1 Latar Belakang
Dewasa ini manusia telah memasuki zaman pas modern, yaitu zaman yang
mendapatkan pola hidup tenang dan bahagia. Imbas dari kemajuan teknologi
tersebut tidak hanya berdampak bagi golongan masyarakat tua keatas, akan tetapi
sudah menyentuh sampai golongan masyarakat kecil, orang tua dan terlebih lagi
generasi muda. Generasi muda saat ini tengah berada dalam situasi yang pelik, di
satu sisi generasi muda dituntut untuk dapat mempertahankan tradisi, budaya, dan
agama, tetapi disisi lain generasi muda harus dapat berjalan ditengah-tengah
gegap gempitanya arus zaman modernisasi. Kita tentu tidak ingin mereka
Para orang tua dan orang-orang yang peduli akan kelangsungan generasi
muda, sebenarnya menaruh perhatian pada yang lebih terhadap dunia pendidikan.
Para orang tua yakin dengan pendidikan yang baik, karakter anak akan
terjadi, maka tidak heran banyak kalangan orang tua merasa khawatir akan
yang mengarahkan anak kearah yang baik. Diperlukan pendidikan kepada anak
dalam ruang lingkup formal dan informal, maka yang berkewajiban sebagai
leluhur dengan kandungan nilai adi luhurnya dan coraknya yang memiliki daya
tarik serta keunikan tersendiri. Namun didalam dunia pendidikan saat ini,
terutama pada peserta didik itu sendiri, sangat jarang memperhatikan nilai
adiluhung yang terdapat didalam kesusastraan bali tradisional ini. Dengan kata
lain, lokal genius seperti nilai-nilai yang terkandung dalam sekar alit sering
diabaikan. Padahal nilai sekar alit itu sendiri adalah sebuah tuntunan guna
membentangi anak didik itu sendiri dari pengaruh buruk perkembangan zaman.
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jiwa serta sisi rohaninya akan semakin
tipis dan memudar. Ini sangat buruk bagi sebuah keseimbangan dalam hal
pembentukan manusia yang seutuhnya, pandai serta berbudi pekerti yang luhur.
juga pengaruh buruk dalam hal apapun yang secara langsung mempengaruhi
pemikiran serta cara pandang anak didik didunia akademisi semakin terlihat.
Mereka dalam hal ini perlu sebuah tuntunan yang bersifat rohani dan beberapa
aspek pengetahuan spiritual serta yang berbau filsafat, guna menyeimbangkan sisi
Oleh karena itu, sebuah khazanah kesusastraan bali klasik dihadirka guna
menyeimbangkan sisi kelam rohani anak didik. Sebagai sebuah acuan dalam
setiap pandangan dan cara hidup yang menuntun anak didik tersebut menghayati
kebesaran mengenai apa yang selama ini disebut dengan kebenaran hakiki. Agar
langkah mereka semakin terarah, dan tentu saja salah satunya diambil dari sebuah
Peserta didik dapat mengambil salah satu dari sekian banyak tembang yang
ada sebagai sebuah acuan dalam hal cara pandang dalam menghadapi kehidupan.
Nyanyian klasik inilah yang paling banyak mengandung sebuah nilai tuntunan
rohani bagi para peserta didik utamanya dalam hal filosofis, guna memandu pola
Sastra tembang dalam kesusastraan Bali secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua yakni klasik dan modern. Menurut I Nengah Tinggen (1982 : 29),
tembang bali klasik, atau tradisional, dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian,
yaitu :
tradisional di Bali. Contoh : dari sekar rare ini ialah gending sang hyang
Tembang jenis ini terdiri dari beberapa pupuh dan dari masing-masing
pada-lingsa.
4. Sekar Agung, biasanya juga disebut dengan wirama atau kakawin. Ini
laghu. Biasanya berisi cerita dari kakawin ini ialah cerita yang diambil
Pupuh atau sekar alit disebut juga geguritan, karena di Bali karangan
(kekawian) yang menggunakan pupuh atau sekar alit didalam menyanyikan atau
Sekar alit merupakan salah satu satra tembang yang sifatnya kreatif yang
pertunjukan.
