Anda di halaman 1dari 4

[16/1 15.59] Firoh: Nama kelompok: 1.

Lailatul Maghfiroh

2.Alenta Delya Z

3.Salsa Cholifatun N

4.Risky Yoga Hardi Y

TRADISI RUWATAN ( BEBASKAN DARI MARABAHAYA DAN KESIALAN.) YANG PENUH MAKNA

Tradisi Ruwatan adalah salah satu bentuk upacara atau ritual penyucian yang hingga saat ini tetap
dilestarikan oleh masyarakat Demak, Jawa Tengah. Tradisi ini diberlakukan untuk melestarikan ajaran
dari Kanjeng Sunan kalijaga dan digunakan bagi orang yang Nandang Sukerta atau berada dalam dosa.

Meruwat bisa berarti mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan batin dengan cara mengadakan
pertunjukan atau ritual. Umumnya ritual tersebut menggunakan media Wayang Kulit yang mengambil
tema atau cerita Murwakala. Istilah Ruwat berasal dari istilah Ngaruati yang memiliki makna menjaga
kesialan Dewa Batara.

Di dalam kehidupan Masyarakat Jawa, dikenal tradisi ruwatan. Sedangkan ruwatan adalah salah satu
ritual penyucian yang masih banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Tradisi ini
dilakukan dengan menggunakan media Wayang Kulit. Tradisi ini dapat dilakukan oleh orang Jawa ketika
mengalami kesialan dalam hidup.

[16/1 16.00] Firoh: Dalam Bahasa Jawa, ruwat sama dengan kata luwar yang artinya lepas atau terlepas.
Seorang Dalang bertanggungjawab atas kesialan serta kemalangan karena orang yang diruwat sudah
menjadi anak si Dalang.Dari cerita pewayangan ini, Masyarakat Jawa meyakini bahwa tradisi ruwatan
sangat penting untuk mereka yang menginginkan keselamatan.

Tradisi ruwatan tidak terlepas dari pertunjukan wayang yang menceritakan tentang Murwa Kala yang
menjadi muasal sejarah tradisi tersebut. Karena untuk melaksanakan pertunjukan wayang
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tradisi ngruwat biasa dilakukan secara bersama-sama dalam
lingkup pedukuhan atau desa.
Dalam konteks zaman sekarang, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil darai tradisi ruwatan. Jika
dalam ruwatan seseorang yang akan diruwat membutuhkan dalang yang ahli dalam bidang ruwat, maka
untuk membersihkan diri kita dapat memulainya dari diri kita sendiri. Menjadi pribadi yang
berkepribadian luhur serta menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma di lingkungannya secara tidak
langsung mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan di sekitarnya

Upacara Ruwatan biasa dilakukan orang Jawa ketika mengalami kesialan hidup. Sebagai misal adalah
anak sedang sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik maupun kakak, terkena sial, jauh jodoh, susah
mencari kehidupan dan lain sebagainya. Ruwatan ini sangat penting khususnya masyarakat Kejawen.
Kejawen merupakan kepercayaan asli Jawa atau kebatinan. Kebatinan merupakan system kepercayaan
yang memberikan dorongan orang yang melaksanakan ruwatan adalah bagi anak-anak yang mempunyai
nasib buruk.

Tradisi ruwatan mempunyai makna filosofis dalam tahapan prosesi upacaranya, antara lain :

1) prosesi siraman secara filosofis mengandung nilai pembersih badan agar manusia yang diruwat
dengan menggunakan air terdiri atas kembang kenanga, kembang melati, dan kembang mawar

[16/1 16.00] Firoh: 2) Sesaji dan selamatan secara filosofis memiliki nilai agar orang yang diruwat dalam
keadaan selalu selamat selanjutnya.

[16/1 16.00] Firoh: 3) Nilai filosofis yang terkandung dalam upacara penyerahan sarana adalah
memberikan perlindungan terhadap orang yang tergolong sukerta

4) Upacara potong rambut memiliki nilai filosofis yaitu bahwa segala yang kotor harus dipotong dan
dibuang

[16/1 16.00] Firoh: 5) Nilai filosofis dalam tirakatan merupakan ungkapan rasa syukur dan ungkapan rasa
terima kasih terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan anugerahnya

6) Wayang juga membawa makna filosofis bagi kehidupan manusia. Manusia pada umumnya
menginginkan kebaikan, maka kisah wayang itu banyak yang bisa masuk sampai ke hati.

