Anda di halaman 1dari 13

UPACARA RUWATAN ANAK ONTANG ANTING DENGAN PAGELARAN WAYANG KULIT

OLEH :
TUTIK MURSITI
O100220039
RUWATAN
Istilah ruwat menurut (Palgunadi, 2002: 174) dikutip
(Ekawati, 2015) mempunyai arti pelihara atau rawat.
Dalam bahasa Jawa, kata diruwat mempunyai arti dirawat
dan merawat dalam bahasa Jawa disebut ngruwat,
ngrawat, angruwat, angrawat, hangruwat, atau hangrawat,
sedangkan pelaksanaannya dalam bahasa Jawa disebut
Ruwatan atau rawatan. Dengan demikian, jelaslah bahwa
upacara ritual adat ruwatan bertujuan memberikan
petunjuk bagaimana cara memelihara atau merawat suatu
hal sehingga kondisinya menjadi lebih baik, atau sekurang-
kurangnya kondisinya tetap terpelihara dengan baik.
Dalam pengertian ini, yang dimaksud dengan suatu hal
adalah kehidupan manusia itu sendiri
• Upacara ruwatan biasa dilakukan orang jawa ketika
mengalami kesialan hidup, misalnya anak sedang
sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik atau
kakak, nasib sial, jauh dari jodoh dll. Bagi
masyarakat kejawen ruwatan ini dianggap sangat
penting. Kejawen merupakan kepercayaan asli jawa
atau kebatinan sehingga kepercayaan tersebut
memberikan suatu dorongan bagi mereka untuk
melaksanakan ruwatan bagi anak-anak yang
mempunyai nasib buruk.
TUJUAN PENELITIAN
• Mengetahui asal usul ruwatan
• Mengetahui makna yang terkandung dalam
tradisi ruwatan adat jawa bagi anak ontang
anting
Asal usul adanya ruwatan adalah dari cerita pewayangan. Diceritakan ada

seorang tokoh yang bernama Batara Guru beristrikan dua orang wanita, yaitu

Pademi dan Selir. Dari istri Pademi dia menurunkan anak laki-laki bernama

Wisnu. Setelah dewasa Wisnu menjadi orang yang berbudi pekerti yang baik,

sementara dari istri Selir dia juga menurunkan seorang anak laki-laki yang

bernama Batarakala. Setelah dewasa Batarakala menjadi orang yang jahat,

konon katanya karena kesurupan setan. Dia sering menganggu Jalma atau

anak manusia untuk dimakannya. Ruwatan ini semula berkembang di dalam

suatu cerita Jawa yang pada intinya menurut masalah penyucian diri. Hal

yang dimaksud dengan penyucian ini adalah menyangkut pembebasan diri

dari kesialan atau marabahaya yang akan menimpanya. (Susanti & Lestari,

2021)
• Dalam ceritanya Batarakala meminta makanan yang berwujud
manusia kepada Batara Guru. Batara Guru mengizinkan asal
yang dimakannya itu adalah manusia yang digolongkan dalam
kategori wong sukerta, yaitu orang-orang yang mendapat
kesialan dalam hidupnya seperti anak tunggal yang tidak
mempunyai saudara. Oleh karena itu anak tunggal (ontang-
anting) harus diruwat agar terhindar dari malapetaka atau
kesialan dalam hidupnya juga agar tidak menjadi makanan dari
Batarakala. Oleh karena itu untuk menghilangkan kesialan atau
marabahaya tersebut saat melaksanakan ruwatan harus
melengkapi syarat-syarat yang diperlukan di antaranya adalah
sajen
Sajen adalah untuk upacara ruwatan berupa :

• Tuwuhan
• Ratus atau kemenyan wangi
• Kain mori putih
• kain batik
• Padi segedeng
• Bermacam-macam nasi
• Jenang
• Jajan pasar
• Benang lawe,
• Aneka rujak
• Air tujuh sumber
• Bunga setaman
WAYANG KULIT
• Pertunjukan wayang kulit purwa khususnya
masyarakat Jawa, selain berfungsi sebagai
sarana ritual, estetis juga sebagai upacara
seperti ruwatan, bersih desa, nyadranan, dan
sebagainya, akan tetapi kedudukan seorang
dalang juga dipandang sebagai orang yang
bijak yang mampu memberikan nasehat
kepada anggota masyarakat maupun anak
anak.
• Pertunjukan wayang ruwatan pengaruhnya
terhadap masyarakat modern masih relatif kuat.
Masyarakat modern memandang, bahwa
masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu
kesatuan yang bagian-bagian dari unsur-
unsurnya saling terkait antara satu dengan
lainnya, sebagai suatu sistem yang bulat.
Dengan demikian ruwatan bagi masyarakat
modern sama halnya dengan khasanah budaya
yang sampai sekarang ini masih tetap relevan
dan pantas dihargai, seperti halnya kebudayaan
lainnya.
Makna Tradisi Ruwatan Adat Jawa Bagi Anak Ontang Anting

• Makna dari ruwatan adalah meminta dengan sepenuh hati agar pelakunya

lepas dari petaka dan memperoleh rahayu keselamatan

• Tradisi ruwatan anak ontang anting hingga saat ini masih dilestarikan dan

dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Hal tersebut

Hal tersebut disebabkan oleh sebagian besar masyarakat masih menganggap

bahwa tradisi ini merupakan kegiatan sakral. Kepercayaan akan tradisi ruwat

anak tunggal yang berpengaruh pada keselamatan anak tunggal dan

keluarganya. Selain itu dikarenakan alasan ingin melestarikan adat-istiadat

yang sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Jawa (Lestari, 2020)


Tradisi ruwatan mempunyai makna filosofis dalam tahapan prosesi upacaranya
yaitu sebagai berikut:

• Prosesi siraman secara filosofis mengandung nilai


pembersih badan agar manusia yang di ruwat dengan
menggunakan air kembang setaman yang terdiri atas
kembang kenanga, kembang melati, dan kembang
mawar.
• Sesaji dan selametan secara filosofis memiliki nilai agar
orang yang di ruwat dalam keadaan selalu selamat.
• Nilai filosofis yang terkandung dalam upacara
penyerahan sarana adalah memberikan perlindungan
terhadap orang yang tergolong sukerta
• Upacara potong rambut memiliki nilai filosofis yaitu
bahwa segala yang kotor harus di potong dan di buang.
• Nilai filosofis dalam tirakatan merupakan ungkapan
rasa syukur dan ungkapan rasa terima kasih terhadap
Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan
anugerahnya.
• Wayang juga membawa makna filosofis bagi kehidupan
manusia. Manusia pada umumnya menginginkan
kebaikan, maka kisah wayang itu banyak yang bisa
sampai masuk ke hati. Makna wayang dalam ruwatan
juga membawa makna kehidupan.
KESIMPULAN

Masyarakat Jawa mempunyai berbagai macam tradisi yang

masih dilakukan sampai sekarang. Kekayaan tradisi yang

masih menonjol dilakukan oleh masyarakat Jawa adalah

tradisi ruwatan. Tradisi ruwatan sudah menjadi sebuah

konstruksi budaya Jawa yang mentradisi sehingga tidak bisa

dilepaskan dari kepercayaan masyarakat Jawa. Ruwatan harus

dilakukan bagi anak ontang anting agar tidak mendapat

kesialan, musibah dan bahaya dalam kehidupannya. 

Anda mungkin juga menyukai