Besek merupakan salah satu kerajinan tangan yang terbuat dari bambu. Jenis
bambu yang digunakan adalah Bambu Apus. Salah satu dusun yang menjadi tempat
pembuatan besek adalah Dusun Kwayuhan, Sendangmulyo, Minggir, Sleman,
Yogyakarta. Di dusun ini masih terdapat banyak warga yang membuat kerajinan
besek. Meskipun sudah mulai dikembangkan kerajinan berbahan dasar bambu yang
lain seperti lampion, tempat tisu, tempat sendok, dan sebagainya, namun warga di
dusun ini masih bertahan dengan kerajinan bambu yang sudah ada sejak dulu.
Menurut salah satu warga yang ada di dusun ini besek adalah kerajinan turun-
temurun dan belum diketahui kapan pastinya besek ada dan berkembang di dusun
ini. Masyarakat yang ada di dusun ini juga merupakan masyarakat suku Jawa asli,
karena kebanyakan penduduk yang tinggal adalah warga asli dusun ini. Karena
merupakan suku Jawa asli maka penduduk di dusun ini banyak menggunakan
bahasa Jawa gaya Jogjakarta. Dusun ini berada di daerah dataran rendah dengan
iklim atau suhu yang lumayan panas.
Besek yang ada di dusun ini tidak memiliki ukuran yang pasti. Mereka
membuat hanya berdasarkan pola yang telah ada, sehingga di setiap jenis besek
buatan orang yang satu dengan orang yang lain dapat berbeda dalam hal panjang
maupun tingginya. Warga yang ada di dusun ini juga pernah beberapa kali diberi
tawaran untuk membuat besek yang ukurannya sama atau sesuai dengan pesanan,
namun banyak dari mereka yang tidak setuju karena mereka merasa dengan
menggunakan ukuran akan terasa lebih lama dan lebih ribet.
Besek biasa dijual apabila sudah mencapai satu kodi. Satu kodi besek terdiri
dari 20 tangkep atau 40 buah besek yang sudah jadi. Warga Dusun Kwayuhan biasa
menjual besek kepada para pengepul yang ada. Lalu para pengepul akan menjual
besek tersebut ke pasar tradisional yang ada di kota maupun tengkulak yang berasal
dari lain daerah.
Sebenarnya iratan juga dapat dijual kepada warga dusun lain yang membuat
kerajinan hiasan. Iratan dijual dengan cara menimbangnya atau dijual
perkilogramnya. Namun, karena harga jual iratan yang murah, maka banyak warga
yang tidak menjual iratan tersebut. Iratan yang dijadikan besek di dusun ini tidak
diberi pewarna seperti yang digunakan untuk hiasan. Jadi warna dari iratan tersebut
adalah berwarna kuning agak kecoklatan atau kuning agak keemasan, tergantung
dengan kualitas bambu yang digunakan.
Harga jual dari besek sendiri terkadang tidak menentu. Harga jual besek
juga dapat dipengaruhi dengan perubahan musim. Apabila musim penghujan tiba
maka harga jual besek biasanya akan menurun karena besek-besek tersebut menjadi
lembab sehingga akan dengan mudah terkena jamur. Selain itu, harga jual besek
juga tergantung dari jenis ukurannya. Semakin besar ukuran besek yang dibuat
maka akan semakin besar pula nilai jual besek.
Sumber Referensi :
Wawancara Bapak Turut (52) Pengepul Besk yang ada di dusun Kwayuhan
pada hari Minggu 22 Desember 2019
Wawancara Bapak Sukijo (50) Pengrajin besek yang ada di dusun
Kwayuhan pada hari Sabtu 14 Desember 2019
Wawancara Ibu Sutiyah (42) Pengrajin besek yang ada di dusun Kwayuhan
pada hari Sabtu 14 Desember 2019