Anda di halaman 1dari 2

Setujukah Sekolah Berdasarkan Sistem Zonasi?

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) saat ini masih menggunakan sistem zonasi.
Penerapan sistem zonasi mengharuskan semua peserta didik di Indonesia untuk menempuh
pendidikan di sekolah terdekat dengan tempat tinggal masing-masing. Dalam sistem ini peserta
didik dapat memilih maksimal tiga sekolah dengan syarat sekolah tersebut masih memiliki kuota
dan masih dalam wilayah zonasi siswa tersebut.

Berdasarkan Permendikbud nomor 51/2018 diatur PPDB melalui sistem zonasi. Seleksi
calon peserta didik baru dilakukan dengan mengutamakan jarak tempat tinggal terdekat ke sekolah
dalam zonasi yang ditetapkan. Jarak tempat tinggal terdekat yang dimaksud adalah dihitung
berdasarkan jarak tempuh dari Kantor Desa/Kelurahan menuju ke sekolah. Jika jarak tempat
tinggal sama, maka yang diprioritaskan adalah calon peserta didik yang mendaftar lebih awal.

Sistem seleksi PPDB zonasi dilakukan dengan cara pemeringkatan yang berbeda-beda di
setiap provinsi. Akan tetapi, umumnya, pemeringkatan untuk jalur zonasi dilakukan dengan jarak,
nilai UN, usia peserta didik, dan waktu mendaftar. Pemeringkatan berdasarkan nilai UN dengan
kuota sebesar 20 persen. Jika terdapat kesamaan nilai, maka diperingkat berdasarkan urutan nilai
mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, Matematika, dan Bahasa Inggris. Jika masih terdapat
kesamaan, maka diperingkat berdasarkan waktu pendaftaran.

Menurut Anggota Pimpinan Ombudsman RI Ahmad Suaedy, sistem zonasi adalah sistem
yang tepat untuk menghapus pandangan sekolah favorit di masyarakat. Ia menilai hal itu sebagai
hal yang tidak adil karena menciptakan sekolah-sekolah favorit yang mayoritas berada di kota-
kota besar atau di pusat kota. Oleh karena itu sejak tahun lalu ia telah mendorong Kemendikbud
agar menerapkan sistem zonasi sebagai sebuah langkah pemerataan kualitas pendidikan di
Indonesia. Dan hal itu kemudian diwujudkan dalam Permendikbud No 17 Tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai