IDA AYU TARY PUSPA 19 NOVEMBER 2019 Majejaitan merupakan pengamalan ajaran catur Yoga • 1.Ajaran Jnana Yoga: setiap orang yang akan melaksanakan kegiatan tsb semestinya sudah memiliki pengetahuan dasar sehingga dapat lebih dirasakan baik dari bidang seni budaya maupun pemaknaannnya
• 2.Ajaran Bhakti Yoga
• Setiap melaksanakan ketrampilan majejaitan mesti memiliki rasa ikhlas dan rasa bakti yang tinggi ke hadapan ISWW sehingga memiliki rasa tanggung jawab diri pribadi kepada Beliau. • 3.Ajaran Karma Yoga: Setiap melaksanaan ketrampilan majejaitan, harus mampu menyelesaikan secara tuntas sampai menjadi satu rangkaian upakara, karena itu merupakan simbol Karma Ayu (Subha Karma) sebagai sarana mengurangi dosa
• 4.Ajaran Raja yoga
• Setiap akan mengerjakan ketrampilan majejaitan, hendaknya memiliki ketekunan (TAPA) mampu membangkitkan rasa senang dengan suasana tenang sehingga lepas dari rasa bosan atau jenuh. Fungsi dan Makna • Fungsi yang berbeda-beda dan makna yang sangat tinggi sebagai sarana penyampai MANAH terhadap ISWW bila telah dirangkai menjadi suatu upakara. • Di dalam jejaitan terkandung nilai-nilai religiomagis berupa simbol- simbol sastra yang disebut SASTRA PALWA sebagai permohonan umat kehdapan sang pencipta berupa bahasa WEDA. • Fungsinya adalah membantu umat Hindu baik yang masih berstatus APARA BHAKTI maupun yang sudah menginjak PARA BHAKTI • Untuk melestarikan ketrampilan majejaitan ini, perlu didasari oleh kesadaran diri pribadi tentang tanggung jawab diri pribadi ke hadapan Sang pencipta melalui pelaksanaan hidup beragama Hindu yang dikemas oleh Budaya Bali.
• Mengenai fungsi dan makna majejaitan dijelaskan dalam Lontar
Yadnya Prakirti sebagai berikut. • Om Ang karo Bagawan Brahma, Tatwanjanam Mahotamam • Andehwam Parama Guhyam-Swasti Mahatmanam • Om Ung karo Bagawan Wisnu, Dewani sarwa busanam • Tanure wegara twate, Ary Dewa Mahatmanam • Om Mang karo Bagawan Siwa. I Sura Paramewwara, dadami amerthatmakem, Rani swaya namah swaha • Terjemahannya • Ya Tuhan sebagai manifestasi Brahma, merupakan sumber dari segala sumber, sebagai persembahan telah menganugerahkan kesejahteraan • Ya Tuhan sebagai manifestasi Wisnu, sebagai pencipta kawiryan dan kharismatik, dengah sebutan Sang Hyang Ary, telah menciptakan kesuburan • Ya Tuhan sebagai manifestasi Siwa yang merupakan Dewa dari para Dewa, yang selalu mengalirkan amertha kehidupan di alam ini. Bentuk dan Simbol Jejaitan • Menurut Lontar Uperengganing Yadnya • 1. Jejaitan dengan bentuk segi empat • Taledan, Ceper, lamak dalam aksara suci merupakan Ardha Candra yaitu sebagai simbol planet Bulan dengan kekuatan Sang Hyang Candra • 2. Jejaitan dengan bentuk bundar • Tamas, kulit sayut, serobong daksina merupakan simbol Windu sebagai simbol Planet Matahari dengan kekuatan Sang Hyang Siwa Raditya • 3.Jejaitan dengan bentuk segi tiga • Tangkih, kojong , celemik, ituk-ituk merupakan simbol Nadha yaitu sebagai simbol planet bintang dengan kekuatan Sang Hyang Taranggana • 4.Jejaitan dengan bentuk Tedong • Takir, tulung, tebog, selanggi, tekor merupakan