[16/1 16.01] Firoh: Makna wayang dalam ruwatan juga membawa makna kehidupan. Pelaksanaan
ruwatan ini ada hubungannya dengan makna dari kesucian jiwa dan raga dalam kepercayaan
masyarakat jawa. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan ruwatan harus melaksanakan tapa brata
( ngelakoni tapa ).
Kesucian jiwa raga adalah mencapai ketenteraman dan kesucian lahir dan batin. Selain itu juga
mencapai kehidupan yang lebih baik dan suci lahir batin. Pelaksanaan ruwatan juga bermakna untuk
mencapai tujuan hidup manusia Jawa tersimpul dalam unen-unen, mati sajroning urip, urip sajroning
pejah artinya bahwa yang hidup tetap hidup tetapi yang mati adalah nafsu lahirnya.

Unen-unen ini mengandung pesan bahwa hidup manusia hendaknya bisa mengendalikan hawa nafsu.
Orang yang tidak bisa menguasai nafsu berarti mati. Sebaliknya jika orang hidup tanpa nafsu adalah mati
juga. Hidup manusia itu silih berganti seperti halnya perputaran roda.

Dalam buku Bratawidjaja karya Thomas Wiyasa, yang berjudul Upacara Tradisional Masyarakat Jawa
(1988),orang-orang yang termasuk golongan Sukerta, antara lain:

1) Ontang-anting: anak laki-laki tunggal dalam keluarga, tak punya saudara kandung

2) Unting-unting: anak perempuan tunggal dalam keluarga

3) Gedhana-gedhini: dua anak dalam keluarga, laki-laki dan perempuan

4) Uger-uger lawang: dua anak laki-laki dalam keluarga

5) Kembar sepasang: dua anak perempuan dalam keluarga

6) Pendhawa: lima anak laki-laki dalam keluarga 7) Ngayomi: lima anak perempuan dalam keluarga

8) Julungwangi: anak lahir pada saat matahari terbenam

9) Pangayam-ayam: anak lahir saat tengah hari.

Dalam prosesi tradisi ruwatan, ada sejumlah syarat yang harus dilakukan, yakni menyediakan peralatan
ruwat, sajian, korban, atau mantera yang dijadikan sarana untuk menjembatani komunikasi antara
manusia dengan kekuatan penyelamat yang diinginkan.

[16/1 16.01] Firoh: Van Baal dalam bukunya (1988),mengungkapkan bahwa sajian merupakan
pemberian atau persembahan kepada dewa dan roh. Sajian yang diberikan tidak hanya bertujuan
sebagai persembahan, tetapi mengandung lambang-lambang yang digunakan sebagai media untuk
berkomunikasi dengan dewa tersebut.
Misalnya itik, menthog, dan burung merpati yang dinilai menjadi kegemaran Betara Kala. Sedangkan,
kain bangun tulak adalah kain kegemaran Batari Durga, kain pandhan binethot kegemaran Batari Sri.
Sajian tersebut harus dipenuhi saat mengadakan tradisi ruwatan. Sebab, kalau kurang lengkap
kemungkinan besar upacara itu tidak mencapai maksud yang dikehendaki, bahkan dapat mendatangkan
bencana.

Dengan pernyataan seperti yang sudah penulis tulisakan di atas bisa disimpulkan bahwa Tradisi ruwatan
dilakukan sebagai suatu permohonan agar manusia diselamatkan dari gangguan dan bencana yang
mengancam hidup dan kehidupannya. Tradisi ruwatan yang biasanya digelar bertepatan oleh
Masyarakat Jawa adalah dengan tahun baru Jawa tanggal 1 Suro. Ritual ini sendiri memiliki tujuan
sebagai sarana pembebasan atau penyucian manusia atas dosa dan kesalahannya yang berdampak
kesialan didalam hidupnya.

Makna dari Ruwatan adalah meminta dengan sepenuh hati agar orang yang diruwat dapat lepas dari
petaka dan memperoleh keselamatan. Oleh sebab itu, upacara Ruwatan dilakukan untuk melindungi
manusia dari segala macam bahaya yang ada di dunia.

Sampai saat ini, tradisi Ruwatan masih dipercayai oleh sebagian besar masyarakat karena berpengaruh
pada keselamatan anak tunggal dan keluarganya. Selain itu, masyarakat juga ingin melestarikan adat
istiadat yang sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Jawa.

Anda mungkin juga menyukai