Sekar alit adalah salah satu hasil kebudayaan tradisional masyarakat Bali
yang masih hidup hingga saat ini. Kebudayaan tradisional merupakan dasar yang
paling fundamental dari setiap kesusastraan daerah bali yang berpredikat klasik
apabila orang tersebut sudah mengerti dan mengetahui tentang apa fungsi atau
kegunaan dari apa yang disebarkan atau yang dilestarikan tersebut. Orang akan
Hal ini sekar alit dapat dijadikan alat untuk membentuk karakter siswa yakni
Bali.
ditentukan objek penelitian. Adapun yang menjadi objek penilitian adalah sekar
alit yang ditembangkan oleh siswa setiap harinya yakni pupuh ginada, pupuh
Kelima sekar alit ini dipilih karena pupuh ini yang dipakai atau
karakakter masing-masing. Selain itu pupuh tersebut juga dikenal atau sering
pendidikan karakter merupakan suatu nilai dalam pencarian jati diri untuk
membentuk karakter dari masing-masing anak atau siswa. Ada 25 karakter yang
jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa usaha,
berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu, sadar
diri, patuh pada aturan sosial, respek, santun, demokratis, ekologis, nasionalis,
karakter untuk membentuk karakter yakni : cinta kasih, cinta ilmu, tangguh, sadar
tersebut terkandung dalam sekar alit yang menjadi objek penelitian. Pupuh Mijil,
yang berwatak melahirkan perasaan, untuk menguraikan nasihat dan untuk orang
kasmaran. Karakter yang terdapat pada pupuh ini adalah karakter cinta kasih. Pupuh
Pucung, wataknya kendor tanpa perasaan yang memuncak. Untuk cerita-cerita yang enak
dan juga berisi tentang ajaran-ajaran. Dalam pupuh ini mengandung karakter cinta ilmu.
Pupuh Ginada, wataknya melukiskan perasaan sedih, merana dan kecewa. Dalam pupuh
ini mengandung karakter sadar diri.Pupuh Ginanti, wataknya senang, cinta kasih untuk
melahirkan ajaran filsafat. Dalam pupuh ginada mengandung karakter cinta kasih dan
cinta ilmu. Pupuh Durma, wataknya keras, bengis,marah. Untuk melukiskan perasaan
marah. Dalam pupuh ini mengandung karakter yang berani mengambil resiko.
Sesuai asumsi yang telah di paparkan diatas tentang sekar alit yang akan diteliti,
peneliti lebih lanjut akan mengadakan pengkajian lebih mendalam lagi tentang sekar alit.
tentang sekar alit tersebut. Pengkajian tersebut khususnya mengenai penerapan, manfaat
dan nilai pendidikan yang terkandung di dalam sekar alit : pupuh ginada, pupuh
ginanti, pupuh pucung, pupuh durma, dan pupuh mijil. Hasil penelitian ini
nantinya menjadi bahan yang cukup penting untuk pembentukan karakter anak
atau siswa.
penelitian yang dengan judul “Peranan Sekar Alit Dalam Pembentukan Karakter
tembang berupa Sekar Alit ini mengandung nilai yang inplisit maupun eksplisit.
Untuk memahami lagu yang dirangkai sedemikian rupa dalam Sekar Alit sangat
penting agar karya sastra itu lebih bermanfaat dan bernilai bagi masyarakat.
Apabila suatu karya sastra dirasakan bermanfaat, bernilai serta mengandung unsur
keberadaan sastra itu sendiri , bahkan suatu nilai sastra akan tumbuh dan
berkembang melalui pendidikan itu sendiri. Dilihat dari nilai pendidikan anak atau
siswa karya sastra semacam ini memang sangat perlu dipaparkan dalam proses
seni khususnya dalam bidang kesusastraan. Peran minat generasi muda untuk
melestarikan tentu sebuah harapan bagi sastrawan dan pendidik, dengan tujuan
tersebut tidak terlepas dari sisi teori dan penerapan prakteknya sebagai dasar
ide-ide baru dalam karya sastra sesuai dengan perkembangan yang ada, menarik
pembelajaran sastra di sekolah. Karena itu minat baca terhadap karya sastra harus
pembelajaran, sebab kita ketahui pemahaman siswa terhadap karya sastra hanya
terpaku pada karya yang dibaca tetapi bagaimana karya sastra tersebut
Pertama Negeri 3 Bangli dijadikan salah satu media pendidikan kepada anak atau
siswa, sebagai motifasi untuk agar pembelajaran tidak terlalu menoton, Seperti
pembentukan karakter anak atau siswa. Adanya inisiatif dari sekolah untuk
pelajaran, ini membuktikan bahwa adanya rasa untuk melestarikan karya sastra
Dari uraian tersebut di atas maka perlu diadakan penelitian terhadap sekar
tekandung,manfaat yang diperoleh. Dalam sekar alit dari berbagai aspek yang
sangat perlu dipahami secara mendalam terutama dari segi karya sastranya.
Karena tujuan ini dapat diharapka bermanfaat dalam dunia pendidikan maka hal
ini peneliti tertarik melakukan penelitian dengan berjudul “ Peranan Sekar Alit
Bangli”.