simbol Tedong Ongkara yaitu sebagai simbol udara (Amertha) dengan kekuatan Sang Hyang Biomantara • 5. Jejaitan dengan bentuk Garuda Wahana • Porosan, tampelan, sasat, orti merupakan kekuatan inti dan kharimastik • 6. Jejaitan dengan bentuk Swastika • Tetampak atau tampak dara merupakan simbol kekuaan Cakrajala yaitu kekuatan Rta BENTUK-BENTUK SAMPIYAN • A.Sampiyan yang Berfungsi sebagai Lingga (Sampiyan Metangga) • 1.Sampiyan Peras • 2.Sampiyan Pengambean • 3.Sampiyan Dapetan • B.Sampiyan yang Berfungsi sebagai Yoni • 1.Sampiyan Plaus • 2.Sampiyan Nagasari • 3.Sampian Jaet Guak • • Umat Hindu di Bali kini sudah melakukan komodifikasi upacara. Mereka dapat membeli di pasar tradisional, pasar modern, di griya, sarathi, dan ada yang menjual upakara secara online, bahkan sudah ada EO yang menangani upacara.. • Fenomena ini akan menyebabkan semakin pudarnya kemampuan generasi muda Bali untuk memiliki kemampuan membuat banten. • Dari instansi pendidikan terutama dari sekolah dapat mengajarkan membuat sarana upacara/banten dari hal-hal kecil seperti canang, membuat pejati untuk dipersembahkan saat purnama dan tilem, membuat banten pada waktu piodalan Saraswati. Bahkan gebogan, banten pejati dapat dilombakan di sekolah dan dipersembahkan pada waktu piodalan. Kanwil kementrian agama Provinsi Bali telah memiliki program • Untuk mengisi iburan sekolah, maka diadakan pelatihan untuk membuat banten dari anak-anak SMP dan SMA. Yang laki-laki diajak juga untuk majejaitan dan membuat klatkat sedangkan untuk pelajar perempuan wajib sampai mampu nanding banten. Bahkan diadakan pula lomba membuat banten Pejati untuk pelajar tingkat provinsi. • Pesta Kesenian Bali menempatkan program acara Lomba Merangkai Janur dan Bunga baik tradisi (agama) maupun kreasi. Untuk Tahun 2019 yang dilombakan adalah banten prayascita sakti, gebogan Dewa Yadnya, ngulat tipat, dan gebogan dan merangkai bunga kreasi. Peserta masing-masing kabupaten Kota adalah generasi muda laki- laki dan perempuan. • Peran keluarga menjadi sangat penting karena keperluan banten juga banyak dalam keluarga. Seandainya hal itu tidak dilakukan, maka generasi muda Bali tidak akan memahami bahkan tidak mengenal apa itu majejaitan? Dengan demikian siapa generasi penerus yang akan melanjutkan kebudayaan ini? • Peradaban bisa saja berubah , tetapi kepercayaan beragama, budaya, adat, tradisi haruslah tetap ajeg. • Majejaitan merupakan terapi pikiran, konsentrasi, apalagi yang akan dipersembahkan kepada ISWW. • Tumbuhkan kebersamaan baik dengan anggota keluarga, teman-teman, teruna teruni sebagai bentuk pengejawantahan homo sosius. Dengan demikian keraifan lokal Bali dapat terus dipertahankan. • Jangan semua membeli. Kalau banten yang besar-besar yang sulit membuatnya (Sekar taman, pula gembal, bebangkit, catur), maka boleh nunas di Griya, tetapi agar masih terpelihara hidup yang guyub, maka banten seperti pejati, canang, soda, segehan, gantung,gantungan, cenigan dapat dikerjakan bersama-sama baik bersama anggota masyarakat atau dengan masyarakat dalam wujud ngoopin.