang tertentu.
pembagian tenaga kerja {specialization and Kedua, pertumbuhan penduduk yang rendah
division of labor) mengajukan hipotesis juga mengurangi sumber-sumber daya yang
bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi dialokasikan ke sektor publik yang digunakan
untuk menyediakan jasa-jasa sosial dan oleh menyebabkan peningkatan investasi di sumber
karena ilu dapat dialihkan untuk investasi daya manusia dan membuat tenaga kerja
sehingga bisa menaikkan pendapatan. The lebih produktif (Gill et.al, 1987: 165).
world Bank sebagai lembaga. donor Menyadari kemungkinan adanya
internasional yang mengurusi' masalah- penarikan kesimpulan yang salah dengan
masalah pembangunan • menemukan- juga menggunakan -data cross section, dari
bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat penelitian-penelitian sebelumnya di negara-
akan mengurangi tabungan dan perluasan negara sedang berkembang, Vibha Kapura-
kapital {capital widening) yang merupakan Foreman mengunakan data time series untuk
faktor utama peningkatan produktivitas dan setiap negara • dengan mengunakan alat
pendapatan per kapita (Gills et.al, 1987: 164- analisis kausalitas dari Cheng Hisiao yaitu
65). kausalitas Granger yang dimodifikasi.
Richard Easterlin mencoba menga- Negara yang diteliti adalah 15 negara se
nalisis apakah terdapat hubungan antara dang berkembang yang mempunyai
tingkat pertumbuhan penduduk dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah.
pendapatan riil perkapita di negara-negara Delapan negara yaitu Ghana, Sri Langka,
sedang berkerhbang. Data yarig digunakan Bolivia, Philipina, Syria, Thailand dan
adalah data dari tahun 1957/58 sarhpai tahuh Argentina menunjukkan tidak ada hubungan
1963/64. Kesimpulan yang didapat adalah yang signifikan antara pertumbuhan penduduk
tidak menemukan buKti hubungan yang dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di
signifikan. Penelitian berikutnya dilakukan tujuh negara sisanya -yaitu Nepal, India,
oleh Paul Bairoch dengan data tahun 1950 - China, Guatemala, Peru, Turki, Chile dan
1960 dan tahun 1960 - 1970 serta oleh Gerry Meksiko mengambarkan hal yang sebaliknya
Rodgers mengunakan data yang lebih baru yaitu pertumbuhan penduduk merupakan
yaitu 1970 - 1977. Kesimpulan yang di- salah satu faktor yang mempengaruhi
peroleh sama dengan penelitian yang dila pertumbuhan ekonomi (Foreman,-1995).
kukan sebelumnya (Foreman, 1995). Walaupun bukti-bukti empiris saling
Di lain pihak, ada beberapa peneli menghasilkan kesimpulan yang berbeda, se-
tian yang mendukung adanya hubungan yang bagian besar^ahli ekonomi dan perencanaan
positif antara pertumbuhan penduduk dengan pembangunan di negara-negara sedang
pertumbuhan ekonomi. Penelitian dari Colin berkembang setuju bahwa pertumbuhan pen
Cark. Ester Boserup dan Julian Simon duduk yang rendah akan mampu menaikkan
menyimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk pendapatan perkapita yang lebih cepat. Ada
dapat menaikkan pendapatan per kapita dua alasan yang mendasarinya. Pertarria, di
melalui perubahan teknologi dan adanya kebanyakan negara-negara"sedang berkembang
kenaikan permintaan investasi yang selanjutnya kepadatan penduduk yang tinggi akan meng-
mengakibatkan pengunaan skala ekonomi eksploitasi tanah dan.sumberdaya alam se
yang' efisien (economies, ofscale). Sementara hingga itu akan menyebabkan pendapatan
itu Rati Ram dan Theodore W. Schultz perkapitanya rendah. Disamping itu, alasan
menunjukkan, bahwa harapan hidup yang yang kedua, pertumbuhan penduduk yang
tinggi diimbangi dengan turunnya tingkat cepat akan mengurangi kesempatan melakukan
kematian dan pertumbuhan penduduk yang investasi dan juga perbaikan fasilitas jasa
tinggi di negara-negara sedang berkembang publik.
