Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RUANG KOLABORASI MODUL 1.

1
– PENUGASAN KELOMPOK 2

Pengajar Praktik : Emilki Satria ,S.Pd,


Gr
• Junilon. S. Ananda, S. Pd
• Rita Sarisni, S.Pd, Gr
• Tetty Mutiarahma Haryani
• Azmiarni, S.Ag, M.Pd
• Ns. Revi Sovia, S.Kep
• Rahmi Fitria, S.Pd
Adakah Konteks Sosio-kultural
Di Daerah Anda Yang Sesuai
Dengan Pemikiran Ki Hajar
Dewantara? Jika ada apa
Kekuatan Konteks Sosio-
kultural Di Daerah Anda Yang
Sejalan Dengan Pemikiran Ki
Hajar Dewantara?
SOSIAL-KULTURAL
Sosio-kultural Merupakan Gagasan-
Gagasan, Kebiasaan, Keterampilan, Seni,
Dan Alat Yang Memberi Ciri Pada
Sekelompok Orang Tertentu Pada Waktu
Tertentu. Tujuan Dari Diterapkannya Sosio
Kultural Supaya Anak Tidak Melupakan
Keunggulan Nilai Luhur Dari Budaya
Daerahnya.
KONTEKS SOSIAL-KULTURAL DI MINANGKABAU
(SUMATERA BARAT)
• Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah merupakan salah satu
filosofi hidup yang dipegang dalam masyarakat Minangkabau, yang
menjadikan Islam sebagai landasan utama dalam tata pola prilaku dalam
nilai – nilai kehidupan.
• Filsafat adat Minangkabau juga menekankan nilai-nilai etika dalam
berkomunikasi, yang diatur dalam filosofi Kato Nan Ampek.
• Dalam budaya Minangkabau dikenal empat cara bertutur yang disebut
dengan Kato Nan Ampek istilah lainnya adalah langgam kato, yaitu kato
mandata, kato mandaki, kato manurun dan kato malereng.
• Kato mandaki (kata mendaki), yaitu bahasa yang digunakan oleh
orang yang status sosialnya lebih rendah dari lawan bicaranya,
seperti komunikasi antara orang yang lebihmudakepada orang
yang lebih tua, murid kepada gurunya, dan anak buah kepada
bosnya.
• Kato manurun (kata menurun), yaitu bahasa yang digunakan oleh
orang yang status sosialnya lebih tinggi dari lawan bicaranya,
seperti komunikasi antara orang yang lebih tua kepada orang yang
lebih muda, mamak kepada kemenakan, guru kepada murid,
atauatasankepadabawahan.
• Kato malereng (kata melereng), yaitu bahasa yang
digunakan oleh orang yang statusnya sama, seperti antara
orang yang mempunyai kekerabatan karena perkawinan
(ipar kepada besan, mertua kepada menantu)

• Kato mandata (kata mendatar), bahasa yang digunakan


kepada orang yang posisinya sama dan memiliki hubungan
yang akrab seperti teman akrab dan sepupu.
Sesuai dengan pemikiran ki hajar deantara
yang mengutamakan pendidikan
mengenai budi pekerti dengan maksud
dan tujuan memberikan pengajaran budi
pekerti, dihubungkan dengan tingkatan
perkembangan jiwa yang ada pada diri
anak-anak sejak usia dini hingga dewasa,
dan juga diberikan ilmu perbandingan
agar mengerti tentang ilmu keagamaan.
Misalnya, pengetahuan syari’ah, hakikat,
tarikat, dan makrifat. Hal inilah yang
menjadi perhatian besar ki hadjar
dewantara akan pentingnya pendidikan
budi pekerti yang ditekankan pada
pembentukan karakter sehingga
menumbuhkan manusia yang beriman.
Bagaimana pemikiran
Ki Hajar Dewantara dapat
dikontekstualkan sesuaikan
dengan nilai-nilai luhur kearifan
budaya daerah asal yang relevan
menjadi penguatan karakter
murid sebagai individu
sekaligus sebagai anggota
masyarakat pada konteks local,
social dan budaya.
Pemikiran ki hajar dewantara yang mengutamakan
pendidikan mengenai budi pekerti terutama dalam
berkomunikasi sebagai bentuk penguatan karakter
murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota
masyarakat sangat berkaitan dengan konteks local,
social budaya minangkabau. Pemikiran ki hajar
dewantara oleh masyarakat minangkabau di
implementasikan dengan adanya pelajaran bam di
sekolah yang mana pada pelajaran bam tersebut
diajarkan mengenai falsafah “kato nan ampek”
Sepakati satu kekuatan Ki Hajar
Dewantara yang menebalkan laku
murid di kelas atau sekolah anda
sekolah anda sesuai dengan konteks
local social budaya di daerah anda
yang dapat diterapkan di
Minangkabau.
KESEPAKATAN • 3 semboyan ki hadjar dewantara
• Dalam dunia pendidikan, semboyan tersebut menggambarkan peran
Try loka KHD sesuai dengan konteks seorang guru atau pendidik,
social budaya Minangkabau dengan untuk menjadi teladan,
kata “kato nan ampek “ yang memberikan semangat atau
diterapkan di kelas di masyarakat motivasi, dan memberikan
minangkabau. kekuatan sehingga bisa
• falsafah "kato nan ampek" berkaitan memberikan pengaruh positif
dengan Semboyan Ki Hajar Dewantara terhadap anak didiknya. Baik
dengan salah satunya yang berbunyi " dari berbicara, ber etika maupun
Ing Ngarsa Sung Tulada" berbuat.
" ING NGARSA SUNG TULADA"

Arti Ing ngarsa sung tulada yaitu seorang guru adalah pendidik
yang harus memberi contoh atau panutan. Ing berarti "di", ngarso
artinya "depan", sung berarti "jadi", dan tulodo yang merupakan
"contoh" atau "panutan".
Berarti seorang guru harus mampu menjadi contoh bagi
siswanya,baik sikap maupun pola pikirnya. Siswa akan melakukan
apa yang dicontohkan oleh gurunya, bila guru memberikan teladan
yang baik maka siswa akan baik pula perilakunya.
Dalam hal ini,guru harus selalu memberikan pengarahan dan mau
menjelaskan supaya siswa menjadi paham dengan apa yang
dimaksudkan oleh guru.
KESIMPULAN
Guru sebagai pendidik memberikan suri tauladan
yang sesuai dengan tuntunan.anak ditunjukkan
bagaimana caranya berkomunikasi berhubungan
dengan orang lain seperti pada orang
tua,saudara,teman sebaya serta hubungannya
dengan yang lebih kecil.
Dan guru juga sebagai panutan bersikap sopan
dalam menyampaikan pembicaraan
LINK YOUTUBE PRESENTASI

https://youtu.be/QXuQYCtKr68
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai