Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No.

3, September 2012: 107-116


ISSN : 2088-3137

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN TRADISIONAL PANCING ULUR


DI KECAMATAN MANGGAR, KABUPATEN BELITUNG TIMUR

Danies Sadyarta Pratama*, Iwang Gumilar** dan Ine Maulina**

*) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad


**) Staf Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan menganalisis pendapatan nelayan


menurut ukuran jenis kapal di Kecamatan Manggar Kabupaten Belitung Timur. Parameter
yang diukur yaitu pendapatan nelayan dan kesejahteraan. Penelitian dilakukan
menggunakan metode survey dengan teknik wawancara (kuisioner). Pengambilan sampel
ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling dengan responden terpilih sebanyak 50
orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pendapatan nelayan pancing ulur berdasarkan
ukuran armada berbeda-beda. Hal ini dapat terlihat rata-rata pendapatan nelayan pancing
ulur pada armada kapal motor Rp. 5.119.444 dengan 65% pendapatan diatas Rp. 4.000.000
dan rata-rata pendapatan nelayan perahu cungkring tanpa mesin adalah Rp. 1.148.766
dengan 46,67% pendapatan berkisar antara lebih dari Rp. 1.000.000 - Rp. 1.500.000
sedangkan rata-rata pendapatan nelayan perahu cungkring dengan mesin adalah Rp.
1.831.818. Dan nelayan pancing ulur di Kecamatan Manggar berada pada tingkatan
sejahtera karena rata-rata pendapatan nelayan di atas UMR Kabupaten Belitung Timur yaitu
Rp. 1.024.000.

Kata kunci : kesejahteraan, pancing ulur, pendapatan, ukuran kapal, UMR

ABSTRACT

This study aimed to compare and analyze the income of fishermen by type of fleet
size in the District Manggar, Belitung Eastern Districts. Parameters measured the income of
fishermen and well-being. The study was conducted using survey method with the technique
of the interview (questionnaire). Determined by the sampling technique with the purposive
sampling of respondents selected as many as 50 people. The results showed that, based on
the income of fishermen fishing elongation of different fleet sizes. It can be seen the average
income of fishermen in the fleet of fishing boats stretching Rp. 5,119,444 with 65% of income
above Rp. 4 million and an average income of fishing boats without engines cungkring is Rp.
46.67% 1,148,766 with revenues ranging more than from Rp. 1,000,000 - Rp. 1.5 million
while the average income of fishing boats with engines cungkring is Rp. 1,831,818. And
fishermen fishing in the district stretching Manggar are located at prosperous as the average
wage income of fishermen in the Eastern Belitung Districts of Rp. 1.024 million.

Keywords: welfare, fishing rod elongation, revenue, boat size, UMR


108 Danies Sadyarta Pratama, Iwang Gumilar dan Ine Maulina

PENDAHULUAN adalah nelayan pancing ulur yang


Luas wilayah perairan Indonesia bergantung pada perikanan tangkap.
merupakan potensi alam yang sangat Dalam beberapa tahun ini akibat
besar untuk dimanfaatkan bagi cuaca yang tidak menentu, produksi ikan
pembangunan nasional. Pembangunan per jenis alat tangkap pancing ulur
nasional diarahkan pada pendayagunaan mengalami penurunan. Alat tangkap
sumber daya kelautan secara serasi dan pancing ulur yang menggunakan kapal
seimbang dengan memperhatikan daya motor mengalami penurunan sebesar
dukung dan kelestariannya untuk 47,59%, dan alat tangkap pancing ulur
meningkatkan kesejahteraan rakyat serta yang menggunakan perahu motor tempel
memperluas kesempatan usaha dan mengalami penurunan sebesar 47,73%
lapangan pekerjaan. (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
Pembangunan sektor perikanan 2009).
telah memberikan kontribusi penting Usaha perikanan tangkap dapat
dalam perekonomian regional dan ditingkatkan melalui peningkatan operasi
nasional. Alasan pokok pentingnya penangkapan, pencarian fishing ground
kontribusi penting dalam perikanan dan introduksi teknologi penangkapan.
diantaranya bahwa produk perikanan Introduksi teknologi dalam penangkapan
merupakan pemasok utama protein ikan, salah satunya pancing ulur, antara
hewani bagi penduduk Indonesia yang lain dengan memodifikasi alat tangkap.
jumlahnya lebih dari 200 juta jiwa, dimana Pengembangan alat tangkap ikan
1.223.048 jiwa berada di daerah Bangka demersal yang ramah lingkungan dapat
Belitung. dilakukan dengan cara memperbaiki alat
Potensi sumberdaya kelautan dan tangkap atau meningkatkan efisiensi alat
perikanan di perairan Bangka Belitung tangkap melalui penyempurnaan cara atau
cukup besar, akan tetapi pemanfaatannya metode pemakaian alat tersebut
belum maksimal karena berbagai kendala (Dwiyanto, 1998).
yang melingkupinya seperti rendahnya Usaha penangkapan dengan
kualitas sumberdaya manusia dalam ilmu pancing ulur adalah suatu bentuk usaha
pengetahuan dan teknologi yang dicirikan masyarakat nelayan yang bersifat
dengan rendahnya tingkat pendidikan, tradisional dengan peralatan yang serba
rendahnya akses modal, kondisi sosial sederhana dan ramah dengan lingkungan
ekonomi dan hambatan serta kerusakan (Wagiu, 2009). Nelayan pancing ulur
fisik lingkungan. kecamatan Manggar biasa menggunakan
Potensi sumberdaya perikanan perahu cungkring dengan motor tempel
tangkap di perairan Provinsi Kepulauan dan perahu cungkring tanpa motor
Bangka Belitung dengan luas areal 65.301 tempel.
km2 ialah 499.500 ton/tahun dengan nilai Perbedaan motorisasi pada
ekonomis Rp. 2.497.500.000.000. Jumlah nelayan pancing ulur di Kecamatan
produksi untuk tahun 2006 adalah Manggar menyebabkan perbedaan dari
122.841,6 ton (24,59% dari potensi segi hasil tangkapan. Nelayan yang
produksi) dengan nilai produksi menggunakan motor tempel menghasilkan
sebesar Rp. 1.235.632.162.000 (49,47% lebih banyak hasil tangkapan daripada
dari potensi nilai ekonomis). Jenis ikan yang hanya menggunakan bantuan angin.
dominan antara lain adalah tenggiri, Jarak tempuh yang semakin jauh akan
tongkol, layang, kembung, selar, tembang, mempunyai kemungkinan memperoleh
kakap, kerapu, bawal hitam, bawal putih, hasil tangkapan (produksi) yang lebih
kerisi, ekor kuning, udang windu, dan banyak dan tentu memberikan
udang putih (Dinas Kelautan dan pendapatan yang lebih besar
Perikanan Provinsi kepulauan Bangka dibandingkan penangkapan dekat pantai
Belitung 2010). (Masyhuri, 1999).
Besarnya potensi perikanan di
Kabupaten Belitung Timur dimanfaatkan Tujuan Penelitian
oleh masyarakat setempat sebagai 1. Mengetahui besarnya pendapatan
sumber penghasilan. Sebagian besar nelayan pancing ulur perahu cungkring
nelayan yang terdapat di Kecamatan berdasarkan ukuran kapal di
Manggar, Kabupaten Belitung Timur Kecamatan Manggar, Kabupaten
Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional Pancing Ulur di Kecamatan Manggar 109

Belitung Timur, Provinsi Bangka sistem upah, berarti juragan melakukan


Belitung. pengeluaran yang pasti. Padahal usaha
2. Mengetahui tingkat kesejahteraan penangkapan ikan di laut bisa jadi tidak
nelayan pancing ulur perahu cungkring menghasilkan apa-apa dalam waktu yang
berdasarkan ukuran kapal di cukup lama dan itu berarti kerugian untuk
Kecamatan Manggar, Kabupaten para pemilik perahu (juragan).
Belitung Timur, Provinsi Bangka Untuk mengetahui besarnya sistem
Belitung. bagi hasil nelayan pancing ulur di
Kecamatan Manggar, peneliti
METODE PENELITIAN menggunakan tekhnik wawancara kepada
Metode yang digunakan dalam semua responden dan membaginya
penelitian ini adalah metode survey berdasarkan ukuran jenis kapal. Setelah
dengan teknik wawancara menggunakan semua data terkumpul dapat ditentukan
kuesioner. Pengambilan sampel dalam perbandingan pendapatan nelayan pemilik
penelitian ini ditentukan berdasarkan dan nelayan buruh yakni 25% untuk
teknik purposive sampling, yaitu teknik nelayan pemilik dan 75% nelayan buruh.
pengambilan sampel yang dilakukan tidak Pola sistem bagi hasil 25:75 berlaku untuk
secara acak melainkan berdasarkan semua nelayan.
pertimbangan tertentu. Dalam hal ini
nelayan pancing ulur yang menjadi Kesejahteraan
respondennya guna mendukung tujuan Kesejahteraan merupakan
penelitian. sejumlah kepuasan yang diperoleh
seseorang dari hasil mengkonsumsi
Metode Analisis Data Pendapatan pendapatan yang diterima, namun
Nelayan tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri
Pendapatan nelayan buruh dari merupakan sesuatu yang bersifat relatif
kegiatan perikanan tangkap diperoleh dari karena tergantung dari besarnya
sistem bagi hasil yang disepakati dengan kepuasan yang diperoleh dari hasil
nelayan pemilik. Pada umumnya mengkonsumsi pendapatan tersebut.
pendapatan nelayan buruh dari sistem Keterkaitan antara konsep kesejahteraan
bagi hasil ini dapat dipaparkan secara dan konsep kebutuhan adalah dengan
sederhana yaitu total penerimaan hasil terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
produksi dikurangi biaya produksi selama tersebut, maka seseorang sudah dinilai
kegiatan penangkapan yang selanjutnya sejahtera, karena tingkat kebutuhan
pendapatan nelayan buruh diperoleh dari tersebut secara tidak langsung sejalan
persentase atau bagi hasil yang dengan indikator kesejahteraan.
disepakati. Untuk mendapatkan hasil data
Secara matematis keuntungan yang mendukung penelitian ini, peneliti
dirumuskan sebagai berikut : melakukan pendekatan secara personal
kepada responden. Hal ini bertujuan
Π = TR - TC untuk mengetahui secara pasti kondisi
karakteristik dari masing-masing
Keterangan : responden. Nantinya hasil yang
Π = Pendapatan (Keuntungan) (Rp per didapatkan akan dibandingkan UMR
tahun) Kabupaten Belitung Timur sebagai acuan
TR = Total penerimaan tingkat kesejahteraan nelayan di
TC = Total biaya Kecamatan manggar.
Data yang diperoleh dari hasil
Sistem Bagi Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
Setiap alat tangkap yang ada di metode deskriptif kuantitatif. Metode
Kecamatan Manggar mempunyai pola deskriptif bertujuan untuk menuturkan dan
bagi hasilnya tersendiri. Bagi hasil menafsirkan data yang berkenaan dengan
tersebut cenderung lebih menguntungkan situasi yang terjadi secara sistematis,
para pemilik perahu (juragan), karena faktual dan akurat mengenai fakta-fakta
salah satu cara untuk menghindari serta hubungan antar variabel untuk
kerugian dari kegiatan penangkapan mendapatkan kebenaran, sedangkan
tersebut. Dengan kata lain, jika dipakai metode kuantitatif bertujuan untuk
110 Danies Sadyarta Pratama, Iwang Gumilar dan Ine Maulina

mengangkat fakta, keadaan variabel dan yang sifatnya temporary. Para pekerja
fenomena-fenomena yang terjadi saat sambilan ini umumnya bermukim di sekitar
sekarang dan menyajikannya apa adanya daerah tambat perahu kater tak jauh dari
(Sugiyono, 2003). pesisir pantai. Pekerjaan mereka hanya
membantu mengangkat perahu nelayan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang datang dari melaut ke daerah yang
Perkembangan perikanan tangkap di tak terjangkau ombak air laut saat pasang
Kecamatan Manggar telah mengalami tiba. Kebiasaan menunggu ini biasa
perubahan pada sektor produksi disebut ngambat dalam istilah lokal yang
penangkapan di Kecamatan Manggar bermakna menunggu kedatangan
berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan nelayan. Pekerja lepas ini memperoleh
Perikanan Belitung Timur mengalami balas jasa dengan sistem upah langsung
kenaikan pada tahun 2009 sampai tahun dari hasil penangkapan nelayan. Biasanya
2011 yaitu pada tahun 2009 hasil balas jasa berupa ikan yang jumlahnya tak
tangkapan mencapai 10.399.030kg dan banyak. Jenis ikan yang sering dipakai
mengalami kenaikan di tahun 2010 sebagai alat balas jasa ialah ikan kurisi
sebesar 16.445.960kg dan tahun 2011 dan ikan anjang-anjang.
mengalami kenaikan mencapai
26.907.187kg. Perahu yang beroperasi di Pengalaman Usaha Nelayan
daerah Manggar dengan kapasitas <4 GT Pengalaman nelayan dalam melaut
mencapai 992 armada kapal yang mampu merupakan hal penting dalam melakukan
memberikan mempekerjakan nelayan usaha penangkapan. Pengalaman usaha
sebanyak 2.675 nelayan. nelayan di Kecamatan Manggar yang
Pada perahu cungkring atau istilah menggunakan alat tangkap pancing ulur
lokal biasa disebut perahu kater ini dapat dilihat pada Tabel 1.
mampu menciptakan lowongan pekerjaan

Tabel 1. Pengalaman Usaha Nelayan Pancing Ulur


Lamanya Usaha Jumlah Persentase
No (Tahun) (Orang) (%)

1 1-5 8 16
2 6 - 10 10 20
3 11 - 15 16 32
4 16 - 20 7 14
5 21 - 25 4 8
6 26 - 30 5 10
Jumlah 50 100
(Sumber:Data Primer, diolah 2012)

Berdasarkan Tabel 2, pengalaman Tingkat Pendidikan


dalam usaha paling banyak adalah 11-15 Tingkat pendidikan nelayan di Kecamatan
tahun sebanyak 16 orang (32%) dan 6-10 Manggar yang menggunakan alat tangkap
tahun sebanyak 10 orang (20%). pancing ulur dapat dilihat pada Tabel 2
Pengalaman yang lebih tidak
menunjukkan suatu hasil tangkapan.
Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional Pancing Ulur di Kecamatan Manggar 111

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Nelayan Pancing Ulur


Pendidikan
Pendapatan per Bulan
No Tidak tamat Total
(Rp) SD SLTP SMA
SD
1 ≤ 500.000 1 1
2 500.000 – 1.000.000 4 1 4
3 1.000.001 – 1.500.000 5 7 1 13
4 1.500.001 – 2.000.000 3 5 2 10
5 2.000.001 – 2.500.000 1 1
6 ≥ 2.500.001 8 5 5 2 20
Jumlah 22 18 7 3 50
(Sumber: Data Primer, diolah 2012)

Tingkat pendidikan yang tinggi yang berpendidikan SLTP ada 7 orang


pada nelayan umumnya dapat (14%) yang berpendapatan diatas Rp.
meningkatkan informasi mengenai teknik 1.500.000
penangkapan ikan dan keberanian dalam
mengambil keputusan. Pendidikan juga Umur Responden
sangat berpengaruh terhadap Umur merupakan salah satu faktor
penyesuaiaan teknologi baru dalam yang mendukung usaha penangkapan
kegiatan penangkapan. Rendahnya karena pada usia produktif seseorang
tingkat pendidikan akan berdampak pada dapat melakukan pekerjaan dengan
sulitnya nelayan dalam menerima maksimal dan usia produktif itu
teknologi baru akibatnya produksi hasil berdasarkan data BKKBN berkisar antara
tangkapan sulit mengalami peningkatan. 15 – 64 tahun (Repelita V, Buku III, 1989).
Berdasarkan Tabel 3, diketahui Umur nelayan di Kecamatan Manggar
bahwa nelayan yang berpendapatan yang menggunakan alat tangkap pancing
sampai dengan ulur dapat dilihat pada Tabel 4.
Rp. 1.000.000 ada 6 orang (12%) yang
berpendidikan hingga tamat SD. Untuk

Tabel 3. Umur Responden Terhadap Pendapatan Nelayan


Umur
Pendapatan per Bulan (Tahun)
No Total
(Rp) Lebih
10 – 20 21 – 30 31 – 40
dari 41
1 ≤ 500.000 1 1
2 500.000 – 1.000.000 4 1 5
3 1.000.001 – 1.500.000 4 9 13
4 1.500.001 – 2.000.000 8 2 10
5 2.000.001 – 2.500.000 1 1
6 ≥ 2.500.001 2 6 7 5 20
Jumlah 11 25 9 5 50
(Sumber: Data Primer, diolah 2012)

Berdasarkan Tabel 4, diketahui (10%) nelayan yang berusia 10-20


bahwa nelayan yang berusia 21-30 tahun tahun berpendapatan sampai dengan
yang berpendapatan diatas Rp. 1.500.000 Rp. 1.000.000.
ada 15 orang (30%) dan ada 5 orang
112 Danies Sadyarta Pratama, Iwang Gumilar dan Ine Maulina

Analisis Sistem Bagi Hasil


Sistem bagi hasil nelayan dari juragan. Biasanya harga ikan yang
berdasarkan ukuran armada di Kecamatan diambil 80% dari harga jual di pasar ikan
Manggar semua persentase pemilik 25% atau berbeda Rp.1.000 sampai Rp. 2.000
dan untuk nelayan buruh / ABK 75%. per kg ikan dari harga sesungguhnya
Yang membedakan pendapatan nelayan (Tabel 4).
tergantung dari harga ikan yang diambil

Tabel. 4 Pola sistem bagi hasil nelayan pancing ulur di Kecamatan Manggar.
Sistem Bagi Hasil
No. Jenis Ukuran Armada (%) Keterangan
Pemilik Buruh
1 Perahu Cungkring Tanpa Mesin 25 75 Semua biaya
operasional dan
2 Perahu Cungkring Dengan Mesin 25 75 perawatan di tanggung
pemilik kecuali bekal
3 Kapal Motor 25 75 makanan saat melaut
(Sumber: Data Primer, diolah 2012)

Analisis Pendapatan Berdasarkan terjadi badai di lautan, nelayan memilih


Ukuran Jenis Kapal untuk bermalam di pulau terdekat.
Perahu Cungkring Tanpa Mesin Sistem bagi hasil pada armada
Perahu cungkring tanpa mesin perahu cungkring tanpa mesin biasanya
merupakan jenis armada penangkapan terjadi antara nelayan dengan pemilik
ikan tradisional, terbuat dari kayu yang perahu yang sekaligus menjadi
bagus yakni kayu yang memiliki daya pengumpul ikan dengan tujuan yang
resap terhadap air paling kecil. Berat kayu tertentu. Rata-rata 25% disisihkan untuk
saat di air laut mempengaruhi kecepatan pemilik perahu.
perahu tersebut. Sebagai contoh hasil tangkapan
Daerah penangkapan dari perahu sebesar Rp. 1.000.000. 25% dari Rp.
cungkring tanpa mesin di sekitar pantai 1.000.000 adalah Rp. 250.000 merupakan
Kecamatan Manggar dengan jarak rata- bagian dari juragan/pemilik kapal. Hasil
rata 5 km dari tepi pantai. Waktu yang 75% dari Rp. 1.000.000 adalah Rp.
diperlukan dalam satu kali trip rata-rata 1 750.000 yang merupakan bagian dari
hari (pergi subuh pulang siang hingga sore nelayan. Hasil tersebut merupakan
hari yang sama), terkecuali cuaca yang pendapatan sekali dalam melaut. Berikut
tidak menentu di lautan. Seandainya ini rata-rata pendapatan nelayan perahu
cungkring tanpa mesin (Tabel 5).

Tabel 5. Rata-rata Pendapatan Nelayan Perahu Cungkring Tanpa Mesin


Pendapatan per Bulan Persentase
No Total
(Rp) (%)
1 ≤ 500.000 1 6,67
2 500.000 – 1.000.000 5 33,33
3 1.000.001 – 1.500.000 7 46,67
4 1.500.001 – 2.000.000 2 13,33
5 ≥ 2.000.001 0 0
Jumlah 15 100
(Sumber: Data Primer, diolah 2012)

Berdasarkan tabel 6. rata-rata orang (46,67%) dengan besar pendapatan


pendapatan nelayan perahu cungkring berkisar antara Rp. 1.000.001 – Rp.
tanpa mesin terbesar yaitu sebanyak 7 1.500.000.
Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional Pancing Ulur di Kecamatan Manggar 113

Perahu Cungkring Dengan Mesin (Perahu oleh tiang untuk layar. Layar biasa dipakai
Kater ) hanya untuk pulang melaut pada sore hari.
Istilah perahu kater berasal dari Perahu kater juga dilengkapi mesin tempel
penduduk pendatang yang mayoritas dan alat kemudi di bagian belakang
mendiami pesisir pantai pulau Belitung, perahu.
yakni suku Bouyan (Buyan). Nelayan dari Penangkapan biasanya one day
suku Buyan yang mengilhami bentuk fishing atau satu hari, pergi subuh dan
perahu daerah pulau Belitung. pulangnya sore hari. Tempat tambat
Perahu kater terbuat dari kayu Perahu Kater menyebar di beberapa
yang juga tahan akan resapan air. pantai Kecamatan Manggar. Dianntaranya
Panjang perahu kater berkisar 7-9 meter pantai Lalang, pantai Serdang, dan pantai
dan mempunyai tangan penyeimbang di Mudong. Dalam satu minggu nelayan
kedua sisinya yang dihubungkan dengan Kater mengambil libur 1-2 hari setiap
bambu yang tahan air. Dan dilengkapi minggunya (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata Pendapatan Nelayan Perahu Cungkring Dengan Mesin


Pendapatan per Bulan Persentase
No Total
(Rp) (%)
1 ≤ 500.000 0 0
2 500.000 – 1.000.000 0 0
3 1.000.001 – 1.500.000 5 33,33
4 1.500.001 – 2.000.000 5 33,33
5 ≥ 2.000.001 5 33,33
Jumlah 15 100
(Sumber: Data Primer, diolah 2012)

Berdasarkan tabel 7 rata-rata Waktu yang digunakan untuk satu


pendapatan nelayan perahu cungkring kali trip adalah 2-3 hari. Pada musim
dengan mesin merata di tiga plot panen hasil tangkapan mencapai 1-1,5 ton
pendapatan yakni 33,33% dengan kisaran per trip. Sedangkan pada saat paceklik
Rp. 1.000.000 hingga diatas Rp. hanya mendapat sekitar 200 kg per trip.
2.000.000. Jumlah ABK dalam kapal motor sebanyak
3 orang, yaitu terdiri dari nakhoda dan 2
Kapal Motor 2-4 GT orang ABK. Di Kecamatan Manggar jarang
Kapal motor dengan kapasitas 2-4 juragan kapal ikut serta dalam kegiatan
GT dengan mesin yang digunakan penangkapan, juragan cukup
sebanyak satu mesin yaitu dibagian mempercayakan usaha penangkapannya
tengah kapal, mesin yang biasa digunakan pada nakhoda oleh karena itu pada saat
adalah merek dongfeng. Sistem bagi hasil nakhoda sering mendapatkan
penerangan dalam kapal umumnya satu bagian dari juragan terlepas
menggunakan lampu petromak dan lampu perannya sebagai pencari lokasi
pengumpul ikan dengan bantuan aki, keberadaan ikan tangkapan dilaut.
sedangkan untuk palkahnya biasanya Sistem bagi hasil pada kapal motor
menggunakan fiber. Fiber biasanya yaitu 25 : 75, dari hasil tangkapan tersebut
digunakan untuk menyimpan hasil dikurangi terlebih dahulu oleh biaya
tangkapan yang ekonomis tinggi seperti operasional kemudian dibagi sesuai
tenggiri, kerapu sunok, bawal, bulat dan dengan persentasinya masing-masing
rintik. yaitu 25% untuk juragan dan 75% untuk
Biaya operasional untuk satu kali ABK yang kemudian dibagi rata oleh ABK
trip tiap perahu berkisar Rp. 1.500.000 – yang lain. Misalkan hasil tangkapan
Rp. 2.500.000. Digunakan untuk sebesar Rp. 9.500.000 ikurangi biaya
pembelian solar 150-200 liter per kapal, operasional meliputi BBM 10 derigen,
bekal makanan, pembelian umpan dan umpan, es batu, rokok dan lain-lain
biaya tak terduga lainnya. mencapai Rp. 2.000.000 adalah Rp.
7.500.000. 25% dari Rp. 7.500.000 adalah
114 Danies Sadyarta Pratama, Iwang Gumilar dan Ine Maulina

Rp. 1.875.000 merupakan bagian dari sebesar Rp. 1.875.000. Untuk nakhoda
juragan. Sedangkan 75% dari Rp. mendapatkan tambahan sebesar Rp.
7.500.000 adalah Rp. 5.625.000 yang 500.000 dari juragan.
merupakan bagian dari kru. Hasil tersebut Berikut ini rata-rata pendapatan
dibagi menjadi 3 orang sesuai jumlah kru nelayan yang menggunakan kapal motor
pada saat melakukan kegiatan dapat dilihat di tabel 7.
penangkapan yaitu masing-masing

Tabel 7. Rata-rata Pendapatan Nelayan Kapal Motor


Pendapatan per Bulan Persentase
No Total
(Rp) (%)
1 ≤ 1.000.000 0 0
2 1.000.001 – 2.000.000 4 20
3 2.000.001 – 3.000.000 1 5
4 3.000.001 – 4.000.000 2 10
5 ≥ 4.000.001 13 65
Jumlah 20 100
(Sumber: Data Primer, diolah 2012)

Pendapatan nelayan kapal motor Perbandingan Pendapatan Nelayan


terbesar dengan 65% (13 orang) adalah Pancing Ulur
nelayan dengan rata-rata pendapatan Berikut ini perbandingan
diatas Rp. 4.000.000. pendapatan nelayan pancing ulur
berdasarkan ukuran jenis kapal (Tabel 8).

Tabel 8. Perbandingan Pendapatan Nelayan Pancing Ulur

NO Jenis Ukuran Pendapatan (Rp)


Rata-rata
. Kapal
Min Max
Perahu
1 Cungkring 500.000 2.000.000 1.148.766
Tanpa Mesin
Perahu
2 Cungkring 1.200.000 3.900.000 1.831.818
Dengan Mesin
3 Kapal Motor 1.500.000 12.333.333 5.119.444
(Sumber: Data Primer, diolah 2012)

Menurut hasil respondensi UMR Kabupaten Belitung Timur


terhadap nelayan, potensi nelayan tahun 2011 sebesar Rp. 1.024.000.
pancing ulur sangatlah menguntungkan sementara rata-rata pendapatan nelayan
untuk meningkatkan kesejahteraan terendah berdasarkan ukuran armada
keluarga nelayan. sebesar Rp. 1.148.766 sehingga nelayan
pancing ulur di Kecamatan Manggar
Tingkat Kesejahteraan berada pada tingkatan sejahtera.
Dengan membandingkan antara Sedangkan rata- rata pendapatan nelayan
Upah Minimum Regional (UMR) perahu cungkring dengan mesin adalah
Kabupaten Belitung Timur dan rata-rata Rp. 1.831.818.
pendapatan nelayan pancing ulur di Nelayan pancing ulur di
Kecamatan Manggar maka terlihat tingkat Kecamatan Manggar berada pada
kesejahteraan nelayan kecamatan tingkatan sejahtera karena rata-rata
Manggar. pendapatan nelayan di atas UMR
Kabupaten Belitung Timur yaitu Rp.
1.024.000.
Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional Pancing Ulur di Kecamatan Manggar 115

Tabel 9. Perbandingan Kesejahteraan Nelayan Pancing Ulur

UMR Kabupaten Rata-rata Pendapatan


NO Ukuran Armada Belitung Timur 2011 per Bulan Ket
(Rp) (Rp)

Perahu Cungkring
1 1.024.000 1.148.766 Sejaterah
Tanpa Mesin
Perahu Cungkring
2 1.024.000 1.831.818 Sejaterah
Dengan Mesin
3 Kapal Motor 1.024.000 5.119.444 Sejaterah
(Sumber: Data Primer, diolah 2012)

KESIMPULAN . 2006. Filosofi Pemberdayaan


Rata-rata pendapatan nelayan Masyarakat Pesisir. Humaniora
pancing ulur pada armada kapal motor Rp. Utama Press. Bandung.
5.119.444 dengan 65% pendapatan diatas
Rp. 4.000.000 dan rata-rata pendapatan
Raharja, Manurung, 2006, Teori Ekonomi
nelayan perahu cungkring tanpa mesin
Mikro, Edisi Ketiga, LP Fakultas
adalah Rp. 1.148.766 dengan 46,67%
Ekonomi Universitas Indonesia.
pendapatan berkisar Rp. 1.000.000 - Rp.
Jakarta
1.500.000.
Sastrawidjaya, dkk. 2002. Nelayan
DAFTAR PUSTAKA
Nusantara, Pusat Riset
Anggawangsa, R.F. 2008. Pengaruh
Pengolahan Produk Sosial
Perbedaan Bentuk Mata Pancing
Ekonomi Kelautan dan Perikanan,
terhadap Hasil Tangkapan Layur
Jakarta.
(Trichiurus sp) di Palabuhanratu.
Skripsi. Intitut Pertanian Bogor,
Subani, W. dan H.R Barus. 1989. Alat
Bogor. 58 hlm.
Penangkap Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten
Perikanan Laut. Edisi khusus.
Belitung Timur. 2011. Belitung
50:1-248 hlm
Timur dalam Angka 2010. 242
hlm.
Sobri, M. 2005. Ekonomi Kelautan. PT
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
[BAPEDA] Badan Pendapatan Daerah
224 Hlm
Kabupaten Belitung Timur. 2011.
Sudirman dan A. Mallawa. 2004. Teknik
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan
Penangkapan Ikan. PT Rineka
dalam Hubungannya dengan
Cipta, Jakarta. 168 hlm.
Metode Penangkapan Ikan.
Fakultas Perikanan. IPB, Bogor.
Sukirno, S. 2006. Makro Ekonomi. Raja
149 hlm
Grafindo Persada. Jakarta.
Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan:
Tarigan, M.S. 2000. Pesisir dan Pantai
Kemiskinan dan Perebutan
Indonesia IV. Pusat Penelitian dan
Sumber Daya Perikanan. LKIS.
Peangembangan Oseanologi LIPI:
Yogyakarta.
73-85.
. 2004. Polemik Kemiskinan
Undang-undang No. 16 Tahun 1964
Nelayan. Pondok Edukasi dan
tentang Bagi Hasil Perikanan
Pokja Pembaruan, Bantul.
116 Danies Sadyarta Pratama, Iwang Gumilar dan Ine Maulina

von Brandt, A. 1985. Fish Catching Winarno, S., S Ismaya. 2003. Kamus
Methods of the World. Fishing Besar Ekonomi. Pustaka Grafika.
News Books Ltd. Farnham Jakarta. 480 hlm.
Surrey. England. 418 hlm

von Brandt, A. 2005. Fish Catching


Methods of the World.

Anda mungkin juga menyukai