Anda di halaman 1dari 9

Beneish m score

- Pengertian.
Beneissh m score adalah model matematika yang menggunakan delapan rasio keuangan yang
dibobot oleh koefisien untuk mengidentifikasi apakah suatu perusahaan telah memanipulasi
keuntungannya. Dalam buku the deection of earnings manipulation (1999) oleh profesor messod
Beneish.

Keterbatasan Beneish MScore adalah model ini merupakan model probabilistik sehingga tidak
dapat mendeteksi fraud dengan ketepatan 100%. Selain itu, model ini hanya dapat
mengestimasikan informasi keuangan perusahaan publik. Artinya model ini tidak bisa digunakan
untuk perusahaan private atau non-publik. Keterbatasan lain adalah manipulasi pendapatan
hanya dapat terdeteksi pada kelebihan saji daripada kekurangan saji. Jadi model ini tidak dapat
digunakan untuk mempelajari perusahaan yang beroperasi dalam keadaan yang kondusif untuk
penurunan laba (Beneish, 1999).

Beneish Ratio Index Beneish Ratio Indexadalah suatu teknik yang digunakan untuk menganalisis
laporan keuangan dalam mendeteksi ada atau tidaknya kecurangan laporan keuangan. Hal
tersebut dibuktikan oleh Beneish (1999) yang telah melakukan penelitian perbedaan kuantitatif
antara perusahaan yang terindentifikasi melakukan manipulasi laba dan yang tidak melakukan
manipulasi laba. Beneish melakukan analisis dengan menggunakan data keuangan lalu
menghitung rasio keuangan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat indikasi
manipulasi terhadap laporan keuangan atau tidak. Beneish (1999) mengungkapkan bahwa pada
umumnya manipulasi laba ditunjukkan dengan peningkatan atas pendapatan/penurunan atas
beban perusahaan secara signifikan dari satu tahun (t) ke tahun sebelumnya (t-1) Beneish M-
Score diukur dengan menggunakan lima rasio dan telah dimodifikasi oleh beberapa peneliti
(Mavengere 2015; Paolone dan Magazzino 2014). Hanya lima rasio model score yang
menghasilkan hasil yang signifikan. Dalam penelitian sebelumnya, Roxas (2011) menegaskan
bahwa model score, dengan lima rasio, dapat mengidentifikasi manipulasi laba lebih akurat
daripada delapan rasio (Abbas, 2017)

BENEISH'S M-SCORE
Beneish's M-Score adalah model matematika yang menggunakan delapan rasio keuangan yang dibobot oleh
koefisien untuk mengidentifikasi apakah suatu perusahaan telah memanipulasi keuntungannya. Buku itu
diciptakan oleh Profesor Messod Beneish yang menerbitkan sebuah makalah pada bulan Juni 1999 yang
disebut The Detection of Earnings Manipulation . Beneish menduga bahwa perusahaan diberi insentif untuk
memanipulasi laba jika mereka memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi, memburuknya margin kotor,
naiknya biaya operasi dan meningkatnya leverage. Mereka cenderung memanipulasi keuntungan dengan
mempercepat pengakuan penjualan, meningkatkan penangguhan biaya, meningkatkan akrual dan mengurangi
depresiasi. Kedelapan rasio ini dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:
1. Indeks Penjualan dalam Piutang (DSRI) Hari: Peningkatan besar dalam hari-hari piutang mungkin
menyarankan percepatan pengakuan pendapatan untuk meningkatkan laba.
2. Gross Margin Index (GMI): Marjin kotor yang memburuk mengirimkan sinyal negatif tentang
prospek perusahaan dan menciptakan insentif untuk meningkatkan laba.
3. Indeks Kualitas Aset (AQI): Peningkatan aset jangka panjang (misalnya, kapitalisasi biaya), selain
aset dan pabrik properti, relatif terhadap total aset menunjukkan bahwa perusahaan berpotensi
meningkatkan keterlibatannya dalam penangguhan biaya untuk meningkatkan laba.
4. Indeks Pertumbuhan Penjualan (SGI): Pertumbuhan penjualan yang tinggi tidak menyiratkan
manipulasi tetapi perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan tinggi lebih cenderung melakukan
penipuan keuangan karena posisi keuangan dan kebutuhan modal mereka menekan manajer untuk
mencapai target pendapatan. Jika perusahaan yang tumbuh menghadapi kerugian harga saham yang
besar pada indikasi pertama perlambatan, mereka mungkin memiliki insentif yang lebih besar untuk
memanipulasi laba.
5. Depresiasi (DEPI): Tingkat penurunan depresiasi relatif terhadap aset tetap bersih meningkatkan
kemungkinan bahwa perusahaan telah merevisi ke atas estimasi masa manfaat aset, atau mengadopsi
metode baru yang meningkatkan pendapatan.
6. Biaya Penjualan, Umum, dan Administrasi (SGAI): Analis dapat menginterpretasikan peningkatan
yang tidak proporsional dalam SG&A relatif terhadap penjualan sebagai sinyal negatif tentang
prospek masa depan perusahaan, dengan demikian menciptakan inventif untuk menggelembungkan
laba.
7. Leverage Index (LVGI): Leverage diukur sebagai total utang relatif terhadap total aset. Peningkatan
leverage menciptakan insentif untuk memanipulasi laba untuk memenuhi perjanjian utang.
8. Total Akrual ke Total Aset (TATA): Total akrual dihitung sebagai perubahan modal kerja (selain
uang tunai) dikurangi penyusutan relatif terhadap total aset. Akrual, atau sebagian darinya,
mencerminkan sejauh mana manajer membuat pilihan akuntansi diskresioner untuk mengubah
pendapatan. Oleh karena itu, tingkat akrual yang lebih tinggi dikaitkan dengan kemungkinan
manipulasi laba yang lebih tinggi.

Delapan variabel kemudian ditimbang bersama sesuai dengan rumus berikut:

Beneish M-Score = -4.84 + 0.92 * DSRI + 0.528 * GMI + 0.404 * AQI + 0.892 * SGI + 0.115 * DEPI -
0.172 * SGAI + 4.679 * TATA - 0.327 * LVGI

Beneish menyimpulkan bahwa jika suatu perusahaan mencetak skor lebih besar dari -2,22 (yaitu jumlah yang
kurang negatif atau positif) ada kemungkinan kemungkinan manipulasi laba. Kami telah membuat ulang
formula dan berusaha menghitung hasilnya untuk 3.600 perusahaan Asia dengan kapitalisasi pasar melebihi
US $ 1 miliar. Sayangnya, Beneish merancang formulanya dengan mempertimbangkan pengungkapan AS dan
banyak perusahaan Asia tidak membedakan antara COGS dan SG&A. Karena itu, kami tidak dapat
menghitung formula untuk 19% dari sampel kami, termasuk sebagian besar di Australia dan India. Sayang
sekali karena pasar yang terakhir akan sangat menarik. Perhitungan kami menunjukkan bahwa 96% dari semua
skor perusahaan dalam kisaran +/- 5. Kami telah menampilkan sistem penilaian dalam bagan berikut untuk
membuatnya lebih mudah dipahami:
Hasilnya menunjukkan bahwa dalam lima tahun antara 2010 dan 2015, 33% perusahaan mencatat Beneish M-
Score lebih besar dari -2,22, meskipun ini turun menjadi hanya 16% jika kita menaikkan ambang batas
menjadi -1,78. Dengan kata lain, menurut Beneish, manipulasi pendapatan kemungkinan telah tersebar luas di
seluruh Asia. Pada 2015, 30% dari semua perusahaan mencetak skor lebih besar dari -2,22, turun menjadi
hanya 15% untuk mereka yang mencetak lebih dari -1,78.

Dalam tabel berikut, kami menyoroti tingkat kejadian menurut domisili untuk perusahaan-perusahaan dengan
Skor Beneish lebih besar dari -1,78. Mungkin tidak mengejutkan bahwa 89% dari semua perusahaan yang
memanipulasi keuntungan mereka berdomisili di Hong Kong dan Cina. Sebagian dari ini adalah karena
banyaknya perusahaan yang terdaftar di sana, tetapi tingkat insiden juga yang tertinggi yaitu 20-21%,
dibandingkan dengan 5% di tempat lain.
Beneish berpendapat bahwa ia dapat mengidentifikasi 76% manipulator dengan benar, sementara hanya
mengidentifikasi 17,5% non-manipulator secara salah. Dalam makalah lebih lanjut pada tahun 2007, The
Predictable Cost of Earnings Manipulation , ia menggunakan M-Score sebagai teknik pemilihan saham dari
tahun 1993 hingga 2003. Strategi ini menghasilkan pengembalian nilai lindung nilai hampir 14% per
tahun. Sebuah makalah berikutnya yang disebut, Mengidentifikasi Ekuitas Berlebihan , menunjukkan bahwa
skor penilaian berlebih (O-Score) menggabungkan proksi untuk pernyataan yang terlalu tinggi, aktivitas
merger, penerbitan saham, dan manipulasi kegiatan operasi mampu mengidentifikasi perusahaan dengan
perkiraan penurunan harga abnormal rata-rata -27 %.

FRAUD

Definisi Kecurangan (Fraud) Fraud menurut Bologna et al. (1995) dalam Lediastuti dan Subandijo (2014)
adalah tindakan penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada penipu
dan merupakan salah satu tindak pidana. Fraud dapat diistilahkan sebagai kecurangan yang
mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan melangar hukum (illegal act), yang dilakukan
dengan sengaja untuk tujuan tertentu misalnya menipu atau memberikan gambaran keliru (mislead)
kepada pihak-pihak lain, yang dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam maupun dari luar organisasi.
Kecurangan dirancang untuk memanfaatkan peluang-peluang secara tidak jujur, yang secara langsung
maupun tidak langsung merugikan pihak lain (Karyono, 2013). Fraud Triangle Menurut Cressey (1953)
terdapat tiga faktor yang menjadi penyebab terjadinya fraud yaitu tekanan (pressure), peluang
(opportunity), dan pembenaran (rationalization). 1. Tekanan (Pressure) Lediastuti dan Subandijo (2014)
menjelaskan bahwa untuk melakukan fraud lebih banyak tergantung pada kondisi individu seperti
masalah keuangan maupun tekanan non finansial. Kondisi yang mendesak menjadikan seseorang
memiliki tekanan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan cara melakukan tindakan fraud. 2.
Peluang (Opportunity) Menurut Zulkarnain (2013), Opportunity adalah peluang yang memungkinkan
fraud terjadi biasanya dikarenakan lemahnya sistem pengendalian internal yang ada dalam organisasi,
kurangnya pengawasan, dan penyalahgunaan wewenang. Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 16, No. 1, Maret
2018 ISSN 1412-775X (media cetak) | 2541-5204 (media online) 21 3. Pembenaran (Rationalization)
Pembenaran adalah pemikiran yang menyatakan bahwa tindakannya dalam melakukan tindakan fraud
merupakan hal yang sah-sah saja dan dapat diterima dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena pelaku
tindak fraud merasa bahwa mereka layak mendapatkan keuntungan lebih atas apa yang telah mereka
kerjakan. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan untuk menenangkan perasaan pelaku sehingga jika
dilakukan dapat mengurangi Fraud pada umumnya dipicu oleh motivasi dan kesempatan.

Beneish M-Score

Beneish M-Score dikembangkan oleh Profesor Messod Beneish. Variabel yang diukur menggunakan data
dari tahun yang ditentukan (t) dan menggunakan data tahun sebelumnya (t1). Beneish M-Score
diperoleh dari hasil perhitungan yang robust. Keterbatasan Beneish MScore adalah model ini merupakan
model probabilistik sehingga tidak dapat mendeteksi fraud dengan ketepatan 100%. Selain itu, model ini
hanya dapat mengestimasikan informasi keuangan perusahaan publik. Artinya model ini tidak bisa
digunakan untuk perusahaan private atau non-publik. Keterbatasan lain adalah manipulasi pendapatan
hanya dapat terdeteksi pada kelebihan saji daripada kekurangan saji. Jadi model ini tidak dapat
digunakan untuk mempelajari perusahaan yang beroperasi dalam keadaan yang kondusif untuk
penurunan laba (Beneish, 1999). Beneish M-Score adalah sebuah metoda untuk membantu
mengungkap perusahaan yang kemungkinan melakukan fraud terhadap pendapatan yang dicatat dalam
dalam laporan keuangan (Beneish, 2012).

Beneish Ratio

Index Beneish Ratio Indexadalah suatu teknik yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan
dalam mendeteksi ada atau tidaknya kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut dibuktikan oleh
Beneish (1999) yang telah melakukan penelitian perbedaan kuantitatif antara perusahaan yang
terindentifikasi melakukan manipulasi laba dan yang tidak melakukan manipulasi laba. Beneish
melakukan analisis dengan menggunakan data keuangan lalu menghitung rasio keuangan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat indikasi manipulasi terhadap laporan keuangan atau tidak.
Beneish (1999) mengungkapkan bahwa pada umumnya manipulasi laba ditunjukkan dengan
peningkatan atas pendapatan/penurunan atas beban perusahaan secara signifikan dari satu tahun (t) ke
tahun sebelumnya (t-1) Beneish M-Score diukur dengan menggunakan lima rasio dan telah dimodifikasi
oleh beberapa peneliti (Mavengere 2015; Paolone dan Magazzino 2014). Hanya lima rasio model score
yang menghasilkan hasil yang signifikan. Dalam penelitian sebelumnya, Roxas (2011) menegaskan
bahwa model score, dengan lima rasio, dapat mengidentifikasi manipulasi laba lebih akurat daripada
delapan rasio (Abbas, 2017)

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing bentuk kecurangan : 1. Penyalahgunaan Aset (Asset
Misappropriation) Penyalahgunaan aset merupakan salah satu bentuk kecurangan yang biasanya
berbentuk berupa pencurian atas aset milik suatu entitas yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok. 2. Kecurangan Laporan Keuangan (Faudulent Financial Reporting) Fraudulent financial
reporting merupakan jenis kecurangan yang biasanya dilakukan dalam perusahaan dengan cara
menghilangkan atau menghapuskan jumlah atau pemgungkapan yang bertujuan untuk mengelabuhi
para pengguna dan kecurangan ini dilakukan dengan sengaja. Dalam melakukan jenis kecurangan ini
biasanya perusahaan melakukan penggelembungan atau pengurangan pendapatan perusahaan. 17 3.
Korupsi (Corruption) Korupsi merupakan salah asatu jenis kecurangan yang melibatkan pihak lain dalam
melakukan kecurangan, sehingga kecurangan jenis ini tidak dilakukan hanya satu individu saja. Hal inilah
yang kemudian membuat korupsi merupakan salah satu jenis kecurangan yang cukup sulit untuk
dideteksi. Jenis korupsi adalah penyalahgunaan wewenang atau konflik kepentingan, penyuapan ,
penerimaan yang tidak sah/ilegal.

Kecurangan oleh pelaku intern organisasi terdiri atas kecurangan manajemen dan kecurangan karyawan.
1. Kecurangan Manajemen (Management Fraud) Kecurangan manajemen antara lain berupa kesalahan
penyajian mengenai tingkat kinerja perusahaan atau unit organisasi yang sengaja dilakukan oleh
karyawan dalam peran manajerialnya, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari kecurangan
tersebut. Manajemen fraud dilakukan oleh manajer puncak dalam suatu perusahaan yang dengan
sengaja memberikan data informasi yang salah kepada para pemegang saham, kreditur, maupun auditor
independen. Pada umumnya dengan cara menerbitkan laporan keuangan yang keliru dengan maksud
memberikan gambaran keuntungan perusahaan yang besar dan keuangan 18 yang sehat (overstated),
atau sebaliknya tergantung untuk pihak manakah laporan keuangan itu ditujukan. Untuk pemegang
saham atau kreditur, laporan keuangan disajikan dengan memberikan gambaran keuntungan yang besar
sehingga manajemen memperoleh kenaikan gaji dan bonus dari kinerja yang bagus tersebut. Sedang
laporan keuangan untuk fiskus disajikan secara keliru dengan mengecilkan laba, dengan tujuan untuk
menghindari pajak atau memperkecil pajak. Manajemen fraud mungkin dapat juga mencakup
penyewaan atau pengambilan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi.

2. Kecurangan Karyawan (Non-management Fraud) Non-management fraud merupakan tindakan-


tindakan tidak jujur di dalam suatu perusahaan/organisasi yang dilakukan oleh karyawan walaupun
manajemen telah menciptakan langkah-langkah dan usaha-usaha tertentu untuk mencegahnya.
Kecurangan karyawan ini biasanya melibatkan perpindahan aktiva/aset dari pemberi kerja, dan
merupakan tindakan langsung dari pencurian atau manipulasi. Contohnya antara lain menaikkan
pembayaran perusahaan untuk menutupi item yang digunakan pribadi karyawan, produknya disimpan
atau dijual untuk kepentingan pribadi.

3. Kecurangan dari Pihak Luar Organisasi (Ekstern) Kecurangan dari pihak luar organisasi antara lain
dilakukan oleh pemasok, dan oleh kontraktor, dengan cara: a. Pengiriman barang yang lebih sedikit, dan
penggantian barang dengan kualitas rendah 19 b. Penyerahan pekerjaan dengan kualitas yang rendah c.
Penagihan ganda atau penagihan lebih besar dari prestasi yang diberikan

4. Kecurangan yang Melibatkan Orang Dalam dan Orang Luar Organisasi Kecurangan ini dilakukan
melalui kerjasama yang tidak sehat (kolusi) atau persekongkolan antara orang dalam dan luar organisasi,
seperti: a. Pimpinan instansi/proyek pemerintah bersama kontraktor sepakat untuk menandatangani
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan yang akan dijadikan dasar pembayaran lunas terhadap pekerjaan
yang tercantum dalam kontrak, padahal kenyataannya pekerjaan tersebut belum selesai. b. Pemberian
kredit oleh bank-bank kepada debitur tertentu tanpa jaminan yang memadai, yang sengaja dilakukan
sehingga sudah dapat dipastikan akan menjadi kredit macet di kemudian hari.

Teori Fraud Triangle merupakan teori yang dicetuskan oleh D. Cressey (1953) dalam SAS No. 99
Consideration of Faud in a Financial Statement Audit. Dalam teori menjelaskan bahwa terdapat 3 faktor
yang mendasari seseorang melakukan kecuangan laporan keuangan yaitu tekanan (pressure),
kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (razionalitation). 1. Tekanan (Pressure) Tekanan merupakan
salah satu faktor yang berupa dorongan dan mempengaruhi seseorang untuk melakukan fraud. Tekanan
yang dialami seseorang bisa berupa gaya hidup, tuntutan ekonomi, tuntutan perusahaan, dll. Menurut
SAS No 99 ada 4 kondisi yang membuat sesorang melakukan kecurangan, antara lain stabilitas
keuangan, tekanan eksternal, kebutuhan keuangan indvidu, dan target keuangan. (Rachmawati dan
Marsono, 2014). 21

2. Kesempatan (Opportunity) Kesempatan merupakan peluang yang dimiliki seseorang untuk melakukan
fraud. Dalam perusahaan fraud dapat dilakukan jika pengawasan dalam perusahaan lemah, pegendalian
internal perusahaan yang tidak kuat, dan penggunaan posisi. Dalam SAS No 99 menyebutkan bahwa
peluang bisa terjadi dalam 3 kategori yaitu kondisi industri, ketidakefektifan pengawasan, dan struktur
organisasional. (Rachmawati dan Marsono, 2014).

3. Rasionalisasi (Razionalitation) Rasionalisasi merupakan pembenaran atas apa yang telah dia lakukan.
Dalam faktor ini pelaku mencari pembenaran atas apa yang telah dilakukannya. Bagi mereka yang
umumnya tidak jujur mungkin lebih mudah untuk merasionalisasi penipuan. Tetapi bagi mereka yang
memiliki standard moral yang lebih tinggi, maka hal itu mungkin tidak begitu mudah. Pelaku fraud selalu
mencari pembenaran secara rasional untuk membenarkan perbuatannya. Ada beberapa kondisi yang
menyebabkan sesorang melakukan kecurangan salah satu kondisinya yaitu pergantian auditor.
(Rachmawati dan Marsono, 2014).

Jenis-jenis Fraud
Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) merupakan organisasi
profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan mengklasifikasikan fraud
(kecurangan) dalam tiga tingkatan yang disebut Fraud Tree, yaitu sebagai berikut (Albrech,
2009):
a. Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation)
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau
pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang
tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).

b. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement)


Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu
perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya
dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan
keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah
window dressing.

c. Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain
seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-
negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata
kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali
tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis
mutualisme). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan
(conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities),
dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).

Sedangkan menurut Albrecht (2012), fraud dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu:

1. Employee embezzlement atau occupational fraud. Pencurian yang dilakukan secara


langsung maupun tidak langsung oleh karyawan kepada perusahaan.
2. Management fraud. Manajemen puncak memberikan informasi yang bias dalam laporan
keuangan.
3. Investment scams. Melakukan kebohongan investasi dengan menanam modal.
4. Vendor fraud. Perusahaan mengeluarkan tarif yang mahal dalam hal pengiriman
barang.
5. Customer fraud. Pelanggan menipu penjual agar mereka mendapatkan sesuatu yang
lebih dari seharusnya.

Fraud Triangle dan Fraud Diamond


Menurut Fuad (2015), terdapat tiga hal yang melatarbelakangi seseorang melakukan tindakan
kecurangan (fraud) yang dikenal dengan istilah fraud triangle, yaitu tekanan (pressure),
kesempatan (opportunity) dan pembenaran atas tindakan (rationalization).
1. Pressure (tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk melakukan fraud.
Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi,
dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non keuangan. Terdapat empat jenis kondisi
yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan, yaitu
financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets.
2. Opportunity (kesempatan), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk
memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Biasanya terjadi karena pengendalian internal
perusahaan yang lemah, kurangnya pengawasan dan penyalahgunaan wewenang.
Opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan diminimalisir melalui
penerapan proses, prosedur, dan upaya deteksi dini terhadap fraud.
3. Rationalization (rasionalisasi), yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai
etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan,
atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat
mereka merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisasi atau sikap (attitude) yang paling
banyak digunakan adalah hanya meminjam (borrowing) aset yang dicuri dan alasan
bahwa tindakannya untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya.

Fraud diamond merupakan sebuah pandangan baru tentang fenomena fraud atau kecurangan.
Fraud diamond merupakan penyempurnaan dari fraud triangle dengan menambahkan satu
elemen yaitu capability (kemampuan). Banyak fraud yang umumnya bernominal besar tidak
mungkin terjadi apabila tidak ada orang tertentu dengan capability (kemampuan) khusus yang
ada dalam perusahaan.

Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), sifat-sifat terkait elemen capability (kemampuan) yang
sangat penting dalam pribadi pelaku kecurangan, yaitu:

1. Positioning. Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan


kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan untuk
penipuan.Seseorang dalam posisi otoritas memiliki pengaruh lebih besar atas situasi
tertentu atau lingkungan.
2. Intelligence and creativity. Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup dan
mengeksploitasi kelemahan pengendalian internal dan untuk menggunakan posisi,
fungsi, atau akses berwenang untuk keuntungan terbesar.
3. Convidence / Ego. Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar dia
tidak akan terdeteksi. Tipe kepribadian umum termasuk seseorang yang didorong untuk
berhasil di semua biaya, egois, percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri (narsisme).
4. Coercion. Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau
menyembunyikan penipuan. Seorang individu dengan kepribadian yang persuasif dapat
lebih berhasil meyakinkan orang lain untuk pergi bersama dengan penipuan atau
melihat ke arah lain.
5. Deceit. Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan efektif dan konsisten. Untuk
menghindari deteksi, individu harus mampu berbohong meyakinkan, dan harus melacak
cerita secara keseluruhan.
6. Stress. Individu harus mampu mengendalikan stres karena melakukan tindakan
kecurangan dan menjaganya agar tetap tersembunyi sangat bisa menimbulkan stres.

Anda mungkin juga menyukai