(3) hanya (L)P, sebagai variabel bebas dan jangnya lag (M) adalah 5. Berdasarkan pada
begitu pula hanya (L)Y, yang diregresikan tabel tersebut, FPE yang minimum terjadi
pada persamaan (4) diatas. FPE yang ru- pada lag 1 baik untuk P maupun Y. Artinya
musnya dikembangkan oleh Akaike dihitung panjangnya time lag yang optimal untuk
dari setiap regresi (formulanya lihat Arief, kedua variabel tersebut adalah 1.
1993: hal 158; Aliman, 1998). Jumlah time Langkah selanjutnya adalah me
lag yang optimal diperoleh jika FPEnya nentukan pola kausalitas dua arah menurut
adalah minimum. model Granger. Dari langkah ini pula dapat
Langkah selanjutnya adalah mela- ditentukan variabel mana yang relevan untuk
kukan regresi pada persamaan balk 3 dan 4 dimasukkan dalam model. Langkah kedua
diatas untuk menentukan lag yang optimal ini dilakukan dengan menentukan time lag
bag! Y dan P. Hal in! dilakukan dengan cara yang optimal untuk Y dan P dengan
mempertahankan lag yang optimal pada mempertahankan time lag yang optimal yang
langkah pertama. Untuk itu Akaike menga- sudah diperoleh untuk P dan Y pada langkah
jukan rumus yang sedikit berbeda diban- pertama. Untuk memperoleh FPE yang
dingkan dengan penentuan FPE pada lang minimum, lime lag yang optimal langkah
kah pertama untuk memperoleh FPE yang pertama ini diberlakukan sebagai controlled
minimum (Arief 1993:158; Aliman 1998). ' variable, sementara itu model yang cocok
Penentuan apakah Y disebabkan untuk kausalitas Granger Y. dan P
oleh P dan sebaliknya adalah langkah yang diberlakukan sebagai manipulated variable.
lerakhir. Kausalitas Grangger akan terjadi Hasil PFE yang minimum untuk
yaitu P mempengaruhi Y jika nilai minimum langkah kedua ini disajikan dalam Tabel 3.
FPE pada langkah kedua lebih kecil dari Dalam pasangan Model I yaitu Y dan P, P
langkah pertama. Sementara itu jika PFE diperlakukan sebagai manipulated variable
yang minimum langkah kedua lebih besar dengan time lag yang optimal 1. PFE yang
langkah pertama, maka variabel P tidak minimum untuk model tersebut adalah yaitu
mempengaruhi Y. Langkah yang sama dapat 0,88587 XIC' berkurang dari sebesar 0,1547 x
dilakukan yaitu apakah Y mempengaruhi P 10'^ yang diperoleh pada langkah pertama.
atau tidak. Sedangkan pada saat Y diperlakukan sebagai
Studi ini menggunakan data ta- manipulated variable yaitu model 2, FPE
hunan dari tahun 1967 sampai tahun 1995 yang minimum adalah 0,10731 x 10*^ yaitu
yang diperoleii dari International Financial turun dari sebesar 0,96387 x 10*'.
Statistics (IFS). Data yang digunakan untuk Hasil perhitungan yang disajikan
mengukur pertumbuhan ekonomi adalah pada Tabel 3 menunjukkan bahwa model
pertumbuhan GDP riil per kapita berdasar- kausalitas antara pertumbuhan penduduk (P)
kan tahun dasar 1990. Pertumbuhan GDP riil dan pertumbuhan ekonomi (Y) berlaku
per kapita dan pertumbuhan penduduk untuk kausalitas dua arah. Artinya, data
diperoleh dengan cara menghitung logaritma pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
natural tahun yang bersangkutan dikurangi ekonomi di Indonesia untuk periode yang
tahun sebelumnya. diteliti mendukung hipotesis bahwa pertum
buhan penduduk mempengaruhi pertum
ANALISIS HASIL EMPIRIS buhan ekonomi yaitu pertumbuhan pen-
Tabel 2 menyajikan hasil perhi- dapatan riil per kapita dan sebaliknya per
tungan FPE untuk langkah pertama untuk P tumbuhan ekonomi juga mempengaruhi
dan Y pada periode 1967-1995 dengan pan- pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Ada beberapa hai yang menye- duduk berumur 10 tahun yang belum tamat
babkan adanya hubungan signiflkan antara SD mengalami penuruan dari 33,25% tahun
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan 1971 menjadi 30,32 % tahun 1994, sedang-
PDB per kapita. Pertama, pada awal kan yang tamat SD mengalami peningkatan
pemerintahan Orde Baru pertumbuhan dari 19,59% menjadi 31,97%. Untuk tingkat
penduduk cukup tinggi sehingga tingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu SLTP,
ketergantungan {dependency ratio) juga SLTA dan pendidikan tinggi juga mengalami
tinggi. Akan tetap'i sejak keberhasilan peningkatan. Masing-masing pada tahun 1971
keluarga, komposisi penduduk mengalami sebesar 4,38%, 2,04% dan 0,34% menjadi
perubahan yaitu semakin banyak penduduk 12,16%, 12,12% dan 1,71% tahun 1994
yang memasuki usia produktif. Perkembangan (Baswirdkk, 1999, hal 133).
daritahun ke tahun menunjukkan meningkatnya Menurut perkiraan juga akan terjadi
angkatan" kerja balk dari jumlah maupun ledakan tingkat pendidikan diatasnya. Pada
persentase. Pada tahun 1971 sebesar42 Juta tahun 2020 jumlah kelompok usia pencari
(35%). menjadi 78 juta (43%) tahun 1990 kerja pertama kali mempunyai tingkat pen
dan pada tahun 1995 sebesar 88;7juta (44,9%) didikan minimal SLTP sebesar 35 juta atau
(Baswir dkk, 1999: hal 38; Muqorobin, 1999). meningkat dua kali dibandingkan tahun
Kecenderungan in! menyebabkan semakin 1990. Sedangkan bagi mereka yang mem
rendalinya dependencyratio, dan selanjutnya punyai pendidikan minimal SLTA saat per
menyebabkan peningkatan tabungan tama kali mencari kerja sebesar 71 juta, iiaik
masyarakat dan investasi. hampir lima kali lipat dari tahun 1990. Lon-
Faktor berikutnya adalah keber jakan cukup pesat juga terjadi bagi mereka
hasilan program wajib belajar enam tahun yang memperoleh pendidikan tinggi sebesar
dan disusul wajib belajar sembllan tahun. 18juta orang, meningkat tajam hampir 9 kali
Hasilnya menunjukkan penduduk Indonesia lipat (Kuncoro, 1997).
semakin berpendidikan. Persentase pen
Tabel2. "
Angka-Angka FPE untuk P dan Y di Indonesia 1967-1995
dalam Proses Autoregressive Satu Dimensi
Tabel 3
Time Lag yang Optimum untuk Manipulated Variable dan FPE
untuk Controlled Variable di Indonesia
Aliman (1998), "Model Autbregresif Atialisis Kausalitas Antara Jumlah Uahg Beredar dan
Tingkat Pendapatan Nasiohal:' Studi Kasus'Indonesia-Thailand"; Jurndl Ekonomi
ddnBisnis'Indohesia.,VoV\3\'H6.A,\\.d\\2-29:''"-
Gillis. Malcolm, Dwight H. Perkins, Michael Roemer dan Donald R. Snodgrass (1987;,
Economics ofDevelopment, 2nd Edition, W.W Norton & Company, New York.
Hill. Hal, (1996), Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1996: Sebuah Studi Kritis dan
Komprehensif PAU-UGM-Tiara Wacana, Yogyakarta.
Hull, H. Terence dan Ida Bagus Mantra (1982), "Perubahan Penduduk Indonesia, dalam
Anne Booth dan Peter McCawley (penyuting), Ekonomi Orde Barn, Jakarta,
LP3ES.
Kuncoro. Mudrajat (1997). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Widarjono, Agus (1997), "Produktivitas Industri Besar dan Sedang Indonesia 1977-1994".
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.2 No.3.
Heri Sudarsono
• Abstract
Theorically. export and import are one of the most important factors affecting
exchange rate. Empirically, however, some researchs show mixed results. This paper
e.xamines the implication oftrade (export and import) on exchange rate in case of Indonesia,
liecause ofthe complexity ofrelation between trade and e.\change rate, a simultaneous model
is implementedfor examining quarterly data during 1992-1996 period.
kegiatan produksi di dalam negeri. Dengan Kelima, Harga Impor Nonmigas! "Xlasan
ini dimungkinkan akan ada penlngkatan pengunaannya karena importif''ak'an
ekspor nonmigas. Digunakannya lag pada menggunakan pertimbangan tingkat•' harga
variabel ini karena persoalan sistem biro- impor nonmigas periode sebelumnya untuk
krasl dan akselerasi variabel ini pada sektor menentukan besar impor nonmigas saat'ini.
rill membutuhkan waklu lama. Bila harga impor lebih tinggi cenderung
Keempat, Variabel Harga Ekspor Non tingkat impor akan semakin turun.
migas. Pada variabel digunakan lag karena Keenam, Impor Nonmigas Periode Se
haiga tidak langsung mempengaruhi ekspor belumnya. Kegiatan impor periode sebelumnya
nonmigas pada periode yang sama. Harga akan mempengaruhi kegiatan yang sama
akan menjadi pertimbangan eksportir untuk pada periode berikutnya. Hal ini berkaitan
melakukan transaksi masa yang akan datang, dengan komoditas impor Indonesia yang
bila harga ekspor naik maka ekspor menurun. berupa bahan baku dan penolong.
Kelima. Ekspor Nonmigas Periode
Sebelumnya. Variabel ini digunakan karena Persamaan Nilai Tukar
lingkat ekspor nonmigas yang telah terjadi Dua variabel yang mempengaruhi
mempengaruhi proses terjadinya kegiatan tingkat nilai tukar:
yang sama pada periode berikutnya akibat Pertama, Ekspor Nonmigas. Alasannya,
adanya kesepakatan untuk meminimkan kenaikkan ekspor menambah dollar di dalam
negotiantlon coi'tantar kedua belah pihak. negeri. Dengan bertambahnya dollar maka
tingkat perbandingan dengan rupiah
Persamaan Impor Nonmigas meningkat. Hal ini akan meningkatkan nilai
Beberapa variabel yang mempe tukar rupiah terhadap dollar atau apresiasi.
ngaruhi tingkat impor nonmigas; Pertama, Kedua. Impor Nonmigas. Meningkatnya impor
Nilai Tukar. Terjadinya apresiasi rupiah akan mengurangi devisa negara yang
akan menyebabkan kenaikan impor nonmmigas berbentuk dollar. Berkurangnya dollar mem
karena harga barang luar negeri lebih murah pengaruhi tingkat perbandingan rupiah
dibanding dengan harga dalam negeri. terhadap dollar. Hal ini akan menyebabkan
Kedua. Perbandingan Inflasi ASEAN dengan nilai tukar rupiah turun atau depresiasi.
Indonesia. Inflasi ASEAN yang lebih rendah Berdasarkan ketiga persamaan di
menyebabkan meningkatnya impor non atas maka dapat dikemukakan model regresi
migas Indonesia. sebagai berikut:
Ketiga.Foreign Direct Invesment. Kenaikan
FDI meningkatkan persediaan barang dalam Xtr = aO + alStr + a2Iitr + aSFDItr +
sebelumnya. harga ekspor nonmigas periode berdasarkan dokumen PPUD yang diterima
sebelumnya, dan ekspor nonmigas periode dari Bank Devia. Digunakan data ekspor dan
sebelumnya. impor nonmigas didasarkan pertimbangan
Sementara, Mtr, Ytr-I, Ytr-2, PMtr-1, distorsi yang ditemui pada ekspor dan impor
dan Mtr-i adalah impor nonmigas, migas reiatif besar. Karena mekanisme
pendapatan riil satu. periode sebelumnya, penentuan harga dipengaruhi OPEC. Selain
pendapatan riil dua periode sebelumnya, harga itu, kontrak pembelian minyak biasanya
impor nonmigas periode sebelumnya dan dilakukan jangka panjang, sehingga menye-
impor nonmigas periode sebelumnya. babkan fleksibilitas harga agak terbatas.
Perbandingan inflasi ASEAN yang
SUMBER DATA DAN METODE diwakili Malaysia, Thailand dan Philipina
PEMBENTUKAN DATA dengan Indonesia berdasarkan formula dari
Periode penelitian dimulai pada Munrohim Misanam.
triwulan pertama 1992 triwulan pertama atas Data GDP ASEAN diperoleh dari
dasar kelengkapan data triwulanan. Periode IFS, sedangkan data GDP Malaysia dan
penelitian diakhiri triwulan keempat tahun Philipina pada tahun 1995 belum tersedia.
1996, dengan alasan akhir tahun 1996 nilai Oleh karena itu dipergunakan perhitungan,
tukar masih reiatif stabil. GDP Malaysia dan Philipina berdasarkan
Data nilai tukar yang dipergunakan rata-rata pertambahan GDP kedua negara
adalah nilai tukar bilateral antara Indonesia tersebut. Jumlah GDP dari tahun 1992
dengan Amerika Serikat atau rupiah dengan sampai 1995 dibagi empat kemudian hasilnya
terhadap dollar atas dasar kurs tengah dari pembagian ditambah GDP tahun 1995
rupiah. dihitung berdasarkan kurs jual beli sehingga menghasilkan GDP 1996.
yang ditetapkan oleh 81. Data nilai tukar Data inflasi tidak tersedia di tahun
merupakan data triwulanan dengan 1992 triwulan pertama sampai 1993 triwulan
mengunakan data bulan terakhir, diperoleh keempat, maka untuk menyediakan data
dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia inflasi pada tahun tersebut digunakan
terbitan BI. perhitungan inflasi dari proksi indeks harga
Pencatatan statistik ekspor berdasar konsumen. Adapun sumber dalanya dari
kan dokumen pemberitahuan ekspor (PEB) Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia dan
yang diterima BPS dari Bank Devisa. Indikator Ekonomi.
Sedangkan pencatatan staitistik impor
Inftriwiilan Asean
Perb Inf Asean/lnd (litr) = (6)
Inf triwulan Indonesia
164
JEPV0L4 NO. 2.1999
iSSN: 1410-2641 Heri Sudarsono,Implikasi Perdagangan TerhadapNilaiJukar Rupiahdi Indonesia
Tabel 2
Hasil Regresi ImporNonmigas
Koefisien determinasi sebesar 0.952, dan Thailand tidak menunjukkan harga riil
menunjukkan bahwa presentase kebenaran ASEAN terhadap Indonesia, maka akselerasi
variabel-variabel penjelas dalam mempe- kenaikan inflasi tidak berakibat pada
ngaruhi impor nonmigas sebesar 95,2%. kenaikan nilai tukar terhadap nilai mata uang
Sedangkan 4.8% merupakan variabel di luar ketiga negara tersebut. Dan karenanya,
peneiitian yang mempengaruhi koefisien pembelian dan penjualan barang harus
detemiinasi mendekati I % diperhitungkan dalam bentuk dollar lebih
Depresiasi nilai tukar sebesar 1% dahulu. Jadi, turunnya inflasi belum tentu
tidak berpengaruh terhadap impor nonmigas. berakibat turunnya harga atau naiknya nilai
Artinya, permintaan impor nonmigas kurang tukar negara tersebut terhadap harga atau
responsif terhadap perubahan nilai tukar nilai tukar mitra dagang.
karena impor nonmigas Indonesia sebagian . Pendapatan satu periode yang lalu
besar adalah impor barang-barang yang berpengaruh terhadap impor nonmigas. Hal
membutuhkan proses lanjutan, yaitu bahan itu bisa ditunjiikan dengan t-rasio 2.3804
baku dan penolong. Tahun 1992-1996 dengan koefisien 0.18780. Artinya, kenaikan
fluktuasi nilai tukar" tidak banyak 1% pendapatan satu periode sebelumnya
mempengaruhi tingkat impor karena tingkat mengakibatkan kenaikan impor nonmigas
impor digunakan untuk mendapatkan bahan- sebesar 0.18780%. Kenaikan Impor yang
bahan yang telali menjadi rancangan program diakibatkan oleh pendapatan satu periode
pembangunan yang telah direncanakan. lalu akan menambah alokasi pendapatan
Perbandingan inflasi ASEAN dengan dibelanjakan. Sementara itu pendapatan dua
Indonesia tidak berpengaruh terhadap impor periode sebelumnya tidak mempengaruhi
nonmigas. Mengingat kenaikan inflasi impor nonmigas.
ASEAN yang diwakili Malaysia, Philipina,
Tabel 3
Hasil Regresi Nilai Tukar
167
JEPV0L4 NO. 2.1999
Heri Sudarsono, Implikasi Perdagangan terhadap Nilai TukarRupiah diIndonesia ISSN: 1410-2641
antar negara dihitung dari perbandingan nilai kompetitif komodltas dalam negeri, karena
tukar dalam negeri terhadap dollar, atau nilai tukar rUpiah akan menguat. Untuk
sekeranjang hard currency mengatasi menguatnya rupiah karena
Untuk mengurangi beberapa kon- berkurangnya impor ini, pemerintah perlu
sewensi tersebut pemerintah hendaknya; meningkatkan dan mengembangkan industri
melakukan beberapa langkah berikut: Per- subtitusi impor yang berorientasi seiain
lama: mengurangi inefisiensi ekonomi dengan mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri.
kebijakah debirokrasi dan deregulasi. juga kebutuhan pasar luar negeri.
Debirokrasi dan deregulasi akan menghasilkan Keiiga, meningkatkan potensi
percepatan proses produksi, ,pada akhirnya keunggulan daerah dengan cara memper-
menghasilkan output produksi yang lebih timbangkan potensi geografi dan demografi
efisien setiap daerah. Hal ini dapat diarahkan pada
Kedua, pemerintah dapat mengurangi pengelolaan sektor-sektor potensial yang
keluarnya dollar dengan cara mengurangi belum tergali; seperti potensi perkebunan,
impor. walaupun akan mengurangi nilai pertanian dan laut/perikanan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariel; Sritua, (1990). Dari PrestasiPembangunan Sompai Ekonomi Politik, Ul-Press. Jakarta.
('998), Pembangunisme dan Ekonomi Indonesia. Pemberdayaan Rakyat dalam
• Ariis Ghbalisasi. Get I. CPSM dan Zaman, Bandung.
... (1993). Meiodologi P'enelitidn Ekonomi, Ul-Press. Jakarta.
Alyiansyah,. Radius, (1993). "Kebijaksanaan Kurs Devisadan Devaluasi Indonesia Dasawarsa 1980-
. an, . Pendekatan Moneter pada Kurs Devisa". Ekonomi dan Induslri
(Vogyakarta), Edisi 1. PAU-UGM.
Gie, Kwik Kian, (1995), Anaiisis Ekonomi Politik Indonesia, Get IV, Gramedia Pustaka Utama,
• • ' ' Jakarta.
Pasaribu, Chandra S dan Djaja, Komara, (1995), "Mekanisme Penyesuaian Nilai Tukar Rill
Terhadap Perubahan Term of Trade, Stud! Empirisdi Indonesia", Ekonomi dan
Keuangan Indonesia (Jakarta), Volume XLIIl, Nomer4, PAU-Ul.
Prasetyantono, Ton!, (1995). Agenda Ekonomi Indonesia, Gramedla Pustaka Utama dan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi 'Yogyakarta'(STlE 'Yo'), Jakarta.
Salvatore. Dominick (1997), (teij). Ekonomi Iniernasional, Edisi V,Jilid II,Erlangga, Jakarta.
Setiaji, Bambang, (1997), 'Taktor-faktor yang Mempengaruhi Dasar Tukar Valuta Asing",
Empirika (Surakarta), Nomer 19, UMS.
Soediyono, (1991) Ekonomi Iniernasional, Pengantar Lain Lintas Pembqyaran Iniernasional,
Edisi II. Get I, Liberty, Yogyakarta.
Suardhini. Made dan Goeltom S. Miranda. (1997), "Analisa Dampak Intervensi Bank Sentral
dalam Penetapan Nilai Tukar Terhadap Ekspor-Impor Indonesia", Ekonomi
dan Keuangan Indonesia (Jakarta), Volume XLV,No I.
Topatimasang, Roem (Peny), (1999), Hutang ilu Hulang, GANTI, INFID, IDEA, YBKS,
Ma'arif NU, Ide, Forum Selatan, INSIST dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta.